Bismillah SKRIPSI Fix Untuk Kaset (1) - Dikonversi
Bismillah SKRIPSI Fix Untuk Kaset (1) - Dikonversi
SKIRPSI
Oleh
i
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN BERAT BADAN
BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS TILAMUTA
KABUPATEN BOALEMO
SKIRPSI
Oleh
(QS. Al Insyirah : 5)
“Karena itu, Ingatlah Kamu kepada-ku Niscaya Aku Ingat (pula) kepadamu,
dan Bersyukurlah kepada-ku, dan Janganlah Kamu Mengingkari (Nikmat-
ku)”
Alhamdulillah, dengan ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah dan
izin rahmatnya yang melimpah yang terus diberikan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Atas nama cinta kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda
dharma baktiku kepada kedua orang tuaku, Bapak Yunus Sau & Ibu Yandri
Husain” yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dengan ikhlas, sabar
dan selalu mendoakanku untuk kesuksesanku. Terima kasih untuk segalanya ayah
dan ibu.
Mohamad Gusti Sau. 2020. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes. dan
Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Kata Kunci : Frekuensi Pemberian ASI, Berat Badan, Bayi Usia 0-6 Bulan
berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-
Dalam penyusunan skripsi ini harus diakui banyak menemui kendala dan
kesulitan yang dihadapi. Alhamdulillah, berkat izin dan kuasa Allah SWT yang
disertai kemauan, ketekunan, dan usaha kerja keras serta bantuan dari semua pihak
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Nanang Rowsita Paramata,
M.Kes selaku pembimbing I dan dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes selaku pembimbing II
yang senantiasa membimbing dengan sabar, tulus dan ikhlas, selalu memberikan
balasan kebaikan dunia dan akhirat, atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Gorontalo (UNG). Terima kasih atas fasilitas yang telah diberikan selama
x
2. Bapak Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr,
3. Dr. Herlina Jusur, Dra, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Msi, Apt selaku Wakil Dekan II, dan Edy Duhe, S.Pd. M.Pd selaku Wakil
5. Ns. Yuniar M. Soeli, S. Kep., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku Ketua
Suryaningsi Hiola, S.Kep., M.Kep selaku penguji II. Terima kasih atas
skripsi ini.
7. dr. Sitti Rahma, M.Kes, dr. Nanang Rowsita Paramata, M.Kes dan dr. Sri
S.Kep., M.Kep sebagai dosen penguji, terima kasih atas kesediaan waktu
Basir S.Kep, M.Kep, yang telah membimbing, mengarahkan dan tak henti-
skripsi.
10. Ns. Yuniar M. Soeli, S. Kep., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa yang juga selaku
diberikan.
12. Ungkapan tulus terima kasih untuk keluarga saya yang selalu memotivasi
saya terutama kedua orang tua saya bapak saya yunus sau dan ibu saya
13. Trima kasihku untuk sahabat saya yang Ali Aguspriyanto Yunus, S.Kep,
Zabir Ismail Dan Franky Bila, yang selalu mengsupor saya dan membantu
14. Seluruh teman-teman koskosan terbaik yang tak bisa saya sebutkan satu
dukungan, perhatian dan motivasi. Sekali lagi terima kasih atas segalanya
17. Teman-teman KKS Desa Langge 2019 Kecamatan Anggrek. Terima kasih
18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Dalam penyusunan skripsi ini,
jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
LOGO SAMPUL..........................................................................................ii
SURAT JUDUL............................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.............................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................v
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..................................................................................x
DAFTAR ISI.................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 6
1.4 Tujuan Penelitian 6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.5.1 Manfaat Teoritis 7
1.5.2 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTISIS 9
2.1 Tinjauan bayi......................................................................................9
2.1.1 Definisi Bayi 9
2.1.2 Gizi Bayi 9
2.1.3 Tanda Bayi Cukup ASI 10
2.2 Tinjauan Berat Badan. 10
2.2.1 Definisi Berat Badan 10
2.2.2 Peningkatan Berat Badan 11
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Berat Badan Bayi 13
2.2.4 Pemantauan Peningkatan Berat Badan 14
Tabel 4.8 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Berat Badan Bayi Usia
0-6 Bulan 56
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 11 : Jurnal/Artikel
PENDAHULUAN
bayi. Upaya untuk meningkatkan berat badan bayi diperlukan gizi yang maksimal
dan ASI merupakan makanan utama bagi bayi terutama pada usia 0-6 bulan.
tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
gizi. unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI, bahkan sampai
umur 6 bulan sesuai rekomendasi WHO tahun 2001 tentang pemberian ASI
eksklusif.
Pada bayi baru lahir, perlu diakukan pengukuran antropometri seperti berat
badan, dimana berat badan yang normal itu adalah sekitar 2.500-3.500 gram,
apabila bayi ditemukan barat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan
bayi memiliki berat badan lahir rendah. Akan tetapi, apabila ditemukan bayi
dengan berat bdan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukan dalam
meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah
satu unsur penting. Pertumbuhan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI
yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI
tersebut, ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
usia sekitar 6 (enam) bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif (Hubertin,
2004).
1
Di dalam ajaran Islam sudah diberitahukan untuk ibu-ibu hendaklah
menyusui anaknya hingga umur 2 tahun penuh [QS. Al-Baqarah: 233]. Menurut
WHO ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI juga dapat diberikan sampai
usia 2 tahun. pemberian ASI eklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman
internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi
bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (WHO, 2011 dalam harjanto, 2016).
ASI dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi pada anak usia
6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan.
Kristiyanasari (2009) menyatakan bahwa salah satu manfaat yang akan diperoleh
apabila memberikan ASI pada bayi adalah bayi mempunyai kenaikan berat badan
(2009).
