Anda di halaman 1dari 9

Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

STUDI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KAPUR TOHOR


(CaO) DAN SODA KAUSTIK (NaOH) PADA
PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG

M. Eka Onwardana1, Rizni Andari P.2, Tengku Tibri 3, Ediyasa Ardiansyah4


1,2,3,4
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Medan
Jl. Gedung Arca No. 52, Medan, Indonesia
1
Onwardana@itm.ac.id dan 2rizniandari14@gmail.com

ABSTRAK

Pada aktivitas tambang, kapur tohor (CaO) adalah bahan kimia yang umum digunakan pada pengelolaan
air asam tambang. Pada keadaan tertentu soda kaustik (NaOH) juga digunakan. Pada penelitian Lowi (2019)
diketahui pengelolaan menggunakan kapur tohor efektif diterapkan untuk air asam tambang dengan pH ≥4 dan
soda kaustik untuk pH<4. Harga soda kaustik yang lebih mahal menyebabkan ongkos pengelolaan air asam
tambang pada pH rendah akan tinggi. Sehubungan hal tersebut, pada penelitian ini coba ditambahkan perlakuan
pengadukan untuk melihat efektifitas pengelolaan air asam tambang dengan pH rendah. Percobaan dilakukan
dengan pemberian kapur tohor dan soda kaustik dengan dosis berbeda dan lama waktu pengadukan berbeda. Hasil
penelitian pembentukan air asam tambang menggunakan batubara dan tanah penutup menunjukkan waktu efektif
penurunan pH adalah 4 jam dan setelahnya turun dengan sangat perlahan. Dengan waktu pengadukan 30 menit,
pemberian dosis terbaik CaO untuk menetralkan pH dan menurunkan konsentrasi TSS dan Fe adalah 5 gr/l. Pada
pemberian dosis NaOH 3 ml/l nilai pH telah netral dan konsentrasi Fe menurun, namun TSS belum mencapai baku
mutu yang dipersyaratkan. Dosis NaOH 5 ml/l dan lama pengadukan 30 menit telah mampu membuat 3 komponen
di atas memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh peraturan. Untuk komponen Mn, pemberian dosis optimum
7 gr/l untuk CaO atau 7 ml/l untuk NaOH belum mampu menurunkan kosentrasi Mn mencapai baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan oleh peraturan.

Kata Kunci: Air asam tambang, Kapur tohor, Soda kaustik, Baku mutu lingkungan

ABSTRACT

In the mining activities, calcium oxide (CaO) is a chemical commonly used in acid mine drainage
management. Besides, caustic soda (NaOH) is generally also used. In previous study it was shown that the calcium
oxide is effectively applied to acid mine drainage with pH ≥4 and caustic soda for acid mine drainage with pH <4
(Lowi, 2019). The price of caustic soda more expensive than calcium oxide making management costs for acid mine
drainage higher. Regarding the issues, we tried to add a stirring treatment to see its effectiveness in increasing low
pH in acid mine drainages.of management to acid mine drainage with low pH. The research was conducted by
giving calcium oxide or caustic soda with different dosages and different mixing times. The research result on to
forming acid mine drainage using coal and overburden showed the effective time for pH reduction was 4 hours and
after that the decresing of pH run slowly. With 30 minutes stirring time, the good dosage of CaO to neutralize pH
and reduce the concentration of TSS and Fe is 5 gr/l. At the addition of a dose of 3 ml/l NaOH, the pH value was
neutral and Fe concentration decreased, but TSS not reached the required quality standard. NaOH dosage of 5 ml/l
and stirring time of 30 minutes made the 3 components above meet the qualification standards required by
regulation. For the Mn component, the optimum dosage of 7 gr/l for CaO or 7 ml/l for NaOH has not been able to
reduce the Mn concentration to meet the environmental quality standard required by regulation.

Keywords: Acid mine drainage, Calcium oxide, Caustic soda, Environmental quality standard.

