Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

HIDROLISIS GARAM
DAN
LARUTAN PENYANGGA

OLEH :

DINA KHOIRIYAH

XI IPA 5

SMAN 2 CIBINONG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan atas ke hadirat ALLAH SWT,

berkat rahmat , inayah serta karunia-Nya, laporan karya ilmiah dengan judul “Mengamati

sifat hidrolisis garam dan Mengukur PH larutan penyangga” ini dapat saya selesaikan dengan

baik.

Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa penyusunannya masih terdapat

banyak kekurangan dan kelemahan yang terasa jauh bila dikatakan baik apalagi sempurna.

Namun saya yakin bagaimanapun wujudnya, laporan ini adalah salah satu kebanggaan

tersendiri bagi saya.

Selanjutnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankanlah saya

menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

kepada guru kimia SMAN 2 CIBINONG bapak Sari Ismono S.Pd dan kepada guru

pembingbing praktikum ibu Tesa Indriani.

Akhir kata semoga ketulusan serta bantuan dari semua pihak tersebut diatas kiranya

mendapat berkah dan anugerah dari ALLAH SWT. Mohon maaf jika terdapat kekurangan.

Karena kekurangan itu sendiri datangnya dari penulis dan Kelebihan itu pasti datangnya dari

Allah SWT.

Cibinong, Maret 2014

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang................................................................................................................. 4

1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................................. 6

1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................... 7

1.4 Sistematika Karya Tulis................................................................................................... 7

1.5 Waktu Pelaksanaan.......................................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN HIDROLISIS

2.1Mengamati Sifat Hidrolisis Garam.................................................................................. 8

2.2 Rumus Umum Hidrolisis....................................................................................... 11

2.3Uji Praktikum......................................................................................................... 12

2.4 Hasil Data Pengamatan................................................................................................ 13

BAB III KESIMPULAN HIDROLISIS

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN BUFFER

4.1 Mengukur PH Larutan Penyangga....................................................................................17

4.2 Rumus Umum Buffer........................................................................................................18

4.3 Uji Praktikum....................................................................................................................19

4.4 Hasil Data Pengamatan......................................................................................................21

BAB V KESIMPULAN BUFFER

5.1 Kesimpulan........................................................................................................................22

BAB VI

Lampiran................................................................................................................................ 23
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Latar belakang Hidrolisis

Masalah Garam telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas. Garam di

dalam kimia Di dalam kehidupan sehari-hari, garam dikenal sebagai bumbu masak yang

memberi rasa asin pada masakan. Sementara itu, di dalam konsep kimia, garam merupakan

senyawa ion yang terbentuk dari penggabungan ion negatif sisa asam dengan ion positif sisa

basa. Karena merupakan gabungan dari ion-ion sisa asam dan sisa basa, maka garam

umumnya berbentuk larutan.

Dalam konsep kimia, dikenal tiga jenis garam yaitu:

1. Garam yang bersifat netral, berasal dari asam kuat dan basa kuat.

2. Garam yang bersifat asam, berasal dari asam kuat dan basa lemah.

3. Garam yang bersifat basa, berasal dari asam lemah dan basa kuat. dan

4. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.

Hidrolisis garam Berdasarkan reaksi hidrolisis, yaitu reaksi zat dengan air, garam-

garam bila direaksikan dengan air akan menghasilkan beberapa zat. Hidrolisis garam yang

bersifat asam akan menghasilkan ion H3O+ yang bersifat asam. Sementara hidrolisis garam

yang bersifat basa akan menghasilkan ion OH- yang bersifat basa. Hidrolisis garam netral

tidak menghasilkan zat apapun. Garam dapur yang telah banyak dikenal juga merupakan

senyawa ion dengan rumus kimia NaCl. Bentuk padat garam ini diperoleh melalui proses

kristalisasi. Garam ini berasal dari asam kuat HCl dan basa kuat NaOH, sehingga termasuk

garam netral. Karena hidrolisis garam netral tidak menghasilkan zat apapun, maka garam ini