Akan tetapi data yang di dapatkan dari angka menyusui di dunia masih
sangat buruk. Ketika mengevaluasi prektek pemberian ASI esklusif di 139 negara,
Unicef menyampaikan temuan bahwa hanya 20% dari negara-negara yang diteliti
mempraktekan pemberian ASI esklusif pada lebih dari 50% bayi yang ada.
rendah dari 50%. Indonesia dengan persentase pemberian ASI dipraktekan pada
39% dari seluruh bayi adalah salah satu dari Negara-negara yang tergolong
mempengaruhi seluruh hidup mereka. Selama fase ini tubuh dan otak tumbuh.
sagatlah penting. Makan yang memenuhi kriteria sehat dalam kuantitas maupun
kualitas sangat penting karena setiap kekurangan dapat menghambat potensi fisik,
psikis dan intelektual mereka. Pilihan terbaik untuk bayi adalah disusui oleh ibu
mereka. Memanfaatkan cara ini secara efektif memberikan mereka cukup zat besi,
vitamin dan mikronutrien lainnya untuk tumbuh dan siap untuk menghadapi
tantangan hidup seperti infeksi dan perubahan lingkungan seperti iklim yang
bayi. Pada awalnya, bayi menyusui hanya 10 menit atau beberapa menit setiap
kalinya. Lama menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi ASI
benar – benar stabil (Ronald, 2011). Irianto (2014) menambahkan bahwa lamanya
menyusui biasanya sekitar 5-10 menit tetapi sering ada yang lama sampai
dapat membuat bayi mungkin tidak mendapatkan susu akhir yang kaya energi
yang diperlukan untuk tumbuh dengan baik. Bayi dianggap cukup mendapatkan
ASI jika terdapat penambahan berat badan yang signifikan, bayi merasa puas dan
kenyang setelah menyusui, kemudian bayi bisa tidur nyenyak selama 2-4 jam, dan
bayi dapat buang air kecil atau besar dengan frekuensi minimal enam kali dalam
National Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat
dua kali lipat dari berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat
badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih
dari
3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan
untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat kaitannya
peningkatan berat badan bayi, semakin tinggi frekuensi menyusui maka bayi
adalah cara terbaik karena dapat mencegah masalah pada proses menyusui dan
1. Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang minum
ASI eksklusif sebanyak 9.254 bayi (60,6%), yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 6.010 bayi (39,3%). Di Asia 5,542 bayi (43,8%) dari
12.642 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang mendapatkan ASI eksklusif
7.100 bayi (56,1%) yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 5,542
hanya mencakup 37,3% dan yang diberikan ASI non eksklusif yaitu ASI
tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase
(15,32%). Ada lima provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun
Lampiran 5.28.
proporsi pola pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan dari 6
usia 0-5 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 579 bayi
(43.37%) yang tidak mendapatkan ASI sebanyak 745 bayi (55.80%) dan
ASI.
2019. dari 8 orang ibu yang diwawancarai tentang cara pemberian ASI dan
yakni tetap sama dengan hasil pada bulan kemarin, hal ini disebabkan
karena ibu yang memberikan asupan ASI predominan dan ASI parsial
pada bayi juga kurangnya kesadaran ibu dari pentingnya keutamaan ASI,
terpenuhi atau sering dibatasi, sehingga berat badan bayi hanya mengalami
berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo?
hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi usia 0-
3. Menganalisa hubungan frekuensi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan
Boalemo.
1. Bagi peneliti
1. Bagi Puskemas
di harapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah data
ibu hamil antra hubungan frekuensi pemberian ASI dengan berat badan
2. Bagi masyarakat
dari penelitian ini akan lebih di khususkan untuk ibu-ibu hamil yang
mempunya bayi usia 0-6 bulan sebagai bahan informasi, masukkan dan
wawasan tentang pentingnya pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan
serta manfaat ASI bagi ibu dan terutama pada berat badan bayi.
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan. Bayi dapat dikelompokkan
menjadi tiga: bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga: bayi cukup bulan, bayi
prematur dan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi cukup bulan
adalah bayi yang termasuk dalam kelompok kelahiran normal, yaitu kelahiran
bayi secara alami tanpa bantuan suatu alat apapun atau tanpa operasi. Bayi
prematur adalah bayi lahir tidak cukup bulan. Adapun Bayi Berat Lahir Rendah
Kebiasaan makan dibentuk sejak bayi. Begitu juga dengan kesehatan pada
usia anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut ditentukan sejak bayi. Dua
kegunaan makanan bayi adalah mememnuhi zat gizi untuk tumbuh kembang dan
dikemudian hari. Indra pengecap berkembang sejak bayi berusia 0-12 bulan. Oleh
Makanan utama bayi Air Susu Ibu (ASI) sehingga perlu disiapkan sebelum
lahir. ASI hendaknya sudah dipersiapkan sejak janin masih dalam kandungan
dengan cara merawat payudara selama masa kehamilan, terutama pada 2-3 bulan
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan
3. Bayi akan Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.
7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) bayi sesuai
rentang usianya).
bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai sensitive yang terbaik
saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitive
(Aritonag, 2012).
Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran
masa tubuh. Masa tubuh sangat 12ensitive terhadap perubahan yang mendadak,
normal, dimana keadaan baik dan seimbang antara konsumsi dan ada kebutuhan
zat gizi, maka berat badan akan bertambah secara baik. Sebaliknya, dalam
yaitu dapat berkembang secara cepat atau lebih lambat dari keadaan normal
(Narendra,dkk 2009).
gandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel. Sebagai salah satu
contoh seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini
dapat dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat
atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Jadi
perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu
memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat
gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Kemenkes RI, 2013).
Jika tiap organ diukur beratnya maka kemajuan atau pola pertumbuhan
badan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula
ada yang mempunyai pola yang sangat cepat sehingga dalam waktu yang pendek
telah mencapai bentuk organ biasa sedangkan yang lain pola peningkatan berat
badan terjadi secara perlahan sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada
Kenaikan berat badan normal bayi pada triwulan adalah sekitar 750-1000
gram/bulan, pada triwulan I sekitar 500-600 gram/bulan pada triwulan III sekitar
𝑢𝑚𝑢𝑟(bulan) + 9
= 𝑛+9
2 2
(Umur(tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
KBM.
peningkatan berat badan yang normal dan ini merupakan hasil interaksi banyak
c. Perawatan payudara
2. Faktor Bayi
memiliki pengertian yang relatif (tidak kaku). Pengertian relatif disini berarti
perkembangan status gizi memiliki sifat luwas tidak didasarkan pada kategori-
kategori yang kaku misalnya gizi lebih atau gizi kurang, gemuk atau kurus, tinggi
atau pendek. Oleh karena itu interpretasi terhadap perkembangan status gizi yang
bahwa gizi anak tetap baik, membaik atau memburuk (Kemenkes RI, 2013).