1
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

PENDAHULUAN dan praktis, material yang umum digunakan


pada pengelolaan AAT adalah batu kapur
Air asam terjadi ketika air mengalir di (limestone) atau kapur tohor.
atas atau melintasi batuan sulfida Penggunaan batukapur atau kapur
mengandung sulfur dan membentuk larutan tohor pada pengelolaan AAT telah banyak
asam. Karena air asam umumnya terbentuk dilakukan para ahli (Caruccio and Geidel,
pada kegiatan pertambangan yang telah atau 1981; Skousen 1991; Fuadi, 1999; Taylor et
sedang operasional maka dinyatakan sebagai al., 2005; Chairul, dkk., 2017). Maree et al.,
air asam tambang (acid mine drainage). Air (2004) melakukan penelitian lebih jauh
asam tambang (AAT) merupakan masalah dengan mengembangkan fluidized-bed lime-
utama yang memberikan pencemaran stone untuk menaikkan pH dan melepaskan
signifikan pada industri pertambangan logam Fe (III) dari air asam di airtanah.
(Skousen 1994; Whitehead and Jeffrey, Menurut Chairul, dkk. (2017), kapur tohor
1995) dan penyebab utama AAT adalah atau batukapur hasil proses pembakaran,
keberadaan mineral pirit dan sulfida pada dengan dosis 0,4 gr/l dan lama pengadukan
batuan. Pada kegiatan tambang, batuan 15 menit merupakan bahan kimia paling
mengandung mineral sulfida terutama pirit efektif untuk meningkatkan pH AAT.
akan terekspos dan terpapar oleh udara. Air Menurut Purba (2019), kapur tohor efektif
hujan akan melindi batuan dan oleh proses digunakan pada AAT dengan kisaran pH
oksidasi dan hidrolisis akan menghasilkan rendah dan soda kaustik efektif untuk AAT
AAT. Menurut Sayoga (2014), air asam dengan kisaran pH sangat rendah.
tambang terbentuk sebagai hasil oksidasi Menurut Onwardana (2018), kecepatan
mineral sulfida mengandung sulfur pada pembentukan air asam dan tingkat penurunan
lingkungan berair. pH pada AAT dipengaruhi oleh jenis mineral
Dalam prosesnya, AAT akan sulfur dan kelimpahannya pada batuan, dan
melarutkan logam yang ada pada batuan mineral Pirit (FeS2) dipercaya sebagai sulfur
sulfida dan bersifat racun, dan jika dilepas ke paling reaktif. Karena deposit bijih dan
badan air dapat mencemari air permukaan batubara kaya mineral pirit dan curah hujan
dan berbahaya untuk kehidupan biota di Indonesia yang tinggi maka dalam waktu
akuatik, vegetasi dan kehidupan liar lainnya. relatif singkat AAT terbentuk dan pH akan
Pencemaran AAT tidak akan berhenti terjun bebas ke angka sangat rendah. Dengan
dengan selesainya kegiatan tambang, namun demikian pengelolaan AAT terbaik untuk
dapat bertahan dan terus berlangsung hingga volume air yang besar dan pH rendah adalah
puluhan sampai ratusan tahun selama cara aktif menggunakan soda kaustik
mineral sulfida pada batuan masih ada (NaOH).
(Taylor et al., 2005). AAT juga berpotensi Mengingat besarnya biaya pengelolaan
menurunkan kualitas tanah, habitat akuatik, AAT menggunakan soda kaustik mencapai
dan peningkatan logam terlarut dalam sembilan kali lebih besar dibanding
airtanah (Alloway, 1995; Alder and Rascher, menggunakan kapur tohor (Purba, 2019)
2007). Oleh sebab itu AAT harus dikelola. maka dilakukan penelitian lanjutan
Pengelolaan AAT dapat dilakukan menggunakan kapur tohor dengan waktu
dengan cara aktif dan pasif. Salah satu pengadukan lebih lama dan volume lebih
pengelolaan cara aktif adalah dengan besar untuk melihat apakah efektif
menambahkan bahan kimia tertentu pada menetralkan AAT pH rendah. Tujuan
sumber dan aliran AAT sehingga dapat penelitian adalah agar didapat waktu
meningkatkan pH dan mengendapkan logam, pengadukan yang tepat dan volume yang
namun biayanya cukup mahal (Skousen et efektif untuk menetralkan pH rendah dan
al., 1990; Akcil dan Koldas, 2006). Menurut AAT juga telah memenuhi baku mutu air
Skousen (1991), dikarenakan alasan ekonomi

