Anda di halaman 1dari 9

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Cekungan Kutai

Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen Tengah

yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen Akhir.

Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan pengangkatan dasar

cekungan ke arah baratlaut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi

klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang

(Ferguson dan McClay, 1997)

Basement Cekungan Kutai mungkin merupakan kumpulan Upper fragmen

microcontinental pada zaman cretaceous, ophiolites dan sedimen prisma yang

diterobos oleh Cretaceous putons (Moss et al., 1997). Unit ini muncul keluar di sekitar

margin cekungan di Pegunungan Kalimantan Tengah di utara dan baratlaut, dan Blok

Schwaner ke Barat. Untuk rifting Eosen Tengah hingga Oligosen Awal (Sebagai

perpanjangan bartdaya dari pemekaran Selat Makassar) menghasilkan serangkaian

penunjaman ke arah Timur sistem fault ekstensional yang membentuk setengah

grabens pengisi sedimentasi dri darat ke laut (Moss et al., 1997). Pada akhir Oligosen,

ada bukti deformasi contractional regional dan terjadi pengangkatan di bagian barat

Cekungan Kutai (lih. Moss et al., 1997, ; Chambers dan Daley, 1997). Pada Miosen

Awal – Miosen Tengah adalah periode pnyesuaian kembali Plates utama dengan rotasi

Kalimantan (20 – 10 Ma) (Hall, 1996, 1997). Hal ini mengakibatkan deformasi dan

8
pengangkatan dari Kalimantan dan masuknya clastic volcanogenic ke dalam

Cekungan Kutai dari terannes dan terangkat ke Barat. Pertumburan antara blok

microcintinental dengan zona subduksi sepanjang margin baratlaut Kalimantan

(Palawan Palung) mengakibatkan pengangkatan yang menghasilkan Pegunungan

Tengah Kalimantan. . Di daerah ini bertepatan dengan shef sandstones dan carbonates

Miosen yang dilapisi oleh serpihan luar pada shelf, pada gilirannya ditutupi oleh

sandstone dan shale hasil progradasi sistem Mahakam Delta Miosen.

2.2 Fisiografi Cekungan Kutai

Fisiografi Cekungan Kutai pada bagian utara dibatasi oleh tinggian

Mangkalihat dengan arah baratlaut – tenggara, di bagian barat dibatasi oleh tinggian

Kuching yang berarah utara – selatan, berupa batuan dasar berumur Pra – Tersier. Pada

bagian selatan dibatasi oleh tinggian Meratus dan Busur Paternosfer. Keselurusannya

dikontrol oleh sesar Adang (Adang Fault) dengan arah baratlaut- tenggara. Kearah

timur Cekungan Kutai terbuka semakin dalam ke Selat Makassar.

Daerah Penelitian

Gambar 2.1 Peta Fisiografi Cekungan Kutai (Nuay, dkk.,1985 dalam Ott, 1987)

9
2.3 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai

Batuan dasar yang mendasari Cekungan Kutai, teramati di tepi Cekungan Kutai

bagian utara tepatnya di tinggian Kuching terdiri dari batuan bancuh berumur

Mesozoikum (Yura – Kapur). Satuan stratigrafi Tersier Cekungan Kutai tertua

diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar yang merupakan batuan bancuh

tersebut. Proses pengendapannya dibeberapa tempat berlangsung bersamaan dengan

pembentukan struktur sesar (syn-depositional fault). Sedimen Tersier yang diendapkan

pada bagian tengah Cekungan Kutai sangat tebal dan mencapai lebih dari 10000 meter.

(Biantoro dkk, 1992).

Urutan transgresi dapat ditemukan dengan baik sepanjang cekungan berupa

lapisan klastik yang berbutir kasar dan serpih yang diendapkan di lingkungan paralik

pantai hingga laut dangkal (F. Beriun umur Eosen, F. Atan berumur Oligosen Awal

dan F.Marah berumur Oligosen Akhir). Pengendapan dalam lingkungan laut terus

berlangsung hingga Oligosen dan menandakan periode genang laut maksimum.

Urutan regresi di Cekungan Kutai terdiri dari endapan deta hingga paralik

mengandung banyak lapisan batubara. Urutan regresi ini diwakili oleh Formasi

Pamaluan, F. Bebulu (Miosen Awal – Miosen Tengah), F. Pulubalang, F. Balikpapan

(Miosen Tengah – Miosen Atas), F. Kampung Baru (Miosen Akhir – Pliosen) dan

Delta Mahakam (Kuarter). Formasi Pamaluan memperlihatkan ciri litologi batupasir

kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping dan batulananu berlapis

sangat baik serta mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi Bebulu.