Pada dasarnya semua informasi atau data berat badan hasil penimbangan
balita bulanan yang diisikan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik
atau tidaknya berat badan tersebut. Menurut Siswanto (2010) Ada 3 kegiatan
2. Ada kegiatan pengisian data berat badan ke dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS).
pertumbuhannya.
Menurut data dari ikatan dokter anak indonesia Bayi yang mendapat ASI
umumnya tumbuh dengan cepat pada 2-3 bulan pertama kehidupannya, tetapi
lebih lambat dibanding bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Dalam minggu
pertama kehidupan sering ditemukan penurunan berat badan sebesar 5% pada bayi
yang mendapat susu formula dan 7% pada bayi yang mendapat ASI. Apabila
terjadi masalah dalam pemberian ASI, penurunan berat badan sebesar 7% dapat
terjadi pada 72 jam pertama kehidupan. Adapun data antropometri dari WHO
tahun 2005 untuk kriteria BB bayi berdasarkan umur 0-6 bulan sebagai berikut:
Air Susu Ibu atau ASI merupakan makanan alami bayi yang komposisinya
berupa emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik. ASI
disekresi dari kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik dan aman
untuk bayi yang diberikan dari umur 0-6 bulan (Bahiyatun, 2009). Menurut
Ningsih (2018) Air Susu Ibu atau (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi
sampai usia 6 bulan karena mengandung berbagai nutrisi yang sangat dibutuhkan
bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara. WHO dan
ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan dalam upaya mendukung ASI
eksklusif adalah:
1. Inisiasi menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama setelah lahir.
3. Menyusui sesuai dengan keinginan bayi, baik pagi dan malam hari (on
demand).
1. Menyusui Eksklusif
Tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih,
adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui, sejak lahir tidak
2. Menyusui Predominan
bayi hanya disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau
minuman kecuali minuman berbasis air, yaitu air putih atau air teh.
3. Menyusui Parsial
Menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu
formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan,
dari
pertanyaan: bayi masih disusui, pernah diberikan makanan prelakteal
selain makanan atau minuman berbasis air seperti susu formula, biscuit,
Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim
pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan
multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang sangat cocok dan
mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal
bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 2012).
ASI memiliki kandungan zat gizi yang dapat memenuhi kebutuhan bayi, berikut
1. Air
vitamin, mineral dan lain-lain. Jadi, bayi yang menerima ASI tidek
yang jumlahnya hanya beberapa tetes cukup untuk menjaga bayi tetap
2. Protein
tinggi dalam susu mamalia lain daoat membebani ginjal bayi yang
belum matang.
ASI mengandung kasein yang lebih rendah sehingga jauh lebih mudah
protein dalam ASI yang berperan ,elindungi bayi dan infeksi saluran
cerna.
3. Karbohidrat
bayi. ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh lebih tinggi
dari susu lain dan merupakan sumber energy yang utama dan paling
Jenis karbohidrat lain yang ada dalam ASI adalah oligosakarida yang
ASI mengandung 3,5 gram lemak per 100 ml. lemak sangat
asam lemak.
5. Vitamin
bayi. Kadar vitamin D dalam ASI cukup rendah sehingga bayi juga
6. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI cukup rendah karena ginjal bayi masih
dibandin susu formula. Kandunga zat besi dalam ASI juga dapat
vitamin C yang tinggi. Bayi dapat menyerap hingga 60% zat besi
kali lebih banyak dibandingka susu sapi. Selain lysozyme, ASI juga
memberikan susu formula. Oleh karena itu manfaat dan keungulan dari menyusui
yang dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya (Purwoastuti & Walyani,
2015):
1. Aspek gizi
mekonium yaitu zat yang tidak terpakai dari usus bayi. Kandungan zat
gizi dalam ASI mudah dicerna. Didalam ASI, perbandingan Whei dan
Cassein sesuai untuk bayi yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
2. Aspek imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. IgA
pada ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi
dan Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih
3. Aspek psikologik
Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Dalam menyusui,
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh dan mendegar
denyut jantung ibu. Kedekatan secara emosional sejak dini ini akan
4. Aspek kecerdasan
bayi. Menurut Arif (2009) pada janin usia 9 bulan sampai usia 2 tahun
otak, dimana pada masa ini otak mengalami pembelahan sel dan
5. Aspek neurologis
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek ekonomis
dan siap saji kapan saja dan dimana saja tanpa mengkhawatirkan susu
basi. Menurut Arif (2009) bayi yang diberi ASI jarang sakit sehingga
kehamilan.
(Badriah, 2014). Hal ini disebakan karena efektivitas dan optimasi fungsi dan
dikonsumsi oleh bayi. Dengan demikian, deviasi fungsi payudara tidak akan
(2009) yaitu:
lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar
Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari, dan penghentian
pertama pemberian air susu dilakkan pada malam hari. Hal ini cukup
reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara
dan pengeluaraan air susu dari dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi. (Maritalia, 2012) membedakan ASI dalam tiga
stadium, yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum
lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir
yang akan datang. Kolostrum atau ASI hari-hari pertama adalah cairan
konsentrasi tinggi.
2. ASI transisi/peralihan
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama
dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
pada hari ke- 4 sampai hari ke-10 setelah kelahiran. Bahkan pada
peralihan
mengandung protein lebih rendah dibandingkan kolostrum (Krisnatuti
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relative
konstan. Foremik merupakan air susu yang mengalir pertama kali atau
dan air. ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI matang sekitar 10
Imunoglobulin:
Menurut Monika (2016) salah satu hal yang cukup penting untuk mencapai
1. Laktogenesis I
Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu hanya karena ditekan oleh
hormon, ibu tidak perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar (asalkan
2. Laktogenesis II
mulai diproduksi lebih banyak yang umurnya sudah terjadi pada hari
3. Laktogenesis III
Laktogenesis III mulai terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-10 pasca
kelahiran. Dalam fase ini, bukan sistem kendali endokrin lagi yang
versus permintaan.
payudara. Jadi, bisa saja satu payudara tidak menghasilkan ASI sama
payudara.
2.4. Frekuensi menyusui
Menyusui bisa dilakukan setiap 2-5 jam dengan pemberian dari kedua
payudara secara bergiliran. Bayi yang baru lahir biasanya mengis meminta
menyusui pada saat mereka lapar, seiring bertambahnya usia, bayi kan terbiasa
dengan jadwal menyusui dan akan meminta menyusui secara teratur dengan
waktu tertentu.