(NaCl) bisa dikonsumsi karena tidak mengubah keseimbangan asam basa di dalam tubuh.
1.1.2 Latar Belakang Buffer

Larutan buffer atau yang disebut dengan larutan penyangga memiliki peranan penting

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja dalam tubuh manusia, larutan penyangga

berperan penting untuk dapat mempertahankan pH. Hal ini terjadi karena didalam cairan

sel tubuh terdapat system penyangga, yaitu asam dihidrogen fosfat. Campuran

penyangga ini berperan juga dalam system pengeluaran ion H+ pada ginjal. Di dalam

tubuh manusia ginjal memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya yaitu :

1. untuk membuang zat sisa dari tubuh

2. mengatur kesetimbangan zat elektrolit dan tekanan darah

3. merangsang pertumbuhan sel darah merah.

Selain itu, didalam darah juga terdapat larutan penyangga. Pada saat berolahraga,

kecepatan denyut jantung, tekanan darah, dan jumlah darah yang di pompa per denyut

jantung akan meningkat. Akibatnya, aliran darah ke jantung, otot, dan kulit akan lancar

dan tidak dan tidak tersumbat. Selama melakukan olahraga, otot yang menyimpan

glukosa di dalamnya memerlukan oksigen untuk mengubah energi kimia menjadi energi

gerak. Oksigen yang digunakan oleh otot tersebut berasal dari hemoglobin darah.

Perubahan energi yang terjadi di otot akan menghasilkan gas CO2 dan ion H+ sehingga

pH darah akan turun. pH darah memiliki rentang antara 7,35 sampai 7,45. Bila pH darah

lebih kecil dari 7,35 disebut asidosis dan bila pH darah lebih besar dari 7,45 disebut

alkalosis. Jika pH darh lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 maka dapat

menimbulkan kematian.

Untuk menjaga pH agar tidak banyak berubah maka dalam darah terdapat system
penyangga, yaitu asam karbonat dan ion bikarbonat. Reaksi kesetimbangan larutan

penyangga dalam darah (asam karbonat dan bikarbonat) sebagai berikut :

H3O+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) + Cl2(g)

Berdasarkan reaksi diatas, proses pertama merupakan reaksi asam basa dimana asam

karbonat tidak bertindak sebagai asam dan air bertindak sebagai basa. Basa konjugasi untuk

asam karbonat adalah ion bikarbonat. Asam karbonat juga berdisosiasi dengan cepat untuk

menghasilkan air dan karbondioksida. Proses kedua bukan reaksi asam basa. Akan tetapi,

proses ini penting untuk mengetahui kapasitas larutan penyangga dalam darah.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Hidrolisis

 memahami pengertian garam yang mengalami hidrolisis

 menentukan ciri-ciri garam yang dapat terhidrolisis

 menentukan pH larutan garam yang berasal dari asam dan basah kuat

 menetunkan pH larutan garam yang berasal dari asan kuat dan basah lemah

 menetukan pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan asam kuat

 menentukan pH larutan garam yang berasal dari asam dan basah lemah

1.2.2 Tujuan Buffer

Tujuan melakukan percobaan ini adalah untuk membuat larutan buffer serta

membuktikan bahwa larutan buffer dapat bertahan pHnya dengan menambah sedikit asam,

sedikit basa, dan pengenceran.


1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Hidrolisis

Ada beberapa larutan garam yang akan diuji, dari larutan garam tersebut dibuktikan

bahwa larutan garam memiliki sifat yang berbeda – beda tergantung PH nya.

1.2.2 Rumusan Masalah Buffer

Bagaimana cara membuat larutan buffer dan apakah larutan buffer bisa mempertahankan pH

lalu apa saja sifat-sfiat larutan buffer.

