Anda di halaman 1dari 6

Efektivitas Ekstrak Serai Wangi (Cimbopogon nardus L.

) sebagai Larvasida Nyamuk


Aedes aegypti
(The Effectiveness of Citronella Extract (Cymbopogon nardus) as Larvaside
of Aedes aegypti)

Makkiah*), Christina L Salaki **), Berty Assa


Program Studi Entomologi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi
Manado, 95155
*Email: khiaimoet@gmail.com,
**Email korespondensi: christinasalaki@ymail.com

(Article History: Received 20-10-2019; Revised 27-11-2019; Accepted 30-12-2019)

Abstrak
Pengendalian nyamuk sebagai vektor utama penularan penyakit DBD hanya dapat dilakukan
dengan cara memutuskan rantai penularannya melalui pengendalian nyamuk. Pengendalian
nyamuk dapat dilakukan pada tahap larva dengan menggunakan biolarvasida yang terbuat
dari bahan alami dan salah satunya adalah dengan menggunakan ekstrak kasar dari tanaman
serai wangi (Cymbopogon nardus). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak
serai wangi sebagai larvasida larva Aedes aegypti instar III dan IV. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap. Larva yang digunakan
adalah larva instar III dan IV, dengan perlakuan konsentrasi ekstrak serai wangi 20%, 30%,
40%, dan 50% dalam 250 ml air. Pada penelitian ini terdapat kontrol yaitu aquades yang tidak
ditambahkan larutan apapun. Pengamatan kematian larva dilakukan pada jam ke 1, 3, 6, 12,
24, dan jam ke 48 dengan replikasi sebanyak 4 kali. Data presentase mortalitas larva
digunakan untuk menghitung nilai LC50 dan LT50 dengan menggunakan analisisi Probit. Hasil
penelitian menunjukkan ekstrak serai wangi efektif dalam mematikan 50% dari populasi larva
uji dengan nilai LC50 pada konsentrasi 36,48% serta waktu yang di butuhkan untuk mematikan
50% populasi larva uji adalah 10,45 jam.
Kata kunci : Ekstrak, Cymbopogon nardus, larvasida, Aedes aegypti

Abstract
Control of mosquitoes as the main vector of transmission of DHF can only be done by breaking
the chain of transmission through mosquito control. Mosquito control can be carried out at the
larval stage by using biolarvasides made from natural materials, one of which is by using a
crude extract from the citronella plant (Cymbopogon nardus). This research is to find out the
effectiveness of citronella extract as larvae of Aedes aegypti larvae instar III and IV. This
research is a pure experimental study using a complete random design. The larvae used were
instar larvae III and IV, with the treatment of citronella extract concentration of 20%, 30%, 40%,
and 50% in 250 ml of water. In this study, there was a control i.e. aquades which did not add
any solution. Observation of larvae death was done at 1 hour, 2 hours. 4 hours, 12 hours, 24
hours and 28 hours with replication 4 times. Data on larval mortality were used to calculate
LC50 and LT 50 values using Probit regression analysis. The results showed that citronella
extract was effective in killing 50% of the population of test larvae with LC50 values at a
concentration of 36.48% and the time needed to kill 50% of the population of test larvae was
10,450 hours.
Keywords: Extract, Cymbopogon nardus, larvasida, Aedes aegypti

PENDAHULUAN bertendensi menimbulkan renjatan (shock)


Demam Berdarah Dengue (DBD) dan kematian (Ditjen P2Pl 2011). DBD
tergolong penyakit infeksi yang disebabkan merupakan salah satu masalah kesehatan
oleh virus Dengue yang ditularkan melalui utama di Indonesia, karena dapat
tusukan nyamuk Aedes Aegypti. Ciri menyebabkaan kematian. DBD bersifat
penyakit tersebut demam tinggi mendadak endemis, timbul sepanjang tahun disertai
disertai manifestasi perdarahan dan dengan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Makkiah et al., Efektivitas Ekstrak … 2