3. Volume ASI
menyusui dan status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6
kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan. Begitu pula dengan penelitian yang di
lakukan sinaga (2010) mengenai perrbedaan berat dan anjang badan bayi usia 0-6
berat daban bayiyang di berikan ASI esklusif (4.1 kg) lebih besar dari pada bayi
yang diberikan MPASI (3,4 kg) pada usia 0-6 bulan. Menurut kristiansari (2009)
bayi yang mendapatkan ASI memiliki berat badan yang lebih baik setelah lahir.
Irianto (2014) menyatakan bahwa lamanya menyusui biasanya sekitar 5-10
menit tetapi sering ada yang lama sampai setengah jam tergantung bayi,
pemberhentian menyusui sebelum bayi selesai dapat membuat bayi mungkin tidak
mendapatkan susu akhir yang kaya energi yang diperlukan untuk tumbuh dengan
baik. Rentang yang optimal adalah antara 8 hinga 12 kali setiap hari. Meskipun
mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 jam hingga 12 kali menyusui dan
menghasilkan pekiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan seagian
besar bayi. Banyak bayi dalam rentang beberapa jam menyusu beberapa kali.
Tidur untuk beberapa jam dan bangun untuk menyusu lagi. Ibu sebaiknya
dianjurkan untuk menyusui bila bayi tampak kenyang (isyarat kenyang meliputi
relakasasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu dan melepaskan puting (Wiji, 2011) .
Pada awalnya, bayi menyusui hanya 10 menit atau beberapa menit setiap
kalinya. Lama menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi ASI
benar – benar stabil (Ronald, 2011). Sebaiknya bayi disusui secara (on demand),
karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya
bila bayi menangis bukan karena sebab lain (karena kepanasan/kedinginan atau
sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusukan bayinnya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan
masalah menyusui.
Ibu yang bekerja di luar rumah dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam
hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI (Wiji,
2011). Frekuensi menyusui yang sering dan tidak dibatasi dibuktikan bermanfaat
karena volume ASI bertambah sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit
Faktor yang menyangkut kondisi bayi antara lain bibir sumbing, celah
diberi ASI atau bahan lain yang mengandung laktosa maka kadar
laktosa dalam darah dan air kemih akan meningkat secara klinis akan
timbul katarak.
payudara seperti putting susu terbenam, tidak ada susu dan air susu
tidak keluar.
Pekerjaan ibu bisa dilakukan dirumah, di tempat kerja baik yang dekat
maupun yang jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering
mencoba agar waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Padahal
ibu yang bekerja dapat memberikan ASI dengan cara memerah ASI.
ASI yang diperah dapat disimpan dan diberikan kepada bayi saat ibu
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya,
jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik ibu mau patuh
waktu yang
tepat memberikan makanan timbangan dan risiko pemberian makanan
6. Faktor Iklan
Iklan merupakan saran yang jika baik dapat menarik penonton atau
bayinya.
7. Faktor Budaya
bentuk payudara yang membuat wanita tidak cantik dan ibu yang
8. Faktor Ekonomi
memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan.
yang kurang tepat atau mulut bayi hanya menghisap disebagian aerola
Tabel 2.2. Kajian Penelitian yang Relevan Hubungan Frekuensi Dan Cara
Pemberian Asi Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan diwilayah Puskesmas
: Tidak Diteliti
Sumber : (Irianto, 2014), (Purwoastuti & Walyani, 2015), dan (Riksani, 2012)
: Variabel Dependen
2.8. Hipotesis
ASI dengan berat badan bayi 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Boalemo.
cross sectional untuk mengetahui apakah ada hubungan frekuensi pemberian asi
dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo.
oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari
aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus.
Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,
2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Berat Badan (BB) bayi 0-6
bulan.
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Frekuensi Dan Cara Pemberian ASI
Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo
No. Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala
3.4.1. Populasi
akan diteliti dan telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 0-6
Sampel bayi usia 0-6 bulan yang menyusui secara eksklusif dan tidak secara
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
2. Data Sekunder
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari data dinas kesehatan
Gorontalo tahun 2018 dan data total pemberian ASI eksklusif 0-6
dalam penelitian ini adalah buku kia dan kuesioner. Kuesioner ini diambil dari
untuk mengukur frekuensi pemberian Asi dan timbangan bayi di gunakan untuk
mengetahui data perubahan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas
berikut:
terlebih dahulu jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak
diperbaiki.
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan
nomor-nomor pertanyaan.
3. Entry Data (memasukkan data)
1. Analisa Univariat
penelitian.
2. Analisa Bivariat
uji chi-square
.
3.7. Hipotesis Statistik
H0 : Tidak Ada hubungan frekuensi dan cara pemberian ASI dengan berat
Boalemo
H1 : Ada hubungan frekuensi dan cara pemberian ASI dengan berat badan
menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan. Maka disimpulkan etika dalam
peneliti.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
jalan pada tahun 2005. Dimana Puskesmas ini terletak di Ibu kota
meja V merupakan petugas kesehatan yakni terdiri dari 4-5 kader PKK, 1
bidan, 1 perawat, dan 1 ahli gizi terkadang ada juga dokter diposyandu
Boalemo.
4.1.2 Analisis Univariat
Karateristik Responden
Total 37 100
tiga, yaitu remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dan
responden.
2. Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
1. SD 11 29,7
2. SMP 3 8,1
3. SMA 16 43,2
4. Sarjana 7 19
Total 37 100
berdasarkan jenis pekerjaan ibu pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Distribusi
1. URT 31 83,8
2. PNS 4 10,8
3. Wirasuasta 2 5,4
Total 37 100
adalah Ibu rumah tangga yang masuk dalam kategori tidak bekerja
1. 1 anak 16 43,2
2. Lebih dari 2 anak 21 56,8
Total 37 100
anak dan lebih dari 2 anak (Nanda, 2017). Mayoritas responden adalah
responden.
1. Laki-laki 17 54,9
2. Perempuan 20 54,1
Total 37 100
(54,1%).
berikut.
1. Baik 33 89,2
2. Kurang 4 10,8
Total 37 100
responden.