1.4 Sistematika Karya Tulis

Laporan tentang “Hidrolisis dan Buffer” yang terdiri dari :

1. Bab I Pendahuluan

2. Bab II Pembahasan

3. Bab III Penutup

4. Daftar Pustaka

5. Lampiran

1.5 Waktu Pelaksanaan

Tanggal : 5 Maret 2014

Tempat : SMAN 2 CIBINONG


BAB II.
PEMBAHASAN HIDROLISIS
2.1 Mengamati Sifat Hidrolisis Garam

Ada Empat Jenis Garam, Yaitu;

1. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat.

Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam

berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisi, sehingga larutan ini bersifat netral, Ph =7.

Contoh :

Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan

anionnya. KOH terionisasi menjadi H+ dan Cl- . Maing-masing ion tidak beraksi dengan air,

reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

KCl (aq) K+ (aq) + Cl- (aq)

K+ (aq) + H2O(l)

Cl- (aq) + H2O (l)

2. Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah.

Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis

sebagian (parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis.

Larutan garam ini bersifat asam, pH <7.

Contoh :

Amonium klorida (NH 4 Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl

dalam basa lemah NH 3 . HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan NH 3

dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH 4 + dan OH - . Anion Cl - berasal

dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 +berasal dari basa lemah dapat

terhidrolisis.

NH 4 Cl (aq) → NH 4 + (aq) + Cl - (aq)


Cl - (aq) + H 2 O (l) →

NH 4 + (aq) + H 2 O (l) → NH 3(aq) + H 3 O + (aq)

Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4 + ) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
+
menghasilkan ion oksonium (H 3 O ) yang bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi

ditulis:

BH + + H 2 O → B + H 3 O +

3. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat

Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial

dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini

bersifat basa (pH > 7).

Contoh :

Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat

NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion CH 3

COO - berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari

basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.

CH 3 COONa (aq) → CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)

Na + (aq) + H 2 O (l) →

CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) → CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)

Reaksi hidrolisis asetat (CH 3 COO - )merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini

menghasilkan ion OH - yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:

A - + H 2 O → HA + OH –

4. Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah

Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total

(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam
ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan

kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.

Contoh

Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk garam NH

4 CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan NH 3 dalam air

terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH4 +

dapat terhidrolisis di dalam air.

NH 4 CN (aq) → NH 4 + (aq) + CN - (aq)

NH 4 + (aq) + H 2 O → NH 3(aq) + H 3 O (aq) +

CN - (aq) + H 2 O (e) → HCN (aq) + OH - (aq)

Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb)

- Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak

dan larutan bersifat basa.

- Jika Ka > Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak

dalam larutan bersifat asam.

- Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.
2.2 Rumus Umum Hidrolisis

Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Mencari pH
2.3 Uji Praktikum

Alat dan bahan :

Alat:

1. Pipet Tetes
2. Plat Tetes

Bahan :

1. Larutan KCL 1 M
2. Larutan NH4CL 1 M
3. Larutan CH3COONa 1 M
4. Larutan Na2CO3 1 M
5. Larutan Al2(SO4)2 1 M
6. Larutan (NH4)2SO4
7. Kertas lakmus merah dan biru

Cara Kerja :

1. Siapkan plat tetes yang diatasnya diletakkan kertas lakmus merah dan biru
2. Kertas lakmus ditetesi pada lekukan ke-1 dengan larutan KCL, lekukan ke-2 dengan
NH4Cl dan seterusnya sampai semua larutan teruji dengan kertas lakmus.
3. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada lakmus

No Larutan Perubahan Perubahan pH Sifat larutan


warna warna (<7,=7,>7)
indikator indikator
lakmus merah lakmus biru
1 Na2CO3 Biru Biru >7 Basa
2 Al2(SO4)2 Merah Merah <7 Asam
3 (NH4)2SO4 Merah Merah <7 Asam
4 KCL Merah Biru =7 Netral
5 Na3PO4 Biru Biru >7 Basa
6 NH4CL Merah Merah <7 Asam
7 CH3COONa Biru Biru >7 Basa
Pertanyaan :