2
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

limbah bagi usaha dan atau kegiatan Hasil pengukuran pH pada sampel awal
pertambangan batubara menurut Kepmen LH untuk selang waktu 15 menit menunjukkan
No. 113 Tahun 2003. terjadinya penurunan yang signifikan dari pH
awal 7,6 hingga mencapai 3,8 selama 4 jam
METODE PENELITIAN material batubara, overburden dan air
tercampur. Setelah 4 jam hingga 120 jam
Penelitian ini dilakukan di sampel didiamkan, terjadi juga penurunan
laboratorium Hidrogeologi Jurusan Teknik pH namun lambat (lihat Gambar 1).
Pertambangan – ITM, Jl. Gedung Arca No.
52 Medan, dengan jenis penelitian adalah Penurunan
terapan melalui uji laboratorium. Pembuatan pH cepat
Penurunan
sampel AAT, uji pH dan TSS yang mengacu pH lambat
ke SNI 06-6989.3-2004 dilakukan di
laboratorium Hidrogeologi Jurusan Teknik
Pertambangan – ITM, dan untuk uji
kandungan Fe dan Mn dilakukan di
laboratorium Politeknik Teknologi Kimia
Industri (PTKI) Medan.
Material untuk uji laboratorium berupa
batubara dengan nilai kalor rerata 5.700 Gambar 1. Grafik penurunan pH pada sampel awal
kkal/kg dan tanah penutup (overburden)
diambil dari tambang batubara di kecamatah Dengan demikian waktu efektif
Tebo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. keterbentukan AAT pada tumpukan batubara
Pembuatan sampel AAT dilakukan dengan dan overburden di wilayah tambang batubara
menyiapkan overburden kering 5 kg dan kecamatan Tebo adalah 4 jam. Pada proses
batubara berukuran 5-10 cm sebanyak 30 kg. penurunan nilai pH, secara bersamaan
Masukkan material ke dalam ember plastik, logam-logam yang ada pada material
tambahkan 30 liter air bersih dan aduk batubara dan overburden turut melarut dan
merata hingga seluruh material terendam air. meningkatkan konsentrasi ion logam di
Lakukan pengukuran pH air berkala selang AAT. Tabel 1 menunjukkan konsentrasi
15 menit hingga nilai pH konstan. logam terlarut pada sampel AAT setelah 5
Selanjutnya sample air dibagi atas hari.
sembilan bagian untuk dimasukkan ke dalam
gelas ukur 1 liter. Gelas ukur pertama Tabel 1. Konsentrasi logam terlarut dan TSS pada
sampel awal sebelum ada perlakuan
digunakan untuk uji kandungan TSS, empat
gelas ukur berikut ditambahkan kapur tohor
dengan berat masing-masing 1 gr, 3 gr, 5 gr
dan 7 gr. Empat sampel lain ditambahkan
soda kaustik dengan volume masing-masing
1 ml, 3 ml, 5 ml dan 7 ml. Waktu
pengadukan yang dilakukan kepada semua
sampel yang diberikan bahan kimia
berfariasi dari 5-480 menit.
Pengelolaan AAT dengan Kapur Tohor
HASIL DAN PEMBAHASAN (CaO)

Keterbentukan Air Asam Tambang Pengujian laboratorium terhadap


AAT dengan pemberian kapur tohor (CaO)