7. Karateristik Responden Berdasarkan Berat Badan Bayi Pada Bayi
Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Tilmuta
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh distribusi responden
Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan
No. Berat Badan Bayi Usia 0-6 Jumlah Persentase (%)
Total 37 100
berdasarkan berat badan bayi usia 0-6 bulan bahwa berat badan bayi
sesuai standar sebanyak 30 bayi (81,1%) dan berat badan kurang dari
N % N %
pemberian ASI kurang terdapat 0 (0%) bayi dengan berat badan kurang
(21,1%) bayi yang memiliki berat badan kurang dan 26 (78,8%) yang
Value 0,570 (p value > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
mendapatkan frekuensi pemberian ASI yang baik, hal ini di sebabkan oleh
Kecenderungan yang ada adalah bahwa ibu yang bekerja cenderung tidak
responden ibu yang bekerja diketahui tidak memberikan ASI eksklusif dan
itu sebagian besar atau 84,6% ibu yang tidak bekerja (IRT) diketahui
memberikan ASI eksklusif dan hanya 15,4% saja yang tidak memberikan
ASI eksklusif.
banyak ibu yang berkerja tidak dapat memberikan ASI pada bayinya 2-3
jam.
dan keluarga ibu terkait memberikan ASI pada bayi dimana selalu
memberian ASI pada saat bayi sedang menangis, karenanya pada kondisi
kurang yakni sebanyak 4 bayi (10,2%) dari 37 bayi. Hal ini di pengaruhi
oleh ibu dari bayi yang sebahagian besar berpedidikan sekolah menengah
Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa nilai signifikansinya 0.252 (sig >
bayi yang berusia 0-6 bulan, sehingga ini perlu dilakukan agar tercapainya
bayi yang sehat karena terjaga kecukupan nutrisi dan perkembangan berat
4.2.2 Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo
terdapat lebih banyak bayi yang memiliki berat badan normal sebanyak 30
bayi (81,1%) dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan kurang
(81,1%) dari 37 bayi. hal ini kemungkinan dapat pengaruhi oleh jenis
oleh Andriani dan Fahlevi, (2017) tentang perbandingan berat badan dan
panjang badan pada bayi 0-6 bulan yang diberikan asi dengan bayi 0-6
surabaya, dimana Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang besar, tetapi
147 gram lebih ringan dibandingkan bayi laki-laki, namun tidak ada
berat lahir rendah sebanyak 7,4% dengan prevalensi pada bayi perempuan
badan akan terus terjadi pada bayi. Saat bayi menginjak usia 3 bulan,
idealnya berat badan bayi laki- laki berkisar antara 5,8 kg – 7 kg dengan
susu formula dapat pengaruhi berat badan bayi, bayi yang selalu
mengenai susu formula dari teman, tetangga dan keluarga tentang promosi
bayi (18,9%). Hal ini dikarenakan usia dari ibu dimana pada karateristik
usia ibu bayi dimana terdapat 16 ibu yang berumur 17-25 tahun sehingga
ibu yang lebih mudah akan cenderung mengalami resiko BBLR (berat bayi
Hal ini sejalan oleh penelitian (Sukmani, 2016). Korelasi Umur Ibu
Melahirkan Dengan Panjang Lahir Dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0
distribusi frekuensi panjang lahir dan berat badan lahir berdasarkan umur
ibu. Jumlah total berat badan lahir dan panjang lahir berdasarkan umur ibu
memiliki jumlah yang sama. Namun jika dilihat dari pembagian umur ibu,
paling banyak adalah pada umur ibu 18.00 – 20.99 dan umur ibu 24.00 –
26.99, yang berarti bahwa umur ibu yang paling banyak melahirkan adalah
di interval umur ibu 18.00 – 20.99 dan 24.00 – 26.99. Pada umur ibu
tersebut merupakan umur yang normal untuk ibu hamil dan melahirkan.
Juga terdapat teori dari Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20
– 35 tahun karena pada umur ini disebut sebagai usia reproduksi dan perlu
didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan
2012) Menurut asumsi dari peneliti ini disebabkan oleh faktor bayi itu
sakit bayi akan menjadi rewel sehingga susah diberikan asupan nutrisi.
banyak kesibukan sehingga berat badan bayi tidak terpantau dengan baik.
4.2.3 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan. Hasil
dari jumlah tersebut terdapat 28 (82,4%) bayi yang memiliki berat badan
normal dan 6 bayi yang memiliki berat badan kurang (17,6%). Sedangkan
kategori baik terdapat 1 (33,3%) bayi dengan berat badan kurang dan 2
terdapat beberapa cell yang tidak memenuhi syarat oleh karena itu uji
dan diperoleh p Value 0,477 (p value > 0,05) yang berarti H0 diterima,
antara frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi. Hal ini sejalan
yang dilakukan oleh Trio Linda (2015) tentang hubungan frekuensi dan
square. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Merry Susanti (2012)
yang menunjukan tidak ada hubungan antara pemberian ASI dengan berat
frekuensi ASI yang kurang terdapat 4 (8,2%) bayi yang memiliki berat
badan sesuai standar normal. Hal ini berkaitan dengan pendidikan bayi.
pendidikan ibu
dengan berat badan anak. dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebagian besar anak yang memiliki berat badan tidak normal ibunya
berpendidikan rendah (50%). Hal ini menujukan bahwa peran seorang ibu
dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi maka akan
yang lebih luas ( Supariasa, 2012). Anak dengan ibu yang memiliki
kurang namun memiliki berat badan yang normal karena ibu rutin
menggunakan uji Chi Square diperoleh yaitu, p=0,012. Hal ini berarti nilai
p lebih kecil dari (0,05) maka dapat dinyatakan ada hubungan yang
Hal ini, memicu keaktifan dari para ibu sendiri untuk aktif dalam kegiatan
2009).
memiliki bayi dalam kategori berat badan kurang dari standar sebanyak 0
(0%). Hal ini dapat berhubungan dengan jumlah anak. Berdasarkan hasil
satu anak. Responden mengaku menyusui bayi lebih dari satu di dalam
rumah sehingga ASI yang diproduksi oleh ibu harus terbagi kepada
sedikit nutrisi ASI yang mengakibatkan gangguan pada berat badan. Selain
itu jika ditinjau dari pekerjaan ibu, mayoritas ibu (83,8%) masuk dalam
keluarga, ibu yang tidak bekerja tidak memiliki penghasilan yang cukup
balita menderita kekurangan berat badan hingga merujuk pada kurang gizi,
jumlah ibu dengan frekuensi ASI yang baik sejumlah 33 ibu. Dari jumlah
tersebut, 7 (21,2%) bayi masuk dalam kategori berat badan kurang dari
disebabkan anak yang sering jatuh sakit seperti terkena diare. Meskipun
pemberian ASI terbilang baik namun jika mengalami sakit berat badan
anak akan turun tiba-tiba secara drastis dan akan sulit untuk kembali
menormalkan berat badan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
maka ada Hubungan Antara Penyakit infeksi Dengan Status Gizi Pada
Tahun 2014.
