Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA DAN MEMBINA KESADARAN


BERKONSTITUSI

Diajukan untuk memenuhi syarat persentasi


Di Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Mr. Arifkan Esakarn (1175010089)

Muhammad Key Alghifari (1175010097)

Muhammad Salman (1175010105)

Nabila Nurul Febriani (1175010108)

Reina Azizah Azhar (1175010120)

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULITAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang berjudul “NEGARA DAN MEMBINA
KESADARAN BERKONSTITUSI”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen beserta asisten dosen mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.

Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis dapat diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah
kebaikan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca
pada umumnya.

Tangerang, 26 September 2017

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................1
C. Tujuan Penelitian.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Definisi Negara............................................................................3
B. Bentuk-Bentuk Negara................................................................4
C. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia................................5
D. Sejarah Lahirnya Konstitusi........................................................7
E. Perubahan Konstitusi di Indonesia..............................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................10


A. Simpulan....................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara secara umum alat sebagai wadah untuk berdiri nya suatu
pemerintahan yang mengaatur atau mengendalikan suatu persoalan persoalan
bersama, jadi negara tersebut hanyalah sebagai tempat pemerintah untuk mengatur
wilayah nya.Pada nyatanya negara di dunia mempunyai banyak bentuk yang sangat
berbeda beda dan hampir setiap negara mempunyai bentuk sendiri walaupun
terpacu pada bentuk umum yang sama.Dikarenakan setiap negara berbeda beda
bentuk negara nya di jadikan 2 bentuk umum yaitu kesatuan dan federasi atau
serikat, maka dari itu butuh pemahaman kenapa bisa di umumkan menjadi 2 bentuk
negara padahal sebenar nya negara-negara tersebut mempunya dasar negara nya
sendiri yang lahir dari sejarah wilayah tersebut.

Untuk konstitusi pada umum nya bisa di bilang adalah Undang-undang


seperti yang rakyat umum ketahui UUD 1945 itu adalah Undang-undang dasar
negara, nah itu lah awal konstitusi di Indonesia sebenar nya, namun Indonesia
mengalami perubahan kontitusi dasar tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi negara ?


2. Apa saja bentuk-bentuk negara?
3. Bagaimana hubungan agama dengan negara?
4. Pengertian konstitusi?
5. Sejarah lahirnya konstitusi?

1
2

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui definisi negara


2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan agama dengan negara
4. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
5. Untuk mengetahui sejarah lahirnya konstitusi
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Negara

1. Pengertian Negara
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam
daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini
mengandung nilai konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur
dalam sabuah negara, yaitu masyarakat (rakyat), wilayah (daerah), dan pemerintah
yang berdaulat.
Roger H. Soltau mendefinisikan negara sebagai alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
Adapun menurut Harold J, Laski, negara merupakan masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang
secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian
dari masyarakat tersebut.
Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami bahwa negara
adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang
berhak menuntut dari warga negaranya untuk taat pada peraturan perundang-
undangan melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.

a) Tujuan Negara
Sebagai organisasi kekuasaan dari kumpulan orang yang mendiaminya, negara
harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah negara, antara lain:
a. Memperluas kekuasaan semata-mata;
b. Menyelenggarakan ketertiban hukum;
c. Mencapai kesejahteraan umum.
4

Dalam konsep dan ajaran Plato, tujuan negara adalah memajukan kesusilaan
manusia, sebagai perseorangan dan sebagai makhluk sosial.
Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan negara adalah
manusia menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga
intervensi pihak-pihak asing. Menurut Ibnu Khaldun, tujuan negara adalah
mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan
akhirat.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan
UUD 1945) adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan dalam penjelasan UUD 1945, Indonesia
ditetapkan sebagai negara hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka. Dari
penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara
hukum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mebentuk suatu
masyarakat adil dan makmur.

1. Bentuk-bentuk negara

B. Bentuk-Bentuk Negara

Bentuk negara dalam konsep dan teori modern saat ini terbagi dalam dua
bentuk negara, yaitu negara kesatuan (unitarisme) dan negara serikat (federasi).

a) Negara Kesatuan
Negara kesatuan merupakan bentuk negara yang merdeka dan
berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur
seluruh daerah. Negara kesatuan juga terbagi kedalam dua macam, yaitu:

a. Sistem sentralisasi, yaitu sistem yang pemerintahannya diatur


langsung oleh pemerintah pusat, sementara daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
5

b. Sistem desentralisasi, yaitu kepala daerah (pemerintah daerah) diberi


kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya atau
biasa disebut otonomi daerah atau swatantra.
b) Negara Serikat (Federasi)
Negara serikat (Federasi) merupakan bentuk negara gabungan dari
beberapa negara begian dari negara serikat. Negara-negara bagian
tersebut pada awalnya merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan
berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat,
negara bagian tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan
menyerahkannya pada negara serikat (limittatif).

c. Sistem sentralisasi, yaitu sistem yang pemerintahannya diatur


langsung oleh pemerintah pusat, sementara daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
d. Sistem desentralisasi, yaitu kepala daerah (pemerintah daerah)
diberi kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah
tangganya atau biasa disebut otonomi daerah atau swatantra.
c) Negara Serikat (Federasi)
Negara serikat (Federasi) merupakan bentuk negara gabungan dari
beberapa negara begian dari negara serikat. Negara-negara bagian
tersebut pada awalnya merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan
berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat,
negara bagian tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan
menyerahkannya pada negara serikat (limittatif).

C. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia

Persoalan hubungan Islam dan negara di Indonesia sudah banyak terlihat di media
sosial untuk menolak namanya gerakan kholifah atau bisa di sebut juga mendirikan
negara berdasarkan syariat Islam yang sekarang ini marak di bicarakan karena terjadi
nya kenaikan bahan pokok yang ahir ahir ini menetap naik. nah untuk persoalan ini kita
6

bisa membagi menjadi 2 bagian, yaitu hubungan yang bersifat antagonistik dan
hubungan yang bersifat akomodatif.

a) Hubungan Agama dan Negara yang Bersifat Antagonistik


Eksistensi Islampolitik (politik Islam) pada masakemerdekaan samapi
pascarevolusi pernah dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik basis
kebangsaan negara. Persepsi ersebut membawa implikasi terhadap keinginan negara
untuk berusaha menghalangi dan melakukan domestikasi terhadap gerak ideologis
politik Islam.
Lebih lanjut, Bahtiar mengatakan bahwa di Indonesia akar antagonisme
hubungan politik antar Islam dan negara tidak dapat dilepaskan dari konteks
kecerendungan pemahaman keagamaan yang berbeda. Awal hubungan yang
antagonistik ini dapat ditelusuri dari masa pergerakan kebangasaan, ketika elite politik
nasional terlibat dalam perdebatan tentang kedudukan Islam di alam Indonesia merdeka.
Upaya untuk menciptakan sebuah sintesis yang memungkinkan antara Islam dan negara
bergulir terus hingga periode kemerdekaan dan pascarevolusi.

d) Hubungan Agama dan Negara yang Bersifat Akomodatif


Gejala menurun nya ketegangan hubungan antara Islam dan negara terlihat pada
pertengahan tahun 1980-an. hal ini ditandai dengan semakin besarnya peluang umat
Islam dalam mengembangkan wacana politiknya serta munculnya kebijakan-kebijakan
tersebut berspektrum luas, ada yang bersifa struktural, legislatif, Infrastruktural, dan
kultural (Bahtiar Effendy, 2001:35)
Kecerendungan akomodasi negara terhadap Islam juga -menurut Affan Gaffar-
ditengarai dengan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dan
keagamaan serta kondisi dan kecerendungan politik umat Islam sendiri (M. Imam Aziz
et.al, 1993: 105). Pemerintah menyadari bahwa umat Islam merupakan kekuatan polotik
yang potensial, yang karenanya negara lebih memilih akomodasi terhadap Islam,
konflik akan sulit di hindari yang pada ahirnya akan membawa imbas terhadap proses
pemeliharaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7

D. Sejarah Lahirnya Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) - constitutie (Bhs. Belanda)
-constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam
bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya dengan UUD.
Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang
disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu
negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi,
pengertian konstitusi:
1. Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih
luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.
4. Dalam terminilogi hukum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berarti kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja
sama antar sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5. Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hukum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip
yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara
keduanya.
8

a) Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenang pemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya tujuan konstitusi
merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang berpembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara
maupun setiap penduduk di pihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham
tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap
penduduk di pihak lain.

E. Perubahan Konstitusi di Indonesia

Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang


untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai
Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan
Belanda”.

Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945


sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi
tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta
sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari
Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan
9

Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan


nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945.

BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi


Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya
antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-lain.

UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di


kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi
nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan sehingga
lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus
1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa
keputusan sebagai berikut :

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya


diambil dari rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia
perumus pada tanggal 22 Juni 1945.

2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir


seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang
UUD tanggal 16 Juni 1945.

3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai


presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil
presiden.

4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).

a) Perubahan Konstitusi di Indonesia


1. UUD 1945 Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949
2. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949
3. Periode Berlakunya UUDS 1950
10

4. UUD 1945 Periode 5 Juli 1959019 Oktober 1999


5. UUD 1945 Periode 19 Oktober 1999-Sekarang
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh


sejumlah pejabat yang berhak menuntut dari warga negaranya untuk taat pada
peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari
kekuasaan yang sah.Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian
yaitu tertulis (undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga
dengan konvensi.Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang
demokratis bagi seluruh warga Negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H. Mahpudin Noor, M. d. (2016). Pancasila. Dalam M. Dr. Beni Ahmad Sabaeni
(Penyunt.). Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Diambil kembali dari http://ratih24eka.blogspot.co.id/2014/03/

Diambil kembali dari http://journal.uinjkt.ac.id/

Diambil kembali dari http://serba-makalah.blogspot.co.id/

Diambil kembali dari http://bagusesupono.blogspot.ac.id/

Diambil kembali dari https://dukunhukum.wordpress.com/

Diambil kembali dari https://rahmiendah.wordpress.com/

Diambil kembali dari http://umum-pengertian.blogspot.co.id/

12

Anda mungkin juga menyukai