3
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

dengan dosis dan waktu pengadukan yang dosis dan waktu pengadukan yang berbeda.
berbeda menunjukkan nilai pH cenderung Hasil uji menunjukkan nilai pH cenderung
naik menuju netral. Grafik kenaikan pH pada naik menuju netral. Grafik kenaikan pH pada
pemberian kapur tohor untuk dosis dan pemberian soda kaustik untuk dosis dan
waktu pengadukan berbeda dapat dilihat waktu pengadukan berbeda dapat dilihat
pada Gambar 2. pada Gambar 3.
Pada gambar terlihat korelasi positif Pada grafik terlihat untuk pemberian
nilai pH terhadap pemberian kapur tohor. dosis NaOH 1 ml/l nilai pH hanya mencapai
Semakin besar jumlah kapur tohor dan waktu 4 dan tidak bergerak naik lagi meskipun
pengadukan yang diberikan maka nilai pH diberi pengadukan hingga 480 menit. Pada
AAT naik menuju normal. Pada pemberian pemberian dosis 3 ml/l nilai pH mencapai
dosis CaO 1 gr/l maka nilai pH mencapai 6 6,1 pada pengadukan 5 menit, pemberian
pada pengadukan di menit ke 90. Untuk dosis 5 ml/l nilai pH mencapai 8,4 di
pemberian dosis 3 gr/l nilai pH mencapai 6 pengadukan 5 menit, dan pemberian dosis 7
pada menit pengadukan ke 20, pemberian ml/l nilai pH mencapai 10,2 di pengadukan
dosis 5 gr/l dan 7 gr/l nilai pH mencapai 6 5 menit.
pada pengadukan menit ke 5. Dapat Soda kaustik merupakan basa kuat
disimpulkan semakin besar jumlah kapur yang dengan cepat meningkatkan ion-ion
tohor yang diberikan maka semakin cepat pH OH- pada air asam sehingga pH menuju
AAT menuju normal. Jika pada penelitian normal dengan cepat. Pemberian soda
sebelumnya diperlukan dosis 0,4 gr/l dan kaustik sebesar 0,3% dan pengadukan > 5
lama pengadukan 15 menit agar air asam menit cukup untuk menetralkan AAT hingga
mmenuhi syarat baku mutu (Chairul, 2017), memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan
dengan menambahkan 0,1 gr/l (menjadi 0,5 agar dapat dibuang ke badan air sungai
gr/l) waktu pengadukan turun menjadi hanya terdekat. Keadaan tersebut berbeda jika kita
5 menit. Fungsi pengadukan adalah membuat menggunakan kapur tohor (CaO), dimana
larutan homogen. memerlukan jumlah 0,5% dari volume AAT
agar mencapai baku mutu yang
dipersyaratkan. Diperlukan jumlah CaO yang
lebih besar untuk menetralkan AAT
dibanding NaOH.

Gambar 2. Grafik trend pH pada pemberian dosis


kapur tohor dan waktu pengadukan berbeda

Pengelolaan AAT dengan Soda Kaustik Gambar 3. Grafik trend pH pada pemberian dosis soda
(NaOH) kaustik dan waktu pengadukan berbeda