dalam kategori berat badan normal. Hal ini disebabkan oleh faktor
berat badan bayi Usia 6 bulan, hal ini ditunjukkan dari nilai probabilitas (p
value= 0,015) yang berarti pada taraf ketelitian α = 0,05, didapatkan Nilai
dengan berat badan bayi Usia 6 bulan di Posyandu Desa Mulur, Bendosari,
Sukoharjo.
Kurangnya faktor-faktor yang perlu dikaji terkait berat badan bayi seperti
faktor nutrsi pada bayi, penghasilan orang tua, psikologis bayi, lingkungan
5.1 Simpulan
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
pemberian ASI. Baik cara mengatasi masalah kurangnya produksi ASI dan
menyusui bisa berjalan dengan sukses. Hal ini penting dilakukan karena
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat terutama ibu yang memiliki anak usia 0-6
tepat
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan.
Daftar Pustaka
Arif, N. (2009). Panduan Ibu Cerdas ASI dan Tumbuh Kembang Bayi.
Yogyakarta: Media pressindo.
Afifah, Aristasari, Sudarto, A (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Gajah madah
university Press
Ayustawati. (2013). Mengenali keluhan anda info kesehatan umum untuk pasien.
jakarta: informasi medika.
Aritonag. (2012). Panduan Tentang Berat Badan. Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Adrian, K. (2018). ini informasi berat badan ideal bayi pada tahun pertama.
Retrieved from https://www.alodokter.com/ini-informasi-berat-badan-ideal-
bayi-pada-tahun-pertama.16 desember 2019 (02:26)
Bahriyah, F., Putri, M., Jaelani, A. K., & Indragiri, A. K. (2017). Hubungan
pekerjaan ibu terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi. Journal
Endurance, 2, 113–118.
Dinanti, W. (2016). Perbedaan Jenis Pekerjaan Ibu dengan Kuantitas Pemberian
ASI Eksklusif. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo,
3(2), 136–140. Retrieved from http://jurnal.fk.unand.ac.id
Hidayat, A. 2008. Pengatar ilmu kesehatan anak untuk kebidanan. Salemba
medika Hayati, A. W. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC.
Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung:
Alfabeta.
Kemenkes RI. (2013). Pemberian Air Susu Ibu dan MP ASI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Krisnatuti, D., & Hastoro, I. (2014). Menu sehat untuk ibu hamil dan menyusui edisi
5. Jakarta: Puspa Swara.
Kristiyanasari, W. (2011). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maritalia, D. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Monika, F. (2016). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Noura Books
(PT Mizan Publika).
Narendra, Moersintowarti, B., & dkk. (2009). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta: Sagung Seto.
Putri, I. A. (2018). Gambaran Pola Menyusui dan Status Gizi Bayi Usia 0 – 6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan
Tuntungan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
http://repositori.usu.ac.id
. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI : Situasi
dan Analisis ASI Eksklusif.
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu) Semua Kebutuhan Gizi Bayi
Ada Pada ASI. Jakarta: Dunia Sehat.
Ronald, H. (2011). Pedoman dan Perawatan Balita agar Tumbuh Sehat dan
Cerdas. Bandung: Nuansa Aulia.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sandewi, S. (2018). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Pertumbuhan
Dan Perkembangan Pada Bayi Usia 7-12 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia. Retrieved from http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id/130/1/SKRIPSI.pdf
Sari, D. K., Tamtomo, D. G., & Anantayu, S. (2017). Hubungan Teknik , Frekuensi
, Durasi Menyusui dan Asupan Energi dengan Berat Badan Bayi Usia 1-6
Bulan di Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Amerta Nutr.,
1(1), 1–13.
Siswanto. (2010). Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soetjiningsih. (2012). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suryani, E., & Badi‘ah, A. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Sehat dan
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sukmani, K, N, A., (2016). Korelasi Umur Ibu Melahirkan Dengan Panjang
Lahir Dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0 Hari Di Kecamatan Genteng-
Kabupaten Banyuwangi. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2. banyuwangi.
septikasari. (2018). status gizi anak dan faktor yang mempengaruhi. yogyakarta:
UNY Press
Walyani, E., & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. . Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wiji, R. N. (2011). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yosephin, dkk. (2019). buku pegangan petugas KUA. yogyakarta: grup penerbitan
CV BUDI UTAMA
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Assalamualaikum. Wr. Wb
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan” untuk mengumpulkan data sebagai bahan
penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada bapak/ibu
kuisoner ini. Dalam kuisoner ini jawaban bapak/ibu akan dijaga kerahasiannya
sehingga kejujuran bapak/ibu dalam menjawab kuisoner ini akan sangat saya
hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama bapak/ibu untuk peran
Gorontalo,…....................2019
Peneliti
(INFORMED CONSENT)
Sesuai etika penelitian, saya mohon kepada ibu untuk menandatangani lembar
Umur : ………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………..
………………………………………………..
Setelah saya membaca dan memahami penjelasan dari Mohamad Gusti Sau
tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini, maka saya menyatakan
dengan sungguh akan ikut berpartisipasi menjadi responden dengan sukarela tanpa
paksaan dari siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh dan
sebenar- benarnya.
Gorontalo,…....................2019
Responden
(…………………………...)
Lampiran 3 koesioner penelitian
KOESIONER PENELITIAN
Tanggal Wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama ibu/Bayi :
3. Jenis kelamin :
4. Usia ibu :
6. Jumlah Anak :
2. SD 5. Sarjana
3. SMP/SLTP
8. Pekerjaan :
2. Petani 5. Pedagang
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
3. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan selain ASI (makanan pendamping
ASI)?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
5. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan orang dewasa (makanan keluarga)?
