Anda di halaman 1dari 176

ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF PADA Tn.

Y DAN
Nn.M YANG MENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR
DENGAN KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI
INTENSIF (ROI) RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIFPADA Tn.Y DAN
Nn.M YANGMENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR
DENGAN KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI
INTENSIF (ROI) RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ardian Vista Widyawati

NIM : P14006

Program studi : D3Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan
Nn.M Yang Mengalami Close Fraktur Femur
Dengan Kecemasan di Ruang Observasi Intensif
(ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat di buktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta,08 April 2017

Yang Membuat Pernyataan

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

ii
Motto :

Hai orang-orang yang beriman apabila di katakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
nisyaca Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadilah 11)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF PADA Tn.Y DAN
Nn.M YANG MENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR
DENGAN KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI
INTENSIF (ROI) RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

Di ajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)

Oleh:

ARDIAN VISTA WIDYAWATI

P14006

Surakarta, 24 Juli 2017

Menyetujui,

Pembimbing

Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 201086057

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah di Uji PadaTanggal :

10 Agustus 2017

Dewan Penguji :

Penguji I: Atiek Murharyati S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK.200680021

Penguji II : Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK. 201086057

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :

Nama : ARDIAN VISTA WIDYAWATI

NIM : P14006

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan Nn.M Yang
Mengalami Close Fraktur Femur Dengan Kecemasan di Ruang
Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Telah di ujikan dan di pertahankan di hadapan

Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Di tetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : 10 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Penguji I: Atiek Murharyati S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK.200680021

Penguji II : Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK. 201086057

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK .200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan
Nn.M Yang Mengalami Close Fraktur Femur dengan Kecemasan di Ruang
Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Meri Oktariani,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3


Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Alfyana Nadya Rachmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Atiek Murhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Tn.Y dan Nn.M beserta keluarganya yang telah bersedia bekerja sama
secara kooperatif selama melakukan proses asuhan keperawatan

vii
7. Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan
dan tempat selama melaksanakan pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah.
8. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat, kepercayaan, kasih sayang, nasihat dan dukungan dalam segala
bentuk serta atas do’anya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Adikku dan orang yang kusayangi yang selalu memberikan semangat, do’a
dan dukungan dalam setiap proses yang di lalui penulis.
10. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan.Aamiin.

Surakarta, 08 April 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ...........................................ii

MOTTO...................................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ....................................v

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................vi

KATA PENGANTAR............................................................................vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................1


1.2. Batasan Masalah .............................................................6
1.3. Rumusan Masalah ...........................................................7
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum .....................................................7
1.4.2. Tujuan Khusus .....................................................7
1.5. Manfaat
1.5.1. Manfaat Teoritis ..................................................8
1.5.2. Manfaat Praktis ....................................................8

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyakit Fraktur
2.1.1 Definisi ...........................................................10
2.1.2 Etiologi ...........................................................11
2.1.3 Klasifikasi ......................................................12
2.1.4 Manifestasi Klinik..........................................17
2.1.5 Patofisiologi Dan Pathway............................19
2.1.6 Penatalaksanaan..............................................21
2.1.7 Komplikasi .....................................................26
2.2. Konsep kecemasan
2.2.1 Definisi............................................................30
2.2.2 Batasan Karakteristik ......................................31
2.2.3 Tingkatan Kecemasan .....................................32
2.2.4Cara Ukur Kecemasan......................................33
2.3. Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian.......................................................37
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................42
2.3.3 Intervensi.........................................................45
2.3.4 Implementasi...................................................54
2.3.5 Evaluasi...........................................................54

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. DesainPenelitian ......................................................56
3.2. Batasan Istilah ..........................................................56
3.3. Partisipan ..................................................................56
3.4. Lokasi Dan Waktu ....................................................57
3.5. PengumpulanData ....................................................57
3.6. UjiKeabsahanData ...................................................57
3.7. AnalisaData ..............................................................58

x
BAB IV HASIL
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data......................59
4.1.2 Pengkajian..............................................................59
4.1.3 Analisa Data...........................................................71
4.1.4 Diagnosa keperawatan............................................74
4.1.5 Perencanaan Keperawatan......................................77
4.1.6 Implementasi Keperawatan.....................................79
4.1.7 Evaluasi...................................................................87

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian
5.1.1 Pengkajian ..............................................................93
5.1.2 Diagnosa keperawatan.............................................96
5.2.3 Perencanaan Keperawatan.......................................97
5.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................99
5.2.5 Evaluasi.................................................................100

BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian ............................................................102
6.1.2 Diagnosa keperawatan..........................................102
6.2.3 Perencanaan Keperawatan.....................................102
6.2.4 Implementasi Keperawatan...................................103
6.2.5 Evaluasi.................................................................103
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (RS)..............104
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat .......104
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan .....................................104
6.2.4 Bagi Penulis ..........................................................105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Table 2.1 Jenis-Jenis Fraktur 16


2. Table 2.2 Perkiraan Waktu Immobilisasi Penyatuan Tulang 23
3. Table 2.3 Empat Prinsip Penatalaksanaan Fraktur 26
4. Tabel 2.4 Proses Patologi Sindrom Kompartemen 27
5. Tabel 2.5 Alat ukur kecemasan HRS-A 35
6. Tabel 2.6 Intervensi Fraktur 51
7. Tabel 4.1 Identitas Klien 59
8. Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan 60
9. Tabel 4.3Pola Kesehatan Fungsional Gordon 63
10. Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 67
11. Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik 69
12. Tabel 4.6 Terapi Medis 70
13. Tabel 4.7 Analisa Data 71
14. Tabel 4.8 Diagnosa keperawatan 74
15. Tabel 4.9 Perencanaan Keperawatan 77
16. Tabel 4.10 Implementasi keperawatan 79
17. Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan 87

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Klasifikasi Fraktur 13


2. Gambar 2.2 Pathway Fraktur 20
3. Gambar 2.3 Pembidaian 22
4. Gambar 2.4 Macam- Macam Traksi 25

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsul

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Lembar Audience

Lampiran 4. Asuhan Keperawatan

Lampiran 5. Jurnal Acuan

Lampiran 6. Kuisioner HRS-A Tn.Y dan Nn.M

Lampiran 7. Pendelegasian Klien

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era globalisasisaat ini menuntut setiap orang mempunyai mobilitas yang

tinggi. Demi mempercepat pergerakan manusia dan barang, telah digunakan

berbagai macam transportasi darat, laut dan udara. Perkembangan transportasi

zaman dahulu sampai sekarang telah berkembang dengan pesat. Selain mampu

membantu mobilitas dan pergerakan manusia dan barang, hal tersebut juga

memerlukan pengawasan dalam penggunaanya. Masalah human eror hingga

teknis sering terjadi kecelakaan. Tuntutan yang ada meminta kecepatan yang

kian meninggi, hal tersebut akan meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia yang

dapat menjadi penyebab tertinggi fraktur. Kecelakaan menurut World Health

Organizationmenyebabkan kematian ± 1,25 juta orang setiap tahunnya, salah

satu dari penyebab kematian adalah fraktur, di mana sebagian besar korbannya

adalah ramaja atau dewasa muda, bahkan WHO menetapkan dekade ini (2000-

2010) menjadi dekade tulang dan persendian (Widiyastuti, 2015). Menurut

Global Status Report On Road Safety 2013 yang di buat oleh World Health

Organization, sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh

dunia akibat kecelakaan lalu lintas, di Indonesia pada tahun 2010 telah terjadi

31.234 kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Permana,dkk, 2015).

Menurut data Korlantas POLRI tahun 2015, terjadi 1.855 jumlah

kejadian. Kejadian tersebut menyebabkan sebanyak 365 meninggal dunia,630

mengalami luka berat, 2.145 mengalami luka ringan. Jumlah tersebut turun

1
2

jika dibandingkan pada kejadian di tahun 2014. Data Kepolisian RI tahun

2012 mencatat terdapat 117.949 kasus kecelakaan di jalan raya dengan korban

meninggal dunia sebanyak 29.544 orang. Data dari Riset Kesehatan Dasar

(2011) mengungkapkan di Indonesia terjadi kasus fraktur yang di sebabkan

oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda

tajam maupun benda tumpul.Sebesar 45.987 peristiwa kecelakaan yang

mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%) dari 20.829 kasus kecelakaan

lalu lintas, sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma benda tajam atau

tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (Riset Kesehatan

Dasar, 2011).

Menurut Qomariyah,dkk tahun 2016 (dikutip dalam Wrongdiagnosis,

2011), kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahunnya dengan

jumlah penduduk 238 juta jiwa, hal ini merupakan kejadian terbesar di Asia

Tenggara. Menurut data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun

2010, kasus pada tulang mengalami peningkatan setiap tahun sejak 2007 ada

22.815 insiden patah tulang, tahun 2008 menjadi 36.949, 2009 menjadi 42.280

dan pada tahun 2010 ada 43.003 kasus, berdasarkan data tersebut di dapatkan

rata-rata angka insiden fraktur tercatat sekitar 200 per 100.000 pada

perempuan dan laki-laki di atas usia 40 tahun (Triyono & Murinto, 2015)

Angka kecelakaan yang tinggi menyebabkan angka kejadian fraktur

femur semakin tinggi. Salah satu kondisi fraktur yang paling sering adalah

fraktur femur yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang di

sebabkan kecelakaan lalu lintas (Saiful Yuanita dan Sigit Hendro Rachmawan,

2014). Terdapat berbagai jenis fraktur akibat kecelakaan, fraktur femur


3

merupakan kasus yang banyak di temukan dalam praktek orthopedi sehari-hari

(Makmuri, dkk 2007). Insiden fraktur femur di USA di perkirakan menimpa

satu orang setiap 10.000 populasi setiap tahunnya dan di Indonesia insiden ini

di perkirakan lebih tinggi (Armis, 2002 dalam Saiful Yuanita dan Sigit Hendro

Rachmawan, 2014).

Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 terdapat kasus kecelakaan dengan

tingkat kematian sekitar 4.300 jiwa menurut Arsyad,dkk tahun 2015 (di kutip

dalam Pramono, 2012). Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 di dapatkan data

sekitar 2.700 orang yang mengalami insiden fraktur 56% penderita mengalami

kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan

5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian

fraktur. Pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah tercatat

terdapat 676 kasus fraktur dengan rincian 86,2% fraktur jenis terbuka dan

13,8% fraktur jenis tertutup, terdapat 68,14% jenis fraktur tersebut adalah

fraktur ekstremitas bawah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007).

Data di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta di

ruang rawat inap di peroleh pasien yang mengalami masalah fraktur femur

pada tahun 2011 sejumlah 174 pasien yang sedang di rawat inap, dari data

tersebut terdapat 150 pasien fraktur yang di lakukan tindakan pembedahan

atau operasi (Purwanti R &Wahyu Purwaningsih, 2013). Data dari Rekam

Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2014 periode Januari sampai

dengan Maret, terdapat 14 pasien yang mengalami gangguan muskuloskeletal

termasuk yang mengalami fraktur yang berjumlah 4 pasien yang di rawat di

bangsal bedah Mawar 2 (Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2014)
4

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh

trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012). Menurut Padila (2012), mengatakan

bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Menurut

Helmi Noor Z, (2012) fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutp

adalah hilangnya kontinuotas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan

kulit yang dapat di sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu,

seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha

yang menyebabkan fraktur patologis.

Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada

umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan

luka yang di sebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Pada orangtua,

perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang

berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan

perubahan hormon menopause (Ningsih, 2009)

Fraktur melibatkan tulang dan dapat terjadi dalam beberapa jenis,

beberapa di antaranya tidak stabil. Selain itu, garis fraktur dapat menembus

ketulang intra-artikular sehingga melibatkan sendi. Fraktur, kecuali bergeser

mungkin tidak terlihat jelas ketika menginspeksi ekstremitas. Pasien dapat

mengeluh nyeri ataupun krepitus dapat di temukan pada saat palpasi.

(Nayduch, 2014).
5

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang akan

mendatangkan stressor terhadap integritass seseorang. Pembedahan akan

membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu

respon psikologis adalah cemas. Klien praoperatif biasanya akan mengalami

kecemasan karena takut terhadap hal yang belum di ketahuinya, takut

kehilangan kontrol atau kendali dan ketergantungan pada orang lain,

menjalani operassi mayor berupa kecemasan, beberapa ketakutan yang

menimbulkan kecemasan menjelang operasi adalah hal yang individual, di

mana ada klien yang tidak bisa mengidentifikasi penyebabnya, sementara

klien lain ada yang bisa menjelaskan ketakutan dan kecemasannya (Shelley,

dkk, 2009 dalam Sari Syafu Febria, 2017)

Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang

subyektif yang di pengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak di ketahui secara

khusus penyebabnya (Depkes RI, 2008 dalam Apriyanto Dino, 2013). Di

indonesia prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka (6-7%) dari

populasi umum (perempuan lebih banyak di banding prevalensi laki-laki)

(Sari Syafu Febria, 2017)

Menurut Sari Syafu Febria (2017) kecemasan pada klien praoperatif

harus di atasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang

akan menghambat di lakukannya tindakan operasi. Akibat dari kecemasan

klien praoperatif yang sangat hebat maka kemungkinan operasi tidak di

laksanakan karena pada klien yang mengalami kecemasan praoperatif akan

muncul kelainan seperti tekanan darah yang meningkat sehingga apabila tetap

di lakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit terutama dalam


6

meningkatkan perdarahan bahkan setelah operasi akan mengganggu proses

penyembuhan.

Penanganan kecemasan pada klien praoperatif telah banyak di lakukan

oleh perawat salah satunya dengan tindakan relaksasi berupa nafas dalam.

Perubahan akibat teknik relaksasi nafas dalam yaitu menurunkan tekanan

darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi disritmia jantung,

mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen, mengurangi

ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan gelombang alfa

otak yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian dan rileks,

meningkatkan rasa kebugaran, meningkatkan konsentrasi, memperbaiki

kemampuan untuk mengatasi stresor (Sari Syafu Febria, 2017)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pra

Operatif Pada Tn.Y dan Nn.M yang Mengalami Close Fraktur Femur dengan

Kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”.

1.2 BATASAN MASALAH

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pra

operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan

kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.
7

1.3 RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M

yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di Ruang Observasi

Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

1.4 TUJUAN

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y

dan Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan

di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


8

5) Melakukan evaluasi pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di Ruang

Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

1.5 MANFAAT

1.5.1 Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan pada klien ini di harapkan dapat

menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu keperawatan

khususnya pra operatif pada klien yang mengalami close fraktur

femur dengan kecemasan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi perawat

Adanya asuhan keperawatan ini, di harapkan dapat

menambah ketrampilan dan pengetahuan perawat dalam

menangani masalah pra operatif pada klien yang mengalami close

fraktur femur dengan kecemasan.

2) Bagi Rumah Sakit

Asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan ini dapat di

jadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif dan sebagai bahan masukan

dalammeningkatkan pelayanan kesehatan pra operatif pada klien

yang mengalami close fraktur femur.


9

3) Bagi institusi pendidikan

Asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan ini dapat

sebagai tambahan ilmu khususnya pada ilmu medikal bedah,

sebagai sumber pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan

di masa yang akan datang sehingga kedepannya institusi

pendidikan menjadi lebih baik.

4) Bagi klien

Adanya asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di harapkan

klien dapat mengetahui cara alternatif menurangi rasa sakit yang

di alami klien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKITFRAKTUR

2.1.1 DEFINISI

Frakur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang,

tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012). Fraktur adalah

hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,

baik yang bersifat total maupun yang parsial (Rasjad,2015). Menurut

Jaelani & Ramadhian (2016), fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya di sebabkan oleh rudapaksa.

Fraktur femur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur

tulang pada yang di tandai adanya deformitas yang jelas yaitu

pemendekan tulang mengalami masalah fraktur dan hambatan

mobilitas yang nyata (Muttaqin, 2008 dalam Gusty Pirma Reni &

Armayanti, 2014). Menurut Helmi Noor Z, (2012) fraktur femur

tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya kontinuotas

tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit yang dapat di

sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi

tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang

menyebabkan fraktur patologis.

10
11

2.1.2 ETIOLOGI

Menurut Wahid (2013) fraktur femur dapat di sebabkan beberapa hal

antara lain yaitu:

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan

melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Biasanya bagian patah adalah bagian yang paling

lemah dalm jalur hantaran vektor kekerasan.

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, serta penarikan.

Menurut Ningsih (2009) fraktur di sebabkan oleh pukulan langsung,gaya

meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya

fraktur di sebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebih pada

tulang. Sedangkan menurut Digiulio,dkk (2014) tekanan berlebih atau trauma

langsung pada suatu tulang yang menyebabkan suatu retakan, hal ini

mengakibatkan kerusakan pada otot sekeliling dan jaringan sehingga mendorong

ke arah perdarahan, edema dan kerusakan jaringan lokal maka menyebabkan

terjadinya fraktur atau patah tulang.


12

2.1.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur menurut Rasjad (2015) terdapat klasifikasi sebagai

berikut yaitu:

1) Klasifikasi etiologis

a) Fraktur traumatik

Fraktur yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba.

b) Fraktur patologis

Fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau

penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor,

kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan

c) Fraktur stress

Fraktur yang terjadi akibat adanya stress kecil dan berulang-ulang

pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang

sekali ditemukan pada anggota gerak atas.

2) Klasifikasi klinis

a) Fraktur tertutup (simple fraktur)

Fraktur yang terjadi bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (compound fraktur)

Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Karena adanya perlukaan kulit dan jaringan lunak. Fraktur ini dapat

berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
13

c) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur yang di sertai dengan komplikasi misalnya malunion,

delayed union, non-union dan infeksi tulang.

3) Klasifikasi radiologis

a) Lokalisasi: diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi

b) Konfigurasi : fraktur tranfersal, fraktur oblik, fraktur spinal, fraktur

segmental, fraktur komunitif, fraktur Z, fraktur baji, fraktur avulsi,

fraktur depresi, fraktur impaksi, fraktur pecah.

c) Ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, frakturbuckle atau tonus,

fraktur garis rambut dan fraktur green stick.

d) Hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak bergeser,

bergeser (berdampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding dan

impaksi)

Gambar 2.1 Klasifikasi Fraktur


14

Menurut Nayduch (2014) terdapat dua klasifikasi dari fraktur antara lain:

1) Berdasarkan letak ekstremitas

a) Ekstremitas atas

Fraktur ekstremitas atas meliputi bagian- bagian seperti berikut:

(1) Fraktur klavikula

Komponennya terdiri dari bagian ujung kepala

(proksimal), ujung akronial (distal) atau mid-diafisis (70-80%).

Jika mid-diafisis bergeser, terdapat insiden tinggi

penyimpangan dalam penyatuan (malunion) dan tidak adanya

penyatuan (nonunion).

(2) Fraktur sklapula

Komponen dari fraktur ini terdiri dari badan, glenoid,

korakoid, prosesus akromial.

(3) Fraktur humerus

Komponen fraktur humerus terdiri dari kepala humerus

(proksimal), leher bedah dan anatomi, tuberositas yang lebih

besar, diafisi (batang), suprakondilar, kondilus (distal).

Sebagian besar (80%) humerus proksimal tidak bergeser atau

hanya bergeser sedikit. Fraktur humerus suprakondilar sering

terjadi pada anak-anak yang jatuh saat bermain dan biasanya di

atasi dengan fiksasi operatif.

(4) Fraktur radius dan ulna

Fraktur ini terdiri dari leher atau kepala radial

(proksimal), diafisis (batang), ujung distal atau prosesus stiloid.


15

(5) Fraktur karpal dan metakarpal

Terdiri dari tulang pergelangan tangan yaitu skafoid

(nafikular), lunat, triquetrum (kuneiformis), pisiformis,

tra[ezium, trapezoid, kapitat, hamat pada metakarpal.

Metakarpal membentuk badan tangan, sedangkan karpal yang

paling sering mengalami cedera adalah skafoid.

(6) Falang

Fraktur falang yang kompleks dapat memerlukan fiksasi

internal atau kawat Kischner untuk stabilitas.

b) Ekstremitas bawah

Fraktur ekstremitas bawah melibatkan bagian-bagian sepeerti

berikut:

(1)Fraktur femur

Komponen femur terdiri dari kepala (panggul), leher

(panggul), trokanter besar atau kecil (panggul), diafisis

(batang), kondilus. Faktor resiko terjadinya fraktur ini karena di

sebabkan kafein, alkohol, osteoporosis, usia >50 tahun

(meningkat setiap dekade), perempuan kulit pulih, perokok,

berat badan rendah, obat-obatan psikotropika.

(2) Fraktur patela

Fraktur tulang tunggal yang berhubungan dengan cedera

ligamen.

(3) Fraktur tibia dan fibula

Komponen fraktur ini terdiri dari kepala (proksimal,

kondilus atau plato tibia) dan diafisis. Fraktur ini merupakan


16

cedera yang banyak terjadi pada kecelakaan sepeda motor,

perjalan kaki yang tertabrak.

(4) Fraktur malelous (fraktur pergelangan kaki)

Terdiri dari maleolus medial (tibia), maleolus posterior

(tibia) dan lateral (fibula). Fungsi dari sendi pergelangan kaki

ini merupakan komponen penting dalam rehabilitasi untuk

cedera ini.

(5) Fraktur tarsal dan metatarsal

Komponen terdiri dari kalkaneus, talus, Skafoid

(navikular), kuboid, kuneiformis dan metatarsal. Kalkaneus

rentan terhadap jatuh dari tempat inggi dan mendarat pada kaki

biasanya mengharuskan klien untuk tidak menahan berat badan

dan dapat mengakibatkan artritis jangka panjang.

2) Berdasarkan jenis dari fraktur menurut Nayduch (2014)

Tabel 2.1
Jenis-Jenis Fraktur
JENIS DESKRIPSI
Linear atau transversal Fraktur sederhana pada tulang
Garis rambut atau fisura Fraktur sederhana tanpa pergeseran yang hanya melewati
lapisan luar tulang
Oblik Fraktur pada garis diagonal tulang, tidak stabil
Spiral Fraktur berpilin yang sejajar dengan sumbu tulang, tidak
stabil
Kominutif Beberapa fragmen tulang pada siis fraktur, tidak stabil
Fragmen kupu-kupu Fraktur yang sedikit kominutif dengan fragmen berbentuk
kupu-kupu
Baji Fraktur yang menciptakan “baji” tulang terpisah dari tulang
utama
Bergeser Dua ujung tulang yang patah tidak lagi sejajar secara
anatomis satu sama lain
Overriding Dua ujung tulang yang patah tidak lagi sejajar secara
anatomis satu sama lain dan telah menggeser
(memperpendek) kedua ujungnya mendekat satu sama lain
Berkeping atau terbuka Fraktur melewati kulit atau cedera tembus yang memasuki
kulit dan mematahkan tulang, menciptakan hubungan
langsung antara tulang dengan lingkungan eksternal
Impaksi Di mana ujung-ujung tulang yang fraktur terjepit bersama-
sama
17

2.1.4 MANIFESTASI KLINIK

Menurut Fadlani dan Harahap (2012) manifestasi fraktur femur antara lain:

1) Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang yang

di immobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan dan fragmen tulang.

2) Hilangnya fungsi tubuh

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan

deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan

baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat

melekatnya otot.

3) Pemendekan ekstremitas

Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4) Krepitus

Saat ekstremitas di periksa dengan palpasi, teraba adanya derik tulang

(krepitus) yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji

krepitus dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5) Pembengkakan dan perubahan warna

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah

beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.


18

Menurut Nayduch (2014) manifestasi fraktur femur antara lain:

1) Bengkak dan nyeri tekan

2) Guarding, menolak atau tidak mampu bergerak atau menahan berat badan

3) Ekimosis

4) Deformitas dapat terlihat maupun teraba

5) Krepitus

7) Kontaminasi pada luka terbuka (misalnya kotoran, debu dan benda asing)

8) Parastesia (cedera saraf)

9) Denyut berkurang atau tidak ada (cedera vaskuler)

Menurut Digiulio,dkk (2014), manifestasi klinik dari fraktur femur ada

empat yaitu:

1) Pendarahan lokal di mana perubahan warna kulit atau mungkin tidak terlihat,

tergantung jumlah darah dan jarak fraktur dan kulit.

2) Edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan jaringan.

3) Rentang gerak abnormal dimana membutuhkan tulang yang utuh agar otot

menarik dan menciptakan gerakan, jika fraktur terjadi dekat sendi dapat

bengkak sehingga membatasi rentang gerak.

4) Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal biasa setelah retak

pinggul.

Menurut Suratun, dkk (2008), manifestasi klinik dari fraktur femur terdapat

berbagai hal sebagai berikut:

1) Nyeri terus menerus

2) Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)

3) Deformitas

4) Pemendekan ekstremitas
19

5) Krepitus

6) Pembengkakan lokal

7) Perubahan warna

2.1.5 PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang

membungkus tulang rusuk. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang

segeraberdekatankebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis

ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan adanya

vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih (Wahid,

2013).

Pada kondisi trauma di perlukan gaya besar untuk mematahkan tulang pada

dewasa. Biasanya klien mengalami multiple trauma yang menyertainya. Secara

klinis fraktur femur sering di dapatkan adanya kerusakan neurovaskuler yang akan

memberikan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena

kehilangan darah (pada setiap patah tulang di prediksi akan hilangnya darah 500cc

dari sistem vaskuler), maupun syok neurologik di sebabkan rasa nyeri yang sangat

hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah tulang

(Suratun,dkk,2008).
20

Kondisi patologis, Trauma


Osteoporosis, neoplasma langsung atau tidak langsung

Absorbsi calcium turun`

Rentan fraktur FRAKTUR

Konservatif Tindakan bedah

Bidai Gips Traksi Pre op Post op

Stressor
Luka insisi
Hambatan Perfusi jaringan
mobilitas fisik perifer tidak efektif Cemas
Inflamasi bakteri

Resiko infeksi

Perubahan cedera sel Luka terbuka Reaksi


peradangan
status kesehatan
Kerusakan integritas
Edema
kulit
Kurang informasi
Penekanan pada
Jaringan vaskuler
Kurang
pengetahuan
Penurunan aliran darah
Degranulasi sel Mast Terapi restriktif
Resiko disfungsi
Pelepasan mediator kimia neurovaskuler
Hambatan mobilitas
fisik
Nosiseptor

Medulla spinali

Korteks serebri
(Sumber: Corwin, 2009; Brunner dan Suddarth, 2010)
Nyeri

Gambar 2.2 Pathway Fraktur


21

2.1.6 PENATALAKSANAAN

Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan umum pada pengelolaan fraktur

mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yaitu yang pertama dan

utama adalah jangan cederai pasien (primum non nocere). Cedera iatrogen

tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang salah atau tindakan yang

berlebihan. Hal yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan

prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam dan keempat memilih

pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu. Tujuan

penatalaksanaan ini dilakukan berdasarkan empat tujuan utama yaitu:

1) Menghilangkan rasa nyeri

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena fraktur sendiri, namun

karena terluka jaringan di sekitar tulang yang patah tersebut. Untuk

mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan

teknik immobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik

immobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai dan gips.

a) Pembidaian dengan menempatkan benda keras didaerah sekeliling

tulang.

b) Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkus disekitar tulang

yang patah.
22

Gambar 2.3 Pembidaian


2) Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang

lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih mantap seperti pemasangan

traksi kontinu, fiksasi eksternal atau fiksasi internal tergantung jenis frakturnya

sendiri.

a) Penarikan (traksi)

Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada

tempatnya.

b) Fiksasi internal dan eksternal

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang

logam pada pecah- pecahan tulang.

3) Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam 4 minggu dan

akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang

terdapat gangguan dalam penyatuan tulang sehingga dibutuhkan graft tulang.

4) Mengembalikan fungsi seperti semula


23

Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan

kakunya sendi. Oleh karena itu, diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi semula

(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan fraktur

(immobilisasi). Perkiraan waktu immobilisasi yang di butuhkan untuk

penyatuan tulang fraktur sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perkiraan Waktu Immobilisasi Penyatuan Tulang
No Posisi atau lokasi fraktur Lamanya dalam minggu
1 Falang (jari) 3-5
2 Matakarpal 6
3 Karpal 6
4 Skafoid 10 atau sampai terlihat penyatuan dengan sinar x
5 Radius dan ulna 10-12
6 Humerus :
Supra kondiler 3
Batang 8-12
Proksimal (impaksi) 3
Proksimal (dengan pergeseran) 6-8
7 Klavikula 6-10
8 Vertebra 16
9 Pelvis 6
10 Femur
Intrakapsuler 24
Intratrokhanterik 10-12
Batang 18
Suprakondiler 12-15
11 Tibia
Proksimal 8-10
Batang 14-20
Maleolus 6
12 Kalkaneus 12-16
13 Metatarsal 6
14 Falang (jari kaki) 3

Penatalaksanaan ortopedi dapat dilakukan sesuai kondisi klinik dan

kemampuan yang ada untuk penanganan fraktur. Beberapa intervensi yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Proteksi tanpa reposisi dan immobilisasi

Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan

yang minimal tau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan
24

dikemudian hari. Contohnya adalah fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak

dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.

2) Immobilisasi dengan fiksasi

Dapat pula dilakukan immobilisasi tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan

immobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah

pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

3) Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan immobilisasi

Tindakan ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang

berarti seperti pada fraktur radius distal.

4) Reposisi dengan traksi

Dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa

minggu, kemudian diikuti dengan immobilisais. Tindakan ini dilakukan pada

fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dengan

gips. Cara ini dilakukan ada fraktur dengan otot yang kuat yaitu fraktur femur.

Berikut ini macam- macam traksi:

a) Traksi lurus atau langsung

Pada traksi ini memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus

dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur

b) Traksi suspensi seimbang

Traksi ini memberikan dukungan pada ekstremitas yang sakit diatas

tempat tidursehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai

batastertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

c) Traksi kulit

Traksi kulit ini membutuhkan pembedahan karena beban menarik

kulit, spon karet atau bahan kanvas yang diletakkan pada kulit, beratnya
25

bahan yang dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit

yaitu tidak lebih dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang dipasang pada

kulit. Traksi pelvi pada umumnya 4,5 sampai dengan 9 kg tergantung

dari berat badan. Rumus traksi 1/7 x BB

d) Traksi skelet

Dipasang langsung pada tulang, metode ini untuk menangani fraktur

tibia, humerus dan tulang leher. Traksi skelet ini biasanya menggunakan

7 sampai 12 kg untuk mencapai efek terapi. Rumus traksi skelet 1/10 x

BB.

e) Traksi manual

Traksi yang dipasang untuk sementara saat pemasangan gips.

Gambar 2.4 Macam-Macam Traksi


26

5) Repoisi diikuti dengan immobilisasi dengan fiksasi luar

Fiksasi fragmen patahan tulang digunakan pin baja yang ditusukkan

pada fragmen tulang, kemudian pin baja distukan secara kokoh dengan

batangan logam diluar kulit. Alat ini dinamakan fiksator ekstern (Helmi, 2012)

Prinsip penatalaksanaan fraktur menurut Muttaqin (2008) sebagai berikut:

Tabel 2.3
Empat Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
Teknik Pengertian Prinsip Penatalaksanaan
Recognition Diagnosis dan Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai
penilaian fraktur keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan
klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu di
perhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
dan menghindari komplikasi yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengobatan
Reduction Restorasi fragmen Reduksi fraktur apabila perlu. Pada fraktur intra-
fraktur sehingga artikular di perlukan reduksi anatomis, sedapat
posisi yang paling mungkin mengembalikan fungsi normal, mencegah
optimal di dapatkan komplikasi, seperti kekakuan, deformitas serta
perubahan osteoartritis di kemudian hari.
Retention Immobilisasi fraktur Secara umum teknik pelaksanaan yang di gunakan
adalah mengistirahatkan tulang yang mengalami
fraktur dengan tujuan penyatuan yang lebih cepat
antara kedua fragmen tulang yang mengalami
fraktur
Rehabilitation Mengembalikan Program rehabilitasi di lakukan dengan
aktivitas fungsional mengoptimalkan seluruh keadaan klien pada
semaksimal fungsinya agar aktivitas dapat di lakukan kembali.
mungkin Misalnya pada klien pasca amputasi kruris, program
rehabilitasi yang di jalankan adalah bagaimana klien
yang dapat melanjutkan hidup dan melakukan
aktivitas dengan memaksimalkan organ lain yang
tidak mengalami masalah

2.1.7 KOMPLIKASI

Komplikasi pada fraktur frmur menurut Mutaqqin (2008) di antaranya yaitu:

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya

nadi,CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal,

hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh


27

tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit,

tindakan reduksi dan pembedahan.

b) Sindrome kompartemen

Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,

saraf, pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem

atau perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan

luar seperti gips, pembebatan dan penyangga.

Perubahan fisiologis sebagai akibat dari peningkatan tekanan

kompartemen yang seringkali terjadi adalah iskemi dan edem. Tabel di

bawah ini menerangkan tentang proses patologi yang terjadi pada

sindrome kompartemen yaitu:

Tabel 2.4
Proses Patologi Sindrome Kompartemen
No Perubahan fisiologis Temuan klinis
1 Peningkatan tekanan kompartemen Tidak ada perubahan
2 Peningkatan permeabilitas kapiler Edema
3 Pelepasan histamin Peningkatan edema
4 Peningkatan sirkulasi darah Muncul denyutan, jaringan memerah
kelokasi
5 Tekanan pada ujung saraf Nyeri
6 Peningkatan tekanan jaringan Nyeri pada kompartemen atau mati
rasa
7 Penurunan perfusi jaringan Peningkatan edema
8 Penurunan oksigenasi jaringan Pallor
9 Peningkatan produksi asam laktat Denyutan tidak seimbang, postur fleksi
10 Metabolisme anaerobik Sianosis
11 Vasodilatasi Peningkatan edema
12 Peningkatan aliran darah Penegangan otot
13 Peningkatan edema Parestesia
14 Iskemik otot Nyeri hebat
15 Nekrosis jaringan Paresis

c) Fat embolism syndrome (FES)

Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom yang

mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang panjang, terjadi

karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke


28

aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun.

Ditandai dengan adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,

takipnea dan demam.

d) Infeksi

Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga

pada penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF dan

OREF) dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga pada kasus

fraktur resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan

alat bantu maupun prosedur invasif.

e).Nekrosis avaskuler

Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan

nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia volkman.

f) Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kepiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

2) Komplikasi lama

a) Delayed union

Kegagalan fraktur terkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan ruang untuk menyambung. Ini terjadi karena suplai darah

ketulang menurun.

b) Non-union

Komplikasi ini terjadi karena adanya fraktur yang tidak sembuh

antara 6 sampai 8 bulan dan tidak di dapatkan konsolidasi sehingga

terdapat infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang


29

disebut infected pseudoarthosis. Sehingga fraktur dapat menyebabkan

infeksi

c) Mal- union

Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya tapi terdapat

deformitas (perubahan bentuk tulang) yang berbentuk angulasi

Menurut Grace & Borley (2007), komplikasi dari fraktur femur antara lain:

1) Komplikasi dini

a) Kehilangan darah

b) Infeksi

c) Sindrom kompartemen

2) Komplikasi lanjut

a) Non-union

b) Delayed union

c) Malunion

d) Pertumbuhan terhambat

e) Artritis

f) Distrofi simpatik (refleks) pascatrauma.


30

2.2KONSEP KECEMASAN

2.2.1 DEFINISI

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di tandai dengan ketakutan

dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam

batas normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan yang di alami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari

juga merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi

secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik.

Pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai suatu dan merupakan

sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi

sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi

keberadaan individu. Cemas dapat di komunikasikan secara interpersonal dan

merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga

dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan perlindungan diri (Suliswati,

2007 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

Ansietas atau cemas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

samar di sertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak di ketahui

oleh individu), perasaan takut yang di sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal

ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya

bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman,

dkk 2015).
31

2.2.2 Batasan Karakteristik

Menurut Herdman , dkk(2015) batasan karakteristik yang muncul pada klien

yang mengalami ansietas antara lain:

1) Perilaku : agitasi, gelisah, gerakan ekstra, insomnia, kontak mata yang

buruk, melihat sepintas, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan

dalam peristiwa hidup, penurunan produktivitas, perilaku mengintai dan

tampak waspada.

2) Afektif : berfokus pada diri sendiri, distress, gelisah, gugup, kesedihan yang

mendalam, ketakutan, menggemerutukkan gigi, menyesal, peka, perasaan

tidak adekuat, putus asa, ragu, khawatir dan senang berlebihan

3) Fisiologis : gemetar, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, suara

bergetar, tremor, tremor tangan dan wajah tegang

4) Simpatis : Anoreksia, diare, dilatasi pupul, eksitasi kardiovaskuler,

gangguan pernapasan, jantung berdebar-debar, kedutan otot, lemah, mulut

kering, peningkatan denyut nadi, peningkatan frekuensi pernapasan,

peningktan refleks, peningkatan tekanan darah, vasokonstriksi superfisial dan

wajah memerah

5) Parasimpatis : anyang-anyangan, diare, dorongan segera berkemih,

gangguan pola tidur, kesemutan pada ekstremitas, letih, mual, nyeri

abdomen, penurunan denyut nadi, penurunan tekanan darah, pusing dan

sering berkemih

6) Kognitif : bloking pikiran, cenderung menyalahkan orang lain, gangguan

konsentrasi, gangguan perhatian, konfusi, lupa, melamun, menyadari gejala

fisiologis, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan kemampuan

untuk memecahkan masalah, penurunan lapang persepsi dan pre okupasi.


32

2.2.3 Tingkatan kecemasan

Menurut Peplau (1952) dalam Videbeck (2008) ada empat tingkatan anisetas

yaitu ringan, sedang, berat dan panik. Pada masing-masing tahap individu

memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan respon emosional ketika

berupaya menghadapi ansietas.

Menurut Stuart (2007) kecemasan di bagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan,

sedang, berat dan berat. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan

mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Empat tingkat kecemassan tersebut sebagai

berikut:

1) Kecemasan ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Kecemasan sedang

Kecemasan memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal

dan mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.

3) Kecemasan berat

Kecemasan ini mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku di tujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu

banyak arahan untuk berfokus pada area lain.


33

4) Panik

Tingkat kecemasan sangat berat berhubungan dengan tindakan

terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi

karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini

tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

diorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang dan kehilangan pemikiran rasional.

2.2.4 Cara ukur kecemasan

Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan

seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument) yang di kenal dengan nama

Hemilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok

gejala yang masing-masing kelompok di rinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Berikut 14 kelompok diantaranya meliputi:

1) Perasaan cemas (ansietas) : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung

2) Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu, lesu

3) Ketakutan : takut terhadap gelap, takut terhadap orang lain atau asing, takut

bila di tinggal sendiri, takut pada binatang besar

4) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, mimpi

buruk, tidur tidak nyenyak, bangun lesu

5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa, sulit konsentrasi

6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari


34

7) Gejala somatik : nyeri pada oto dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil,

kedutan otot

8) Gejala sensorik : perasaan di tusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah,pucat serta merasa lemah

9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras, detak

jantung hilang sekejap

10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

nafas panjang, merasa napas pendek

11) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, konstipasi, berat badan menurun, mual,

muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut

12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi

13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing

14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari gemetar, mengerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat

Cara penilaian tingkat kecemasan sebagai berikut:

1) Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali

2) Skor 1 : 1 dari gejala yang ada

3) Skor 2 : separuh dari gejala yang ada

4) Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada

5) Skor 4 : semua gejala yang ada


35

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan

14 dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Skor kurang dari 14 : tidak ada kecemasan

2) Skor 14-20 : kecemasan ringan

3) Skor 21-27 : kecemasan sedang

4) Skor 28-41 : kecemasan berat

5) Skor 42-56 : panik

Tabel 2.5 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)
Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
36

e. Suara tidak stabil


8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras
37

2.3. ASUHAN KEPERAWATAN

2.3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini semua

data di kumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat

ini. Pengkajian harus di lakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk

mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien (Asmadi, 2008)

Menurut Wahid (2013), pengkajian pada fraktur meliputi:

1) Identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk, nomor

registrasi dan diagnosa keperawatan

2) Keluhan utama, pada umumnya keluhan pada fraktur adalah rasa nyeri

3) Riwayat penyakit sekarang, berupa kronologi kejadian terjadinya penyakit

sehingga bisa terjadi penyakit seperti sekarang.

4) Riwayat penyakit dahulu,ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

5) Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

fraktur

6) Riwayat psikososial merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang di

derita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat yang mempengaruhi

dalam kehidupan sehari-hari

7) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada fraktur biasanya klien merasa takut akan mengalami

kecacatan, maka klien harus menjalani penatalaksanaan untuk membantu


38

penyembuhan tulangnya. Selain itu diperlukan pengkajian yang meliputi

kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, penggunaan alkohol, klien

melakukan olahraga atau tidak.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi yang lebih dari

kebutuhan sehari-hari sepertikalsium, zat besi, protein, vitamin C untuk

membantu proses penyembuhan.

c) Pola eliminasi

Perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau dan jumlah dari alvi

maupun feses untuk mengetahui adanya kesulitan atau tidak. Hal yang

perlu dikaji dalam eliminasi berupa BAB dan BAK

d) Pola tidur dan istirahat

Klien biasanya merasa nyeri dan gerakannya terbatas sehingga dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien

e) Pola aktifitas

Adanya nyeri dan gerak yang terbatas, aktifitas klien menjadi

berkurang dan butuh bantuan dari orang lain.

f) Pola hubungan dan peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena

menjalani rawat inap di Rumah Sakit.

g) Pola persepsi dan konsep diri

Klien fraktur akan timbul ketakutan akan kecacatan akibat fraktur,

rasa cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktifitas secara optimal

dan gangguan citra tubuh


39

h) Pola sensori dan kognitif

Berkurangnya daya raba terutama pada bagian distal fraktur

i) Pola reproduksi seksual

Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta nyeri

j) Pola penanggulangan stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, takut

mengalami kecacatan dan fungsi tubuh.

k) Pola tata nilai dan keyakinan

Klien tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik karena rasa nyeri

dan keterbatasan fisik

Pemeriksaan fisik menurut Helmi (2012) menyampaikan bahwa terdapat dua

pemeriksaan umum pada fraktur yaitu gambaran umum dan keadalan lokal berupa:

1) Gambaran umum

Pemeriksa perlu memperhatikan pemeriksaan secara umum, meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda

seperti berikut ini:

(1). Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah dan

komposmentis.

(2). Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,

berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut.

b) Tanda- tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi

maupun bentuk.
40

c) Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari kaki atau tangan harus

diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai

status neurovaskuler.

2) Keadaan lokal

a) Look : adanya suatu deformitas (angulasi atau membentuk sudut, rotasi

atau pemutaran dan pemendekan), jejas, tulang yang keluar dari jaringan

lunak, sikatrik (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti

bekas operasi), warna kulit, benjolan, pembengkakan atau cekungan

dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal) serta posisi dan bentuk dari

ekstremitas (deformitas). Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan

perubahan warna dibagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya

fraktur terbuka

b)Feel : adanya respon nyeri atau ketidaknyamanan, suhu disekitar trauma,

fluktuasi pada pembengkakan, nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak

kelainan (⅓ proksimal, tengah atau distal).

c)Move:adanya gerakan abnormal ketika menggerakkan bagian yang cedera

dan kemampuan rentang gerak sendi (ROM) mengalami gangguan.

Pemeriksaan diagnostik pada klien fraktur menurut Helmi (2012) dapat di

lakukan berbagai hal yaitu:

1) Pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah

menggunakan sinar rontgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi

keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP

atau PA dan leteral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

(khusus) adanya indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena


41

adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan X-ray harus atas dasar

indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

permintaan.

CT scan biasanya hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang

mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan diagnosis.

2) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih

lanjut kelainan yang terjadi sebagai berikut:

a) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

b) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan

tulang

c) Enzim otot seperti kretinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5),

aspartat amino transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

3) Pemeriksaan lainnya

a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas

Pemeriksaan dilakukan pada kondisi fraktur dengan komplikasi,

pada kondisi infeksi di dapatkan mikroorganisme penyebab infeksi

b) Biopsi tulang dan otot

Pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas,

tetapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.

c) Elektromyografi

Apabila terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan oleh

fraktur.
42

d) Arthroscopy

Apabila didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

trauma yang berlebihan pada tulang sehingga terdapat tekanan dari luar.

e) Indium Imaging

Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

f) MRI

Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

Menurut Digiulio, dkk (2014), pemeriksaan diagnostik klien fraktur antara

lain :

1) Sinar X : menunjukkan retak di mana dapat di pindah atau tidak dapat di pindah

2) CT scan menunjukkan retak pada bagian klien yang tidak bisa di putar atau di

posisikan untuk di lihat misalnya leher

3) Bone scan berguna menunjukkan aktivitas seluler yang meningkat di dalam area

fraktur

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon klien, keluarga

atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Tahap diagnosa keperawatan memungkinkan perawat untuk menganalisis

data yang telah di kelompokkan dan di cantumkan di bawah pola kesehatan dan

divisi diagnosa disfungsional (Asmadi, 2008)

Menurut Wahid (2013), diagnosa keperawatan pada kasus fraktur antara lain:

1) Nyeri akut berhubungan dengan spaseme otot, gerakan fragmen tulang, edem,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stree atau anisetas

2) Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah (cedera vaskuler, edem, pembentukan trombus)


43

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurovaskuler,

nyeri, terapi restriktif (immobilisasi)

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, sekrup)

5) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang.

6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang pajanan atau salah satu interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat atau lengkapnya informasi yang

ada.

Menurut NANDA (2015), diagnosa dari klien fraktur antara lain:

1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis (misalnya

infeksi, iskemi, neoplasma), agens cedera fisik (mis abses, amputasi, luka bakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan),

agens cedera kimiawi (misal luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens

mustard)

2) Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan agens farmaseutikal,

ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, gangguan fungsi kognitif, gangguan

metabolisme, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, gangguan

sensori perseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh di atas persentil

ke 75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai

pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan

integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang

dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial), kurang pengetahuan tentang nilai

aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali


44

otot, penurunan ketahanan tubuh, penurunan massa otot, program pembatasan

gerak

3) Defisiensi pengetahuan (00126) berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif,

gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk belajar, kurang

sumber pengetahuan, salah pengertian terhadap orang lain.

4) Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada status

terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak di penuhi,

konflik nilai, konflik tentangtujuan hidup, krisis maturasi, krisis situasi, pajanan

pada toksin, penularan interpersonal, penyalahgunaan zat, perubahan besar

(misalnya status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status

peran), riwayat keluarga tentang ansietas, stresor

5) Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan agens farmaseutikal,

cedera kimiawi kulit (misalnya luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens

mustard), faktor mekanik (misal daya gesek, tekanan, imobilitas fisik),

hipertermia, hipotermia, kelembapan, lembap, terapi radiasi, usia ekstrem,

gangguan metabolisme, gangguan pigmentasi, gangguan sensasi (akibat cedera

medula spinalis, diabetes melitus), gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi,

gangguan turgor kulit, gangguan volume cairan, imunodefisiensi, nutrisi tidak

adekuat, perubahan hormonal, tekanan pada tonjolan tulang.

6) Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk

menghindari pemajanan patogen, malnutrisi, obesitas, penyakit kronis, prosedur

invasif.
45

2.3.3 INTERVENSI

Intervensi atau rencana tindakan adalah desain spesifik yang membantu

mencapai kriteria hasil atau suatu aktifitas yang di perlukan untuk membatasi faktor-

faktor pendukung terhadap suatu permasalahan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Intervensi pada fraktur menurut Helmi (2012) antara lain:

1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edem,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stree atau anisetas.

Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan

tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktifitas, tidur, istirahat dengan

tepat, menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktifitas terapeutik.