Sampai sekarang penyakit DBD belum Bagaimana efektivitas ekstrak C. nardus


ditemukan obat maupun vaksinnya, yang dibuat secara sederhana dengan
sehingga satu-satunya cara untuk menggunakan pelarut air sebagai larvasida
mencegah terjadinya penyakit ini dengan nyamuk Ae. aegypti belum pernah diteliti
memutuskan rantai penularan yaitu dengan dan dilaporkan. Penelitian ini bertujuan
pengendalian vektor (Koneri dan untuk menguji efektivitas ekstrak serai
Pontororing 2016). wangi (Cymbopogon nardus) sebagai
Selama ini pengendalian nyamuk larvasida Aedes aegypti instar III dan IV.
sebagai vektor penyakit umumnya
dilakukan dengan menggunakan METODE
insektisida sintetik. Hal ini dikarenakan Penelitian ini merupakan penelitian
bahan tersebut dianggap efektif, praktis, experimen murni (true eks-periment)
manjur, dan dari segi ekonomi lebih menggunakan rancangan post test only
menguntungkan. Namun, hal ini perlu control group yaitu suatu rancangan
diwaspadai karena penggunaan insektisida percobaan yang terdiri dari dua kelompok
sintetik secara terus menerus akan yaitu kelompok kontrol dan kelompok
menimbulkan pencemaran lingkungan, eksperimen. Rancangan penelitian
kematian berbagai makhluk hidup lain dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
menyebabkan larva menjadi resisten. (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat konsentrasi tertentu.
menyebabkan mutasi gen pada spesies Perlakuan hanya diberikan pada
tersebut (Widiyanti dan Mulyadiharje kelompok eksperimen, kelompok kontrol
2004). Insektisida sintetik bersifat bioaktif, berisi larutan aquades. Masing-masing
mengandung bahan kimia yang sukar perlakuan diulang sebanyak empat kali.
mengalami degradasi di alam sehingga Pada penelitian ini terdapat variable bebas
residunya dapat mencemari lingkungan yaitu ekstrak C. nardus dan variable terikat
bahkan menurunkan kualitas lingkungan yaitu jumlah larva Ae. aegypti instar III dan
(Yunita 2009). IV yang mati karena pemberian ekstrak C.
Melihat kerugian berupa efek samping nardus.
yang ditimbulkan oleh insektisida sintetik,
maka dibutuhkan bahan alternatif yang Perbanyakan larva Aedes aegypti
lebih ramah lingkungan tetapi juga efektif Telur nyamuk Ae aegypti diletakkan di
dalam mengendalikan populasi nyamuk nampan plastik yang berisi air untuk
Aedes aegypti. Alternatif yang dapat pemeliharaan larva. Telur menetas menjadi
dilakukan adalah penggunaan insektisida larva dalam waktu 1-2 hari. Larva akan
nabati. Salah satunya adalah dengan berkembang dari instar I sampai instar III
memanfaatkan serai wangi (Cymbopogon selama 4-5 hari. Pada masa
nardus). perkembanganya, larva diberi makan
Saat ini insektisida nabati telah banyak berupa pelet ikan. Pada saat larva sudah
memberikan kontribusi yang bermakna mencapai instar III, larva tersebut
untuk alternatif baru dalam meningkatkan dipindahkan ke dalam gelas plastik yang
kesehatan masyarakat terutama dalam berisi larutan ekstrak serai wangi dengan
menurunkan jumlah penyakit yang banyak berbagai konsentrasi.
ditimbulkan oleh vektor nyamuk (Boesri et
al. 2015). Beberapa penelitian tentang Ekstraksi batang serai wangi
insektisida nabati dari serai wangi yang Serai wangi yang diambil dari daerah
telah dilakukan diantaranya Tomohon, dipisahkan dari akar dan
menggunakan ekstrak serai wangi dan biji daunnya kemudian dicuci dan ditiriskan.
mahoni (Swietenia macrophyla) dengan Batang serai dipotong kecil-kecil lalu
berbagai macam pelarut (Amirullah et al. ditimbang sebanyak 250gr. Kemudian
2018). Penelitian lainnya adalah diblender dengan mencampurkan air
penggunaan ekstrak serai wangi sebanyak 250ml. Hasil blender kemudian
(Cymbopogon nardus) dengan pelarut disaring dan diendapkan selama satu hari
methanol membunuh larva Aedes aegypti lalu, dipisahkan dari endapannya hingga
(Arcani et al. 2017). didapatkan ekstrak.
3 Jurnal Bios Logos Vol.10 No.1, Februari 2020