1. Tuliskan masing-masing reaksi yang terjadi pada percobaan ini !


2. Kelompokkan larutan garam yang bersifat asam,basa dan netral !
3. Mengapa beberapa larutan yang termasuk larutan garam mempunyai sifat asam atau
basa atau netral? Jelaskan dengan teori hidrolisis!
4. Berapakah pH dari larutan CH3COONa 0,01 M, jika Ka CH3COOH adalah 10-8?
5. Lengkapi tabel berikut :

Garam Basa Basa Asam Asam


Pembentuk Pembentuk pembentuk Pembentuk
Rumus Kuat/Lemah Rumus Kuat/Lemah
KCL
NH4CL
CH3COONa
Na2CO3
Na3PO4
Al2(SO4)2
(NH4)2SO4

2.4 Hasil Data Pengamatan

1. Tuliskan masing-masing reaksi yang terjadi pada percobaan ini !


2. Kelompokkan larutan garam yang bersifat asam,basa dan netral !
3. Mengapa beberapa larutan yang termasuk larutan garam mempunyai sifat asam atau
basa atau netral? Jelaskan dengan teori hidrolisis!
4. Berapakah pH dari larutan CH3COONa 0,01 M, jika Ka CH3COOH adalah 10-8?
5. Lengkapi tabel berikut :

Garam Basa Basa Asam Asam


Pembentuk Pembentuk pembentuk Pembentuk
Rumus Kuat/Lemah Rumus Kuat/Lemah
KCL
NH4CL
CH3COONa
Na2CO3
Na3PO4
Al2(SO4)2
(NH4)2SO4
Jawab:

1. a. KCL + NaCL KOH + H2O


b. NH4 + HCl  NH4CL + H2O
c. NaOH + CH3COOH  CH3COONa + H2O
d. NaOH + HCO3  Na2CO3 + H2O
e. NaOH + H3PO4  Na3PO4 + H2O
f. Al2(OH)3 + H2SO4  Al2(SO4)2 + H2O
g. NH4 + H2SO4  (NH4)2SO4 + H2O

2.

 KCL  Garam Netral


 NH4CL  Garam Asam
 CH3COONa  Garam Basa
 Na2CO3  Garam Basa
 Na3PO4  Garam Basa
 Al2(SO4)2  Garam Asam
 (NH4)2SO4 Garam Asam

3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam larutan akan

bersifat basa ( pH > 7 ) karena mengalami hidrolisis sebagian. Contoh garam ini adalah

CH3COONa dan KCN. Dalam air, ion negatif dari garam akan bereaksi dengan ion H+

membentuk asam lemah sehingga kesetimbangan terganggu. Contoh reaksi ionisasinya:

KCN  → K+ + CN-

CN + H2O → HCN + OH

Ion H+ bereaksi dengan ion CN- membentuk HCN, sedangkan K+ tidak bereaksi

dengan OH- sebeb KOH basa kuat. Karena terjadi kelebihan ion OH -, menjadikan larutan

tersebut bersifat basa.

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air akan bersifat asam

(pH < 7) karena mengalami hidrolisis sebagian, contohnya adalah NH4Cl. Dalam air,

NH4Cl akan terionisasi dan ion NH4+ yang dihasilkan akan bereaksi dengan air, sedangkan

ion Cl- tidak akan bereaksi dengan air sebab berasal dari asam kuat. Reaksi ionisasinya

adalah:

NH4Cl → NH4+ + Cl-

NH4+ + H2O → NH4OH + H+

Kelebihan ion H+ dalam larutan NH4Cl menyebabkan larutan bersifat asam.

Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya NH4CN di

dalam air akan mengalami hidrolisis total. Reaksi yang terjadi adalah:

NH4CN → NH4+ + CN-

NH4+ + H2O → NH4OH + H+

CN + H2O → HCN + OH-


Banyaknya ion H+ dan ion OH- bergantung pada harga Ka dan Kb asam lemah dan

basa lemah pembentuknya.