Intervensi :

a) Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,

berat atau traksi

Rasional : mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.

b) Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena

Rasional : meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edem atau nyeri

c) Lakukan dan awasi latihan gerak pasif atau aktif.

Rasional : mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi

vaskuler.

d) Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (massase,

perubahan posisi)

Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan

lokal dan kelelahan otot.

e) Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan nafas dalam,

relaksasi pendengaran musik mozart, imajinasi visual)


46

Rasional : mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol

terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

f) Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai

keperluan

Rasional : menurunkan edem dan mengurangi nyeri

g) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional : menurunkan nyeri melalui penghambatan rangsang nyeri baik

secara sentral maupun perifer.

h) Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verbal,

perubahan tanda- tanda vital)

Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien terutama keluhan

nyeri

2) Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah (cedera vaskuler, edem, pembentukan trombus)

Tujuan : klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral

hangat, tidak pucat dan sianosis, bisa bergerak secara aktif.

a) Intervensi :Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan

menggerakkan jari atau sendi distal cedera

Rasional : meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi

b) Hindari restrikasi sirkulasi akibat tekanan bebat atau spalk yang terlalu

ketat

Rasional : mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya

penyesuaian keketatan spalk

c) Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada

kontraindikasi adanya sindroma kompartemen


47

Rasional : meningkatkan drainase vena dan menurunkan kecuali pada

keadaan adanya hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan

perfusi.

d) Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan

Rasional : mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk

menurunkan trombus vena

e) Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan

kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal

Rasional : mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya

intervensi sesuai keadaan klien

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurovaskuler,

nyeri, terapi restriktif (immobilisasi)

Tujuan : klien dapat meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional,

meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dengan kompensasi bagian tubuh

Intervensi :

a) Pertahankan pelaksanaan aktifitas rekreasi terapeutik sesuai keadaan.

Rasional : memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri,

membantu menurunkan isolasi sosial.

b) Bantu latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sakit sesuai

keadaan klien

Rasional :meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,

mempertahankan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktur dan merabsorbsi kalsium karena mobilisasi.


48

c) Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter atau tangan sesuai

indikasi

Rasional : mempertahankan posisi fungsional ekstremitas

d) Bantu dan dorong perawatan diri sesuai keadaan klien

Rasional : meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai

kondisi

e) Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien

Rasional : menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan

f) Dorong atau pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml perhari

Rasional : mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi

urinarius dan kontipasi

g) Berikan diet TKTP

Rasional : kalori dan protein diperlukan untuk proses penyembuhan dan

mempertahankan fungsional tubuh

h) Kolaborasi penggunaan fisioterapi

Rasional : kerjasama dengan fisioterapi untuk menyusun program

aktifitas fisik secara individual

i) Evaluasi kemampuan mobilisasi dan program immobilisasi

Rasional : menilai perkembangan masalah klien

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, sekrup)

Tujuan : klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku

mencegah kerusakan kulit, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

Intervensi :

a) Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman


49

Rasional : menurunkan resiko kerusakan kulit yang lebih luas

b) Massase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat

atau gips

Rasional : meningkatkan sirkulasi perifer, kelemasan kulit dan otot

terhadap tekanan yang relatif konstan pada immobilisasi

c) Lindungi kulit dan gips pada area perinatal

Rasional : mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat

kontaminasi fekal

d) Observasi keadaan kulit, penekanan gips, insersi traksi

Rasional : menilai perkembangan masalah klien

5) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang).

Tujuan : klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema dan demam

Intervensi :

a) Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol

Rasional : mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan

luka

b) Ajarkan klien mempertahankan sterilisasi insersi pen

Rasional : meminimalkan kontaminasi

c) Kolaborasi pemberian antibiotik dan toksoid tetanus

Rasional : mencegah infeksi

d) Analisa pemeriksaan laboratorium


50

Rasional : leukosit terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan

LED dapat terjadi pada osteomielitis, kultur untuk mengidentifikasi

organisme penyebab infeksi.

e) Observasi tanda- tanda vital dan tanda peradangan lokal pada luka

Rasional : mengevaluassi perkembangan masalah klien

6) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang pajanan atau salah satu interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat atau lengkapnya informasi yang

ada.

Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria

mengerti dan memahami tentang penyakitnya

Intervensi :

a) Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran

Rasional : efektifitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan

fisik dan mental klien untuk mengikuti program pembelajaran

b) Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang

Rasional: memberikan dasar pengetahuan di mana klien dapat membuat

pulihan informasi.

c) Diskusikan metode mobilisasi dan ambulasi sesuai program terapi fisik

Rasional : meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam

perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik

d) Ajarkan tanda gejala klinis yang memerlukan evaluasi medik

Rasional : meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda

gejala yang memerlukan intervensi lebih lanjut.


51

Menurut NOC NIC (2016), intervensi fraktur antar lain:

Tabel 2.6
Intervensi Fraktur
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC Rasional
Nyeri akut 1.Tingkat Nyeri (2102) Manajemen Nyeri (1400)
(00132) Setelah di lakukan a.Lakukan pengkajian nyeri a.Menentukan
berhubungan tindakan keperawatan komprehensif yang meliputi intervensi yang
dengan agens selama 3x24 jam di lokasi, karakteristik, onset sesuai dan
cedera biologis, harapkan nyeri klien atau durasi, frekusensi, keefektifan terapi
agens cedera berkurang dengan kualitas, intensitas atau
fisik, agens kriteria hasil: beratnya nyeri dan faktor
cedera kimiawi  Melaporkan nyeri pencetus
(21021) b.Observasi adanya petunjuk b.Mengidentifikasi
 Melaporkan nonverbal mengenai ketidaknyamanan
panjangnya episode ketidaknyamanan
nyeri (21024) c.Kendalikan faktor c.Meningkatkan
 Ekspresi nyeri wajah lingkungan yang dapat kenyamanan
(21026) mempengaruhi respon
2.Kontrol Nyeri (1605) pasien terhadap
Setelah di lakukan ketidaknyamanan
tindakan keperwatan d.Dukung istirahat atau tidur d.Menurunkan
selama 3x24 jam di yang adekuat nyeri
harapkan nyeri pasien e.Berikan informasi mengenai e.Mencegah nyeri
berkurang dengan nyeri, seperti penyebab muncul kembali
kriteria hasil: nyeri, berapa lama nyeri di
 Mengenali kapan nyeri rasakan dan antisipasi dari
terjadi (160502) ketidaknyamanan akibat
 Menggambarkan prosedur
faktor penyebab nyeri f.Ajarkan penggunaaan teknik f.Meningkatkan
(160501) nonfarmakologi (misalnya relaksasi dan
 Menggunakan relaksasi, terapi musik, memfokuskan
tindakan pencegahan aplikasi panas atau dingin perhatian
(160503) dan pijatan,bimbingan
antisipatif)
 Menggunakan
g.Bantu keluarga dalam g.Keluarga dapat
analgesik yang di
mencari dan memberikan memahami
rekomendasikan
(160505) dukungan kebutuhan klien
h.Berikan informasi yang h.Keluarga dapat
akurat untuk meningkatkan mengetahui cara
pengetahuan dan respon merespon nyeri
keluarga terhadap klien
pegalaman nyeri
i. Kolaborasi analgetik i.Mengurangi
nyeri
52

Hambatan Pergerakan (0208) Terapi Latihan Ambulasi


mobilitas fisik Setelah di lakukan (0221)
(00085) tindakan keperawatan di a.Bantu klien duduk di a.Memfasilitasi
berhubungan harapkan mobilisasi pada bagian sisi tempat tidur penyesuaian
dengan agens tingkat yang tinggi yang aman sikap tubuh
farmaseutikal, dengan kriteria hasil: b.Bantu klien untuk b.Membantu
ansietas,  Keseimbangan tubuh perpindahan sesuai latihan
depresi, disuse, (020801) kebutuhan pergerakan
gangguan fungsi  Adanya koordinasi c.Monitor klien dalam c.Memenuhi
kognitif, (020809) menggunakan alat bantu kebutuhan klien
gangguan  Cara berjalan normal jalan
metabolisme, (020810) d.Instruksikan klien d.Memberikan
gangguan  Gerakan mengenai pemindahan dan keamanan
muskuloskeletal sendi(020804) teknik ambulasi yang dalam
,gangguan Ambulasi (0200) aman berpindah
neuromuskular, Setelah di lakukan e.Beritahu keluarga dalam e.Keluarga
gangguan tindakan keperawatan melakukan teknik mengetahui
sensori selama 3x24 jam di pemindahan yang aman berpindah klien
perseptual, dll harapkan mobilisasi pada bagi klien yang aman
tingkat yang tinggi f.Konsultasi dengan f.Memberikan
dengan kriteria hasil: fisioterapi latihan
 Menopang berat pergerakan
badan (020001) sesuai prosedur
 Berjalan dengan
langkah yang efektif
(0120002)
 Berjalan dengan
pelan (020003)

Ansietas Kontrol Diri Terhadap Pengurangan Kecemasan


(00146) Ketakutan (1404) (5820)
berhubungan Setelah di lakukan a. Bina hubungan saling a.Mempermudahi
dengan ancaman tindakan keperawatan percaya ntervensi
kematian, selama 3x24 jam di b. Kaji tanda verbal dan b.Mengidentifikas
ancaman pada harapakan klien tidak nonverbal kecemasan i derajat
status terkini, merasa cemas dengan c. Berada di sisi klien kecemasan
hereditas, kriteria hasil: d. Dorong verbalisasi c.Meningkatkan
hubungan  Memantau intensitas perasaan, persepsi dan rasa aman
interpersonal, ketakutan (140401) ketakutan d.Meningkatkan
kebutuhan yang  Menghilangkan e. Instruksikan rasa percaya
tidak di penuhi, penyebab ketakutan menggunakan teknik dan mengurangi
konflik nilai,dll (140402) relaksasi kecemasan
 Mencari informasi f.Jelaskan prosedur dan e.Untuk
untuk mengurangi sensasi yang di rasakan mengurangi
nyeri (140403) selama prosedur di kecemasan
 Menghindari sumber lakukan f.Agar klien
ketakutan jika g.Dorong keluarga untuk merasa lebih
memungkinkan mendampingi klien nyaman dan
(140404) dengan cara yang tepat aman
 Menggunakn strategi g.Klien merasa
koping yang efektif lebih nyaman
(140406) saat keluarga
mendampingi
53

Defisiensi Pengetahuan: Proses Pendidikan Kesehatan


pengetahuan Penyakit (1803) (5510)
(00126) Setelah di lakukan a. Identifikasi faktor internal a.Meningkatkan
berhubungan tindakan keperawatan atau eksternal mengenai motivasi
dengan selama 3x24 jam di perilaku sehat perilaku sehat
gangguan fungsi harapkan pengetahuan b.Tentukan pengetahuan dan b.Mengetahui
kognitif, klien dan keluarga gaya hidup perilaku hidup tingkat
gangguan bertambah dengan klien, keluarga saat ini pengetahuan
memori, kurang kriteria hasil: c.Tekankan pentingnya pola klien dan
informasi,  Mengenal karakter makan yang sehat, tidur, keluarga
kurang minat penyakit (180302) olahraga c.Mengikuti
untuk belajar,dll  Menjelaskan faktor d.Manfaatkan sistem perilaku hidup
penyebab dan faktor dukungan sosial dan sehat yang
yang berkontribusi keluarga benar
(180303) e.Libatkan individu dan d.Meningkatkan
 Menjelaskan faktor keluarga dalam rencana efektifitas gaya
resiko (180304) implementasi gaya hidup hidup
 Menjelaskan efek e.Agar individu
fisiologi penyakit dan keluarga
(180305) mampu
memahami
rencana yang
akan diterapkan

Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit Pengecekan kulit (3590)


integritas kulit dan Membran Mukosa a. Periksa kulit dan selput a.Mengetahui ada
(00046) (1101) lendir tidaknya
berhubungan Setelah di lakukan b.Amati warna,, kehangatan, kemerahan dan
dengan agens tindakan keperawatan bengkak, pulsasi dan edem edema
farmaseutikal, selama 3x24 jam di c.Monitor warna kulit dan b.Mengetahui ada
cedera kimiawi harapkan kerusakan suhu tidaknya
kulit, faktor integritas kulit tidak d.Monitor kulit adanya ruam perubahan kulit
mekanik,dll terjadi dengan kriteria dan lecet c.Warna dan suhu
hasil: e.Monitor infeksi terutama kulit masih
 Suhu kulit normal di daerah edema normal
(110101) f.Dokumentasikan adanya d.Mengetahui ada
 Sensasi normal perubahan membran tidaknya
(110102) mukosa perubahan di
 Elastisitas normal g.Ajarkan keluarga kulit
(110103) mengenai tanda kerusakan e.Mengetahui ada
 Tidak ada hidrasi kulit tidaknya infeksi
(110104) f.Memantau
 Adanya pertumbuhan perubahan pada
rambut pada kulit membran mukosa
(110112) g.Keluarga dapat
segera melapor
kepada tenaga
kesehatan untuk
mencari solusi

Resiko Infeksi Kontrol Risiko: Proses Kontrol Infeksi (6540)


(00004) Infeksi (1924) a. Bersihakan lingkungan a.Agar tehindar
berhubungan Setelah di lakukan dengan baik dari kuman
dengan kurang tindakan keperawatan b. Ajurkan klien dan b.Agar terhindar
pengetahuan 3x24 jam di harapkan keluarga mengenai cuci dari infeksi
menghindari infeksi tidak terjadi tangan nosokomial
pemajanan dengan kriteria hasil: c. Ajarkan klien dan c.Mengetahui ada
patogen,  Mencari informasi keluarga mengenai tidaknya resiko
54

malnutrisi, terkait kontrol infeksi tanda dan gejala infeksi infeksi


obesitas, (192425) d. Ganti IV perifer dan d.Terhindar dari
penyakit kronis  Mengidentifikasi saluran penghubung proses infeksi
dan prosedur faktor resiko infeksi serta balutan
invasif (192426) e. Batasi jumlah e.Agar tidak ada
 Mengidentifikasi pengunjung penularan
tanda dan gejala penyakit dari
infeksi (192405) pengunjung
keklien atau
sebaliknya

2.3.4 IMPLEMENTASI

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah

rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk

membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana

tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah

membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Efendi & makhfudli, 2009). Implementasi pada

klien yang mengalami masalah fraktur di lakukan sesuai dengan intervensi

yang di tentukan oleh perawat.

2.3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan

evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini

bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan,


55

sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas

dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,

afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan ( Efendi & Makhfudli, 2009). Menurut Wahid (2013) menyatakan

evaluasi pada klien fraktur meliputi:

1) Nyeri berkurang atau hilang

2) Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer

3) Tidak adanya hambatan dalam mobilisasi fisik

4) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

5) Tidak muncul resiko infeksi

6) Peningkatan pengetahuan klien


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan pra operatif pada klien yang mengalami close fraktur femur

dengan kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

3.2 Batasan Istilah

Studi kasus ini menjabarkan mengenai konsep fraktur femur

dengan kecemasan. Dimana fraktur femur adalah suatu patahan pada

kontinuitas struktur tulang pada yang di tandai adanya deformitas yang

jelas yaitu pemendekan tulang mengalami masalah fraktur dan hambatan

mobilitas yang nyata (Muttaqin, 2008 dalam Gusty Pirma Reni &

Armayanti, 2014). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di

tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas

normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

3.3 Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam asuhan keperawatan pra operatif

ini mengambil dari dua klien yang mengalami close fraktur femur dengan

kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi yaitu

Tn.S dan Nn.M

56
57

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Ruang Observasi Intensif (ROI)

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan waktu pengambilan kasus asuhan

keperawatan di mulai sejak tanggal 27 Mei 2017 sampai dengan 29 mei

2017

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dengan tiga metode :

3.5.1 Wawancara

Metode ini di lakukan dengan mewawancarai

sumber data seperti klien, keluarga maupun perawat

lainnya. Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan lain-lain.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Di lakukan observasi menyeluruh terhadap sistem

tubuh klien dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi secara spesifik

pada klien fraktur.

3.5.3 Studi dokumentasi

Pengumpulan data dapat di ambil dari hasil

pemeriksaan diganostik dan data lain yang relevan

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan


58

3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber data utama yaitu klien, perawat expertdan referensi buku yang

berkaitan dengan masalah fraktur yang sedang di teliti atau di kelola.

3.7 Analisa Data

Analisa data di lakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data di

lakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik

analis yang di gunakan dengan cara menarasikan jawaban yang di peroleh

dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang di lakukan untuk

menjawab rumusan masalah. Selain itu dapat pula dengan cara observasi

oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data yang

selanjutnya diinterpretasikan dan di bandingkan dengan teori yang ada

Setelah data terkumpul, hasil dari data tersebut di reduksi dalam

bentuk catatan lapangan di jadikan satu dalam bentuk transkrip dan di

kelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif kemudian di analisis

berdasarkan hasil pemeriksaaan diagnostik dan di bandingkan dengan nilai

normal. Dalam penyajian data dapat di lakukan dengan tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan klien di jamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien. Dari data yang di sajikan kemudian data

di bahas dan di bandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan

secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan di

lakukan dengan metode induksi. Data yang di kumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.


BAB IV

HASIL

4.1 Hasil

Pada bab ini berisi tentang hasil asuhan keperawatan pra operatif pada

Tn.Y dan Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

ruang observasi intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data telah dilakukan di ruang Ruang Observasi

Intensif (ROI) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

pada 27 Mei 2017 – 29 Mei 2017. Data yang telah diambil yaitu dari

data 2 klienyang mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu close

fraktur femur pre operasi.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas pasien

Penulis menguraikan pengkajian identitas pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Identitas klien


IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2
Nama Sdr.Y Nn.M
Alamat Angkatan Kidul Rt 02/03 Ngampih Rt 01/02
Tambakromo Pati Seblongan Wonogiri
Umur 20 tahun 24 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Buruh Mahasiswi
Status perkawinan Belum kawin Belum kawin

59
60

Identitas Penanggung Jawab Klien 1 Klien 2

Nama Tn.N Tn.P


Alamat Angkatan Kidul Rt 02/03 Ngampih Rt 01/02
Tambakromo Pati Seblongan Wonogiri
Umur 42 tahun 51 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP DIII
Pekerjaan Buruh Swasta
Hubungan dengan klien Ayah Ayah

2. Riwayat Penyakit

Penulis menguraikan riwayat penyakit klien pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit


RIWAYAT
Pasien 1 Pasien 2
PENYAKIT
Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyeri
Klien datang dari IGD diantar Klien mengatakan pada hari
oleh keluarganya pada tanggal 22 Sabtu 20 Mei 2017 mengalami
Mei 2017 di karenakan klien kecelakaan saat sedang berjalan
mengalami kecelakaan lalu lintas kaki selepas pulang dari
sekitar jam 04.00 pagi setelah kampus. Klien mengatakan di
mengantar susu di pasar. klien tabrak motor saat ingin
mengendarai motor dan menyeberang. Klien di larikan
menabrak mobil yang ada di ke Rumah Sakit Gajah Mada
depannya. Pada saat pengkajian Yogyakarta dengan di berikan
tanggal 27 Mei 2017, klien balut bidai. Tanggal 22 Mei
mengatakan cemas karena akan 2017, klien di rujuk ke IGD
di lakukan operasi pada hari Rumah Sakit Dr.Moewardi
Senin tanggal 29 Mei 2017. Klien Surakarta dan di pindahkan ke
mengeluh nyeri di paha kiri. ruang ROI tanggal 23 Mei 2017.
Pengkajian nyeri di dapatkan: Pada saat pengkajian tanggal 27
Riwayat P: Klien mengatakan nyeri saat Mei 2017,Klien mengeluh nyeri
Penyakit paha kiri mengalami pergerakan dengan hasil pengkajian nyeri di
Sekarang Q: Klien mengatakan nyeri seperti dapatkan:
tertusuk-tusuk P: Klien mengatakn nyeri saat
R:Klien mengatakan nyeri di paha kanan mengalami
bagian paha kiri pergerakan
S:Klien menunjukkan nyeri Q:Klien mengatakan nyerti
dengan skala 4 terasa tertusuk-tusuk
T: Klien mengatakan nyeri hilang R:Klien mengatakan nyeri
timbul, saat nyeri muncul sekitar dibagian paha kanan
10 menit. S:Klien menunjukkan nyeri
Klien tampak meringis kesakitan skala 6
dan memegangi daerah paha kiri T: Klien mengatakan nyeri
saat nyeri muncul. Hasil tanda- hilang timbul, saat nyeri mucul
tanda vital: sekitar 15 menit.
TD : 140/90 mmHg, Klien tampak meringis
Nadi : 82x/menit, irama cepat, kesakitan dan memegangi
kekuatan atau isi kuat daerah paha kanan saat nyeri
RR : 21x/menit, irama normal muncul, klien tampak cemas
61

Suhu : 37.10C. saat nyeri muncul. Tanda –


Klien terpasang bidai di kaki kiri , tanda vital:
terpasang infus NaCl 0,9% di TD: 140/80 mmHg,
tangan kanan, klien tampak Nadi: Frekuensi 90 x/menit,
bedrest total dan ADL di bantu irama cepat, kekuatan atau isi
oleh keluarga, kekuatan otot kuat
ekstremitas bawah 5/2, pengaman RR: Frekuensi 22 x/menit,
tempat tidur di naikkan. irama normal
Berdasarkan pengkajian HRS- Suhu: 37,20C
A(Hamilton Rating Scale For Klien terpasang cairan infus
Anxiety) di dapatkan skor 20 NaCl 0,9% di tangan kanan,
(cemas ringan): terpasang bidai di kaki kanan,
DS: Klien mengatakan cemas kekuatan otot ekstremitas bawah
akan operasi yang akan di 2/5.
jalaninya, takut jika di tinggal Klien mengatakan cemas
sendiri, tidak puas akan dengan pengkajian HRS-A
tidurnya dan bangun terasa (Hamilton Rating Scale For
lesu. Klien mengatakan tidak Anxiety) di dapatkan skor 27
ingat kronologi saat (cemas sedang):
kecelakaan terjadi sampai di DS: Klien mengatakan cemas
bawa ke Rumah Sakit, Klien saat nyeri mucul dan takut
mengatakan sedih akan akan operasi yang akan di
kondisinya sekarang, Klien jalaninya,tidak dapat
mengatakan nyeri pada paha beristirahat dengan tenang,
kiri dan terasa tertusuk-tusuk mudah terkejut. Klien
di daerah paha kiri mengatakan takut di tinggal
DO: Klien tampak lesu dan sendiri dan banyak orang,
gelisah, berkeringat dan mulut klien mengatakan lesu saat
kering, tidak tenang, klien bangun tidur, klien tidak
tampak pucat dan muka berminat apa-apa dan merasa
tegang sedih, klien mengatakan nyeri
di paha kanan dan terasa
tertusuk-tusuk, klien
mengatakan merasa lemas,
saat nyeri muncul klien
merasa berdebar-debar terasa
tercekik, klien merasa pusing
saat nyeri muncul
DO: Klien tampak tegang, lesu,
mudah menangis, berkeringat,
tampak gelisah, kening
berkerut dan muka merah.
Keluarga klien mengatakan Klien mengatakan belum pernah
bahwa klien pernah mengalami mengalami kecelakaan sampai
kecelakaan motor tapi hanya patah tulang, klien mengatakan
lecet-lecet saja tidak sampai baru pertama kali ini di rawat di
masuk Rumah Sakit seperti Rumah Sakit. Klien mengatakan
Riwayat Penyakit sekarang dan harus di rawat tidak memiliki riwayat alergi,
Dahulu karena patah tulang. Klien penyakit menular seperti AIDS,
mengatakan tidak memiliki hepatitis ataupun penyakit
riwayat alergi, penyakit menular menurun seperti DM, paru dan
seperti AIDS, hepatitis ataupun hipertensi.
penyakit menurun seperti DM,
paru dan hipertensi.
62

Keluarga klien mengtakan Keluarga klien mengtakan di


dikeluarganya tidak ada yang keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit keturunan memiliki penyakit keturunan
seperti diabetes militus, seperti diabetes militus,
hupertensi, jantung, paru. hupertensi, jantung, paru.