1. Ya
2. Tidak
6. Apakah ibu memberikan ASI pada bayi lebih dari 8 kali dalam sehari?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
8. apakah ibu memberikan ASI pada siang hari?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
11. apakah setiapt ibu memberikan ASI pada bayi bisa lebih dari 5 menit?
1. Ya
2. Tidak
12. Apakah ibu mempunyai pekerjaan lain, selain ibu menjadi ibu rumah tangga?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
Lampitran 4
master tabel hubungan frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan di puskesmas tilamuta kabupaten boalemo
responden umur Kode spss pendidikan kode spss pekerjaan kode spss jumlah anak kode spss jenis kelamin kode spss berat badan kode spss umur bayi kode spss frekuensi kode spss ASI Eklsusif kode spss
84
Lampiran 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
85
JUMLAH ANAK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
56.8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ASI EKSLUSIF
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. Analisis bivariat
Cases
FREKUENSI PEMBERIAN
37 100.0 0 .0% 37 100.0%
ASI * BERAT BADAN BAYI %
FREKUENSI PEMBERIAN ASI * BERAT BADAN BAYI Crosstabulation
% within
.0% 100.0% 100.0%
FREKUENSI
PEMBERIAN ASI
BAIK Count 7 26 33
% within
21.2% 78.8% 100.0%
FREKUENSI
PEMBERIAN ASI
Total Count 7 30 37
% within
18.9% 81.1% 100.0%
FREKUENSI
PEMBERIAN ASI
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,76.
Mewawancarai responden
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6
Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo
Mohamad Gusti Sau, dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes2, dr. Sri A. Ibrahim,
M.Kes3
ABSTRAK
Mohamad Gusti Sau. 2020. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. NanangRoswitaParamata, M.Kes.
danPembimbing IIdr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Berat badan merupakan indikator pertama dalam menilai pertumbuhan
bayi. Upaya untuk meningkatkan berat badan bayi diperlukan gizi yang maksimal
dan ASI merupakan makanan utama bagi bayi terutama pada usia 0-6 bulan.
Pertumbuhan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI.Tujuan
penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisa adanya hubungan frekuensi
pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah
Puskesmas Tilamuta.
Desain yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 37 responden dengan tehnik
pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Hasil penelitian Dengan
menggunakan uji Fisher’s exactdiperoleh Pvalue 0.570 dan 0.415 dimana nilai
Pvalue lebih besar dari α 0.05 (p value > 0,05). sehingga tidakterdapat hubungan
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah
Puskesmas Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Diharapkan bagi
masyarakat terutama ibu yang mempunyai bayi agar dapat memperhatikan
masalah frekuensi pemberian ASI dan gencarnya promosi susu formula untuk
dikonsltasikan pada petugas kesehatan Kata Kunci : Frekuensi Pemberian
ASI, Berat Badan, Bayi Usia 0-6 Bulan Daftar Pustaka : 50 Referensi (2008-
2019)
Mohamad Gusti
Sau/841415100
Mohamad Gusti
Sau/841415100
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
PENDAHULUAN diperoleh termasuk energi dan zat gizi
Berat badan merupakan lainnya yang terkandung didalam ASI
indikator pertama dalam menilai tersebut, ASI tanpa bahan makanan
pertumbuhan bayi. Upaya untuk lain dapat mencukupi kebutuhan
meningkatkan berat badan bayi pertumbuhan usia sekitar 6 (enam)
diperlukan gizi yang maksimal dan bulan tersebut dengan menyusui
ASI merupakan makanan utama bagi secara eksklusif (Hubertin, 2004).
bayi terutama pada usia 0-6 bulan. Di dalam ajaran Islam sudah
menurut Fitri et al.(2014) juga diberitahukan untuk ibu-ibu
menambahkan bahwa bayi mengalami hendaklah menyusui anaknya hingga
proses tumbuh kembang yang umur 2 tahun penuh [QS. Al-Baqarah:
dipengaruhi oleh beberapa faktor, 233]. Menurut WHO ASI ekslusif
salah satunya adalah gizi. unsur gizi adalah pemberian ASI saja pada bayi
pada bayi dapat dipenuhi dengan sampai usia 6 bulan tanpa tambahan
pemberian ASI, bahkan sampai umur cairan ataupun makanan lain. ASI
6bulan sesuai rekomendasi juga dapat diberikan sampai usia 2
WHO tahun 2001 tentang tahun. pemberian ASI eklusif selama
pemberian ASI eksklusif. 6 bulan dianjurkan oleh
Pada bayi baru lahir, perlu pedoman
diakukan pengukuran antropometri internasional yang didasarkan pada
seperti berat badan, dimana berat bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik
badan yang normal itu adalah sekitar bagi bayi, ibu, keluarga, maupun
2.500-3.500 gram, apabila bayi Negara (WHO, 2011 dalam harjanto,
ditemukan barat badan kurang dari 2016).
2.500 gram, maka dapat dikatakan ASI dapat memenuhi lebih
bayi memiliki berat badan lahir dari setengah kebutuhan energi pada
rendah. Akan tetapi, apabila anak usia 6-12 bulan dan sepertiga
ditemukan bayi dengan berat bdan dari kebutuhan energi pada anak usia
lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi 12-24 bulan. Kristiyanasari (2009)
dimasukan dalam kelompok menyatakan bahwa salah satu manfaat
makrosomia. Hidayat, A. (2008). yang akan diperoleh apabila
Dalam upaya pencapaian memberikan ASI pada bayi adalah
derajat kesehatan yang optimal untuk bayi mempunyai kenaikan berat
meningkatkan mutu kehidupan badan yang baik setelah lahir dan
bangsa, keadaan gizi yang baik mengurangi kemungkinan obesitas.
merupakan salah satu unsur penting. Kristiyanasari (2009).
Pertumbuhan bayi sebagian besar Akan tetapi data yang di
ditentukan oleh jumlah ASI yang dapatkan dari angka menyusui di
dunia masih sangat buruk. Ketika
mengevaluasi prektek pemberian ASI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Pembahasan
4.2.1 Frekuensi
Pemberian ASI di Wilayah
Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo
Berdasarkan tabel distribusi
frekuensi pemberian ASI di Wilayah
Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo didapatkan data bahwa
responden yang memiliki frekuensi
pemberian ASI kategori baik
sebanyak
33 bayi (89,2%),sedangkan bayi
dengan yang termasuk dalam kategori
pemberian frekuensi kurang sebanyak
4 bayi (10,2%).