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat akan menjadi garam yang

bersifat netral. ( pH= 7)

4. Diketahui : CH3COONa 0,01 M ‘


Dit : pH?
Jawab :
(OH-) = √kw/ka x anion
= √10 -14 / 10-8 x 10-2
= √10 -8
= 10 -4
pOH = - log 10 -4
=4
pH = 14- pOH = 14- 4 = 10
5. Lengkapi tabel berikut :

Garam Basa Basa Asam Asam


Pembentuk Pembentuk pembentuk Pembentuk
Rumus Kuat/Lemah Rumus Kuat/Lemah
KCL KOH Kuat NaCl Kuat
NH4CL NH4 Lemah HCL Kuat
CH3COONa NaOH Kuat CH3COOH Lemah
Na2CO3 NaOH Kuat HCO3 Lemah
Na3PO4 NaOH Kuat H3PO4 Lemah
Al2(SO4)2 Al2(OH)3 Lemah H2SO4 Kuat
(NH4)2SO4 NH4 Lemah H2SO4 Kuat
BAB III

KESIMPULAN HIDROLISIS
3.1 Kesimpulan Hidrolisis

 Garam dalam air akan terurai membentuk kation dan anion seperti dari asam basa
semulanya.
 Asam merupakan basa yang lemah akan terhidrolisis.
 Jika terjadi hidrolisis sempurna, sifat tergantung pada harga Kb atau Ka.
 pH kurang dari 7 mempunyai sifat asam.
 pH lebih dari 7 mempunyai sifat basa.
 Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial).
 Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian
(parsial).
 Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis
sempurna (total).
 Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis.
 Garam bersifat basa karena dalam reaksi menghasilkan ion OH-.
 Garam bersifat asam karena dalam reaksi menghasilkan ion H+.
BAB IV

PEMBAHASAN BUFFER
4.1 Mengukur pH Larutan Penyangga

Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat

menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan,

atau ketika larutan itu diencerkan.

(Underwood, A.L., 2002 ).

Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0;

buffer yang kapasitasnya tak hingga; sertabuffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n.

Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer.

Salah satu ilustrasi proses yang menggunakan bounded buffer adalah proses produsen-

konsumen, dimana produsen menaruh data ke dalam buffer untuk kemudian diambil oleh

konsumen. Masalah yang timbul adalah buffer yang kemudian menjadi critical section. Pada

satu waktu, hanya 1 proses yang boleh memasuki critical section, dengan demikian buffer

hanya bisa diakses oleh produser saja atau konsumen saja pada 1 waktu. Masalah berikutnya

adalah ketika produsen ingin menaruh data, namun buffer penuh, atau ketika konsumen ingin

mengambil data, namun buffer masih kosong. Ini adalah salah satu masalah sinkronisasi

klasik yang dikenal pula dengan nama bounded-buffer problem atau producer-consumer

problem.(www.boundedbuffer.co.id)

Secara umum, larutan buffer mengandung pasangan asam – basa konjugat atau terdiri dari

campuran asam lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan asam

lemahnya, atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa

lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa tersebut, larutan buffer dapat

bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa (ion OH-) apa saja yang memasuki

larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit asam ataupun sedikit basa ke dalam larutan
buffer tidak mengubah pH-ny

Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga

basa. Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk larutan

buffer asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam (pH 7). Misalnya

larutan campuran NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga dapat terjadi

dari campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemah dicampurkan

berlebih. Misalnya 50 mL amoniak 0,2 M dicampur dengan 50 mL asam klorida 0,1 M.

Fungsi larutan penyangga

System larutan penyangga banyak digunakan pada berbaggai reaksi yang memerlukan pH

tetap misalnya :

• Kerja enzim hanya efektif pada pH tertentu, berarti memerlukan system penyangga

• Dalam sel tubuh diperlukan system penyangga

• Untuk mempertahankan pH darah sekitar 7,3-7,5 diperlukan system penyangga dari H2CO3

dan HCO3

• Untuk mempertahankan pada pH murni diperlukan system penyangga dari NaH2PO4 dan

Na2HPO4

4.2 Rumus umum Buffer

pH = pKa – log 

dengan : 

Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
pOH = pKb – log 

dengan : 

Kb = tetapan ionisasi basa lemah


b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
Jika sudah diketahui pOH maka untuk mencari pH adalah..