Terhadap sampel air asam dengan


karakteristik sama, pada skala laboratorium
juga dilakukan pemberian NaOH dengan

4
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

Konsentrasi TSS Pada Pemberian CaO Untuk pemberian soda kaustik dosis 1
dan NaOH ml/l nilai TSS menurun menjadi 19.000 mg/l
dari nilai awal 21.000 mg/l, dimana sampling
Untuk mengetahui dampak pemberian dan uji laboratorium langsung dilakukan
CaO dan NaOH terhadap keberadaan setelah pengadukan. Dengan penambahan
padatan toal di sampel air asam, maka jumlah soda kaustik dan langsung sampling
dilakukan pengukuran parameter TSS serta pengujian menunjukkan adanya
setelah pemberian CaO dan NaOH selama 15 penurunan nilai TSS yang tidak signifikan.
menit dan 30 menit. Hasil pengukuran TSS Dengan diterapkan lama pengadukan 30
dengan jumlah dan waktu pengadukan menit maka konsentrasi TSS terlihat
berbeda diberikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. mencapai < 300 mg/l dan telah memenuhi
baku mutu yang diperbolehkan.
Tabel 2. Pemberian CaO dengan jumlah berbeda dan Dengan demikian pemberian kapur
pengaruhnya terhadap nilai TSS
tohor yang banyak akan meningkatkan
Nilai TSS (mg/l) dengan waktu padatan tidak terlarut (lumpur) di sampel air
Jumlah pengadukan berbeda
No dan tentunya tidak baik. Hal ini berbeda
CaO (gr)
Langsung 15 menit 30 menit untuk pemberian soda kaustik dimana
1 1 21.500 12.300 250 potensi terbentuknya lumpur sangat kecil.
2 3 23.000 10.200 200 Hal lain yang didapat adalah waktu berperan
penting menurunkan konsentras TSS dan 30
3 5 25.700 8.000 175
menit sudah cukup agar konsentrasi TSS
4 7 26.000 7.500 120 memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.
Gambar 4 menunjukkan kondisi
Tabel 3. Pemberian NaOH dengan jumlah berbeda
dan pengaruhnya terhadap nilai TSS sampel AAT setelah diberikan CaO dan
Gambar 5 menunjukkan kondisi sampel
Jumlah Nilai TSS (mg/l) dengan waktu setelah diberikan NaOH. Terlihat sampel air
No NaOH pengadukan berbeda asam diberi NaOH jauh lebih terang
(ml) Langsung 15 menit 30 menit dibadingkan diberi CaO, dan hal tersebut
1 1 19.000 8.700 160 menunjukkan pemberian soda kaustik baik
2 3
untuk mengelola TSS dibanding kapur tohor.
18.400 8.300 150
3 5 18.300 6.400 110
4 7 18.100 4.100 100

Dari Tabel 2 terlihat pada pemberian


CaO dosis 1 gr/l nilai TSS adalah 21.500
mg/l dan terlihat meningkat dengan
penambahan jumlah CaO yang diberikan
hingga nilai TSS 26.000 mg/l dengen
pemberian dosis 7 gr/l. Konsentrasi TSS
awal adalah 21.000 mg/l. Setelah
pengadukan 15 menit maka konsentrasi TSS
terlihat menurun drastis dan semakin
menurun setelah pengadukan 30 menit. Ada Gambar 4. Kondisi sampel AAT setelah pemberian
korelasi positif terhadap jumlah dan lama kapur tohor selama 30 menit
pengadukan terhadap konsentrasi TSS pada
air asam. Nilai TSS mencapai < 300 mg/l
pada pengadukan 30 menit.

5
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

Gambar 5. Kondisi sampel AAT setelah pemberian


soda kaustik selama 30 menit Gambar 7. Penurunan konsentrasi Mn dengan
pemberian dosis soda kaustik berbeda
Konsentrasi Mn Pemberian CaO dan
Sebagaimana ditunjukkan gambar di
NaOH
atas, pemberian dosis 7 ml/l soda kaustik
Konsentrasi Mn maksimum baku mutu pada 1 liter AAT menghasilkan penurunan
limbah cair tambang batubara menurut konsen-trasi Mn sebesar 84% dan itu lebih
Kepmen LH No 113 tahun 2003 adalah 4 baik dibandingkan pemberian kapur tohor
mg/l. Uji konsentrasi Mn pada AAT setelah dosis yang sama pada 1 liter air AAT yang
diberikan CaO atau NaOH dengan dosis hanya menurunkan nilai Mn 66%.
berbeda selang 30 menit menunjukaan ada Sayangnya pemberian dosis optimum di
penurunan nilai pH namun masih berada di percobaan ini belum dapat menurunkan
atas baku mutu yang diperbolehkan (Gambar konsentrasi Mn di bawah baku mutu yang
6 dan Gambar 7). diperbolehkan.

Konsentrasi Fe Pada Pemberian CaO dan


NaOH

Untuk konsentrasi Fe maksimum baku


mutu limbah cair tambang batubara menurut
Kepmen LH No 113 tahun 2003 adalah 7
mg/l. Uji konsentrasi Fe pada 1 liter sampel
AAT setelah diberikan CaO dengan dosis
berbeda selang 30 menit dapat dilihat pada
Gambar 8. Untuk hasil uji konsentrasi Fe
pada 1 liter sampel AAT setelah diberikan
NaOH dengan dosis berbeda selang 30 menit
Gambar 6. Penurunan konsentrasi Mn untuk terlihat di Gambar 9.
pemberian dosis kapur tohor berbeda

6
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

kaustik menunjukkan soda kaustik lebih


efektif menaikkkan pH air asam dengan
cepat. Dengan pengadukan 5 menit,
pemberian kapur tohor atau soda kaustik
menunjukkan telah cukup untuk menetralkan
AAT mencapai baku mutu pH>6. Hanya
beda di dosis dimana untuk kapur tohor
diperlukan minimal 5 gr/l (0,5%) dan soda
kaustik 3 ml/l (0,3%). Namun demikian,
waktu 5 menit pengadukan tidak membuat
konsentrasi TSS memenuhi baku mutu, dan
Gambar 8. Penurunan konsentrasi Fe dengan agar tercapai baku mutu diperlukan waktu
pemberian dosis kapur tohor berbeda sekitar 30 menit. Selanjutnya, dengan
mengambil waktu pngadukan 30 menit
Pada Gambar 8 terlihat pemberian dengan dosis sama di atas maka pH, TSS dan
kapur tohor 3 mg/l selama 30 menit telah Fe telah memenuhi baku mutu yang
mampu menurunkan konsentrasi Fe dari dipersyaratkan peraturan. Tidak demkian
34,92 mg/l menjadi 6,46 mg/l atau mencapai halnya untuk unsur Mn, meskipun dosis
82% dan telah memenuhi baku mutu yang optimum percobaan diberikan dan waktu >
diperboleh-kan. Pada Gambar 9 untuk 30 menit, tetap saja Mn belum memenuhi
pemberian soda kaustik dengan dosis baku mutu yang dipersyaratkan peraturan.
berbeda terlihat pada pemberian 3 ml/l Penambahan CaO pada AAT akan
selama 30 menit telah menurunkan kadar Fe
bereaksi dan membentuk kapur (Ca2+(OH-)2),
sebesar 84% dari 34,92 mg/l menjadi 5,68 air dan CO2. Karbondioksida akan bersifat
mg/l. Dengan demikian pemberian kapur gas dan terbang ke udara, dan (Ca2+(OH-)2)
tohor atau soda kaustik dengan dosis sama akan bereaksi kembali dan menghasilkan
akan menurunkan kadar Fe relatif sama. ion OH-. Proses reaksi kontinu akan
menghasilkan ion hidroksil yang signifikan
dan mendesak kestimbangan H+ pada H2SO4
sehingga ion OH- akan diikat oleh ion H+
dan membentuk air (2H2O). Akibatnya akan
terjadi kelebihan ion hidroksida dan terjadi
peningkatan konsentrasi H2O. Ion Ca2+ dan
SO42- akan membentuk flok-flok Ca2+SO2-4
yang berwarna putih keabu-abuan
dikarenakan sifat gravitasi flok-flok akan
turun ke dasar gelas ukur dan membentuk
lapisan seperti lumpur.
Penambahan soda kaustik pada AAT
Gambar 9. Penurunan konsentrasi Fe dengan akan membentuk reaksi yang menghasilkan
pemberian dosis soda kaustik berbeda
air dan garam (2Na+(OH-)). Reaksi lanjutan
akan memberikan garan natruium ion OH-
dan mendesak kesetimbangan H+ yang
Kemampuan Kapur Tohor dan Soda
terdapat pada H2+ SO42- sehingga ion OH-
Kaustik Dalam Pengolahan Air Asam
akan diikat oleh ion H+ dan membentuk air
Tambang
(2H2O). Akibatnya akan terjadi kelebihan
Hasil uji laboratorium pada AAT ion hidroksida dan terjadi peningkatan
dengan pemberian kapur tohor dan soda konsentrasi H2O. Ion 2Na+ dan SO42- akan
membentuk garam sulfat (Na2+SO2-4) yang