Genogram : Genogram :

Riwayat
Penyakit Keterangan: Keterangan:
Keluarga
= laki-laki meninggal = laki-laki meninggal

= perempuan meninggal = perempuan meninggal

= laki-laki = laki-laki

= perempuan = perempuan

= tinggal satu rumah = tinggal satu rumah

= klien = klien

= garis pernikahan = garis pernikahan

= garis keturunan = garis keturunan

Klien mengatakan tinggal di Klien mengtakan tinggal di


rumah permanen,lantai terbuat rumah permanen, lantai terbuat
Riwayat dari kramik, ventilasi cukup, dari kramik, ventilasi cukup,
Kesehatan tempat pembuangan jauh dari tempat pembuangan jauh dari
Lingkungan rumah. Lingkungan rumah tidak rumah. Lingkungan rumah tidak
bising dan dipedesaan. bising dan di pedesaan jauh dari
polusi udara.
63

3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon

Penulis menguraikan pola kesehatan fugsional gordon pada tabel

4.3

Tabel 4.3 Pola Kesehatan Fingsional Gordon


POLA
KESEHA Klien 1 Klien 2
TAN
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
persepsi Klien mengatakan sehat itu penting Klien mengatakan sehat itu penting.
dan dan jika sakit tidak dapat bekerja
pemelihara
an Selama sakit : Selama sakit :
kesehatan Klien mengatakan ingin sembuh Klien mengatakan ingin sembuh
dan cepat pulang. dan cepat pulang.

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Nutrisi dan Antropometri : Antropometri :
metabolism BB: 53 kg, TB: 162 cm, IMT: 20,19 BB: 49 kg, TB: 160 cm, IMT: 19,14
e kg/m2 kg/m2

Biocemical: Biocemical:
Belum diketahui Belum diketahui

Clinical Sign: Clinical Sign:


Belum diketahui Belum diketahui

Dietary: Dietary:
Makan 3x sehari dengan nasi, Makan 3x sehari dengan nasi, lauk
sayur, lauk, air putih, teh. 1 porsi pauk, air putih, teh. 1 porsi habis,
habis, tidak ada keluhan tidak ada keluhan

Selama sakit : Selama sakit :


Antropometri : Antropometri :
BB: 51 kg, TB: 162 cm, IMT: BB: 48 kg, TB: 160 cm, IMT: 18,75
19,43kg/m2 kg/m2

Biocemical: Biocemical:
Hematokrit: 42%, Hematokrit:38,2%, Hemoglobin:
Hemoglobin: 13,6 g /dl 13,3 g /dl

Clinical Sign: Clinical Sign:


Mukosa bibir kering,Turgor kulit Mukosa bibir kering,Turgor kulit
tidak elastis, Konjungtiva tidak tidak elastis, Konjungtiva tidak
anemis anemis

Dietary: Dietary:
Makan 3x sehari dengan bubur, Makan 3x sehari dengan bubur,
lauk pauk, buah, snack, teh, air lauk pauk, buah, snack, teh. air
putih. ½ porsi habis putih. ½ porsi habis dan tidak ada
keluhan
64

Pola a. BAK a. BAK


Eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Frekuensi : 4x Frekuensi : 4x
Pancaran : kuat Pancaran : kuat
Jumlah : 500 cc Jumlah : 500 cc
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning pekat Warna : kuning pekat
Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada keluhan

Selama sakit : Selama sakit :


Frekuensi : 5-6x Frekuensi : 6-7x
Pancaran : kuat Pancaran : kuat
Jumlah : 1000 cc Jumlah : 1100 cc
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning pucat Warna : kuning pucat
Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada keluhan

b. BAB b. BAB
Sebelum sakit Sebelum sakit
Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi: lunak berbentuk Konsistensi: lunak berbentuk
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning Warna : kuning
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada keluhan

Selama sakit Selama sakit


Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lunak berbentuk Konsistensi : lunak berbentuk
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning Warna : kuning
Keluhan: tidak ada keluhan Keluhan: tidak ada keluhan

c. Balance Cairan c. Balance Cairan


Input – Output Input – Output
2130 – 1900 2280 – 2040
+ 230 +240

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Aktivitas Klien dalam aktivitas sehari – hari Klien dalam aktivitas sehari – hari
Dan dapat melakukan tanpa batuan atau dapat melakukan tanpa batuan atau
Latihan mandiri mandiri

Selama sakit : Selama sakit :


Klien dalam aktivitas selama di Klien dalam aktivitas selama di
Rumah Sakit makan atau minum, Rumah Sakitmakan atau minum,
mandi, berpakaian dan ambulasi mandi, berpakaian dan ambulasi
ROM di bantu oleh orang lain. ROM di bantu oleh orang lain.
Sedangkan toileting, mobilitas di Sedangkan toileting, mobilitas di
tempat tidur dan berpindah di bantu tempat tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat orang lain dan alat

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Istirahat- Klien mengatakan tidur siang 2 Klien mengatakan tidur siang 2
Tidur jam/hari dan malam hari sekitar 8 jam/hari dan malam hari sekitar 7
jam/hari, tidak ada penggunaan jam/hari, tidak ada penggunaan
obat maupun gangguan saat tidur. obat maupun gangguan saat tidur.
65

Selama sakit : Selama sakit :


Klien mengatakan tidur siang Klien mengatakan tidur siang 20
setengah jam/hari dan tidur malam menit /hari dan tidur malam hari
hari 7jam/hari, tidak ada 6jam/hari, tidak ada penggunaan
penggunaan obat tidur, klien tidak obat tidur, klien lesu saat bangun
puas akan tidur dan bangun merasa
lesu
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Kognitif Klien mengatakan dapat berbicara Klien mengatakan dapat berbicara
Perseptual dengan baik, tidak ada gangguan dengan baik, tidak ada gangguan
pada indra pengelihatan dan pada indra pengelihatan dan
pendengaran. pendengaran.

Selama sakit : Selama sakit :


P: Klien mengatakan nyeri saat P: Klien mengatakn nyeri saat paha
paha kiri mengalami pergerakan kanan mengalami pergerakan
Q: Klien mengatakan nyeri seperti Q:Klien mengatakan nyerti terasa
tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di bagian R:Klien mengatakan nyeri dibagian
paha kiri paha kanan
S:Klien menunjukkan nyeri dengan S:Klien menunjukkan nyeri skala 6
skala 4 T: Klien mengatakan nyeri hilang
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul, saat nyeri mucul sekitar 15
timbul, saat nyeri muncul sekitar 10 menit.
menit.
Pola a. Sebelum sakit : a. Sebelum sakit :
Persepsi Identitas diri: Klien mengatakan Identitas diri: Klien mengatakan
Konsep seorang anak laki-laki yang seorang mahaiswi
Diri membantu keluarga Ideal diri : Klien mengatakan
Ideal diri : Klien mengatakan dirinya dalam keadaan baik.
dirinya dalam keadaan baik. Harga diri : Klien mengatakan
Harga diri : Klien mengatakan percaya diri
percaya diri Peran diri :Klien mengatakan
Peran diri :Klien mengatakan sebagai anak perempuan yang
sebagai anak laki-laki yang sedang menuntut ilmu
mebantu kebutuhan rumah tangga. Gambaran diri : Klien mengatakan
Gambaran diri : Klien mengatakan selalu bersyukur dengan keadaanya.
selalu bersyukur dengan keadaanya.

b. Selama sakit : b. Selama sakit :


Identitas diri: Klien mengatakan Identitas diri: Klien mengatakan
seorang anak laki-laki yang seorang anak perempuan yang
membantu kebutuhan rumah sedang kuliah di suatu perguruan
tangga tinggi.
Ideal diri : Klien mengatakan cemas Ideal diri : Klien mengatakan cemas
akan menjalani operasi dengan kondisinya
Harga diri : Klien mengatakan Harga diri : klien mengatakan
merasa merepotkan keluarga. merasa merepotkan keluarga
Peran diri : Klien mengatakan tidak Peran diri : klien mengatakan tidak
bisa menjalankan tanggung jawab bisa menjalankan tanggung jawab
untuk membantu kebutuhan rumah sebagai mahasiswi
tangga. Gambaran diri : klien bersyukur
Gambaran diri : klien bersyukur masih bisa bersama keluarganya
masih bisa bersama keluarganya
66

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Hubungan Klien mengatakan berhubungan Klien mengatakan memiliki
Peran baik dengan keluarga dan hubungan baik dengan keluarganya.
masyarakat.
Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan masih
Klien mengatakan tetap berhubungan baik dengan keluarga
berhubungan baik dengan keluarga dan orang lain.
dan juga dengan orang lain.
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Seksualitas Klien mengatakan belum menikah Klien mengatakan belum menikah.
Reproduksi
Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan ingin fokus
Klien mengatakan belum ingin kuliah dahulu
menikah
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Mekanisme Klien mengatakan jika ada masalah Klien mengatakan jika ada masalah
Koping sesalu didiskusikan dengan dibicarakan dengan keluarga.
keluarga.
Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan cemas saat nyeri
Klien mengatakan cemas akan muncul dan takut akan operasi yang
operasinya . Pengkajian skor HRS- akan di jalaninya.Pengkajian skor
A 20 HRS-A 27.

Pola Nilai Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Dan Klien mengatakan beragama islam Klien mengatakan beragama islam
Keyakinan dan ibadah 5 waktu. dan beribadah 5 waktu.

Selama sakit : Selama sakit :


Klien mengatakan tetap berdoa Klien mengatakan tetap berdoa
untuk kesembuhannya
67

4.Pemeriksaan Fisik

Penulis menguraikan pemeriksaan fisik pasien pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
1. Keadaan/penampilan
umum
a. Kesadaran Composmentis Composmentis
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah 140/90 mmHg 140/80 mmHg,
 Nadi
Frekuensi 82x/menit 90x/menit
Irama Cepat Cepat
Kekuatan Kuat Kuat
 Pernafasan
Frekuensi 21x/menit 22 x/menit
Irama Normal Normal
 Suhu 37.10C. 37,20C

2. Kepala
Bentuk kepala Mesochepal Mesochepal
Kulit kepala Bersih Bersih
Rambut Warna hitam, lurus Warna hitam, lurus

3. Muka
a. Mata
Palbepra Tidak edema Tidak edema
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
Sclera Ikterik Ikterik
Pupil Isokor Isokor
Diameter 2mm / 2mm 2mm / 2mm
Reflek terhadap (+) (+)
cahaya
Penggunaan alat (-) (-)
bantu

b. Hidung Bersih tidak ada polip, tidak Bersih tidak ada polip, tidak
ada sekret ada sekret

c. Mulut Mukosa bibir kering, tidak Mukosa bibir kering, tidak


ada sianosis. ada sianosis.

d. Gigi Bersih, rapi Bersih rapi

e. Telinga Simetris, tidak ada gangguan Simetris, tidak ada gangguan


pendengaran, tidak ada pendengaran, tidak ada
serumen. serumen.

4. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelejar tyroid, tidak ada kelejar tyroid, tidak ada
kaku kuduk kaku kuduk
68

5. Dada (Thorax)
 Paru-Paru
Inspeksi Dada simetris kanan kiri, Dada simetris, tidak ada
tidak ada jejas. jejas.
Palpasi Vokal premitus kanan kiri Vokal premitus kanan dan
sama kiri sama,
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler / tidak ada suara Vesikuler, tidak ada suara
tambahan tambahan
 Jantung
Inspeksi Ictus cordis tak tampak Ictus cordis tak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 Ictus cordis di ICS 5
Perkusi Pekak Pekak
Auskultasi Tidak ada suara tambahan Tidak ada suara tambahan

6. Abdomen
Inspeksi Tidak ada luka atau jejas Tidak ada luka atau jejas
Auskultasi Bising usus 12 x/menit Bising usus 16 x/menit
Perkusi Kuadran 1 dan 2 redup, 3 Kuadran 1 dan 2 redup, 3
dan 4 tympani dan 4 tympani
Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan

7. Genetalia Kebersihan terjaga dan Kebersihan terjaga dan


bentuk simetris. bentuk simetris

8. Rectum Kebersihan terjaga, tidak ada Kebersihan terjaga, tidak ada


hemoroid hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
Kekuatan otot 5/ 5 5/ 5
kanan/ kiri
Rom kanan/kiri Tangan kanan terpasang Tangan kanan terpasang
infus infus
Capilary refile Kurang dari 2 detik Kurang dari 2 detik

Perubahan bentuk Tidak ada Tidak ada


tulang
Perabaan akral Hangat Hangat

b. Bawah
Kekuatan otot 5/2 2/5
kanan/ kiri
Rom kanan/kiri Terpasang bidai di kaki kiri Terpasang bidai di kaki
kanan
Capilary refile 2 detik 2 detik
Perubahan bentuk Terdapat perubahan Terdapat perubahan
tulang
Perabaan akral Dingin Dingin
69

4. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Penulis menguraikan hasil pemeriksaan penunjang pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi
Klien 1 ( tanggal 23 Mei 2017)
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.6 g/dl 13.5 – 17.5 Normal
Hematokrit 42 % 33 – 45 Normal
Leukosit 17.2 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Tinggi
Trombosit 239 Ribu/Ul 150 – 450 Normal
Eritrosit 5.01 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Normal
HEMOSTASIS
PT 14.5 Detik 10.0 –15.0 Normal
APTT 30.3 Detik 22.0 – 40.0 Normal
INR 1.210
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Natrium darah 137 Mmol/L 136 – 145 Normal
Kalium darah 3.1 Mmol/L 3.3 – 5.1 Rendah
Chlorida darah 101 Mmol/L 58 – 100 Tinggi
HbSAg Rapid Non reactive Non reactive Normal
Klien 2 ( tanggal 24 Mei 2017 )

HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.3 g/dl 13.5 – 17.5 Tinggi
Hematokrit 38.2 % 33 – 45 Normal
MCV 84.3 Fl 80 – 100 Normal
MCH 29.4 Pg 26 – 34 Normal
MCHC 34.8 g/dl 32 –36 Normal
Leukosit 18.8 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Tinggi
Eritrosit 4.53 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Normal
Trombosit 306 Ribu/Ul 150 – 450 Normal
Neutrofil 36.6 % 50 – 70 Rendah
Limfosit 57.3 % 20 – 40 Tinggi
LUC 6.1 % 1– 4 Tinggi
Pembekuan (CT)
Masa pembekuan (CT) 12 Menit 5 – 14 Normal
Perdarahan (BT)
Masa perdarahan (BT) 3 Menit 2–7 Normal
Ureum 11 Mg/dl 10.7– 42.8 Normal
Kreatinin 0.6 Mg/dl 0.5 – 1.1 Normal
Glukosa sewaktu 150 Mg/dl 60 – 199 Normal
Natrium 138 Mmol/L 135.0 – 145.0 Normal
Kalium 3.2 Mmol/L 3.5 – 5.1 Rendah
Chloride 102 Mmol/L 95.0 – 115.0 Normal
HbSAg Rapid Non reactive Non reactive Normal
70

Radiologi

Klien 1
RD 0044- Femur AP dan Lat
Klinis CF femur ⅓ tengah sinistra pre orif
Foto femur kiri AP/Lat
Tampak fraktur di os femur ⅓ tengah kiri
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
Tak tampak klasifikasi abnormal
Tak tampak erosi atau destruksi tulang
Tak tampak soft tisue mass/swelling
Pergeseran sendi (-)
Kesimpulan
Fraktur di os femur ⅓ tengah kiri
Klien 2
RD 0046- Femur AP dan Lat
Klinis CF femur ⅓ tengah dextra pre orif
Foto femur kanan AP/Lat
Tampak fraktur di os femur ⅓ tengah kanan
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
Tak tampak klasifikasi abnormal
Tak tampak erosi atau destruksi tulang
Tak tampak soft tisue mass/swelling
Pergeseran sendi (-)
Kesimpulan
Fraktur di os femur ⅓ tengah kanan

5. Terapi medis

Penulis menguraikan terapi medis yang diberikan kepada klien pada tabel

4.6

Tabel 4.6Terapi Medis


Hari/ Jenis Terapi Dosis Kandungan Fungsi
Tgl
Klien 1
Inf.NaCl 0,9% 20tpm NaCl 9,0g Mengembalikan
Air untuk injeksi ad keseimbangan
1000ml elektrolit
Osmolaritas 308308
mOsm/l
Setara dengan ion-
ion:
Sabtu, Na+154mEq/l
27 mei Cl- 154mEq/l
2017 Inj.Cefazolin 1g/8jam Tiap vial Mengobati jenis
s.d mengandung Natrium infeksi bakteri
Senin, sefazolin setara
29 dengan sefazolin 1g
Mei Inj.Fenitoin 100mg/8jam Fenitoin natrium Mencegah
2017 100mg kejang
71

Inj.Ranitidin 50mg/12jam Ranitidin HCL setara Mengobati


dengan 25ml saluran cerna

Inj.Metamizole 1g/8jam Metamizole Na Meredakan nyeri


Klien 2
Inf.NaCl 0,9% 20tpm NaCl 9,0g Mengembalikan
Air untuk injeksi ad keseimbangan
1000ml elektrolit
Osmolaritas 308308
mOsm/l
Sabtu, Setara dengan ion-
27 mei ion:
2017 Na+154mEq/l
s.d Cl- 154mEq/l
Senin,
29 Inj.Metamizole 1g/8jam Metamizole Na Meredakan nyeri
Mei
2017 Inj.Ranitidin 50mg/12jam Ranitidin HCL setara Mengobati
dengan 25ml saluran cerna

Inj.Cefazolin 1g/8jam Tiap vial Mengobati jenis


mengandung Natrium infeksi bakteri
sefazolin setara
dengan sefazolin 1g

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data


Data Etiologi Masalah

Klien 1

Ds : Agen cedera fisik Nyeri akut (00132)


P: Klien mengatakan nyeri (Trauma)
saat paha kiri mengalami
pergerakan
Q: Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di
bagian paha kiri
S:Klien menunjukkan nyeri
dengan skala 4
T: Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri
muncul sekitar 10 menit.

Do :
Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi
daerah paha kiri saat nyeri
muncul. Hasil tanda-tanda
vital:
TD : 140/90 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
72

kekuatan atau isi kuat


RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10C.
Klien terpasang bidai pada
kaki kiri, terpasang NaCl
0,9% di tangan kanan

Ds : Penurunan kekuatan otot Hambatan Mobilitas Fisik


Klien mengatakan dalam (00085)
aktivitas selama di Rumah
Sakit makan atau minum,
mandi, berpakaian dan
ambulasi ROM di bantu oleh
orang lain. Sedangkan
toileting, mobilitas di tempat
tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat

Do :
Klien tampak lemah,
kebutuhan ADL dibantu oleh
keluarga, klien bedrest total,
terpasang infus NaCl 0,9% di
tangan kanan, kekuatan otot
ekstremitas bawah 5/2, hasil
rontgen radiologi
menunjukkan fraktur di os
femur ⅓ tengah kiri,
terpasang bidai di kaki kiri

Ds : Stressor Ansietas (00146)


Klien mengatakan cemas akan
operasi yang akan di
jalaninya, takut jika di tinggal
sendiri, tidak puas akan
tidurnya dan bangun terasa
lesu. Klien mengatakan tidak
ingat kronologi saat
kecelakaan terjadi sampai di
bawa ke Rumah Sakit, Klien
mengatakan sedih akan
kondisinya sekarang, Klien
mengatakan nyeri pada paha
kiri dan terasa tertusuk-tusuk
di daerah paha kiri

Do: Klien tampak lesu dan


gelisah, berkeringat dan mulut
kering, tidak tenang, klien
tampak pucat dan muka
tegang, skala HRS-A 20, Hasil
tanda-tanda vital:
TD : 140/90 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR : 21x/menit, irama normal
73

Suhu : 37.10C.

Klien 2

Ds : Agen cedera fisik Nyeri akut (00132)


P: Klien mengatakn nyeri saat (Trauma)
paha kanan mengalami
pergerakan
Q:Klien mengatakan nyerti
terasa tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri
dibagian paha kanan
S:Klien menunjukkan nyeri
skala 6
T: Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri
mucul sekitar 15 menit.

Do :
Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi
daerah paha kanan saat nyeri
muncul, hasil tanda-tanda
vital:
TD: 140/80 mmHg,
Nadi: Frekuensi 90 x/menit,
irama cepat, kekuatan atau isi
kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit,
irama normal
Suhu:37,20C
Klien terpasang bidai di kaki
kanan,terpasang cairan infus
NaCl 0,9% di tangan kanan

Ds: Penurunan kekuatan otot Hambatan Mobilitas Fisik


Klien mengatakan dalam (00085)
melakukan aktivitas selama di
Rumah Sakit, makan atau
minum, mandi, berpakaian
dan ambulasi ROM di bantu
oleh orang lain. Sedangkan
toileting, mobilitas di tempat
tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat

Do:
Klien tampak bedrest total,
terpasang bidai di kaki kanan
dan infus NaCl 0,9% di tangan
kanan, tampak ADL dibantu
oleh keluarga, kekuatan otot
ekstremitas bawah 2/5, hasil
rontgen radiologi yaitu
fraktur di os femur ⅓
tengah kanan
74

Ds :Klien mengatakan cemas Stressor Ansietas (00146)


saat nyeri mucul dan takut
akan operasinya,tidak dapat
beristirahat dengan tenang,
mudah terkejut. Klien
mengatakan takut di tinggal
sendiri dan banyak orang,
klien mengatakan lesu saat
bangun tidur, klien tidak
berminat apa-apa dan merasa
sedih, klien mengatakan nyeri
di paha kanan dan terasa
tertusuk-tusuk, klien
mengatakan merasa lemas,
saat nyeri muncul klien
merasa berdebar-debar dan
merasa tercekik, klien merasa
pusing saat nyeri muncul

Do: Klien tampak tegang,


lesu, mudah menangis,
berkeringat, tampak gelisah,
kening berkerut dan muka
merah, skor HRS-A 27 (cemas
sedang), hasil tanda-tanda
vital:
TD: 140/80 mmHg,
Nadi: Frekuensi 90 x/menit,
irama cepat, kekuatan atau isi
kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit,
irama normal
Suhu:37,20C

4.1.4 Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.8 Diagnosis Keperawatan


Etiologi (Penyebab+
Data Problem (masalah) tanda & gejala)

Pasien 1

Ds : Nyeri akut (00132) Agen cedera fisik


P: Klien mengatakan nyeri (Trauma)
saat paha kiri mengalami
pergerakan
Q: Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di
bagian paha kiri
S:Klien menunjukkan nyeri
dengan skala 4
T: Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri
muncul sekitar 10 menit.
75

Do :
Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi
daerah paha kiri saat nyeri
muncul. Hasil tanda-tanda
vital:
TD : 120/80 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10C.
Klien terpasang bidai pada
kaki kiri, terpasang NaCl
0,9% di tangan kanan

Ds : Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan otot


Klien dalam aktivitas selama (00085)
di Rumah Sakit makan atau
minum, mandi, berpakaian
dan ambulasi ROM di bantu
oleh orang lain. Sedangkan
toileting, mobilitas di tempat
tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat

Do :
Klien tampak lemah,
kebutuhan ADL dibantu oleh
keluarga, klien bedrest total,
terpasang infus NaCl 0,9% di
tangan kanan, kekuatan otot
ekstremitas bawah 5/2, hasil
rontgen radiologi
menunjukkan fraktur di os
femur ⅓ tengah kiri,
terpasang bidai di kaki kiri

Ds : Ansietas (00146) Stressor


Klien mengatakan cemas akan
operasi yang akan di
jalaninya, takut jika di tinggal
sendiri, tidak puas akan
tidurnya dan bangun terasa
lesu. Klien mengatakan tidak
ingat kronologi saat
kecelakaan terjadi sampai di
bawa ke Rumah Sakit, Klien
mengatakan sedih akan
kondisinya sekarang, Klien
mengatakan nyeri pada paha
kiri dan terasa tertusuk-tusuk
di daerah paha kiri

Do: Klien tampak lesu dan


gelisah, berkeringat dan mulut
76

kering, tidak tenang, klien


tampak pucat dan muka
tegang, skala HRS-A 20, Hasil
tanda-tanda vital:
TD : 140/90 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10C
Klien 2

Ds : Nyeri akut (00132) Agen cidera fisik (Trauma)


P: Klien mengatakn nyeri saat
paha kanan mengalami
pergerakan
Q:Klien mengatakan nyerti
terasa tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri
dibagian paha kanan
S:Klien menunjukkan nyeri
skala 6
T: Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri
mucul sekitar 15 menit.