4.3 Uji Praktikum

Alat dan Bahan :

Alat :

1. Gelas Kimia 100 ml

2. Gelas Ukur 10 ml

3. Tabung reaksi

4. Pipet tetes

Bahan :

1. Larutan CH3COONa 1 M

2. Larutan CH3COOH 1 M

3. Larutan NH3 xM

4. Larutan NH4CL 1 M

5. Larutan HCL 0,1 M

6. Larutan NaOH 0,1 M

7. Air Suling

8. Kertas Indikator Universal


Cara kerja :

Percobaan A

1. Isilah gelas kimia dengan 10 ml larutan CH3COOH 1 M dengan gelas ukur,lalu

tambahkan 10 ml larutan CH3COONa 1 M , kemudian campuran diaduk. Periksa pH

larutan dengan kertas indikator universal dan catat hasilnya.

2. Isilah masing-masing 3 tabung reaksi (A,B,dan C) dengan 5 ml larutan No.1 di atas.

Tambahkan ke dalam masing-masing tabung sebanyak 5 ml air suling .

3. Tetesi : a. Tabung B dengan 5 drop larutan HCL 0,1 M b. Tabung C dengan 8 drop

larutan NaOH 0,1 M.

4. Kocoklah tabung A,B dan C. Periksa pH-nya dengan indikator universal. Catat

hasilnya

Percobaan B

1. Isilah gelas kimia dengan 10 ml NH3 x M ( konsentrasi belum diketahui), kemudian

tambahkan 10 ml larutan NH4CL 1 M. Aduk dan periksa pH larutan dengan indikator

universal . catat pH yang diperoleh.

2. Isilah ketiga tabung reaksi X,Y dan Z masing-masing dengan 5 ml larutan No.1 diatas

pada percobaan B.

3. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung dengan 5 ml air suling dari : a. Tabung

Y dengan 3 tetes larutan HCl 0,1 M b. Tabung Z dengan 3 tetes larutan NaOH 0,1 M

4. Kocoklah tabung X,Y dan Z .Periksalah pH-nya dengan kertas indikator universal .

catat hasilnya
Data pengamatan

Pereaksi pH awal pH setelah pH setelah pH setelah

penambahan air penambahan HCL penambahan

NaOH
CH3COOH+ CH3COONa 5 5 4 6
NH3 + NH4CL 8 8 8 8
Pertanyaan :

1. Dengan menggunakan pH hasil percobaan, hitunglah molaritas larutan amonia yang

dipakai Kb NH3 = 1,8 x 10 -5

2. Jelaskan kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung pada percobaan A !

Tabung A=

Tabung B =

Tabung C =

3. Jelaskan kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung pada percobaan B !

Tabung X=

Tabung Y=

Tabung Z=

4.4 Data Hasil Pengamatan

 Dengan menggunakan pH hasil percobaan, hitunglah molaritas larutan amonia

yang dipakai Kb NH3 = 1,8 x 10 -5

 Jelaskan kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung pada percobaan

A!

Tabung A=

Tabung B =

Tabung C =
 Jelaskan kesetimbangan yang terjadi pada masing-masing tabung pada percobaan

B!

Tabung X=

Tabung Y=

Tabung Z=

Jawab :

1. Diket : kb NH3 = 1,8 x 10-5

pH awal = 8, V NH4CL = 10 mL, M NH4CL = 1 M

Dit: M NH3 ?