Didapatkan dari hasil tersebut
bahwa 33(89,2%) dari 37
sebabkan oleh pekerjaan Diperkuat juga dengan teori
dimana karateristik yang di kemukakan oleh(Septikasari.
pekerjaan ibu dari bayi 2018). Aktivitas ibu yang
sebagian besar berprofesi menghambat pemberian ASI
sebagai ibu rumahtangga eksklusif. Kesibukan ibu akan
atau (66.6%), sehingga ibu mempengaruhi pemberian
mempunya banyak waktu ASIeksklusif sehingga banyak ibu
luang untuk melakukan yang berkerja tidak dapat
pemberian ASI pada bayinya memberikan ASI pada bayinya 2-3
sehingga frekuensinya jam.
tercukupi dengan baik.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang
dilakukan oleh
(Puspita, 2016),
Hubungan Status
Pekerjaan Ibu yang
Menyusui dengan
Pemberian ASI Eksklusif di
Dusun Sari Agung
Wonosobo, adanya
hubungan signifikan
antara status
pekerjaan dengan
pemberian ASI
eksklusif. Kecenderungan
yang ada adalah bahwa ibu
yang bekerja
cenderung tidak
memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
Sebagian besar atau
66,7% responden ibu yang
bekerja diketahui tidak
memberikan ASI eksklusif
dan hanya 33,3% saja yang diketahui
memberikan
ASI eksklusif.
Sementara itu
sebagian besar atau 84,6%
ibu yang tidak bekerja
(IRT) diketahui
memberikan ASI eksklusif
dan hanya 15,4% saja yang
tidak memberikan ASI
eksklusif.
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Dari asumsi peneliti 30 bayi banyak adalah pada umur ibu 18.00 –
yang berat badannya sesuai standar 20.99 dan umur ibu 24.00 – 26.99,
disebabkan kurangnya produksi ASI, yang berarti bahwa umur ibu yang
dan didukung gencarnya promosi susu paling banyak melahirkan adalah di
formula yang menjadi alternatif interval umur ibu 18.00 – 20.99 dan
pengganti ASI. Dimana Keterpaparan 24.00 – 26.99. Pada umur ibu tersebut
susu formula dapat pengaruhiberat merupakan umur yang normal untuk
badan bayi, bayi yang selalu ibu hamil dan melahirkan.
mendapatkan susu formula lebih Juga terdapat teori dariSeorang
cenderung mengalami kenaikan berat ibu sebaiknya hamil pada umur 20 –
badan yang berlebihan. ini disebabkan 35 tahun karena pada umur ini disebut
ibu yang mendapatkan informasi sebagai usia reproduksi dan perlu
mengenai susu formula dari teman, didukung oleh status gizi yang baik
tetangga dan keluargatentang promosi dan dilakukan pemeriksaan kehamilan
susu formula yang dilakukan oleh dengan teratur agar perkembangan
produsen. janin dapat dipantau. (Salawati, 2012)
Adapun bayi yang memiliki Menurut asumsi dari peneliti
berat badan kurang yaitu sebanyak 7 ini disebabkan oleh faktor bayi itu
bayi (18,9%).Hal ini dikarenakan usia sendiri. Responden menyatakan
dari ibu dimana pada karateristik usia bahwa bayi sering sakit, dikarenakan
ibu bayi dimana terdapat 16 ibu yang jika sakitbayi akan menjadi rewel
berumur 17-25 tahun sehingga ibu sehingga susahdiberikan asupan
yang lebih mudah akan cenderung nutrisi. Disamping itu ibu jarang
mengalami resiko BBLR (berat bayi mengikuti posyandu dengan alasan
lahir ringan) dibanding ibu yang memiliki banyak kesibukan sehingga
berusia 26 tahun keatas berat badan bayi tidak terpantau
Hal ini sejalan oleh penelitian dengan baik.
(Sukmani, 2016). Korelasi Umur Ibu
Melahirkan Dengan Panjang Lahir 4.2.3 Hubungan Frekuensi
Dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0 Pemberian ASI Dengan Berat
Hari Di Kecamatan Genteng- Badan Bayi Usia 0-6 Bulan di
Kabupaten Banyuwangi. Wilayah Puskesmas Tilamuta
menunjukkan distribusi frekuensi Kabupaten Boalemo
panjang lahir dan berat badan lahir Dalam penelitian ini diketahui
berdasarkan umur ibu. Jumlah total bahwa tidak ada hubungan antara
berat badan lahir dan panjang lahir frekuensi pemberian ASI dengan
berdasarkan umur ibu memiliki berat badan bayi usia 0-6 bulan. Hasil
jumlah yang sama. Namun jika dilihat analisis univariat menunjukkan bahwa
dari pembagian umur ibu, paling responden yang memiliki frekuensi
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Tasikmadu
Kabupaten
Karanganyar.
Amerta Nutr., 1(1),
1–13.
Siswanto. (2010).
Pertumbuhan dan
Perkembangan pada
Anak. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soetjiningsih. (2012). ASI
Petunjuk untuk
Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Supariasa. (2012). Penilaian
Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Suryani, E., & Badi‘ah, A.
(2018). Asuhan
Keperawatan Anak
Sehat dan
Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Sukmani, K, N, A., (2016).
Korelasi Umur Ibu
Melahirkan Dengan
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2020 FAKULTAS
OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
A. Biodata Pribadi
Angkatan : 2015
Agama : Islam
B. Pendidikan Formal
1. Sekolah Dasar
Tahun : 2003-2009
Nama Institusi : SDN 1 Marisa Selatan
Alamat : Jl. Trans Sulawesi Lapangan
Ormas Marisa
2. Sekolah Menegah Pertama
Tahun : 2009-2012
Nama Institusi : SMP Negeri 1 Marisa Selatan
Alamat : Jl. Trans Sulawesi Lapangan
Ormas Marisa
3. Sekolah Menengah Kejuruan
Tahun : 2010-2015
Nama Institusi : SMK Kesehatan Kota Gorontalo
Alamat : Jl. Bali Lll, Kota Tengah
4. Perguruan Tinggi
Tahun : 2015-2019
Nama Institusi : Universitas Negeri Gorontalo
Alamat : Jl. Jend. Sudirman No 6,
Dulalowo Timur, Kota Tengah,
Kota Gorontalo.
D. pengalaman organisasi