Do :
Klien tampak meringis
kesakitas dan memegangi
daerah paha kanan saat nyeri
muncul, hasil tanda-tanda
vital:
TD: 140/80 mmHg,
Nadi: Frekuensi 90 x/menit,
irama cepat, kekuatan atau isi
kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit,
irama normal
Suhu:37,20C
Klien terpasang bidai di kaki
kanan,terpasang cairan infus
NaCl 0,9% di tangan kanan

Ds: Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan otot


Ds: (00085)
Klien dalam aktivitas selama
di Rumah Sakit makan atau
minum, mandi, berpakaian
dan ambulasi ROM di bantu
oleh orang lain. Sedangkan
toileting, mobilitas di tempat
tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat

Do:
Klien tampak bedrest total,
terpasang bidai di kaki kanan
dan infus NaCl 0,9% di tangan
kanan, tampak ADL dibantu
77

oleh keluarga, kekuatan otot


2/5, hasil rontgen radiologi
Fraktur di os femur ⅓
tengah kanan

Ds :Klien mengatakan cemas Ansietas (00146) Stressor


saat nyeri mucul dan takut
akan operasi yang akan di
alaminya,tidak dapat
beristirahat dengan tenang,
mudah terkejut. Klien
mengatakan takut di tinggal
sendiri dan banyak orang,
klien mengatakan lesu saat
bangun tidur, klien tidak
berminat apa-apa dan merasa
sedih, klien mengatakan nyeri
di paha kanan dan terasa
tertusuk-tusuk, klien
mengatakan merasa lemas,
saat nyeri muncul klien
merasa berdebar-debar terasa
tercekik, klien merasa pusing
saat nyeri muncul

Do: Klien tampak tegang,


lesu, mudah menangis,
berkeringat, tampak gelisah,
kening berkerut dan muka
merah, skala HRS-A 27, TD:
140/80 mmHg,
Nadi: Frekuensi 90 x/menit,
irama cepat, kekuatan atau isi
kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit,
irama normal
Suhu:37,20C

4.1.5 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.9 Perencanaan Keperawatan


Diagnosa
KRITERIA HASIL INTERVENSI
Keperawatan

Pasien 1

Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri


keperawatan selama 3 x 24 jam pada secara
di harapkan nyeri akut dapat komprehensif
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Beri kesempatan
1. Klien tidak merasakan nyeri istirahat dan tidur
2. Skala nyeri turun dari 4 ke 0 yang adekuat.
3. Klien tampak rileks 3. Ajarkan
penggunaan teknik
78

nonfarmakologi
(tarik nafas dalam)
4. Beri informasi pada
keluarga dalam
memberi dukungan
klien saat nyeri
muncul
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik pereda
nyeri (Metamizole
1g/8jam)
Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan
keperawatan 3 x 24 jam di harapkan mobilisasi
mobilisasi pada klien meningkat 2. Latih dalam
dengan kriteria hasil : pemenuhan ADL
1. Adanya keseimbangan tubuh secara mandiri
2. Klien mampu dan mengerti sesuai kemampuan
tujuan dari peningkatan 3. Ajarkan merubah
mobilisasi posisi yang aman
3. Klien mampu melakukan 4. Beritahu keluarga
peningkatan kemampuan dalam melakukan
berpindah teknik berpindah
4. Kekuatan otot dapat yang aman
meningkat menjadi 3 5. Konsultasi dengan
fisioterapi

Diagnosis 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda verbal


keoerawatan 3 x 24 jam di harapkan dan nonverbal
klien tidak merasa cemas dengan kecemasan
kriteria hasil : 2. Bina hubungan
1. Klien tidak merasa cemas saling percaya
2. Klien tidak merasa 3. Instruksikan
ketakutan dan dapat menggunakan
menghilangkan penyebab teknik relaksasi
takut nafas dalam
3. Klien dapat menggunakan 4. Jelaskan prosedur
strategi koping yang efektif tindakan yang akan
4. Skala HRS-A bisa turun dari di lakukan
20 menjadi ˂14 (Tidak 5. Dorong keluarga
cemas) mendampingi klien

Klien2

Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri


keperawatan selama 3 x 24 jam pada secara
di harapkan nyeri akut dapat komprehensif
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Beri kesempatan
1. Klien tidak merasakan nyeri istirahat dan tidur
2. Skala nyeri turun dari 6 yang adekuat.
menjadi berkurang 3. Ajarkan
3. Klien tampak rileks penggunaan teknik
nonfarmakologi
(tarik nafas dalam)
4. Beri informasi pada
keluarga dalam
79

memberi dukungan
klien saat nyeri
muncul
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik pereda
nyeri (Metamizole
1g/8jam)

Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan


keperawatan 3 x 24 jam di harapkan mobilisasi
mobilisasi meningkat dengan kriteria 2. Latih dalam
hasil : pemenuhan ADL
1. Adanya keseimbangan tubuh secara mandiri
2. Klien mampu dan mengerti sesuai kemampuan
tujuan dari peningkatan 3. Ajarkan merubah
mobilisasi posisi yang aman
3. Klien mampu melakukan 4. Beritahu keluarga
peningkatan kemampuan dalaam melakukan
berpindah teknik berpindah
4. Kekuatan otot dapat yang aman
meningkat menjadi 3 5. Konsultasi dengan
fisioterapi

Diagnosis 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda verbal


keoerawatan 3 x 24 jam di harapkan dan nonverbal
klien tidak merasa cemas dengan kecemasan
kriteria hasil : 2. Bina hubungan
1. Klien tidak merasa cemas saling percaya
2. Klien tidak merasa 3. Instruksikan
ketakutan dan dapat menggunakan
menghilangkan penyebab teknik relaksasi
takut nafas dalam
3. Klien dapat menggunakan 4. Jelaskan prosedur
strategi koping yang efektif tindakan yang akan
4. Skala HRS-A bisa turun dari di lakukan
27 menjadi ˂14 (Tidak 5. Dorong keluarga
cemas) mendampingi klien

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan


Diagno
sa Sabtu, 27Mei 2017 Minggu, 28Mei 2017 Senin, 29Mei 2017
kepera
watan
Klien 1

Dx 1 14.04 Mengkaji nyeri 08.00 Berkolaborasi 09.00 Mengkaji


S: dalam pemberian nyeri
P:Klien obat sesuai S:
mengatakan indikasi P:Klien
nyeri saat paha -Inj.Cefazolin mengatakan
kiri mengalami 1g/8jam nyeri saat
80

pergerakan -Inj.Fenitoin paha kiri


Q:Klien 100mg/8jam mengalami
mengatakan -Inj.Ranitidin pergerakan
nyeri seperti 50mg/12jam Q:Klien
tertusuk-tusuk -Inj.Metamizole mengatakan
R:Klien 1g/8jam nyeri seperti
mengatakan S: tertusuk-
nyeri di bagian Klien mengatakan tusuk
paha kiri bersedia R:Klien
S:Klien menerima obat mengatakan
menunjukkan melalui infus nyeri di
nyeri dengan O: bagian paha
skala 4 Klien tampak kiri
T:Klien menahan nyeri S:Klien
mengatakan saat Metamizole menunjukka
nyeri hilang dimasukkan n nyeri
timbul, saat 08.30 Memberi dengan
nyeri muncul informasi pada skala 3
sekitar 10menit. keluarga untuk T:Klien
O: mendampingi mengatakan
Klien tampak klien nyeri hilang
meringis S: timbul, saat
kesakitan dan Keluarga klien nyeri
memegangi mengatakan selalu muncul
daerah paha kiri mendampingi sekitar
saat nyeri muncul. klien saat sakit 5menit.
Hasil tanda-tanda seperti ini O:
vital: O: Klien tampak
TD : 140/90 Keluarga tampak meringis
mmHg, selalu kesakitan dan
Nadi : 82x/menit, mendampingi memegangi
irama cepat, klien saat klien di daerah paha
kekuatan atau isi rawat kiri saat nyeri
kuat 08.40 Mengkaji nyeri muncul. Hasil
RR : 21x/menit, P:Klien tanda-tanda
irama normal mengatakan vital:
Suhu : 37.10C. nyeri saat paha TD : 120/80
Klien terpasang kiri mengalami mmHg,
bidai pada kaki pergerakan Nadi :
kiri, terpasang Q:Klien 80x/menit,
NaCl 0,9% di mengatakan irama cepat,
tangan kanan nyeri seperti kekuatan atau
Mengajarkan tertusuk-tusuk isi kuat
14.30 relaksasi nafas R:Klien RR :
dalam mengatakan 20x/menit,
S: nyeri di bagian irama normal
Klien paha kiri Suhu : 36.80C.
mengatakan dapat S:Klien Klien
melakukan teknik menunjukkan terpasang
relaksasi nafas nyeri dengan bidai pada
dalam dan akan skala 4 kaki kiri,
mengulangi saat T:Klien terpasang
nyeri muncul mengatakan infus NaCl
O: nyeri hilang 0,9% di
Klien tampak timbul, saat tangan kanan
melakukan teknik nyeri muncul 13.00 Memberi
relaksasi dengan sekitar 10menit. kesempatan
baik dan tampak O: istirahat dan
81

nyaman Klien tampak tidur


meringis S:
kesakitan dan Klien
memegangi mengatakan
daerah paha kiri mengantuk
saat nyeri muncul. O:
Hasil tanda-tanda Klien tampak
vital: tidur dengan
TD:120/90 nyaman
mmHg,
Nadi:80x/menit,
irama cepat,
kekuatan atau isi
kuat
RR: 19x/menit,
irama normal
Suhu : 36.70C.
Klien terpasang
bidai pada kaki
kiri, terpasang
infus NaCl 0,9%
di tangan kanan

Dx 2 14.45 Mengkaji 09.30 Mengajarkan 13.02 Memberitahu


kemampuan merubah posisi keluarga
mobilisasi yang aman dalam
S: S: melakukan
Klien mengatakan Klien mengatakan teknik
tidak dapat dapat miring ke berpindah
melakukan kanan secara yang aman
pergerakan pada perlahan S:
paha kiri O: Keluarga
O: Klien tampak mengatakan
Klien tampak sedang berpindah saat klien
bedrest total, klien posisi dengan ingin
memegangi hati-hati, mengatur
daerah paha kiri, kekuatan otot posisi di bantu
terpasang bidai di ekstremitas bawah dengan pelan-
kaki kiri dan infus 5/2 pelan
NaCl 0,9% di 10.00 Konsultasi O:
tangan kanan fisioterapi Keluarga
15.00 Melatih S: tampak selalu
kemampuan Klien mengatakan sabar
dalam pemenuhan nyeri muncul saat mendampingi
ADL bergerak dan membantu
S: O: klien tampak klien
Klien mengatakan memegangi paha
dapat melakukan kiri
pemindahan
posisi miring di
bantu keluarga
O:
Klien tampak
berhati-hati dan
menahan nyeri
saat berpindah
posisi, kekuatan
otot ekstremitas
82

bawah 5/2
Dx 3 15.10 Membina 11.10 Mengkaji tanda 15.20 Menjelaskan
hubungan saling verbal dan non rencana
percaya verbal tindakan
S: S: keperawatan
Klien mengatakan Klien mengatakan S:
cemas akan cemas akan Klien
operasi yang akan operasi yang akan mengatakan
di jalaninya, takut di jalaninya akan pindah
jika di tinggal berkurang, klien ruang dan siap
sendiri, tidak puas mengatakan bisa untuk operasi
akan tidurnya dan tidur namun tidak besuk, klien
bangun terasa puas, klien masih mengatakan
lesu. Klien tidak ingat masih belum
mengatakan tidak kronologi tahu pasti
ingat kronologi kecelakaan, nyeri kronologi
saat kecelakaan pada paha kiri kejadian saat
terjadi sampai di masih terasa kecelakaan,
bawa ke Rumah tertusuk-tusuk nyeri pada
Sakit, Klien O: paha kiri
mengatakan sedih Klien tampak terasa
akan kondisinya lebih segar, tidak tertusuk-tusuk
sekarang, Klien keluar keringat masih di
mengatakan nyeri dingin, tampak rasakan
pada paha kiri rileks dan tegang O:
dan terasa berkurang, Klien tampak
tertusuk-tusuk di tampak klien bersemangat,
daerah paha kiri tidak terlalu sedih sedikit tegang,
O: seperti kemarin mulut kering,
Klien tampak lesu skor HRS-A 18 tidak pucat
dan gelisah, (Cemas Ringan), skor HRS-A 8
berkeringat dan Hasil tanda-tanda (tidak ada
mulut kering, vital: cemas)
tidak tenang, klien TD:130/90 15.45 Menginstruksi
tampak pucat dan mmHg, kan teknik
muka tegang, skor Nadi:80x/menit, relaksasi nafas
HRS-A 20 (cemas irama cepat, dalam
ringan) kekuatan atau isi S:
15.20 Menginstruksikan kuat Klien
melakukan teknik RR: 20x/menit, mengatakan
relaksasi nafas irama normal jauh lebih
dalam Suhu : 36.70C. nyaman saat
S: 11.15 Menginstruksikan melakukan
Klien mengatakan melakukan teknik relaksasi nafas
cemas mulai relaksasi nafas dalam
berkurang dalam O:
O: S: Klien tampak
Gelisah tampak Klien mengatakan rileks, Hasil
berkurang, klien saat melakukan tanda-tanda
mulai tenang, relaksasi nafas vital:
skala HRS-A 18 dalam cemas TD : 120/80
(cemas ringan), terasa lebih mmHg,
Hasil tanda-tanda berkurang Nadi:76x/me
vital: O:klien tampak nit,irama
TD : 140/90 rilek dan tegang teratur,keku
mmHg, berkurang , skor atan atau isi
Nadi : 80x/menit, HRS-A 14 kuat
irama cepat, (Cemas Ringan), RR:18x/menit
83

kekuatan atau isi 11.30 Menjelaskan ,irama


kuat peran keluarga normal
RR : 21x/menit, dalam perawatan Suhu: 36.80C,
irama normal klien Skor HRS-A
Suhu : 37.10C. S: 8 tidak ada
Keluarga klien cemas)
mengatakan akan
tetap
mendampingi
klien saat sakit
seperti ini dan
klien mengatakan
cemas tidak terasa
saat keluarga di
samping klien
O:
Keluarga tampak
selalu berada di
samping klien

Klien 2

Dx 1 14.10 Mengkaji nyeri 10.30 Memberi 16.00 Kolaborasi


S: informasi pada pemberian
P:Klien keluarga dalam obat sesuai
mengatakn nyeri memberi indikasi
saat paha kanan dukungan saat -Inj.
mengalami nyeri muncul Metamizol
pergerakan S: 1g/8jam
Q:Klien Keluarga klien -Inj.Ranitidine
mengatakan mengatakan saat 50mg/12jam
nyerti terasa klien merasa -Inj.
tertusuk-tusuk nyeri mengeluh Cefazoline
R:Klien sakit kepada 1g/8jam
mengatakan nyeri keluarga S:
dibagian paha O: Klien
kanan Klien tampak mengatakan
S:Klien selalu di bersedian
menunjukkan dampingi menerima obat
nyeri skala 6 keluarga, yang di
T:Klien keluarga selalu berikan
mengatakan nyeri mencoba O:
hilang timbul, menenangkan Klien tampak
saat nyeri mucul klien saat nyeri menahan nyeri
sekitar 15 menit. muncul saat obat
13.00 Mengkaji nyeri masuk melalui
O: S: IV Cath
Klien tampak P:Klien 16.15 Mengkaji
meringis kesakitan mengatakan nyeri
dan memegangi nyeri saat S:
daerah paha kanan paha kanan P:Klien
saat nyeri muncul, mengalami mengatakan
klien tampak cemas pergerakan nyeri saat
saat nyeri muncul. Q:Klien paha kanan
Tanda – tanda vital: mengatakan mengalami
TD: 140/80 mmHg, nyerti terasa pergerakan
Nadi: Frekuensi 90 tertusuk-tusuk Q:Klien
x/menit, irama R:Klien mengatakan
84

cepat, kekuatan atau mengatakan nyerti terasa


isi kuat nyeri dibagian tertusuk-
RR: Frekuensi 22 paha kanan tusuk
x/menit, irama S:Klien R:Klien
normal menunjukkan mengatakan
Suhu: 37,20C nyeri skala 5 nyeri
Klien terpasang T:Klien dibagian
bidai di kaki kanan mengatakan paha kanan
dan cairan infus nyeri hilang S:Klien
NaCl 0,9% di timbul, saat menunjukka
tangan kanan nyeri mucul n nyeri skala
14.20 Mengajarkan sekitar 10 5
relaksasi nafas menit. T:Klien
dalam O: mengatakan
S: Klien tampak nyeri hilang
Klien mengatakan meringis timbul, saat
dapat melakukan kesakitan dan nyeri mucul
teknik relaksasi memegangi sekitar 10
nafas dalam dan daerah paha menit.
mengulangi saat kanan saat nyeri O:
nyeri kembali muncul, klien Klien tampak
muncul tampak cemas meringis
O: saat nyeri kesakitan dan
Klien tampak muncul. memegangi
mengikuti instruksi Tanda – tanda daerah paha
dengan baik vital: kanan saat
15.40 Memberi TD: 130/80 nyeri muncul,
kesempatan mmHg, klien tampak
istirahat dan tidur Nadi: Frekuensi cemas saat
S: 82 x/menit, nyeri muncul.
Klien mengatakan irama cepat, Tanda – tanda
ingin tidur kekuatan atau vital:
O: isi kuat TD: 110/80
Klien tampak RR: Frekuensi mmHg,
mengantuk 21 x/menit, Nadi:
irama normal Frekuensi 80
Suhu: 36.10C x/menit, irama
Klien terpasang cepat,
bidai di kaki kekuatan atau
kanan dengan isi kuat
cairan infus RR: Frekuensi
NaCl 0,9% di 20 x/menit,
tangan kanan irama normal
Suhu: 36.80C
Klien
terpasang
bidai di kaki
kanan dengan
cairan infus
NaCl 0,9% di
tangan kanan
Dx 2 17.00 Mengkaji 13.20 Konsultasi 16.30 Memberitahu
kemampuan fisioterapi keluarga
mobilisasi S: melakukan
S: Klien teknik
Klien mengatakan mengatakan pemindahan
nyeri pada paha nyeri di rasakan aman bagi
kanan saat bergerak klien
85

O: dan harus S:
Klien tampak bedrest Keluarga klien
bedrest total, klien O: mengatakan
memegangi daerah Klien tampak selalu berada
paha kanan, terpasang bidai di samping
terpasang bidai di di kaki kanan, klien
kaki kanan dan terpasang infus O:
infus NaCl 0,9% di NaCl 0,9% di Keluarga
tangan kanan, tangan kanan, tampak selalu
kekuatan otot pengaman berada di
ekstremitas bawah tempat tidur samping klien,
2/5 terpasang, keluarga
17.05 Melatih kekuatan otot selalu
kemampuan dalam ekstremitas mendengarkan
pemenuhan ADL bawah 2/5 keluh kesah
S: 13.40 Mengajarkan klien
Klien mengatakan merubah posisi
nyeri saat yang aman
melakukan S:
pemindahan posisi Klien
miring di bantu mengatakan saat
keluarga memindah
O: posisi secara
Klien tampak pelan-pelan dan
berhati-hati dan hati-hati
menahan nyeri saat O:
berpindah posisi Klien tampak
hati-hati saat
ingin merubah
posisi

Dx 3 17.20 Membina hubungan 14.00 Menjelaskan 16.45 Mendorong


saling percaya prosedur keluarga
S: tindakan yang mendampingi
Klien mengatakan akan di lakukan klien
cemas dan takut S: S:
akan operasi yang Klien Keluarga
akan di jalaninya, mengatakan mengatakan
tidak dapat tidak merasa tak lelah saat
beristirahat dengan cemas saat mendampingi
tenang, mudah posedur klien di
terkejut. Klien tindakan Rumah Sakit
mengatakan takut di diberitahukan, O:
tinggal sendiri dan cemas muncul Keluarga
banyak orang, klien saat nyeri tampak
mengatakan lesu datang, tidak dengan sabar
saat bangun tidur, dapat menemani
klien tidak berminat beristirahat klien
apa-apa dan merasa dengan tenang, 17.00 Menginstruksi
sedih, klien mudah terkejut. kan
mengatakan nyeri Klien melakukan
di paha kanan dan mengatakan relaksasi nafas
terasa tertusuk- takut di tinggal dalam
tusuk, klien sendiri dan S:
mengatakan merasa banyak orang, Klien
lemas, saat nyeri klien mengatakan
muncul klien mengatakan lesu selalu
merasa berdebar- saat bangun mengulang
86

debar dan tercekik, tidur, klien relaksasi nafas


klien merasa pusing merasa sedih dalam saat
saat nyeri muncul akan cemas cemas muncul
O: Klien tampak nyeri di O:
tegang, lesu, mudah kakinya, klien Klien tampak
menangis, mengatakan tegang
berkeringat, tampak nyeri di paha berkurang
gelisah, kening kanan dan terasa 17.20 Mengkaji
berkerut dan muka tertusuk-tusuk tanda verbal
merah, skor HRS-A O: dan non verbal
27 (Cemas Sedang) Klien tampak kecemasan
17.25 Menginstruksikan tegang, lesu, S:
melakukan teknik berkeringat, Klien
relaksasi nafas tampak gelisah, mengatakan
dalam kening berkerut cemas
S: dan muka berkurang,
Klien mengatakan merah, skor tidak terkejut.
setelah melakukan HRS-A 20 Klien
relaksasi nafas (Cemas ringan) mengatakan
dalam cemas 14.20 Menginstruksik takut di
berkurang sedikit an teknik nafas tinggal sendiri
O: dalam ,klien
Klien tampak mulai S: mengatakan
rileks, klien tampak Klien segar saat
mengulang-ulang mengatakan bangun tidur,
relaksasi, skor selalu klien
HRS-A 25 (Cemas melakukan mengatakan
Sedang) relaksasi nafas nyeri di paha
dalam saat nyeri kanan dan
dan merasa terasa
cemas muncul tertusuk-tusuk
O: O:
Klien tampak Klien tampak
sedikit riles, sedikit gelisah,
skor HRS-A 15 skor HRS-A
(Cemas ringan) 10 (Tidak
cemas)
87

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3

Klien 1

Dx 1 S: S: S:
P:Klien mengatakn P:Klien mengatakan P:Klien mengatakan
nyeri saat paha kiri nyeri saat paha kiri nyeri saat paha kiri
mengalami pergerakan mengalami mengalami
Q:Klien mengatakan pergerakan pergerakan
nyerti terasa tertusuk- Q:Klien mengatakan Q:Klien mengatakan
tusuk nyeri seperti nyeri seperti
R:Klien mengatakan tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
nyeri dibagian paha kiri R:Klien mengatakan R:Klien mengatakan
S:Klien menunjukkan nyeri di bagian paha nyeri di bagian paha
nyeri skala 4 kiri kiri
T: Klien mengatakan S:Klien S:Klien
nyeri hilang timbul, menunjukkan nyeri menunjukkan nyeri
saat nyeri mucul sekitar dengan skala 4 dengan skala 3
15 menit. T:Klien mengatakan T:Klien mengatakan
nyeri hilang timbul, nyeri hilang timbul,
O: saat nyeri muncul saat nyeri muncul
Klien tampak meringis sekitar 10 menit. sekitar 5 menit.
kesakitan dan memegangi O: O:
daerah paha kiri saat Klien tampak meringis Klien tampak meringis
nyeri muncul. Tanda – kesakitan dan kesakitan dan
tanda vital: memegangi daerah memegangi daerah
TD: 140/90 mmHg, paha kiri saat nyeri paha kiri saat nyeri
Nadi: 82x/menit, irama muncul. Hasil tanda- muncul. Hasil tanda-
cepat, kekuatan atau isi tanda vital: tanda vital:
kuat TD:130/90 mmHg, TD : 120/80 mmHg,
RR: 21 x/menit, irama Nadi:80x/menit, irama Nadi: 80x/menit, irama
normal cepat, kekuatan atau isi cepat, kekuatan atau isi
Suhu: 37,10C kuat kuat
Klien terpasang bidai di RR: 20x/menit, irama RR : 20x/menit, irama
kaki kiri dengan cairan normal normal
infus NaCl 0,9% di Suhu : 36.70C. Suhu : 36.80C.
tangan kanan Klien terpasang bidai Klien terpasang bidai
pada kaki kiri, pada kaki kiri,
A: masalah belum teratasi terpasang infus NaCl terpasang NaCl 0,9%
0,9% di tangan kanan di tangan kanan
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri A: masalah teratasi A: masalah teratasi
secara sebagian sebagian
komprehensif
2. Beri kesempatan P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi
istirahat dan 1. Kaji skala 1. Kaji skala
tidur yang nyeri secara nyeri secara
adekuat. komprehensif komprehensi
3. Beri informasi 2. Beri 2. Kolaborasi
pada keluarga kesempatan pemberian
dalam memberi istirahat dan analgetik
dukungan klien tidur yang pereda nyeri
saat nyeri adekuat. (Metamizole
muncul 3. Kolaborasi 1g/8jam)
88

4. Kolaborasi pemberian
pemberian analgetik
analgetik pereda pereda nyeri
nyeri (Metamizole
(Metamizole 1g/8jam)
1g/8jam)

Dx 2 S: S: S:
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan Klien mengatakan
dapat melakukan dapat mengatur posisi dapat mengatur posisi
pergerakan terutama pada miring kekanan secara mandiri dengan
paha kiri perlahan

O: O: O:
Klien tampak bedrest Klien tampak Klien tampak
total, klien memegangi berpindah dengan hati- melakukan posisi
daerah paha kiri yang hati dibantu oleh secara perlahan dan
nyeri, terpasang bidai di keluarga, terpasang hati-hati, terpasang
kaki kiri,terpasang infus bidai di kaki bidai di kaki
NaCl 0,9% di tangan kiri,terpasang infus kiri,terpasang infus
kanan, kekuatan otot 5/2, NaCl 0,9% di tangan NaCl 0,9% di tangan
hasil rontgen radiologi kanan, kekuatan otot kanan, kekuatan otot
yaitu fraktur di os femur ekstremitas bawah 5/2, ekstremitas bawah 5/2,
⅓ tengah kiri hasil rontgen radiologi hasil rontgen radiologi
yaitu fraktur di os yaitu fraktur di os
A: masalah belum teratasi femur ⅓ tengah kiri femur ⅓ tengah kiri

P: lanjutkan intervensi A: masalah teratasi A: masalah teratasi


1. Kaji sebagian sebagian
kemampuan
mobilisasi P: lanjutkan intervensi P:Lanjutkan intervensi
2. Latih dalam 1. Kaji 1. Kaji
pemenuhan kemampuan kemampuan
ADL secara mobilisasi mobilisasi
mandiri sesuai 2. Latih dalam 2. Latih dalam
kemampuan pemenuhan pemenuhan
3. Ajarkan ADL secara ADL secara
merubah posisi mandiri sesuai mandiri sesuai
yang aman kemampuan kemampuan
4. Beritahu 3. Beritahu 3. Konsultasi
keluarga dalaam keluarga dengan
melakukan dalam fisioterapi
teknik berpindah melakukan
yang aman teknik
5. Konsultasi berpindah
dengan yang aman
fisioterapi 4. Konsultasi
dengan
fisioterapi

Dx 3 S: S: S:
Klien mengatakan cemas Klien mengatakan Klien mengatakan akan
akan operasi yang akan cemas akan operasi pindah ruang dan siap
di jalaninya mulai yang akan di jalaninya untuk operasi besuk,
berkurang, takut jika di berkurang, klien klien mengatakan
tinggal sendiri, tidak mengatakan bisa tidur masih belum tahu pasti
puas akan tidurnya dan namun tidak puas, kronologi kejadian saat
bangun terasa lesu. Klien klien masih tidak ingat kecelakaan, nyeri pada
89

mengatakan tidak ingat kronologi kecelakaan, paha kiri terasa


kronologi saat nyeri pada paha kiri tertusuk-tusuk masih di
kecelakaan terjadi masih terasa tertusuk- rasakan
sampai di bawa ke tusuk
Rumah Sakit, Klien O:
mengatakan sedih akan O: Klien tampak
kondisinya sekarang, Klien tampak lebih bersemangat, rileks,
Klien mengatakan nyeri segar, tidak keluar mulut kering, tidak
pada paha kiri dan terasa keringat dingin, tampak pucat skor HRS-A 8
tertusuk-tusuk di daerah rileks dan tegang (tidak ada cemas)
paha kiri berkurang, tampak Hasil tanda-tanda vital:
klien tidak terlalu sedih TD : 120/80 mmHg,
O: seperti kemarin, skor Nadi: 76x/menit, irama
Gelisah berkurang, HRS-A 14 (Cemas teraturt, kekuatan atau
berkeringat dan mulut Ringan), Hasil tanda- isi kuat
kering, klien tampak tanda vital: RR : 18x/menit, irama
pucat dan muka tegang, TD:130/90 mmHg, normal
skala HRS-A 18 (Cemas Nadi:80x/menit, irama Suhu : 36.80C,
Ringan), Hasil tanda- cepat, kekuatan atau isi A: masalah teratasi
tanda vital: kuat
TD : 140/90 mmHg, RR: 20x/menit, irama P: hentikan intervensi
Nadi : 80x/menit, irama normal
cepat, kekuatan atau isi Suhu : 36.70C.
kuat
RR : 21x/menit, irama A: masalah teratasi
normal sebagian
Suhu : 37.10C.
P: lanjutkan intervensi
A: masalah teratasi 1. Kaji tanda
sebagian verbal dan
nonverbal
P: lanjutkan intervensi kecemasan
1. Kaji tanda 2. Instruksikan
verbal dan menggunakan
nonverbal teknik
kecemasan relaksasi nafas
2. Bina hubungan dalam
saling percaya
3. Instruksikan
menggunakan
teknik relaksasi
nafas dalam
4. Jelaskan
prosedur
tindakan yang
akan di lakukan
5. Dorong keluarga
mendampingi
klien

Klien 2

Dx 1 S: S: S:
P:Klien mengatakn P:Klien mengatakan P:Klien mengatakan
nyeri saat paha kanan nyeri saat paha kanan nyeri saat paha kanan
mengalami pergerakan mengalami mengalami
90

Q:Klien mengatakan pergerakan pergerakan


nyerti terasa tertusuk- Q:Klien mengatakan Q:Klien mengatakan
tusuk nyerti terasa nyerti terasa
R:Klien mengatakan tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
nyeri dibagian paha R:Klien mengatakan R:Klien mengatakan
kanan nyeri dibagian paha nyeri dibagian paha
S:Klien menunjukkan kanan kanan
nyeri skala 6 S:Klien S:Klien
T: Klien mengatakan menunjukkan nyeri menunjukkan nyeri
nyeri hilang timbul, skala 5 skala 5
saat nyeri mucul sekitar T: Klien mengatakan T: Klien mengatakan
15 menit. nyeri hilang timbul, nyeri hilang timbul,
saat nyeri mucul saat nyeri mucul
O: sekitar 10 menit. sekitar 10 menit.
Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi O: O:
daerah paha kanan saat Klien tampak meringis Klien tampak meringis
nyeri muncul, klien kesakitan dan kesakitan dan
tampak cemas saat nyeri memegangi daerah memegangi daerah
muncul. paha kanan saat nyeri paha kanan saat nyeri
Tanda – tanda vital: muncul, klien tampak muncul, klien tampak
TD: 140/80 mmHg, cemas saat nyeri cemas saat nyeri
Nadi: Frekuensi 90 muncul. muncul.
x/menit, irama cepat, Tanda – tanda vital: Tanda – tanda vital:
kekuatan atau isi kuat TD: 120/80 mmHg, TD: 110/80 mmHg,
RR: Frekuensi 22 Nadi: Frekuensi 80 Nadi: Frekuensi 80
x/menit, irama normal x/menit, irama cepat, x/menit, irama cepat,
Suhu: 37,20C kekuatan atau isi kuat kekuatan atau isi kuat
Klien terpasang bidai di RR: Frekuensi RR: Frekuensi 20
kaki kanan dan cairan 21x/menit, irama x/menit, irama normal
infus NaCl 0,9% di normal Suhu: 36.50C
tangan kanan Suhu: 36.50C Klien terpasang bidai
Klien terpasang bidai di kaki kanan dengan
A: masalah belum teratasi di kaki kanan dengan cairan infus NaCl 0,9%
cairan infus NaCl 0,9% di tangan kanan
P: lanjutkan intervensi di tangan kanan
1. Kaji skala nyeri A: masalah teratasi
secara A: masalah teratasi sebagian
komprehensif sebagian
2. Beri kesempatan P: lanjutkan intervensi
istirahat dan P: lanjutkan intervensi 1. Kaji skala
tidur yang 1. Kaji skala nyeri secara
adekuat. nyeri secara komprehensif
3. Beri informasi komprehensif 2. Kolaborasi
pada keluarga 2. Beri pemberian
dalam memberi kesempatan analgetik
dukungan klien istirahat dan pereda nyeri
saat nyeri tidur yang (Metamizole
muncul adekuat. 1g/8jam)
4. Kolaborasi 3. Kolaborasi
pemberian pemberian
analgetik pereda analgetik
nyeri pereda nyeri
(Metamizole (Metamizole
1g/8jam) 1g/8jam)
91

Dx 2 S: S: S:
Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan Klien mengatakan
pada paha kanan nyeri di paha kanan dapat berpindah posisi
saat bergerak dengan hati-hati di
O: bantu keluarga
Klien tampak bedrest O:
total, klien tampak Klien tampak terpasang O:
memegangi daerah paha terpasang bidai di kaki Keluarga tampak
kanan, terpasang bidai di kanan, terpasang infus membantu klien
kaki kanan, terpasang NaCl 0,9% di tangan berpindah posisi di
infus NaCl 0,9% di kanan, kekuatan otot tempat tidur dengan
tangan kanan, kekuatan ekstremitas bawah 2/5, pelan-pelan, terpasang
otot ekstremitas bawah hasil rontgen radiologi bidai di kaki kanan,
2/5, hasil rontgen menunjukkan fraktur terpasang infus NaCl
radiologi menunjukkan femur di os femur ⅓ 0,9% di tangan kanan,
fraktur femur di os femur tengah kanan kekuatan otot
⅓ tengah kanan ekstremitas bawah 2/5,
A: masalah teratasi hasil rontgen radiologi
A: masalah belum teratasi sebagian menunjukkan fraktur
femur di os femur ⅓
P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi tengah kanan
1. Kaji 1. Kaji
kemampuan kemampuan A: masalah teratasi
mobilisasi mobilisasi sebagian
2. Latih dalam 2. Latih dalam
pemenuhan pemenuhan P: lanjutkan intervensi
ADL secara ADL secara 1. Kaji
mandiri sesuai mandiri sesuai kemampuan
kemampuan kemampuan mobilisasi
3. Ajarkan 3. Konsultasi 2. Latih dalam
merubah posisi dengan pemenuhan
yang aman fisioterapi ADL secara
4. Beritahu mandiri sesuai
keluarga dalam kemampuan
melakukan 3. Konsultasi
teknik berpindah dengan
yang aman fisioterapi
5. Konsultasi
dengan
fisioterapi

Dx 3 S: S: S:
Klien mengatakan cemas Klien mengatakan Klien mengatakan
berkurang, tidak dapat cemas muncul saat cemas berkurang, tidak
beristirahat dengan nyeri datang, tidak terkejut. Klien
tenang, mudah terkejut. dapat beristirahat mengatakan takut di
Klien mengatakan takut dengan tenang, mudah tinggal sendiri ,klien
di tinggal sendiri dan terkejut. Klien mengatakan segar saat
banyak orang, klien mengatakan takut di bangun tidur, klien
mengatakan lesu saat tinggal sendiri dan mengatakan nyeri di
bangun tidur, klien tidak banyak orang, klien paha kanan dan terasa
berminat apa-apa dan mengatakan lesu saat tertusuk-tusuk
merasa sedih, klien bangun tidur, klien
mengatakan nyeri di paha merasa sedih saat O:
kanan dan terasa cemas akan nyeri di Klien tampak gelisah
tertusuk-tusuk, klien kakinya, klien berkurang dan muka
mengatakan merasa mengatakan nyeri di sedikit merah, skala
lemas, saat nyeri muncul paha kanan dan terasa HRS-A 10 (Tidak
92

klien merasa berdebar- tertusuk-tusuk, klien cemas)


debar dan tercekik, klien mengatakan merasa
merasa pusing saat nyeri lemas, saat nyeri A: masalah teratasi
muncul muncul klien merasa
berdebar-debar P: hentikan intervensi
O: Klien tampak tegang,
lesu, mudah menangis, O:
berkeringat, tampak Klien tampak mudah
gelisah, kening berkerut menangis, berkeringat,
dan muka merah, skor tampak gelisah, kening
HRS-A 25 (Cemas berkerut dan muka
Sedang) merah, skala HRS-A
15 (Cemas Sedang)
A: masalah teratasi
sebagian A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tanda P: lanjutkan intervensi
verbal dan 1. Kaji tanda
nonverbal verbal dan
kecemasan nonverbal
2. Bina hubungan kecemasan
saling percaya 2. Instruksikan
3. Instruksikan menggunakan
menggunakan teknik
teknik relaksasi relaksasi nafas
nafas dalam dalam
4. Jelaskan 3. Jelaskan
prosedur prosedur
tindakan yang tindakan yang
akan di lakukan akan di
5. Dorong keluarga lakukan
mendampingi
klien
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami close fraktur femur pra operatif dengan masalah kecemasan di

ruang ROI RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Pembahasan pada bab ini berisi

tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang di

sajikan untuk membahas tujuan khusus pada Tn.Y dan Nn.M. Setiap temuan

perbedaan di uraikan dengan konsep. Isi pembahsan sesuai tujuan khusus yaitu

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan , tindakan keperawatan dan

evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini

semua data di kumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan

klien saat ini. Pengkajian harus di lakukan secara komprehensif terkait

dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan

pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar

klien ( Asmadi, 2008)

Pengkajian asuhan keperawatan pra operatif terhadap Tn.Y dan Nn.M

yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan menggunakan

metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Autoanamnesis adalah anamnesis

terhadap pasien itu sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah anamnesis

terhadap keluarga/relasi terdekat yang membawa pasien tersebut kerumah

sakit (Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).

93
94

Berdasarkan fakta dan teori di atas terdapat kesamaan di mana Tn.Y dan

Nn.m dalam pengambilan data pengkajian menggunakan metode

alloanamnesa dan autoanamnesa.

Diagnosa medis pada Tn.Y dan Nn.M yaitu close fraktur femur.

Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya

kontinuitas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit yang dapat di

sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi

tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang

menyebabkan fraktur patologis (Helmi Noor Z, 2012). Berdasarkan fakta dan

teori di atas pada kondisi Tn.Y dan Nn.M sama-sama mengalami fraktur

femur tanpa disertai kerusakan jaringan kulit pada tulang paha.

Hasil pengkajian dari klien Tn.Y dan Nn.M mengalami kecemasan

sebelum di lakukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan merupakan

salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan stressor terhadap

integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan reaksi stress baik

fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas.

Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari klien yang akan menjalani

pembedahan mengalami kecemasan (Bondan, 2008 dalam Sari Febria Syafyu,

2017). Pada kondisi Tn.Y dan Nn.M sebelum di lakukan operasi

menunjukkan respon cemas akibat stressor, sehingga terdapat kesamaan

antara fakta dan teori.

Pada tanggal 27 Mei 2017 di dapatkan pengkajian HRS-A pada Tn.Y

menunjukkan skor 20 (cemas ringan) sedangkan pada Nn.M menunjukkan

skor 27 (cemas sedang). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di


95

tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masa utuh,

perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006 dalam

Sari Febria Syafu, 2017). Berdasarkan fakta dan teori antar Tn.Y dan Nn.M di

atas adanya persamaan yaitu munculnya rasa cemas akan operasi yang akan

di jalani di mana masing-masing menunjukkan skor HRS-A tingkatan

kecemasan.

Pada pola fungsional Gordon mekanisme koping Tn. Y mengatakan cemas

akan operasinya dengan skor HRS-A 20. Sedangkan pada Sdr. M mengatakan

cemas saat nyeri muncul dan takut akan operasi yang akan di jalaninya

dengan skor HRS-A 27.Kecemasan mempengaruhi seseorang dan eksistensi

di ketahui bila seseorang pernah mengalaminya, alat ukur kecemasan

menggunakan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety) (Sari Febria

Syafu, 2017). Berdasarkan fakta dan teori antara Tn..Y dan Nn.M kecemasan

klien dapat di ukur dengan alat ukur yaitu HRS-A.

Pemeriksaan hasil tanda-tanda vital pada Tn Y menunjukkan tekanan

darah 140/90 mmHg, sedangkan pada Nn.M menunjukkan tekanan darah

140/80 mmHg. Menurut Muttaqin (2014) hipertensi merupakan suatu

keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekana

diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi merupakan suatu penyakit yang

dapat menyebabkan pasien mengalami kecemasan (Ilham, 2016).

Berdasarkan fakta dan teori di atas tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat

menyebabkan klien mengalami kecemasan.


96

Hasil pemeriksaan radiologi pada Tn. Y menunjukkan fraktur di os femur

⅓ tengah kiri dan Nn. M menunjukkan fraktur di os femur ⅓ tengah kanan.

Sebagai penunjang diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah

menggunakan sinar rontgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3

dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2

proyeksi yaitu AP atau PA dan leteral. Dalam keadaan tertentu diperlukan

proyeksi tambahan (khusus) adanya indikasi untuk memperlihatkan patologi

yang dicari karena adanya superposisi. Perlu di sadari bahwa permintaan X-

ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya

di baca sesuai dengan permintaan (Helmi,2012). Berdasarkan hasil radiologi

dari AP/Lat dari klien Tn.Y dan Nn.M menunjukkan adanya fraktur femur.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon klien,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang aktual atau potensial. Tahap diagnosa keperawatan memungkinkan

perawat untuk menganalisis data yang telah di kelompokkan dan di

cantumkan di bawah pola kesehatan dan divisi diagnosa disfungsional

(Asmadi, 2008)

Pada Tn.Y dan Nn.M menunjukkan diagnosa keperawatan kecemasan.

Tn.Y menunjukkan skor kecemasan HRS-A 20 (cemas ringan) sedangkan

pada Nn.M menunjukkan skor 27 (cemas sedang). Kecemasan adalah

gangguan alam perasaan yang di tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran

yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam
97

batas normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017). Berdasarkan

fakta dari Tn.Y dan Nn.M dengan teori menunjukkan sama-sama adanya

gangguan kecemasan.

Hasil pengkajian pada Tn.Y dan Nn.M bahwa klein mengalami kecemasan

di karenakan stressor. Stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa

sebagai sesuatu yang mengancam ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku

(Richard, 2010). Berdasarkan faktor dan teori di atas, Tn. Y dan Nn. M

mengalami kecemasan berhubungan dengan stressor akibat tindakan pra

operatif yang akan di jalani sehingga klien merasa tindakan pra operatif

dianggap mengancam ataupun membahayakan.

5.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi atau rencana tindakan adalah desain spesifik yang membantu

mencapai kriteria hasil atau suatu aktifitas yang di perlukan untuk membatasi

faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan (Efendi & Makhfudli,

2009). Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil

berdasarkan NIC (Nurshing Intrvention Classification) dan NOC (Nurshing

Outcome Classification). Intervensi Keperawatan disesuaikan dengan

kondisis klen dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan dapat

diselesaikan dengan spesifik (jelas dan khusus).

Dalam kasus ini penulis melakukan intervensi sesuai dengan rumusan

masalah diatas selama 3x24 jam dengan tujuan Tn.M dan Nn.M tidak merasa

cemas.Tujuan dari intervensi adalah suatu sasaran atau maksud yang

menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi atau perilaku


98

klien dengan kriteria hasil yang diharapkan perawat. Kriteria hasil

keperawatan mengacu pada perilaku yang terukur atau persepsi yang

ditunjukkan oleh seorang individu terhadap tindakan keperawatan. Penulisan

tujuan dan hasil berdasarkan “SMART” meliputi specifik yaitu di mana tujuan

keperawatan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, measurable

dapat di ukur khususnya tentang perilaku klien, achievable artinya tujuan

harus di capai, reasonable di mana tujuan harus dapat di pertanggung

jawabkan dan time yaitu tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktu

tertentu (Darmawan, 2012)

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan dibuat

perbandingan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu cemas, maka penulis menyusun

rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam klien tidak cemas dengan kriteria hasil a) Klien tidak merasa

cemas b)Klien tidak merasa c) Klien tidak merasa ketakutan dan dapat

menghilangkan penyebab takut d)Klien dapat menggunakan strategi koping

yang efektif e) Skala HARS bisa turun menjadi <14 (tidak cemas). Intervensi

yang di lakukan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu kaji tanda verbal dan nonverbal

kecemasan dengan tujuan membantu mengevaluasi derajat nyeri dan

perubahannya , bina hubungan saling percaya dengan tujuan meningkatkan

kenyamanan pasien yang bisa meminimalkan kecemasan, jelaskan prosedur

tindakan yang akan di lakukan dengan tujuan meningkatkan sikap kooperatif

dan mengurangi kecemasan dengan melibatkan pasien, dorong keluarga

mendampingi klien dengan tujuan agar klien merasa lebih nyaman dengan
99

adanya anggota keluarga, instruksikan menggunakan teknik relaksasi nafas

dalam dengan tujuan meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan.

5.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah

rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk

membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana

tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah

membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Efendi & makhfudli, 2009).

Implementasi hari pertama pada Tn.Y dilakukan pada tanggal 27 Mei

2017 yaitu melakukan bina hubungan saling percaya dan menginstruksikan

teknik relaksasi nafas dalam. Pada hari kedua tanggal 28 Mei 2017 yaitu

mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, relaksasi nafas dalam dan

mendorong peran keluarga dalam mendampingi klien. Pada hari ketiga pada

tanggal 29 Mei 2017 telah di lakukan menjelaskan prosedur tindakan sebelum

di lakukan tindakan dan menginstruksikan relaksasi nafas dalam.

Implementasi hari pertama pada Nn.M yang di lakukan pada tanggal 27

Mei 2017 yaitu dengan membina hubungan saling percaya dan relaksasi nafas

dalam. Hari kedua pada tanggal 28 Mei 2017 telah di lakukan tindakan

pemberian penjelasan prosedur tindakan sebelum di lakukan tindakan dan

melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Pada hari ketiga tanggal 29 Mei
100

2017 mendorong peran keluarga dalam mendampingi klien, menginstruksikan

relaksasi nafas dalam dan mengkaji tanda verbal dan non verbal dari

kecemasan.

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan

stress karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif klien.

Teknik relaksasi membuat klien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa

tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Beberapa

penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif

dalam menurunkan kecemasan dan nyeri (Novariski, 2010 dalam Sari Febria

Syafyu, 2017). Berdasarkan fakta dan teori di atas membuktikan bahwa

adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat

kecemasan klien yang akan melakukan pembedahan (Sari Febria Syafyu,

2017).

5.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana

tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan evaluasi

adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di

laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon

klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan, sehingga perawat dapat

mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu mengukur

pencapaian tujuan klien yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan

perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta membandingkan data yang

terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan ( Efendi & Makhfudli, 2009).
101

Pada Tn.Y pada hari pertama menunjukkan skor HRS-A 20 setelah

di lakukan relaksasi nafas dalam menjadi 18, hari kedua menunjukkan skor

14 dan hari ketiga turun menjadi 8. Sedangkan pada Nn.M menunjukkan skor

HRS-A 25, hari kedua menjadi 15 dan hari ketiga turun menjadi 10 setelah

setiap hari di lakukan teknik relaksasi nafas dalam. Pada Tn.Y dan Nn.M

telah melakukan teknik relaksasi dengan baik dan dapat di lihat bahwa

terdapat penurunan skor cemas pada masing-masing klien. Tn.Y dan Nn.M

tidak merasakan cemas dengan skor HRS-A <14. Teknik relaksasi membuat

klien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress

fisik dan emosi pada nyeri (Brunner & Suddart, 2001 dalam Novarizki, 2010)

Relaksasi cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks,

di mana gelombang otak mulai melambat yang akhirnya akan membuat

seseorang dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini terjadi ketika individu

mempersiapkan diri dan mengikuti instruksi relaksasi yaitu pada tahap

pengendoran otot dari bagian kepala hingga kaki. Selanjutnya dalam keadaan

rileks mulai memejamkan mata, saat itu frekuensi gelombang otak yang

muncul mulai melambat dan lebih teratur. Pada tahap ini individu merasa

rileks dan mengikuti secara pasif keadaan tersebut hingga menekan perasaan

tegang yang ada dalam tubuh (Datak, 2008 dalam Sari Febria Syafyu, 2017).

Berdasarkan fakta dan teori di atas penulis dapat mengambil opini bahwa

teknik relaksasi menunjukkan adanya keuntungan untuk mengurangi stress

baik fisik maupun emosional, menurunkan nyeri dan kecemasan. Relaksasi

nafas adalam cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks

sehingga klien dapat merasa tenang dan cemas berkurang.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam proses keperawatan penulis melakukan pengkajian,

penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada asuhan

keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang mengalami close

fraktur femur dengan kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI)

RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama 3x24 jam dengan menerapkan

tindakan relaksasi nafas dalam terhadap kecemasan kesimpulan:

6.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian fokus pada Tn.Y di dapatkan skor kecemasan

HRS-A 20 (cemas ringan) sedangkan pada Nn.M di dapatkan skor

kecemasan 27 (cemas sedang)

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Penulis merumuskan diagnosa pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur yaitu ansietas berhubungan dengan

stressor.

6.1.3 Rencana Keperawatan

Intervensi yang di lakukan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu kaji tanda

verbal dan nonverbal kecemasan, bina hubungan saling percaya,

jelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan, dorong keluarga

mendampingi klien, instruksikan menggunakan teknik relaksasi nafas

dalam

102
103

6.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M

yang mengalami close fraktur femur dengan cemas di Ruang

Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta telah sesuai

dengan intervensi yang penulis rumuskan. Penulis telah memberikan

tindakan keperawatan kepada Tn.Y dan Nn.M yaitu mengkaji tanda

verbal dan nonverbal kecemasan, membina hubungan saling percaya,

menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan, mendorong

keluarga mendampingi klien, menginstruksikan menggunakan teknik

relaksasi nafas dalam. Penulis menekankan pemberian teknik relaksasi

nafas dalam.

6.1.5 Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada

Tn.Y dan Nn.M sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan

keperawatan serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil

evaluasi yang di dapatkan setalah melakukan teknik relaksasi dengan

baik dan dapat di lihat bahwa terdapat penurunan skor cemas pada

masing-masing klien. Klien Tn.Y menunjukkan skor HRS-A terakhir

yaitu 8 dan Nn.M menunjukkan skor HRS-A terakhir yaitu 10, ke

dua klien menunjukkan tidak merasakan cemas dengan skor HRS-A

<14.
104

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

pneumonia, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

6.2.1 Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan

khusunya pada klien yang akan menghadapi operasi.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan

ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya klien

yang akan menjalani operasi, keluarga, perawatan dan tim kesehatan

lain mampu membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi

kebutuhan dasarnya.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga tercipta perawat profesional,

terampil dan berkompenen yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara komperhensif.


105

6.2.4 Bagi penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami kecemasan sebelum operasi di harapkan penulis dapat

lebih mengetahui cara penanganan pada kecemasan yang di alami

klien dan dapat menambah wawasan dalam menangani masalah

keperawatan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, N.S.R., Joyo Minardo dan Maksum. 2015. Pengelolaan Nyeri


Akut Pada Sdr G Dengan Post Orif (Open Reduction Internal
Fixation) Indikasi Fraktur Cruris ⅓ Sinistra Di Ruang Melati
RSUD Ambarawa. Di lihat 8 Maret 2017
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4620

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


6th Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Darmawan, Deden. 2012. Proses keperawatan penerapan konsep dan


kerangka kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Digiulio, M., Donna Jackson dan Jim Keogh. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing

Dinkes Kesehatan Jawa Tengah. 2007. Buku Profil Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah Tahun 2007 di lihat 8 Maret 2017.
http://www.Dinkes Jateng Prov.Go.Id

Efendi F dan Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Fadlani, Y.M., dan Harahap. 2012. Terapi Perilaku Kognitif Distraksi


Terhadap Nyeri Pasien Dengan Fraktur Femur Yang Terpasang
Traksi. Di lihat 8 Maret 2017.
http://jurnalusu.ac.id/index.php/jkk.article/view/333

Grace, Piece A dan Neil R Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah.Edk 5.


Jakarta: Erlangga

Hawari. 2013. Stress, depresi dan cemas. Jakarta :EGC

Helmi, Z.N. 2012. Buku saku kedaruratan di bidang bedah ortopedi.


Jakarta :Salemba Medika

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Ganguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika

Herman, et al. 2015. Nanda internasional nursing diagnosis, definition


and clasification 2015-2017. Jakarta: EGC

Ilham, Muhammad. 2016. The relationship between family support and


anxiety level on patient with hipertension in inpatient rooms at
Surakarta regional public hospital. http://www.01-gdl-
muhammadil-1444-1-muhammad_pdf

Jaelani, A.Y dan Ramadhian M Ricky. 2016. Reposisi Fraktur Malunion


Os Femur Dekstra ⅓ distal. Medical Journal Of Lampung
University. Vol 5 No.2

Korlantas Polri. 2015. Data Analisa Dan Evaluasi Tingkat Kecelakaan


Selama Operasi zebra 2015. Jakarta: NTMC Polri

Makmuri, Handoyo, Ridlwan Kamaludin. 2007. The Correlation between


education levels toward anxiety level of fracture femur pre-
operated patient at Prof Dr.Margono Soekarjo Hospital of
Purwokerto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 3 No 2.
http://www.digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/

Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Bedah Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif. 2014. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan


gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta : Salemba medika.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-


2017. Edk 10. Jakarta: EGC

Nayduch, Donna. 2014. Nurse To Nurse. Jakarta : Salemba Medika

Ningsih, L. N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Nanda NIC-NOC. Edk revisi. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Nuha Medika

Pedoman rekam medis. 2009. Pedoman rekam medis berorientasi


masalah. Jakarta :FKUI

Permana O, Sofiana Nurchayati, Herlina. 2015. Pengaruh Range Of


Motion (ROM) Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah. JOM Vol.2 No.2.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=385168&val=
6447&title=PENGARUH%20RANGE%20OF%20MOTION%20(
ROM)%20TERHADAP%20EKSTREMITAS%20p

POLRI. 2013. Pada 2013, 23.385 Tewas kecelakaan Lalu Lintas

Priliana, W.K. dan Ni Ketut Kardiyudiani. 2014. Pengaruh Pemberian


Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Op Fraktur Femur. Jurnal Keperawatan Notokusumo.
Vol.11 No 1

Purwanti, R dan Wahyu Purwaningsih. 2013. Pengaruh Latihan Range Of


Motion (ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Humerus Di RSUD Dr.Moewardi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Gaster. Vol.10 No.2

Qomariyah, S.I.N.A., Maharani, Dwi Puji W. 2016. Asuhan Keperawatan


Pada Sdr E Dengan Nyeri Akut Pada Closed Fraktur Shaft Femur
Dextra ⅓ Proksimal (Laporan Kasus Di Ruang Asoka RSUD
Jombang). Nursing Journal Of STIKes Insan Cendekia Media
Jombang. Vol 11 No.1

Rasjad, Chairuddin. 2015. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT


Yarsif Watampone.

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2014. Jumlah Pasien


fraktur. Surakarta: RSUD Dr.Moewardi. Tidak Di Publikasikan

Richard L .2010. Era baru manajemen. Edisi 9. Jakarta : Salemba empat.

Riset kesehatan Dasar. 2011. Jakarta : Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia

Sari, Syafu Febria. 2017. Pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan


tingkat kecemasan pasien pra operatif. Menara Ilmu Vol XI Jilid 1
No 75. http://joernal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/

Sarkamo. 2008. Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien


di ruang Asther RSUD Dr.Hardjono Ponorogo. Digitaly library
Universitas Muhammadiyah Ponorogo. http://digilib.impo.ac.id

Stuart, Gail W. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

Suratun, H., Manuriung Santa, Raenah Een. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Syaiful, Yunita dan Sigit Hendro Rachmawan. 2014.Efektifitas relaksasi


nafas dalam dan distraksi baca menurunkan nyeri pasca operasi
pasien fraktur femur. Journals of Ners Community Vol 5 No 2.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/

Triono, P dan Murinto. 2015. Aplikasi Pengelolaan Citra Untuk


Mendeteksi Fraktur Tulang Dengan Metode Deteksi Tepi Canny.
Jurnal Informatika. Vol. 9 No. 2

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC

Wahid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media

Widiyastuti, Yuli. 2015. Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi


Fraktur Femur Di RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta.
PROFESI Vol.12 No.2.
http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/90
Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ARDIAN VISTA WIDYAWATI

Tempat, Tanggal Lahir: Karanganyar, 08 April 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Tempel Rt 02/VI Popongan, Karanganyar

Riwayat Pendidikan : TK Bustanul Athfal Aisyiyah Karanganyar

SD N 03 Popongan Karanganyar

SMP N 04 Karanganyar

SMA N 02 Karanganyar

Riwayat Organisasi : Dewan Kerja Guru (DKG) SMP N 04 Karanganyar

Karangtaruna Dwi Manunggal Desa Tempel

KSR PMI Surakarta Unit STIKes Kusuma Husada

Surakarta
Lampiran 3

LEMBAR AUDIENCE UJI SIDANG PROPOSAL KTI

Nama Mahasiswa : ARDIAN VISTA WIDYAWATI

NIM : P 14006
Lampiran 5

MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIF

Febria Syafyu Sari

Akper Nabila Padang Panjang


Email : febrina_250288@yahoo.com

ABSTRACT
Results of the study 56 countries in 2014 is estimated to number around 234 million surgical
procedures per year, estimated complication rates following surgery (3-16%) and mortality
(0,4-0,8%). The purpose of this study was to determine the effect of relaxation techniques to
decrease the level of patient preoperative anxiety in surgical wards Hospital Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. This research uses experimental research design to study design quasi
experimental design. The study was conducted Bangsal Surgical Hospital Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. Populasi in this study amounted to 68 people. The sampling technique is
purposive sampling, with a sample of 12 people. Computerized data processing is done using
SPSS(Statistical Package for the Social Sciences) with univariate and bivariate analysis,
statistical test used was paired t-test. Hasil univariate analysis showed that 6 respondents did
relaxation breath In, 3 respondents have mild anxiety level (50%). Statistical test results
obtained p value = 0,001 so it can be concluded that there is a significant correlation between
the influence of deep breathing relaxation techniques to decrease anxiety levels of patients
praoperatif. It is expected that health care institutions to improve the program of relaxation
techniques breath In.

Keywords : Anxiety Level, Relaxation Technique

ABSTRAK
Hasil penelitian 56 negara pada tahun 2014 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan
sekitar 234 juta per tahun, angka komplikasi tindakan pembedahan diperkirakan (3-16%)
dengan kematian (0,4-0,8%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh teknik
relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan Pasien praoperatif di bangsal bedah RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
eksperimental dengan desain studi quasi experimental design. Penelitian dilakukan diBangsal
Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 68
orang.Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, dengan sampel sebanyak 12
orang. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi menggunakan program
SPSS(statistical package for the social sciences) dengan analisa univariat dan bivariat, uji
statistik yang dipakai adalah paired t-test. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa 6
orang responden melakukan Relaksasi Nafas Dalam, 3 orang responden mempunyai tingkat
kecemasan ringan (50%). Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,001 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien praoperatif. Maka dari itu diharapkan
kepada instansi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan program tentang teknik relaksasi
nafas dalam.

Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Teknik Relaksasi

PENDAHULUAN

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan
stressor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan reaksi stress baik
fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas. Suatu penelitian

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 13

E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

menyebutkan bahwa (80%) dari pasien yang akan menjalani pembedahan mengalami
kecemasan(Bondan, 2008).
Pasien praoperatif biasanya akan mengalami kecemasan karena takut terhadap hal yang
belum diketahuinya, takut kehilangan kontrol/kendali dan ketergantungan pada orang lain,
takut kecacatan dan perubahan dalam citra tubuh normal. Respon psikologis dari pasien yang
menjalani operasi mayor berupa kecemasan, beberapa ketakutan yang menimbulkan
kecemasan menjelang operasi adalah hal yang individual, dimana ada pasien yang tidak bisa
mengidentifikasikan penyebabnya, sementara pasien lainnya ada yang bisa menjelaskan
ketakutan dan kecemasannya(Shelly, Tailor, dkk, 2009).
Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai stresor. Pembedahan yang
ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang
menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung
pada orang lain, dan mungkin kematian(Syamsuhidajat, 2010).
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat
mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien.Teknik relaksasi membuat pasien
dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada
nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif
dalam menurunkan kecemasan dan nyeri paska operasi (Brunner &Suddart, 2001dalam
Novarizki, 2010)
Kecemasan pada pasien praoperasi harus diatasi, karena dapat menimbulkanperubahan-
perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi (Smeltzer & bare,
2013). Menurut Efendy (2008), mengungkapkan bahwa dalam keadaan cemas, tubuh akan
memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang akan berakibat meningkatkan tekanan
darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil. Akibat dari kecemasan pasien praoperasi yang
sangat hebat maka ada kemungkinanoperasi tidak bisa dilaksanakan, karena pada pasien yang
mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan seperti tekanan darah yang
meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit
terutama dalam menghentikan perdarahan, dan bahkan setelah operasi pun akan mengganggu
proses penyembuhan. Penanganan kecemasan pada pasien praoperasi telah banyak dilakukan
oleh perawat, salah satunya dengan tindakan tehnik relaksasi berupa nafas dalam. Perubahan
akibat teknik relaksasi yaitu menurunkan tekanan darah, menurunkan frekuensi jantung,
mengurangi disritmia jantung, mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen,
mengurangi ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan gelombang alfa otak,
yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian, dan rileks, meningkatkan rasa
kebugaran, meningkatkan konsentrasi, memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stresor.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heru Suwardianto (2011) yang
berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri”,
hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Novarizki Galuh Ayudianningsih (2010),
menunjukan bahwa sebelum dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok
eksperimen terdapat sebagian besar kecemasan berat yaitu sebanyak 12 responden (60%)
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar juga mengalami kecemasan berat yaitu
sebanyak 14 responden (70%). Dan setelah dilakukan relaksasi nafas dalam terjadi perbedaan
tingkat kecemasan pada kedua kelompok penelitian.Pada kelompok eksperimen sebagian besar
responden mengalami kecemasan pada tingkat kecemasan ringan dan sedang, sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri hebat yaitu sebanyak 9
responden (45%).
Hasil penelitian 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan
sekitar 234 juta per tahun, hampir dua kali lipat melebihi angka kelahiran per tahun. Studi pada
negara-negara industri, angka komplikasi tindakan pembedahan diperkirakan (3-16%) dengan

LPPM UMSB ISSN 1693-2617


14
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

kematian (0,4-0,8%). Tingginya angka komplikasi dan kematian akibat pembedahan


menyebabkan tindakan pembedahan seharusnya menjadi perhatian kesehatan global. Dengan
asumsi angka komplikasi (3%) dan angka kematian (0,5%), hampir tujuh juta pasien
mengalami komplikasi mayor termasuk satu juta orang yang meninggal selama atau setelah
tindakan pembedahan per tahun (Smeltzer & bare, 2013).
Studi di Inggris mencatat dari 5940 kasus dalam tindakan pembedahan, 2217 adalah kasus
salah sisi pada pembedahan dan 3723 kasus salah perawatan atau prosedur pembedahan dalam
13tahun. Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Amerika Serikat
adalah dari 1.000 orang, 5 orang meninggal dan lumpuh 100 orang, sedangkan di Indonesia
dari 1.000 pasien yang meninggal 6orang dan yang lumpuh 90 orang. Setelah dipresentasikan
di dunia internasional, standart Indonesia tidak beda jauh dari Amerika Serikat negara maju.
Prevalensi gangguan kecemasan di Amerika Serikat, lebih dari 23 juta penduduk (kira-
kira satu dari 4 individu) terkena kecemasan. Kurang dari (25%) penduduk yang mengalami
gangguan panik mencari bantuan terutama karena mereka tidak menyadari bahwa gejala fisik
yang mereka alami (misal: palpitasi jantung, nyeri dada, sesak nafas) disebabkan oleh masalah
kecemasan.
Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka ( 6-7%) dari populasi
umum (perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi laki-laki).Olivia Remes, sang
peneliti, mengatakan kepada BBC bahwa perbedaan itu disebabkan karena kemistri otak (brain
chemistry), fluktuasi hormonal pada pria yang berbeda dibandingkan perempuan. Selain itu
perempuan juga secara umum lebih mudah stres dari pada lelaki atau karena secara tradisional
perempuan berperan sebagai penjaga anak-anak
Hasil dari data jumlah pasien praoperatif Di rumah sakit Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
jumlah klien yang dilakukan operasi pada tahun 2015 terdapat perbulanannya 68 orang pasien
praoperasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 responden pasien praoperasi pada
tanggal 23 Januari 2016 di ruang bedah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi menyatakan bahwa
dia cemas karena takut terjadi kecacatan pada bagian tubuhnya dan belum mengerti tentang
operasi yang akan dilakukan, untuk apa dilakukan puasa sebelum operasi, takut dengan situasi
di ruang operasi, serta bagaimana nanti perawatan setelah operasi. Berdasarkan uraian diatas
dan informasi-informasi yang telah didapatkan sebelumnya terkait dengan pasien praoperasi
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, menunjukan bahwa pasien praoperasi
memerlukan tekhnik relaksasi untuk menurunkan rasa cemas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pasien Praoperatif ?”.

Tujuan Penelitian
Diketahui pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
praoperatif di ruang bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan desain studi Quasi
Experimental Design yaitu dengan menggunakan kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya
sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. (Siswanto, Susila, &
Suyanto 2014)
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan bentuk Non equivalent Control
Group Design, dimana design ini hampir mirip dengan pretest-postestcontrol group design,
tetapi pada design ini kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dipilih secara random.

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 15


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

Dalam design ini penelitian ini dipilih satu kelompok responden, yang sebagian diberi
perlakuan dengan teknik relaksasi nafas dalam karena kecemasan dan yang sebagian lagi tidak
diberikan perlakuan. (Siswanto, Susila, & Suyanto 2014)
Penelitian ini dilakukan di ruang bangsal Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
pada bulan September 2016, Karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan
penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008).Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien
praoperasi di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi padasebanyak 68 orang.Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Dengan jenis pengambilan
sampelnya yaitu, purposive sampling dimana peneliti memilih responden berdasarkan
pertimbangan subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang
memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008).
Dari rumus sampel diatas, maka jumlah responden adalah 6 orang kelompok intervensi dan
6 orang kelompok kontrol. Kriteria sampel yang akan di ambil yaitu sebagai berikut :
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien praoperatif H-1
2. Pasien praoperatif yang bersedia sebagai responden;
3. Pasien praoperatif yang tidak memiliki gangguan pendengaran.
Pengambilan data dengan cara wawancara langsung sambil menyebarkan kuesioner
kepada responden dan melihat daftar buku status pasien yang akan melakukan pembedahan.
Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit (dari bangsal bedah), peneliti
memberikan informasi kepada semua responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
ini dan setiap responden berhak untuk menolak atau bersedia sebagai sampel penelitian. Bagi
mereka yang bersedia menjadi sampel diminta untuk menandatangani Informed Consent
sebagai bukti kesediaan menjadi sampel kemudian menjelaskan secara singkat tentang maksud
peneliti dan manfaat teknik relaksasi nafas dalam. Setelah itu peneliti mulai melakukan pretest
pengukuran skala kecemasan untuk dijadikan data skala kecemasan sebelum diberi
perlakuan.Selanjutnya peneliti melakukan teknik relaksasi nafas dalam terhadap responden
secara berkelompok sebagai terapi untuk menurunkan skala kecemasan selama 15 menit
selama kecemasan pada klien dan dilakukan secara langsung. Dan setelah dilakukan teknik
relaksasi pada klien saat akan melakukan pembedahan, peneliti melakukan pengukuran skala
kecemasan kembali, kemudian dilakukan pencatatan. Setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan perhitungan dengan komputerisasi.
Data yang telah dikumpulkan diperiksa apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian, serta
pemeriksaan apakah kuesioner telah diisi dengan benar dan semua item telah dijawab oleh
responden selanjutnya proses koding
Teknik relaksasidiberikan kode sebagai berikut:
0 : Dilakukan teknik relaksasi
1 : Tidak dilakukan teknik relaksasi
Skala kecemasan pasien praoperatif diberikan kode sebagai berikut:
1: Cemasi ringan (14-20)
2: Cemas sedang (21-27)
3: Cemas berat (28-41)
4: Cemas sangat berat (42-56)
Memasukkan data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data kuesioner ke
dalam master tabel. Hasil dari setiap item dinilai sesuai dengan kategori penilaian dari masing-
masing variabel. Kecemasan adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistsensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Alat ukur kecemasan
menggunakan HRS-A(Hamilaton Ratting Scale For Anxiety), masing-masing kelompok diberi
penilaian antara 0 - 100 dengan penilaian sebasgai berikut :
Nilai 14-20 : kecemasan ringan

16 LPPM UMSB ISSN 1693-2617


E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

Nilai 21-27 : kecemasan sedang


Nilai 28-41 : kecemasan berat
Nilai 42-56 : kecemasan panik
Teknik relaksasimerupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2008).
Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1. Usahakan rileks dan tenang.
2. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3, kemudian tahan sekitar
5-10 detik.
3. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
4. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi melalui mulut secara
perlahan-lahan.
5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga kecemasan
6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas teknik relaksasi terhadap penurunan
tingkat kecemasan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menguji beda mean
dependent yakni dengan uji dependent t-test, setelah dilakukan uji kenormalan data dilakukan
secara komputerisasi dengan program SPSS. Berdasarkan hasil uji t test tersebut akan
diketahui bahwa hipotesis penelitian (Ha) diterima bila nilai p lebih kecil dari nilai tabel <0,05.
Sebaliknya jika nilai p lebih besar dari nilai tabel, maka hipotesis penilaian (Ho) ditolak >
0,05.
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan
etik.Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus terlindungi. Menurut
Hidayat (2007), dalam melakukan penelitian harus memperhatikan etika penelitian yaitu :
1. Informed concent (Lembar persetujuan penelitian)
2. Anonimity (Tanpa nama)
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian setelah dilakukannya proses analisa adalah sebagai berikut :
1. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tabel 1Distribusi Frekuensi Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
No Pretest Postest Pretest Posttest
experiment experiment kontrol kontrol
1 6 6 6 6
2 0 0 0 0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 12 orang pasien praoperatif 6 di antaranya
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam (50%)

2. Kecemasan Pasien Praoperatif Sebelum Teknik Relaksasi Nafas Dalam Kelompok


Intervensi
Tabel 2Distribusi Frekuensi Skala Kecemasan Sebelum Teknik Relaksasi Nafas Dalam
No Tingkat f %
Kecemasan
1 Ringan 0 0

2 Sedang 2 33,3

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 17


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

3 Berat 3 50
4 Panik 1 16,7
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien pre test intervensi diantaranya
yang belum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat separuh 3 orang (50%) yang
mengalami kecemasan berat.

3. Kecemasan Pasien Praoperatif Sesudah Teknik Relaksasi Kelompok Intervensi


Tabel 3Distribusi Frekuensi Kecemasan Praoperatif Sesudah Teknik Relaksasi
No Skala Kecemasan f %
1 Ringan 3 50
2 Sedang 2 33,3
3 Berat 1 16,7
4 Panik 0 0
Total 6 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok intervensi
sesudahdiberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil separuh responden memiliki
skala kecemasan ringan 3 orang (50%)

4. Kecemasan Pasien Praoperatif Pada Kelompok Kontrol


Tabel 4Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Kelompok Kontrol
No Tingkat f %
Kecemasan
1 Ringan 0 0
2 Sedang 1 16,7
3 Berat 5 83,3
4 Panik 0 0
Total 6 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok kontrol
yang tidak diberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil sebagian besar responden
memiliki skala kecemasan yang berat 5 orang(83,3%).

5. Kecemasan Pada Kelompok Kontrol Setelah Di Ukur Kembali Selama 30 Menit


Tabel 5Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Kelompok Kontrol Setelah Diukur
Kembali Selama 30 Menit
No Tingkat f %
Kecemasan
1 Ringan 0 0
2 Sedang 1 16,7
3 Berat 3 50
4 Panik 2 33,3
Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok
kontrol yang akan dilakukan observasi diperoleh hasil separuh 3 orang (50%) responden
memiliki skala kecemasan berat.
Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi
terhadap penurunan skala kecemasan pada pasien praoperatif

18 LPPM UMSB ISSN 1693-2617


E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

Perbedaan Skala Kecemasan Responden Praoperatif Sebelum (Pretest) Dan Sesudah


(Postest) Diberi Intervensi Teknik Relaksasi Dan Tidak Diberikan Teknik Relaksasi
Pada Kelompok Kontrol

Tabel 6 Perbedaan Kecemasan Sebelum (Pretest) Dan Sesudah (Postest) Diberi


Intervensi Teknik Relaksasi Dantidak Diberikan Teknik Relaksasi Pada Kelompok
Kontrol
Skala Mea C I 95% P

SD SE
Nyeri n Lower Upper Value
Pretest 0,001
intervensi 1,16 0,40 0,1
0,738 1,595
Postest 7 8 67
intervensi
Postest
kontrol 0,33 0,51 0,2 0,175
0,209 0,875
postes 3 6 11
kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rerata kecemasan sebelum diberikan teknik
relaksasi dan sesudah diberikannya teknik relaksasi pada kelompok intervensi adalah sebesar
1.167 dengan standar deviasi 0.408 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.001.
sedangkan rerata kecemasan pada kelompok kontrol sewaktu diobservasi adalah sebesar 0,333
dengan standar deviasi 0,516 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.175 artinya
ada perbedaan yang signifikan antara cemas sebelum diberikan teknik relaksasi dengan
sesudah diberikanya teknik relaksasi kepada kelompok intervensi dan tidak signifikan antara
cemas sebelum dan sesudah dilakukannya observasi ulang pada kelompok kontol, sehingga
dapat disimpulan bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat
kecemasan.

PEMBAHASAN
Teknik Relaksasi
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 6 orang pasien praoperatif kelompok
intervensi sebelum diberikan teknik relaksasi diperoleh hasil separuh pasien praoperatif pada
kelompok intervensi memiliki skala kecemasan yang berat 3(tiga) orang (50%) dan dari tabel
5.3 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien praoperatif kelompok intervensi sesudah
diberikan teknik relaksasi diperoleh hasil yaitu 3(tiga) orang (50%) responden memiliki skala
kecemasan yang ringan.
Hasil penelitian yang dilakukan Suprapto, Utami, & Supriati (2012), dengan judul
“pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam terhadap penurunan kecemasan klien pre operasi”
menunjukkan bahwa intervensi keperawatan mandiri tentang teknik relaksasi nafas dalam
yang diberikan empat jam sebelum pasien menjalani pre operasi rata-rata mengalami
kecemasan yang berat dari (72,5%) yang belum diberikan teknik relasasi setelah diberikan
teknik relaksasi menjadi (22,5%) berat dan dari (27,5%) kecemasan sedang setelah
diberikannya teknik relaksasi menjadi kecemasan ringan yaitu (77,5%)
Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu teknik relaksasi dengan cara melakukan
nafas dalam, lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas secara
perlahan, dengan melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah (daerah perut). Teknik ini
dapat meningkatkan oksigenasi dalam darah. Tujuan dari teknik ini untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru, meningkatkan
efisiensi batuk, mengurangi stres baik (National Safety Council,2007).

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 19


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

Sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Kushariyadi, Smeltzer & Bare (2007), bahwa
teknik relaksasi nafas dalam dalam memiliki kelebihan untuk mengurangi stres baik fisik
maupun emosional, menghilangkan nyeri, insomnia, dan kecemasan. Relaksasi nafas dalam
cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks, dimana gelombang otak mulai
melambat yang akhirnya akan membuat seseorang dapat beristirahat dengan tenang.
Hal ini terjadi ketika individu mulai mempersiapkan diri dan mengikuti instruksi
relaksasi, yaitu pada tahap pengendoran otot dari bagian kepala hingga bagian
kaki.Selanjutnya dalam keadaan rileks mulai untuk memejamkan mata, saat itu frekuensi
gelombang otak yang muncul mulai melambat dan menjadi lebih teratur.Pada tahap ini
individu mulai merasakan rileks dan mengikuti secara pasif keadaan tersebut sehingga
menekan perasaan tegang yang ada di dalam tubuh (Datak, 2008).
Menurut analisa peneliti bahwa teknik relaksasi yang diberikan kepada responden dengan
mengatur suatu intervensi untuk mengajarkan nafas dalam dan lambat kepada responden
dengan tujuan agar responden merasa rilek dan nyaman sehingga responden tersebut
merasakan ketenangan dalam dirinya, mengurangi stress, dan kekakuan yang dirasakan pada
diri responden pada fase akan dilakukannya operasi tersebut, dan dari tanggapan responden
tentang teknik relaksasi ini mengatakan terapi yang diberikannya kepada klien ini sangatlah
bermanfaat untuk mengatur pernafasannya dan klien merasakan rilek sehingga klien
merasakan tenang dan nyaman dan klien bisa memfokuskan fikirannya yang lebih tenang
untuk menghadapi operasi yang akan dihadapinya.

Skala Kecemasan
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien praoperatif kelompok
intervensi sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil separuh pasien
memiliki skala kecemasan berat 3 (tiga) orang (50%) dan dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa
dari 6 (enam) pasien praoperatif kelompok intervensi sesudah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam diperoleh hasil separuh responden memsiliki skala kecemasan ringan (50%).
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 6 orang pasien praoperatif kelompok kontrol
yang akan dilakukan observasi diperoleh hasil yaitu 3 (tiga) responden memiliki skala
kecemasan berat (50%) dan dari table5 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien
praoperatif kelompok kontrol yang tidak diberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil
sebagian besar responden memiliki skala kecemasan yang berat (83%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Makmur (2007), dengan judul
“pengaruh pemberian teknik relaksasi terhadap penurunan skala kecemasan pasien peri
operatif” dengan hasil tentang tingkat kecemasan pre operasi, bahwa dari 40 orang responden
dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 (tujuh) orang (17,5%), 16 orang (40%) tingkat
kecemasan sedang, 15 orang (37,5%) tingkat kecemasan ringan, dan 2 (dua) orang (5%) tidak
mengalami kecemasan. Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Wijayanti (2009, dalam
Nataliza 2011), ditemukan 20 (64,5%) pasien mengalami kecemasan ringan dan 11 (35,5%)
mengalami kecemasan berat.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan
kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal
(Hawari, 2006).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, juga
merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung
serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha
memelihara keseimbangan hidup.Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap
harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.Cemas dapat dikomunikasikan
secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan

20 LPPM UMSB ISSN 1693-2617


E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

peringatan yang berharga dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan perlindungan
diri (Suliswati,2007).
Setiap orang mempunyai beberapa kecemasan, baik sekarang maupun nanti. Tetapi
ketika cemas itu tinggi, maka mungkin memiliki efek terhadap pada kecemasan sedang terjadi
reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah dan frekuensi jantung.pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin
terus meninggi sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat
tekanan darah meninggi dan itu akan menyebabkan semakin menonjolnya tingkat kecemasan
seseorang dan akan mengalami resiko terhadap klien pasca operasi (Salan,2008).
Menurut asumsi penelitikecemasan yang terjadi kepada responden karena beberapa faktor
pemicu, yang salah satunya semakin dekatnya waktu responden tersebut yang akan
menjalankan operasi semakin tingginya tingkat kecemasan responden tersebut, dengan hasil
penelitian rata-rata skala kecemasan sebelum diberikan intervensi kepada 6 (enam) orang
responden separuh responden memiliki tingkat kecemasan berat 3 (tiga) orang (50%),
sedangkan rata-rata sesudah diberikan intervensi kepada 6 (enam) orang responden separuh
dari mereka 3 (tiga) orang (50%) memiliki tingkat kecemasan ringan. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata skala kecemasan pada sebelum dan sesudah diberikan perlakuan intervensi
dan, kepada kelompok kontrol dari 6 (enam) orang responden terdapat sebagian besar 5 (lima)
orang (83,3%) responden memiliki tingkat kecemasan berat, setelah di ukur tiga puluh menit
kemudian responden yang akan melakukan pembedahan responden mengalami peningkatan
kecemasan 2 (dua) orang dari 6 (enam) orang responden memiliki tingkat kecemasan panik.

Perbedaan skala kecemasan responden praoperatif sebelum (Pretest) dan sesudah


(Postest) diberi intervensi teknik relaksasi dan tidak diberikan teknik relaksasi pada
kelompok kontrol.
Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa sebelum diberikannya
intervensi relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan berat
dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), sedangkan setelah diberikannya intervensi relaksasi nafas
dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan ringan yaitu dengan jumlah 3 (tiga)
orang (50%), Pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam dapat dilihat dari hasil analisa uji
bivariat dengan metode uji Paired Ttest diperoleh nilai t sebesar 7,000 dengan nilai p sebesar
0.001 dimana p< 0.05.
Selisih rerata (mean) tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah
diberikannya relaksasi nafas dalam diperoleh perbedaan sebesar 0,834 dengan hasil tersebut
dapat diartikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan
setelah diberikannya relaksasi nafas dalam.
Pada kelompok kontrol sewaktu diobservasi menunjukan bahwa tingkat kecemasan
terbesar berada pada kecemasan berat dengan jumlah 5 (lima) orang ( 83,3%) dan , sedangkan
setelah dilakukan observasi ulang selama 30 menit tingkat kecemasan terbesar berada pada
kecemasan berat yaitu dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), dan terjadinya peningkatan
kecemasan panik adalah 2 (dua) orang (33,3%), responden dari tidak adanya sebelumnya
tingkat kecemasan panik. Dilihat dari hasil analisa uji bivariat dengan metode uji Paired Ttest
diperoleh nilai t sebesar 1,581 dengan nilai p sebesar 0,175 dimana p< 0.05, sehingga dapat
disimpulkan tidak signifikannya terhadap penurunan tingkat kecemasan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Indah Mutiara (2012),
dengan judul “pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan klien
praoperatif” dengan analisanya setelah diberikan relaksasi nafas dalam kepada 33 responden
menunjukan (90,9%) mengalami penurunan tingkat kecemasan dengan analisa uji marginal
homogenity dengan nilai p sebesar 0.000 dimana p< 0.05, hal ini dapat diartikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran kecemasan pasien pre operasi
sebelum dan sesudah diberikannya relaksasi nafas dalam.

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 21


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

Relaksasi merupakan suatu metode dan cara yang dapat digunakan dan diberikan
kepada pasien pre operasi sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dengan relaksasi
pasien dapat melepaskan rasa ketegangan, dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan relaksasi, pasien akan mengalihkan rasa cemasnya. Pernyataan ini didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Potter & Perry (2006), menyatakan bahwa teknik nafas dalam
juga dapat memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas,
stres fisik dan emosi yang disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak hanya digunakan pada
individu yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat.Pelaksanaan teknik
relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif.
Rasa ketidak nyamanan jika tidak diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik
individu sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan/terapi farmakologis atau non
farmakologis. Teknik non farmakologi antara lain pengaturan posisi, teknik relaksasi,
manajemen sentuhan, manajemen lingkungan, massase, latihan fisik, tidur tidak cukup,
hipnoterapi, distorsi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga dan nafas dalam,
dukungan perilaku, imajinasi, kompres dan pemberian ramuan herbal (Smertzer & Bare,
2006).
Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa adanya pengaruh teknik
relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien praoperatif dengan hasil penelitian
sebelum diberikannya intervensi relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada
kecemasan berat dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), sedangkan setelah diberikannya
intervensi relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan ringan
yaitu dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), Pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam dapat
dilihat dari hasil analisa yaitunya dari 6 (enam) orang klien intervensi terdapat 1 (satu) orang
(16,7%) responden mengalami kecemasan panik terdapat penurunan yaitu menjadi 1 orang
(16,7%) responden cemas berat, dan dari 3 (tiga) orang (50%) responden kecemasan berat
setelah diberikan perlakuan terdapat penurunan kecemasan 2 (dua) orang (33,3%) responden
cemas sedang dan 1 (satu) orang responden menjadi cemas ringan, dan dari kecemasan sedang
2 (dua) orang (33,3%) responden terjadi penurunan kecemasan menjadi cemas ringan, jadi
terdapat 3 (tiga) orang (50%) responden yang mengalami cemas ringan.
Sedangkan pada kelompok kontrol dari 6 (enam) orang responden yang hanya di
observasi terdapat 5 (lima) orang (83,3%) respoden yang mengalami tingkat kecemasan berat,1
(satu) orang (16,7%) responden memiliki kecemasan sedang, dan dari hasil pemantauan ulang
setelah tiga puluh menit terdapat peningkatan tingkat kecemasan yaitunya 2 (dua) orang
(33,3%) responden memiliki tingkat kecemasan panik, 3 (tiga) orang (50%) cemas berat dan 1
(satu) orang (16,7%) kecemasan sedang.Ini membuktikan bahwa adanya pengaruh teknik
relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan klien yang akan melakukan pembedahan dari
tidak adanya kecemasan panik menjadi ada.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Ns.Ridhayalla Afnuhazi,
M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada
penulis melakukan penyusunan artikel ini

SIMPULAN
Ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tingkat kecemasan sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik
relaksasi terhadap skala kecemasan pada pasien praoperatif

Saran
Diharapkan pada peneliti selanjutnya meneliti dengan variabel yang berbeda atau menambah
variabel penelitian dan melakukan teknik relaksasi otot progresifdengan penurunan tingkat
kecemasan.

22 LPPM UMSB ISSN 1693-2617


E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi2, Jakarta :
Salemba Medika
Ayudianningsih, Novarizki. (2010). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur Di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta.Jurnal. FIK UMS
(http://download.portalgaruda.org/article.ph p?article diakses pada tanggal 29
Agustus 2016 pukul 13.45 wib)
Baradero, P. L. (2008). Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan.Leskonfi : Jabar
Bruner & Sudarth.(2002). Keperawatan Medical Bedah.Edisi ke VIII.Jakarta : EGC
Colombia Asia Medikal Center.(2006). Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Pada pasien perioperatif I Di Pondok Bersalin Ngudi Saras
Trikilan Kali Jambe Sragen.Jurnal. Universitas Airlangga
Cutler.(2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta : Ghalia Indonesia
Datak.Gad. (2008). Penurunan Nyeri Pasca Bedah Pasien TUR Prostat melalui
RelaksasiBenson(http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/viewFile/2405/1853
diperoleh tanggal 29 agustus 2016)
Depkes, RI. (2009). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular.Jakarta : Salemba Medika
Efendy.(2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Edisi 2.Jakarta :
Salemba Medika
Fauziah fitri & Julianty Widuri.(2007). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers
Handerson.(2005). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Hidayat, A, A. (2007).Pengantar konsep dasar keperawatan.Jakarta:Salemba medika
Makmur.(2007). Asuhan Keperawatan Perioperatif – Pre Operasi.Jakarta : TIM
Mutiara Siti Indah. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Pernafasan Diafragma Terhadap
Perubahan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Bangsal Bedah RSUP.Dr.M. Djamil
Padang Tahun 2012.Penelitian. Universitas Andalas Padang
(http://repository.unand.ac.id/17863/1/ isi.pdf diakses pada tanggal 29 Agustus 2016
pukul 16.56 wib)
Muttaqin.(2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta : Salemba Medika
National Safety Council.(2007). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Klien. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Potter & Perry.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Volume 1.Jakarta : EGC
Ramaiah, S. (2005).Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Oleh Perawat Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah Padang.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Shelly, Tailor, dkk.(2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5.Jakarta : EGC
Soetjiningsih.(2004). Tumbung Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Salemba
Medika
Smertzer & Bare.(2013)Manual for the Depression Anxiety & Stress Scales (Second edition).
Psychology Foundation.Diakses dari www.Serene. Me.Uk.diakses pada tanggal 29
Agustus 2016 pukul 16.56 wib)
Smertzer & Bare.(2008)tinjauan tentang relaksasi. Media ilmu: Yokyakarta
Sugiyono.(2014). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rapika Aditama
Suliswati.( 2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.(2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi IV. Jakarta : EGC

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 23


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

Suprapto, Utami, & Supriati.(2012). Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Persiapan


Operasi dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Jurnal Kebidanan.Volume
IV. Poltekes Kemenkes Semarang (http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jke
b/article/viewdi akses pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul 09.46 wib)

Syamsuhidajat.(2010). Penanganan Psikologik Pada tingkat stres.Jakarta : Salemba Medika

Wiramihardja, S. (2005).Seri Buku Kecil Terapi Alternatif.Yogyakarta : Yayasan Spritia

LPPM UMSB ISSN 1693-2617


24
E-ISSN 2528-7613
Lampiran 6

Tabel 2.4 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)
Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
e. Cemas √
f. Firasat buruk
g. Takut akan pikiran sendiri
h. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
h. Merasa tegang
i. Lesu
j. Tidak bisa istirahat tenang
k. Mudah terkejut
l. Mudah menangis
m. Gemetar
n. Gelisah √
3 Ketakutan
e. Pada gelap
f. Pada orang lain atau asing
g. Di tinggal sendiri √
h. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
f. Sukar tidur
g. Terbangun malam hari
h. Tidur tidak nyenyak √
i. Bangun dengan lesu √
j. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
d. Sukar konsentrasi
e. Daya ingat menurun √
f. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
e. Hilangnya minat
f. Sedih √
g. Berkurangnya kesenangan pada hoby
h. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
f. Sakit dan nyeri di otot √
g. Kaku
h. Kedutan otot
i. Gigi gemerutuk
j. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
e. Perasaan di tusuk-tusuk √
f. Penglihatan kabur
g. Muka merah atau pucat √
h. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
f. Takikardia
g. Berdebar-debar
h. Nyeri di dada
i. Denyut nadi mengeras
j. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
e. Rasa tertekan atau sempit dada
f. Rasa tercekik
g. Sering menarik nafas
h. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
h. Sulit menelan
i. BB menurun
j. Mual
k. Muntah
l. Nyeri sebelum dan sesudah makan
m. Rasa panas di perut
n. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
e. Sering BAK
f. Tidak dapat menahan air seni
g. Aminorea
h. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
f. Mulut kering √
g. Muka merah
h. Mudah berkeringat √
i. Kepala terasa berat
j. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
g. Gelisah √
h. Tidak tenang
i. Jari gemetar
j. Kerut kening
k. Muka tegang √
l. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2017

Jam : 15.10 WIB

Nilai Skor HRS-A : 20 ( Cemas Ringan)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2017

Jam : 15.20 WIB

Nilai Skor HRS-A : 18 ( Cemas Ringan)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017

Jam : 11.15 WIB

Nilai Skor HRS-A : 14 ( Cemas Ringan)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Senin, 29 Mei 2017

Jam : 15.20 WIB

Nilai Skor HRS-A : 8 (Tidak Cemas)


Tabel 2.4 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)
Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang √
d. Mudah terkejut √
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat √
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar √
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik √
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat √
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang √
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M

Hari & Tanggal : Senin, 27 Mei 2017

Jam : 17.20 WIB

Nilai Skor HRS-A : 27 ( Cemas Sedang)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang √
d. Mudah terkejut √
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar √
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat √
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang √
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M

Hari & Tanggal : Senin, 27 Mei 2017

Jam : 17.25 WIB

Nilai Skor HRS-A : 25 ( Cemas Sedang)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M

Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017

Jam : 14.00 WIB

Nilai Skor HRS-A : 20 ( Cemas Ringan)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu √
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M

Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017

Jam : 14.20 WIB

Nilai Skor HRS-A : 15 ( Cemas Ringan)


Nilai Angka (Skor)
No Gejala kecemasan
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M

Hari & Tanggal : Senin, 29 Mei 2017

Jam : 17.20 WIB

Nilai Skor HRS-A : 10 ( Tidak Cemas)


Lampiran 7

PENDELEGASIAN KLIEN

1. Identitas klien

Nama Tanggal lahir Alamat

Tn.Y 21 Agustus 1997 Angkatan Kidul Rt

02/3 Tambakromo,

Pati

Nn.M 13 Oktober 1993 Ngampih Rt 01/2

Seblongan, Wonogiri

2. Masalah yang di temukan

Tn.Y

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

c) Ansietas berhubungan dengan stressor

Nn.M

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

c) Ansietas berhubungan dengan stressor

3. Tindakan yang di lakukan

Tn.Y

a) Menginstruksikan teknik relaksasi nafas dalam


b) Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

c) Membina hubungan saling percaya

d) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan

e) Mendorong keluarga mendampingi klien

f) Mengkaji nyeri secara komprehensif

g) Kolaborasi pemberian analgetik

h) Melatih dalam pemenuhan ADL secara mandiri

Nn.M

a) Menginstruksikan teknik relaksasi nafas dalam

b) Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

c) Membina hubungan saling percaya

d) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan

e) Mendorong keluarga mendampingi klien

f) Mengkaji nyeri secara komprehensif

g) Kolaborasi pemberian analgetik

h) Melatih dalam pemenuhan ADL secara mandiri

4. Masalah yang sudah teratasi

Tn.Y

a) Ansietas berhubungan dengan stressor

Nn.M

a) Ansietas berhubungan dengan stressor

5. Masalah yang belum teratasi

Tn.Y

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

Nn.M

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

6. Kodisi klien saat di operkan

Nama klien Tn.Y Nn.M

Status kesadaran composmentis composmentis

Status respirasi 22x/menit 24x/menit

Status sirkulasi TD : 140/90mmHg TD : 140/80mmHg

Nadi : 82x/menit Nadi : 90x/menit

Status nutrisi dan Cukup nutrisi dan Cukup nutrisi dan

cairan tidak ada keluhan tidak ada keluhan

Status perkemihan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

7. Rencana selanjutnya

Tn.Y

a) Mengkaji nyeri

b) Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c) Kolaborasi pemberian analgetik

d) Melatih kemampuan ADL mandiri

Nn.M

a) Mengkaji nyeri
b) Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c) Kolaborasi pemberian analgetik

d) Melatih kemampuan ADL mandiri

Nn.M

a) Mengkaji nyeri

b) Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c) Kolaborasi pemberian analgetik

d) Melatih kemampuan ADL mandiri

Surakarta. 3 Juni 2017

Nama perawat Nama mahasiswa

yang menerima delegasi yang mendelegasi

Anda mungkin juga menyukai