10
Formasi Bebulu, litologi penyusunnya berupa batugamping pasiran dengan

serpih, mengandung foram besar antara lain Lepidocyclina sumatraensis Brady,

Miogypsina sp, Miogypsinoides sp, Operculina sp. Sistem delta yang berumur Miosen

Tengah berkembang secara cepat kearah timur dan kearah tenggara meliputi seluruh

daerah cekungan dan diwakili oleh F.Pulubalang, F. Balikpapan dan F. Kampung

Baru. Satyana et all, 1999 ( An Outline Of The Geology Of Indonesia, 2001) melakukan

penelitian dan menyusun stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda sebagai berikut

 Formasi Beriun

Formasi beriun terdiri dari batulempung, selang seling batupasir dan

batugamping, Formasi Beriun berumur Eosen Tengah – Eosen Akhir dan

diendapkan dalam lingkungan fluviatile hingga litoral.

 Formasi Atan

Diatas Formasi Beriun terendapkan Formasi Atan yang merupakan hasil dari

pengendapan setelah terjadi penurunan cekungan dan pengendapannya pada

Formasi Beriun. Formasi Atan terdiri dari batugamping dan batupasir kuarsa.

Formasi Atan berumur Oligosen Awal.

 Formasi Marah

Formasi marah diendapkan secara selaras diatas Formasi Atan. Formasi Marah

terdiri dari batulempung, batupasir kuarsa dan batugamping berumur Oligosen

Akhir.

11
 Formasi Pamaluan

Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir di lingkungan

neritic, dengan ciri – ciri litologi batulempung, serpih, batugamping, batulanau

dan sisipan batupasir kuarsa. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan delta

hingga litoral.

 Formasi Bebulu

Diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah di lingkungan

neritic. Ciri litologi Formasi Bebulu adalah batugamping.

 Formasi Pulubalang

Formasi Pulubalang diendapkan selaras di atas Formasi Pamaluan, terdiri dari

atas selang – seling pasir lanauan dengan sisipan batugamping tipis dan

batulempung. Umur dari Formasi Pulubalang adalah Miosen Tengah Miosen

Tengah dan diendapkan pada lingkungan sub litoral, kadang – kadang

dipengaruhi oleh marine influx. Formasi ini mempunyai hubungan menjari

dengan Formasi Bebulu yang tersusun oleh batugamping pasiran dengan

serpih.

 Formasi Balikpapan

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang.

Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan

sisipan batubara dan batugamping di bagian bawah. Formasi ini mempuyai

sistim pengendapan delta, pada delta plain hingga delta front. Umur pada

formasi ini adalah Miosen Tengah – Miosen Akhir.

12
 Formasi Kampungbaru

Formasi Kampungbaru ini berumur Mio – Pliosen, terletak di atas Formasi

Balikpapan, terdri dari selang – seling batupasir, batulempung dan batubara

dengan sisipan batugamping tipis sebagai marine influx. Lingkungan

pengendapan formasi ini adalah delta.

 Formasi Mahakam

Formasi Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen – sekarang. Proses

pengendapannya masih berlangsung hingga saat ini, dengan ciri litologi nya

yaitu material lepas berukuran lempung hingga pasir halus.

Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai (Satyana et all. 1999)

13
2.4 Tatanan Tektonik dan Struktur Geologi Regional Cekungai Kutai

Struktur geolog Cekungan Kutai yang berkembang adalah perlipatan yang

relatif sejajar dengan garis pantai timur daerah Kalimantan Timur. Pada bagian utara

Cekungan Kutai, pola umum perlipatan mempunyai arah utara – selatan sedangkan

Cekungan Kutai bagian selatan berarah baratdaya – timurlaut. Guntoro (1998),

menyatakan bahwa tatanan tektonik yang ada pada Cekungan Kutai dapat dilihat

sebagai hasil dari interaksi antara lempeng Pasifik, Australia, dan Eurasia, yang

ditunjukan pada. Berdasaran kondisi sejarah cekungan kutai di bagi beberapa fase :

a. Kapur Akhir – Paleosen Akhir Cekungan Kutai merupakan cekungan samudra

(terbentuk selama Jura Atas – Kapur Bawah karena pemisahan Asia dan Australia)

membentuk endapan turbidit (melampar diatas batuan ofiolit tua).

b. Eosen Tengah - Oligosen Awal Fase tarikan (pemekaran) dengan arah selatan barat,

yang membentuk selat Makasar (memisahkan Kalimantan dengan Sulawesi), dan seri

half graben. Endapan berasal dari sedimen klastik darat dan laut. Penurunan regional

terdapat di Kalimantan Timur dan karbonat terus berkembang pada cekungan “Proto-

Kutai”.

c. Oligosen Akhir Merupakan periode endapan laut dibagian timur dan periode

endapan vulkano-klastik di bagian barat yang berhubungan dengan pengangkatan

didaerah Kalimantan Tengah. Pada saat tersebut merupakan awal pembentukan

Cekungan Kutai.

d. Miosen Awal Terjadi interaksi konvergen atau tumbukan dari blok mikro kontinen

mengakibatkan subduksi (Palawan Trough), lalu terjadi pengangkatan yang kuat di

Pegunungan Kalimantan Tengah menyebabkan awal progradasi delta kearah timur.

14
Pada saat itu merupakan periode regresi yang menyeluruh dan pengisian cekungan,

menunjukkan progradasi 30 sungai Proto-Mahakam. Pengendapan Cekungan Kutai

didominasi oleh endapan prodelta dan serpih yang terdapat di slope.

e Miosen Tengah – Miosen Akhir Tumbukan Banggai-Sula yang menyebabkan

terjadinya perkembangan struktur. Sistem delta bergerak ke arah timur dari Samarinda

bagian selatan ke Nilam-Handil meridian. Pada waktu tersebut, tiga sistem delta utama

berada di Cekungan Kutai dari selatan ke utara : Sepinggan, ProtoMahakam, dan

Sangatta. Gerakan tektonik lainnya (10,5 juta tahun lalu) menyebabkan progradasi

sistem delta ke arah timur menuju Tunu bagian selatan dan selanjutnya menuju ke

ujung paparan yang ada sekarang.

f. Pliosen atas hingga sekarang Adanya pengangkatan Pegunungan Meratus,

pembentukan Antiklinorium Samarinda, dan sesar intensif pada bagian utara dan

selatan dari shelf Delta Mahakam, sebagai hasil dari tumbukan antara lempeng

IndoAustralia dan Banda Arc.

Ott (1987), mengemukakan bahwa pengangkatan Tinggian Kuching

berhubungan langsung dengan gaya kompresi baratlaut – tenggara, hasil dari subduksi

di Laut Cina Selatan. Akibat dari pengangkatan ini menyebabkan terjadinya lipatan

kompresi berumur Miosen pada bagian barat Cekungan Kutai. Pengangkatan di

Tinggian Kuching yang terus berlangsung menyebabkan berkurangnya stabilitas gaya

berat yang miring ke timur di cekungan bagian tengah, sedang pada sisi bagian barat

cekungan tetap stabil. Akibat dari ketidakstabilan dan adanya fluida lempung pada

batuan dasar cekungan menyebabkan terjadinya gejala peluncuran gaya berat yang

merupakan faktor penting dalam pembentukan Antiklinorium Samarinda. Saat terjadi

15
pelengseran kearah timur, maka tampak intensitas dan kompleksitas perkembangan

struktur secara umum semakin berkurang.

Moss dan Chambers, (1999) Mengemukakan bahwasanya Cekungan Kutai

dapat dibagi dalam dua bagian atau sub Cekungan yaitu : Cekungan Kutai bagian atas

dan Cekungan Kutai bagian bawah. Pada saat ini Sub Cekungan Kutai bagian atas

merupakan daerah yang didominasi oleh gejala penggangkatan tektonik, sebagian

akibat dari pembalikan endapan Miosen bagian bawah pada saat Paleogen deposenter

McClay, (2000), mengusulkan model pembalikan tektonik sebagai penyebab

terbentuknya sabuk lipatan Mahakam berdasarkan risetnya mengenai evolusi tektonik

pada blok Sanga – Sanga. diketahui bahwa setiap pembalikan tektonik menyebabkan

Delta Mahakam berprogradasi lebih jauh.

16

Anda mungkin juga menyukai