uji analisis statistik SPSS. Tahap pertama


Uji eksplorasi analisis dilakukan dengan uji normalitas
Uji ini bertujuan untuk memastikan (Shapiro-Wilk) yang mendapatkan hasil
ekstrak serai wangi bersifat toksik dan sebaran data tidak normal, kemudian
untuk mengetahui konsentrasi dari larutan dilanjutkan dengan uji efek antara variabel
yang dapat menyebabkan mortalitas subyek yang kemudian dilanjutkan Post
hewan uji sebanyak 50 %. Ekstrak serai Hoc tes yang menghasilkan nilai p<0,05.
wangi dibuat dengan konsentrasi 30%, Untuk mengetahui dosis konsentrasi yang
40%, 50%, dan 60% dengan volume 250 ml efektif menyebabkan mortalitas larva
air di dalam gelas plastik, kemudian 25 ekor sebanyak 50% (LC50) dan untuk
larva Ae aegypti dimasukkan ke dalam mengetahui LT 50, yaitu waktu yang
laruran tersebut. Selanjutnya dilakukan dibutuhkan untuk mematikan larva
pengamatan dan dihitung jumlah larva sebanyak 50%,dilakukan analisis Probit.
yang mati setelah 1 jam, 3 jam, 6 jam, 12
jam, 18 jam, 24 jam dan 48 jam setelah HASIL DAN PEMBAHASAN
perlakuan. Uji eksplorasi
Kriteria larva mati yaitu jika larva tidak Hasil uji eksplorasi didapatkan bahwa
bergerak dan tidak memberikan respon semua konsentrasi ekstrak mampu
saat disentuh. Konsentrasi yang dipilih menyebabkan mortalitas pada larva uji
untuk mencari nilai LC50 pada tahap uji (Tabel 1). Hal ini menunjukkan dan
toksisitas yaitu konsentrasi terendah dari memastikan bahwa ekstrak serai wangi
uji eksplorasi dan kemudian diletakkan tersebut bersifat toksik.
diantara minimal 2 perlakuan yaitu 1
diatasnya dan 1 di bawahnya (Hanafiah Tabel 1. Hasil uji pendahuluan efektivitas
2008). ekstrak serai wangi sebagai
larvasida nyamuk Aedes aegypti
Uji Efektivitas selama 24 jam
Hasil uji eksplorasi dilanjutkan dengan
uji toksisitas. Uji ini dilakukan dengan Jumlah
Konsentrasi %
ekstrak serai wangi diencerkan dengan larva mati
konsentrasi 20%, 30%, 40% dan 50% Kontrol 0 0
dengan volume 250 ml. Sebanyak 25 ekor 30% 12 48
larva instar III dimasukkan ke dalam larutan 40% 21 84
tersebut lalu dihitung mortalitas setelah 1 50% 25 100
jam, 3 jam, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24
60% 25 100
jam setelah perlakuan. Perlakuan yang
sama diulangi sebanyak 4 kali (WHO
2005). Uji efektifitas ini dilakukan untuk Ekstrak tersebut mampu menyebabkan
mengetahui daya bunuh dari ekstrak serai kematian 48% hewan uji pada konsentrasi
wangi terhadap larva Ae. aegypti dengan 30% dan mampu membunuh 100% hewan
menentukan nilai LC50 (Letal Consentration uji pada konsentrasi 50% dan 60%.
50), dan LT50 (Lethal Time 50) dengan Konsentrasi yang dipilih untuk mencari nilai
menggunakan analisis Probit. Untuk LC50 pada tahap uji toksisitas yaitu 20%,
mengetahui presentase kematian larva uji 30%, 40%, dan50%. Konsentrasi ini dipilih
dihitung menggunakan rumus: karena perlakuan yang diperkirakan akan
berpengaruh paling baik (konsentrasi 30%)
Presentase Mortalitas = harus diletakkan diantara minimal dua
perlakuan lainnya (Hanafiah 2008).
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑢𝑗𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑢𝑗𝑖
x 100% Uji efektivitas serai wangi sebagai
Larvasida larva Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil pengamatan
Analisis Data mortalitas larva pada uji efektifitas serai
Data yang diperoleh dari hasil wangi, diperolah distribusi kumulatif
pengamatan diuji menggunakan software mortalitas larva dengan waktu pengamatan
Makkiah et al., Efektivitas Ekstrak … 4