Jawab : Mol NH4CL = M x V = 1 x 10 = 10 mmol

pOH = 14- pH = 14-8 = 6

-log [OH-] = 6

[OH-] = 10-6

basa
[OH-] = kb.
garam

10-6 = 1,8 x 10-5 x

X= 0,56 mmol

0,56 mmol
M NH3 = = 0,056 M
10 mL

2. Tabung A (penambahan sedikit air)

Larutan penyangga CH3COOH + CH3COONa ketika ditambahkan sedikit air maka

pH larutan akan tetap (konstan). Ditambah air artinya pengenceran atau volume bertambah,
ini mengakibatkan konsentrasi berkurang dari konsentrasi awal. Jadi, pH larutan sebelum dan

setelah penambahan air tidak berubah karena hanya terjadi penambahan sedikit air.

b. Tabung B

Ketika tabung B ditambahkan HCl, HCl akan terionisasi menghasilkan H+. Kemudian,

H+ yang dihasilkan dinetralkan oleh basa konjugasi garam, CH 3COO- sehingga konsentrasi

CH3COO- akan berkurang dan konsentrasi CH3COOH akan bertambah. Namun, karena H+

yang dihasilkan yaitu 5 drops, jadi perubahan pH yang terjadi besar sehingga pH sangat

terlihat perubahannya yaitu dari 5 menjadi 4.

c. Tabung C

Ketika tabung C ditambahkan NaOH, NaOH akan terionisasi menghasilkan OH -.

Kemudian, OH- yang dihasilkan dinetralkan oleh CH3COOH sehingga konsentrasi

CH3COOH akan berkurang dan konsentrasi CH3COO- akan bertambah. Namun, karena OH-

yang dihasilkan yaitu 8 drops, jadi perubahan pH yang terjadi besar sehingga pH sangat

terlihat perubahannya yaitu dari 5 menjadi 6.

3. a. Tabung X

Larutan penyangga NH3 + NH4Cl ketika ditambah sedikit air (pengenceran) maka pH

larutan akan konstan. Ditambah air artinya volume bertambah,dari volume awal menjadi

volume akhir (setelah terjadi penambahan) ini mengakibatkan konsentrasi berkurang dari

konsentrasi awal. maka besar [OH-] tidak berubah jika dibandingkan dengan data sebelum

ditambahkan sedikit air. Jadi, pH larutan sebelum dan setelah penambahan air tidak berubah.

b. Tabung Y

Ketika tabung Y ditambahkan sedikit HCl yaitu hanya sebanyak 3 tetes, HCl akan

terionisasi menghasilkan H+. Kemudian, H+ yang dihasilkan dinetralkan oleh basa NH3 jadi

konsentrasi NH3 akan berkurang dan konsentrasi NH4+ akan bertambah. Karena H+ yang
dihasilkan hanya sedikit, jadi perubahan pH yang terjadi tidak besar dan masih di kisaran pH

awal.

c. Tabung Z (penambahan sedikit NaOH)

Ketika tabung Z ditambahkan sedikit NaOH yaitu hanya sebanyak 3 tetes, NaOH

akan terionisasi menghasilkan OH-. Kemudian, OH- yang dihasilkan dinetralkan oleh asam

konjugasi garam, NH4+ jadi konsentrasi NH4+ akan berkurang dan konsentrasi NH3 akan

bertambah. Karena OH- yang dihasilkan hanya sedikit, jadi perubahan pH yang terjadi tidak

besar dan masih di kisaran pH awal.


BAB V

KESIMPULAN BUFFER

5.1 Kesimpulan Buffer

1.      Larutan CH3COOH dan CH3COONa merupakan larutan peyangga yang terdiri dari

asam lemah dengan basa konjugasi/garam

2.      Larutan CH3COONa bertindak sebagai basa konjugasi/garam

3.      Larutan CH3COOH bertindak sebagai asam lemah

4.      Perbandingan antara pH awal dengan pH setelah penambahan HCl, NaOH maupun

akuades adalah menurut teori tetap, namun dalam penambahan sedikit asam/basa

maupun pengenceran tidak mengubah pH secara signifikan.

5.      Dalam pengamatan ini mungkin dapat terjadi kesalahan pH karena kurang teliti

ataupun kesalahan saat membaca trayek warna.


BAB VI

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai