Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data Subdirektorat Statistik Tanaman Perkebunan tahun
2017, pada tahun 2016 luas areal perkebunan kelapa sawit menurun sebesar
0,52 persen dari tahun 2015 menjadi 11,20 juta hektar. Selanjutnya, pada
tahun 2017 luas areal perkebunan kelapa sawit diperkirakan kembali
mengalami peningkatan 9,80 persen dari tahun 2016 menjadi 12,30 juta
hektar. Provinsi Riau merupakan provinsi dengan areal perkebunan kelapa
sawit terluas di Indonesia, pada tahun 2017 luas areal perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Riau diperkirakan sebesar 2,26 juta hektar.
Menurut data yang di publikasikan oleh Direktorat Jendral
Perkebunan Indonesia tahun 2017 luas areal perkebunan kelapa sawit di pulau
Sumatera berjumlah 7.400.353 ha dan jumlah tenaga kerja perkebunan kelapa
sawit areal pulau Sumatera berjumlah 1.929.313 jiwa. Menurut penelitian
Ngadi (2017), luas lahan yang dikelola petani di Provinsi Riau pada 2013
adalah 1,35 juta ha, sedangkan lahan yang dikelola perusahaan Negara dan
swasta seluas 1,01 juta ha dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 272.737
orang.
Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada bagian produksi
akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas
pekerjaan pada pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan
proses produksi diwajibkan untuk menerapkan manajemen risiko keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan
pengendalian. Manajemen risiko sebagai alat untuk melindungi perusahaan
dari setiap kemungkinan yang merugikan. Dalam aspek K3 kerugian berasal
dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi.

1
2

Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan


ketidakpastian (Ramli, 2010).
Manajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang terdiri dari
menetapkan konteks, mengidentifikasi bahaya, menganalisa risiko,
mengevaluasi risiko, mengendalikan risiko, monitoring dan
mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas apapun,
proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan
sejak awal kegiatan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi perusahaan.
Data International Labor Organitation (ILO) tahun 2017 juga
mencatat setiap tahun terjadi 2,3 juta kematian yang disebabkan oleh karena
penyakit atau kecelakaan akibat hubungan ketenagakerjaan. Selain itu, jutaan
pekerja menderita cedera dan penyakit yang tidak fatal, sekitar 6.400 orang
meninggal dunia setiap harinya karena kecelakaan akibat kerja atau penyakit
(Shiddiq, dkk, 2013).
Berdasarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
ketenagakerjaan pada tahun 2015 mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja
peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai 53.319 kasus,
sementara tahun 2015 berjumlah 50.089 kasus. Namun pada awal tahun 2016
data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
mengatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi, dimana hingga
akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus (Jonathan,
2017).
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menyatakan bahwa, “Menteri Tenaga Kerja berwenang
membentuk P2K3 guna mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari perusahaan atau pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang K3,
3

dalam rangka melancarkan usaha produksi”. Dalam hal ini, P2K3 mempunyai
peran sentral di dalam menjamin kinerja K3 di tempat kerja.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah
badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian
dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Tugas dari P2K3 diantaranya memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja (Permenaker No. 04/MEN/1987)
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Untuk mengendalikan
sumber-sumber bahaya, maka sumber-sumber bahaya tersebut harus
ditemukan dengan melakukan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada
di lingkungan kerja (Suma’mur, 2013).
Jurnal internasional “The Effects of Risk Assessment (Hirarc) on
Organisational Performance in Selected Construction Companies in Nigeria”
menyebutkan bahwasanya terdapat keterkaitan antara penilaian risiko dengan
menurunnya insidensi kecelakaan. Hasil menunjukkan dari keenam
perusahaan konstruksi yang diteliti, kinerja organisasi menjadi lebih baik
(mengurangi kecelakaan atau tingkat insiden, peningkatan produktivitas)
tergantung pada penilaian risiko (Agwu, 2012).
Hasil penelitian Hijriani tahun 2015 menunjukkan bahwa penerapan
manajemen risiko di PTPN IV Unit Usaha Pabatu secara umum telah
dilakukan sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 tentang identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko, namun pada penilaian risiko masih belum
dilakukan penilaian secara objektif dan rutin serta pada pengendalian risiko
telah dilakukan pematuhan instruksi kerja, pemasangan rambu K3,
penyediaan APAR dan penyediaan APD.
PT. Sewangi Sawit Sejahtera merupakan salah satu perusahaaan yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang berada di wilayah
Kecamatan Tapung, Kampar, tepatnya berada di salah satu desa, yaitu Desa
4

Petapahan. PT. Sewangi Sawit Sejahtera dapat dicapai melalui jalan darat
dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan estimasi waktu tempuh
+/- 1,5 jam dari Kota Pekanbaru. Adapun jumlah tenaga kerja keseluruhan
sebanyak 78 orang di PT. Sewangi Sawit Sejahtera. Pendidikan pekerja di PT.
Sewangi Sawit Sejahtera yaitu dari tingkat pendidikan sarjana (S1), diploma
(D3), SMA, SLTP hingga SD.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, terdapat 8 stasiun
pada bagian proses pabrik kelapa sawit tersebut. Diantaranya stasiun Sortasi,
Loading Ramp, Sterilizer, Theressing, Pressing, Klarifikasi, Karnel, dan
Boiler. Berdasarkan data Identifikasi Bahaya dan Risiko PKS PT. Sewangi
Sawit Sejahtera, stasiun Boiler merupakan salah satu stasiun yang memiliki
potensi bahaya dan risiko kecelakaan yang sangat banyak dan tinggi.
Beberapa potensi bahaya yang ada di stasiun tersebut yang dapat
membahayakan keselamatan pekerja misalnya debu, abu bara panas, uap
panas, lantai licin, kebisingan dan ledakan. Risiko yang mungkin terjadi
adalah pekerja terhirup debu, mata terkena objek, terkena uap panas, terkena
abu bara panas, terjepit, terjatuh, tersandung, terpeleset dan terluka oleh alat
kerja.
PT. Sewangi Sawit Sejahtera telah menerapkan Manajemen Risiko.
PT. Sewangi Sawit Sejahtera melakukan identifikasi bahaya, analisa risiko
dan pengendalian risiko tersebut setiap tahunnya yang kemudian tercatat
dalam satu Form yang disebut HIRADC dibantu oleh P2K3. Namun, pada
rentang tahun 2017-2018 telah terjadi 8 kecelakaan kerja yang mengakibatkan
cedera ringan pada pekerja di PKS tersebut. 5 orang mendapat pertolongan
pertama dengan P3K dan 3 orang lainnya mengalami hilang hari kerja
sebanyak 1-2 hari. Semua kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian para
pekerja dan kondisi lingkungan di tempat kerja.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti “Analisis
Penerapan Manajemen Risiko Pada Stasiun Boiler Bagian Proses Pabrik
Kelapa Sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau
Tahun 2019”
5

B. Rumusan Masalah
Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT.
Sewangi Sawit Sejahtera belum optimal dalam mengidentifikasi bahaya,
menganalisa risiko, mengevaluasi risiko, dan menetapkan tindakan
pengendalian yang muncul dari sebuah bahaya di bagian proses, khususnya
stasiun boiler yang memiliki potensi bahaya yang banyak dan risiko
kecelakaan yang tinggi menggunakan metode HIRADC. Ini terbukti telah
terjadi 8 kecelekaan kerja di PKS tersebut dalam rentang tahun 2017-2018.
Dan juga kurang optimalnya kinerja P2K3 dilatarbelakangi oleh sumber daya
manusia yang berada dalam K3 memiliki double job, sekretaris P2K3 yang
merupakan ahli K3 dalam perusahaan tersebut juga termasuk dalam operator
bagian proses pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera. Serta
kurangnya motivasi dari pemimpin kepada karyawan, dan kurangnya
motivasi yang diberikan pemimpin kepada karyawan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Analisis
Penerapan Manajemen Risiko Pada Stasiun Boiler Bagian Proses Pabrik
Kelapa Sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau Tahun
2019”

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana penetapan konteks potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada
bagian proses di Pabrik Kelapa Sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera
Kabupaten Kampar - Riau tahun 2019.
2. Bagaimana identifikasi bahaya pada stasiun boiler bagian proses pabrik
kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau
tahun 2019.
3. Bagaimana analisa risiko pada stasiun boiler bagian proses pabrik kelapa
sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau tahun 2019.
4. Bagaimana evaluasi risiko pada stasiun boiler bagian proses pabrik kelapa
sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau tahun 2019.
6

5. Bagaimana pengendalian risiko pada stasiun boiler bagian proses pabrik


kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau
tahun 2019.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan manajemen risiko pada stasiun boiler bagian
proses pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten
Kampar - Riau tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penetapan konteks potensi bahaya dan kecelakaan
kerja pada bagian proses pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit
Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau tahun 2019.
b. Untuk mengetahui identifikasi bahaya pada stasiun boiler bagian
proses pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten
Kampar - Riau tahun 2019.
c. Untuk mengetahui analisa risiko pada stasiun boiler bagian proses
pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar -
Riau tahun 2019.
d. Untuk mengetahui evaluasi risiko pada stasiun boiler bagian proses
pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten Kampar -
Riau tahun 2019.
e. Untuk mengetahui pengendalian risiko pada stasiun boiler bagian
proses pabrik kelapa sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera Kabupaten
Kampar - Riau tahun 2019.
7

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi informasi dan masukan kepada perusahaan tentang
penerapan manajemen risiko pada stasiun boiler bagian proses pabrik
kelapa sawit (PKS) PT. Sewangi Sawit Sejahtera.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan serta penerapan Ilmu
Kesehatan Masyarakat terutama di bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Bagi Peneliti
Dapat menjadi sarana pembelajaran dan pematangan ilmu
pengetahuan yang telah diterima selama menjalani perkuliahan,
khususnya dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu juga,
penulis dapat melihat dan menerapkan secara nyata suatu konsep ilmu di
lapangan kerja.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Sewangi Sawit
Sejahtera Kabupaten Kampar - Riau Tahun 2019. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei – Juni 2019. Pada rentang tahun 2017-2018 telah terjadi 8
kecelakaan kerja yang mengakibatkan cedera ringan pada pekerja di PKS
tersebut. Semua kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian para pekerja dan
kondisi lingkungan di tempat kerja. Ruang lingkup penelitian ini yaitu
menganalisis penerapan manajemen risiko pada stasiun boiler bagian proses
Pabrik Kelapa Sawit PT. Sewangi Sawit Sejahtera dengan variabel penelitian
yaitu penetapan konteks, identifikasi bahaya, analisa risiko, evaluasi risiko,
dan pengendalian risiko. Metode dalam penelitian menggunakan metode
kualitatif yaitu pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara
mendalam dengan beberapa orang yang terdiri dari, Manajer, Sekretaris
P2K3, Ketua Tim Inspeksi P2K3, dan Operator.

Anda mungkin juga menyukai