sampai 24 jam pada masing–masing kedalam tubuh larva. Prosentasi mortalitas


perlakuan (Gambar 1). Perubahan jumlah larva yang berbeda pada masing-masing
mortalitas larva yang signifikan pada setiap konsentrasi dan lama waktu paparan
pengulangan. Semakin tinggi konsentrasi terjadi karena masing-masing larva
larutan uji, semakin tinggi pula prosentasi memiliki daya proteksi yang berbeda
kematian larva. Hal ini akibat dari semakin terhadap racun.
banyaknya senyawa alami yang masuk
MORTALITAS LARVA

30
25
20
15
10
5
0
KONTROL(0%) KONSENTRASI 20% KONSENTRASI 30% KONSNTRASI 40% KONSENTRASI 50%

REPLIKASI I REPLIKASI II REPLIKASI III REPLIKASI IV

Gambar 1. Prosentase mortalitas larva uji pada setiap perlakuan konsentrasi dan replikasi
(ulangan)

Pengulangan (replikasi) pada masing- konsentrasi 0% (kontrol) tidak memberikan


masing perlakuan tidak memberikan pengaruh pada mortalitas larva.
pengaruh yang signifikan. Hasil uji Konsentrasi yang paling berpengaruh pada
normalitas dengan nilai p<0,05 yang berarti mortalitas larva yaitu konsentrasi 40% dan
bahwa distribusi data tidak normal. 50% karena pada konsentrasi tersebut
Selanjutnya dilakukan uji efek antara prosentase mortalitas larva paling tinggi
variabel subyek yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan konsentrasi lain.
larutan ekstrak serai wangi berpengaruh Hasil analisis probit untuk mendapatkan
secara nyata terhadap mortalitas larva nilai LC50 didapatkan pada konsentrasi
instar III dan IV nyamuk Aedes aegypti. Hal
36,48%, yang artinya bahwa konsentrasi
ini dapat dilihat dari nilai signifikan variabel
yang dapat menyebabkan mortalitas larva
konsentrasi p=0.000, artinya variasi
uji sebanyak 50% ada pada larutan dengan
konsentrasi berpengaruh terhadap
mortalitas larva, dan nilai signifikan konsentrasi 36 , 48%. Menurut WHO
Variabel ulangan p=0.993, artinya ulangan (2005) bahwa konsentrasi larvasida
tidak berpengaruh terhadap mortalitas dianggap efektif apabila dapat
larva. menyebabkan kematian larva uji antara 10-
Hasil uji lanjut (post hoc test) terdapat 95%.
perbedaan yang signifikan antara Berdasarkan data waktu yang
perlakuan konsentrasi ekstrak serai wangi dibutuhkan untuk mematikan larva uji
terhadap rata-rata mortalitas larva yaitu dilkukan uji regresi linear sederhana untuk
pada konsentrasi 20 %,30%, 40% dan mengetahui nilai LT50. Hasil uji didapatkan
50%. Hal ini berarti keempat konsentrasi nilai LT50 dari total waktu pengamatan
adalah pada jam ke 10.45. Hal Ini berarti
tersebut memberikan pengaruh yang
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
berbeda terhadap rata-rata mortalitas larva
Aedes aegypti. Sedangkan pada
5 Jurnal Bios Logos Vol.10 No.1, Februari 2020

mematikan 50% dari total populasi larva uji Uji toksisitas dalam penelitian ini
adalah 10,45 jam . dilakukan dengan memasukkan larva
Ekstrak yang dibutuhkan untuk nyamuk kedalam larutan ekstrak dengan
mematikan 100% hewan uji dalam konsentrasi tertentu, dengan demikian
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan seluruh tubuh larva nyamuk akan terpapar
dengan berbagai hasil penelitian lainnya. oleh zat toksik dari ekstrak serai wangi.
Hasil penelitian Rizqia et al. (2016) Senyawa zat toksik yang terkandung
melaporkan bahwa ekstrak etanol serai dalam larutan ekstrak serai wangi dapat
wangi dengan konsentrasi 0,0007g/ml masuk melalui mulut karena larva biasanya
mampu mematikan 94,67% larva uji. mengambil makanan dari tempat hidupnya
Penelitian Arcani et al. (2017) (Yunita 2009). Dinding tubuh serangga
mendapatkan konsentrasi 25% dengan merupakan bagian tubuh serangga yang
paparan 60 menit adalah konsentrasi dapat menyerap zat toksik dalam jumlah
ekstrak serai wangi yang paling efektif besar (Cania 2013).
dalam mematikan larva. Berbeda pula Larva instar III dan IV dipilih sebagai
dengan hasil penelitian Amirullah et al hewan uji karena sudah mempunyai
(2018) yang mendapatkan konsentrasi kemampuan yang lebih kuat dalam
4,5% yang evektif mematikan 98% larva menetralisir senyawa yang bersifat toksik
uji. dibandingkan dengan larva instar I dan II.
Perbedaan hasil ini diduga karena Berdasarkkan hasil ini maka diasumsikan
adanya perbedaan kadar kandungan bahwa dosis yang mampu mebunuh larva
senyawa yang terdapat dalam ekstrak serai instar III dan IV juga mampu membunuh
wangi yangg menggunakan pelarut yang larva I dan II, sehingga LC yang
berbeda (Etanol). Pada uji fitokimia ekstrak didapatkan akan sesuai dengan target
etanol serai wangi, selain mengandung penelitian yaitu mampu membunuh semua
beberapa senyawa metabolit sekunder larva (Dzakaria 2004).
juga didapatkan kandungan senyawa
minyak atsiri yang diketahui mempunyai KESIMPULAN
efek toksik yang lebih tinggi (Hendrik et al. Ekstrak serai wangi (C. nardus) efektif
2013). Ekstrak yang digunakan pada dalam mematikan larva Aedes aegypty
penelitian ini adalah ekstrak serai wangi instar III dan IV. Nilai LC50 setelah 24 jam
yang dibuat dengan metode yang masih paparan pada konsentrasi 36,48%. Hal ini
sangat sederhana dengan menggunaakan berarti bahwa ekstrak serai wangi dengan
pelarut air namun terbukti tetap efektif konsentrasi 36,38% mampu menyebabkan
dalam membunuh larva. 50% mortalitas dari populasi larva uji. Nilai
Kematian hewan uji terjadi karena LT50 adalah 10,45 jam yang berarti bahwa
ketidak mampuan larva dalam waktu yang dibutuhkan untuk mematikan
mendetoksifikasi senyawa kimia yang 50% dari populasi larva uji adalah 10,45
terdapat dalam larutan ekstrak. Menurut jam.
Rita dan Ningtyas (2009) bahwa ekstrak
serai wangi mempunyai kandungan
metabolit sekunder yang bersifat polar DAFTAR PUSTAKA
antara lain tanin, saponin, steroid, Amirullah, Nurhayu M, Eis N (2018) Uji
flavonoid, minyak atsiri dan beberapa zat efikasi ekstrak daun sereh
aktif lainnya yang menyebabkan larutan ini (Andropogon nardus) dan biji mahoni
bersifat toksik/racun. Racun ini (Swietenia macrophylla) terhadap
digolongkan dalam racun kontak dan mortalitas larva nyamuk Aedes
racun perut. Sebagai racun kontak, selain aegypti. Biowallacea 5 (2): 838-852
menyebabkan efek lokal ditempat kontak, Arcani, NLKS, Sudarmaja, IM, Swastik IK
suatu toksikan akan menyebabkan (2017) Efetifitas ekstrak etanol serai
kerusakan mukosa kulit dan sebagai racun wangi (Cymbopogon nardus) sebagai
perut akan mengakibatkan gangguan Larvasidan Aedes Aegypti. E-Journal
sistem pencernaan larva sehingga gagal Medical 6 (1): 1-4
berkembang dan akhirnya mati (Suyanto Boesri H, Heriyanto B, Handayani SW,
2009) . Suwaryono T (2015) Uji toksisitas
Makkiah et al., Efektivitas Ekstrak … 6