7
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

berupa larutan yang tidak berwarna dan larut KESIMPULAN


terhadap air (H2O) sehingga tidak
menghasilkan lumpur. Hal ini yang Berdasarkan pembahasan pada
menyebabkan AAT diberi soda kaustik jauh penelitian maka dapat ditarik beberapa
lebih jernih dibanding pemberian dosis kapur kesimpulan berikut :
tohor. 1. Kapur Tohor (CaO) dan Soda Kaustik
Dengan demikian, meskipun soda (NaOH) memiliki kemampuan dalam
kaustik merupakan basa kuat dan dalam pengelolaan air asam tambang namun
percobaan ini berbentuk cairan sehingga dengan efektifitas berbeda. Untuk
lebih cepat tercampur dengan AAT, pengelolaan parameter pH, TSS dan Fe
pengadukan 5 menit kapur tohor (padatan) agar memenuhi baku mutu yang
dalam AAT cukup menetralkan air asam dipersyaratkan, dengan waktu
tambang. Sehingga waktu pengadukan pengadukan sama yakni 30 menit, dosis
kurang berperan penetralan pH. terbaik penggunaan Kapur Tohor (CaO)
Pada tabel periodik unsur, mangan dan adalah 5 gr/l (0,5%) sedangkan Soda
besi masuk dalam logam golongan transisi. Kaustik (NaOH) 3 ml/l (0,3%).
Besi dan mangan merupakan unsur logam 2. Kemampuan Soda Kaustik (NaOH)
yang terdapat dalam berbagai jenis batuan. menetralkan pH dan Fe lebih efektif
Menurut Snoeyink dan Jenkins (1980) pH dibanding Kapur Tohor (CaO) dan sama
asam menghasilkan CO2 yang bereaksi untuk menetralkan konsentrasi TSS.
dengan air menghasilkan asam karbonat 3. Pemberian Kapur Tohor (CaO) maupun
(H2CO3). Asam karbonat akan menghasilkan Soda Kaustik (NaOH) pada kadar
ion-ion hidrogen, bikarbonat dan karbonat. optimum (0,7%) dan pengadukan 30
Peningkatan konsentrasi Fe dan Mn menit belum mampu menurunkan kadar
dikarenakan ion bikarbonat dan karbonat Mn memenuhi baku mutu yang
berperan sebagai inhibitor. pH berbanding dipersyaratkan.
terbalik dengan konsentrasi ion Fe dan Mn. 4. Reaksi Kapur Tohor (CaO) dan Soda
Pada nilai pH rendah maka kelarutan ion besi Kaustik (NaOH) pada pengelolaan AAT
dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+ di air akan tinggi akan menurunkan konsentrasi oksigen dan
(Metzger, 2005). Hal lain yang meningkatkan karbondioksida dalam
mempengaruhi konsentrasi Fe dan Mn di air fluida. Untuk mempercepat proses
asam adalah kandungan O2 dan CO2. penetralan Fe dan Mn dapat ditambahkan
Kelarutan ion Fe dan Mn akan meningkat oksigen agar proses oksidasi meningkat
jika kandungan O2 rendah dan CO2 tinggi,
dan membentuk endapan.
dan sebaliknya akan rendah. Konsentrasi O2
yang tinggi dalam air akan mengoksidasi Fe
dan Mn untuk membentuk endapan (Dvorak
dan Skipton, 2007). DAFTAR PUSTAKA
Adler, R. and Rascher, J. 2007, A Strategy
Dengan demikian perlu kajian lanjutan for the Management of Acid Mine
dengan menambahkan oksigen ke dalam air Drainage from Gold Mines in
asam pada proses pengelolaan dengan kapur Gauteng, Water Resources Governance
tohor atau soda kaustik agar semua Systems Research Group, CSIR, 2007
parameter yang dipersyaratkan peraturan
dapat terpenuhi. Alloway, B.J. 1995. Cadmium. Heavy metals
in soils, 2nd ed. pp.122-151. Blackie
Academic and Professional. Glasgow,
U.K.
Australian Govermnet, Department of
Industry Tourism and Resources,

8
Saintek ITM, Volume 33, Nomor 1 Januari – Juni 2020

Mengelola Drainase Asam dan Logam, Metzger, M. 2005, The Relationship Between
Persemakmuran Australia, Australia iron and pH, National Testing
Government, February 2007 Laboratories, Ltd., Worldwide Drilling
Ata Akcil, Soner Koldas. 2006. Acid Mine Resources
Drainage (AMD): causes, treatment Purba, Lowi. 2019. Studi Perbandingan
and case studies; Journal of cleaner Penggunaan Kapur Tohor Dengan
Production 14 , 1139-1145. Soda Kaustik Pada Pengelolaan Air
Caruccio, F.T. and Geidel, G., 1981, Asam Tambang Di KPL PIT 3 Barat
Estimating the minimum Acid Load Baru PT. Bukit Asam, Tbk Tanjung
That can be Expected from a Coal Enim Sumatera Selatan. ITM. Medan.
Strip Mine, in Proceedings of National Sayoga, R.G., 2014. Pembentukan,
Symposium on Surface Mine Pengendalian Dan Pengelolaan Air
Hydrology, Sedimentation and Asam Tambang. Bandung: Institut
Reclamation, Univ. of Kentucky, Teknologi Bandung.
Lexington, p.117, 1981 SNI 06-6989,3:2004 Air dan air limbah –
Casagrande, D.J., 1987. Sulphur in Peat and Bagian 3: Cara Uji Padatan
Coal, in Scott, A.C. (ed.), Coal and Tersuspensi Total (Total Suspended
Coal-Baering Strata. Recent Solid, TSS) Secara Gravimetri
Advances, Geol. Soc. Spec. Publ. No. Skousen, J.G., 1991, Anoxic Limestone
32, pp. 87-105. Drains for Acid Mine Drainage
Chairul, dkk. 2017. Analisis Efektivitas treatment, Research Gate, januari 1991
Kapur Tohor Dan Zeolit Untuk Skousen, J.G., Ziemkiewicz, P.F., and R.
Peningkatan Ph Dan Penurunan Lovett. 1994. Open limestone channels
Kandungan Logam Fe Dan Cu Pada for treating acid mine drainage: a new
Pengolahan Air Asam Tambang. look at an old idea. Green Lands
Program Studi Teknik Pertambangan, 24(4):36-41.
Fakultas Teknik, Universitas Snoeyink, V.L. dan D. Jenkins, 1980, Water
Hasanuddin Gowa, Sulawesi Selatan.. Chemistry, Jhon Wiley & Sons Inc.
Dvorak, B.I. dan Skipton, S.O., 2007, United States of America
Drinking Water : Iron and Manganese, Whitehead, P. and Jeffrey, H., Heavy Metal
NebGuide, Published by University of from Acid Mine Drainage – Impact
Nebraska – Lincoln Extention, Institute and Modelling Strategies, Proceedings
of Agriculture and Natural Resources of a Boulder Symposium, IAHS Publ.
Fuadi, A, 1999. Mempelajari Karakteristik No. 230, 1995
Batu Kapur Tohor/Lime (CaO)
Sebagai Adsorben Untuk Proses
Pengeringan Secara Adsorpsi, Tesis,
Jurusan Teknik Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Gautama, R. S. 2007. Pengantar Air Asam
Tambang. ITB. Bandung
Maree, J.P., de Beer, M., Strydom, W.F., et
all., Neutralizing Coal Mine Effluent
with Limestone to Decrease Metals
and Sulphates Concentration, Mine
water and Environment, 23, 81-86,
2004

Anda mungkin juga menyukai