beberapa ekstrak tanaman terhadap Masyarakat Indonesia 12 (4): 216-


larva Aedes aegypti vektor demam 223.
berdarah dengue. Vektora 7(1): 29-38 Rita E, Ningtyas DR (2009) Pemanfaatan
Cania, E (2013) Efektivitas larvasida Cymbopogon nardus sebagai
ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) larvasida Aedes aegypti. Jurusan
terhadap larva Aedes aegypti. Medical Pendidikan Biologi, IKIP PGRI
of Journal Lampung Uniiversity 2 (4): Semarang.
52-60 Rizkia GN, Ismawati, Yulianto FA (2016)
Direktorat Jenderal Pengendalian P2PL, Pengaruh ekstrak ethanol daun serai
Kementerian Kesehatan Republik
wangi terhadap kematian larva Aedes
Indonesia (2011) Modul pengendalian
aegypti. Prosiding Pendidikan Dokter 2
demam berdarah dengue. Ditjen P2PL
(1): 844-849.
Kemenkes RI, Jakarta.
Dzakaria, S (2004) Pendahuluan Suyanto F (2009) Efek larvasida ekstrak
entomologi parasitologi kedokteran kulit buah manggis (Garcinia
edisi ke-3. Fakultas Kedokteran mangostana L.) terhadap larva Aedes
Universitas Indonesia, Jakarta. aegypti L. Skripsi. Fakultas
Gritter RJ, Bobbit JM, Schwarting JM Kedokteran Universitas Sebelas
(1991) Pengantar kromatografi, Maret, Solo.
Penerbit ITB, Bandung. WHO: World Health Organization (2005)
Hanafiah K (2008) Rancangan percobaan Comunicable desease control
aplikatif: Aplikatif kodisional bidang guidelines for laboratory and field
pertamanan, peternakan, perikanan, testing of mosquito larvicides. World
industri, dan hayati. PT. RajaGrafindo Health Organization Communicable
Persad, Jakarta. Disease Control, Prevention and
Harfiani, H (2012) Efektifitas larvasida Eradication Who Pesticide Evaluation
ekstrak daun sirsak dalam membunuh Scheme WHO, Library Cataloguing-in-
jentik nyamuk. Jurnal Kesehatan Publication Data.
Masyarakat 7(2): 164-169 Widiyanti, NLM, Mulyadiharje S (2004) Uji
Hendrik GW, Erwin, Pangabean AS (2013) toksisitas jamur Metarliizium
Pemanfaatan tumbuhan serai wangi
anisopliae terhadap larva nyamuk
(Cymbopogon nardus) sebagai
Aedes aegypti. Media Litbang
antioksidan alami. Jurnal Kimia
Kesehatan14(3): 25-31.
Mulawarman 10 (2): 74-79,
Koneri R, Pontororing HH (2016) Uji Yunita EA, Nanik HS, Jafron WH (2009).
ekstrak biji mahoni (Swietenia Pengaruh ekstrak daun teklan
macrophylla) terhadap larva Aedes (Euphatorium riparium) terhadap
aegypti vektor penyakit demam mortalitas dan perkembangan larva
berdarah. Jurnal Media Kesehatan Aedes aegypti. BIOMA 11 (1): 11-17

Anda mungkin juga menyukai