DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
LAMPIRAN..................................................................................................... 85
DAFTAR PENYUSUN....................................................................................... 86
ModulPerencanaan
Modul PerencanaanPembangunan
PembangunanDaerah
Daerah 5
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
terutama dari unsur PNS yang menjalankan tugas pokok dan fungsi di masing-masing
perangkat daerah sesuai penempatannya.
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diklat atau pembaca diharapkan mampu
memahami arti pentingnya perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan
pelaksanaan pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
B. Tujuan Khusus
Melalui pembelajaran materi yang termuat dalam modul ini diharapkan peserta
diklat atau pembaca dapat :
Modul
Modul Perencanaan
Perencanaan Pembangunan
Pembangunan Daerah
Daerah 8
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB II
POKOK-POKOK PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
2. Tujuan Perencanaan
Secara umum kegiatan perencanaan memiliki tujuan yaitu:
a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah;
b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029.
disepakati antara kepala daerah dengan DPRD. Selain itu dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai
kewenangan membatalkan Peraturan Daerah kabupaten/kota yang tidak
menindaklanjuti hasil evaluasi gubernur.
2) Pertahanan
Misal: mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan damai
dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam
keadaan bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan
negara dan persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela
negara bagi setiap warga negara.
3) Keamanan
Misal: mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan
keamanan nasional, menindak setiap orang, kelompok atau organisasi yang
kegiatannya mengganggu keamanan negara.
4) Yustisi
Misal: mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jaksa,
mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman dan
keimigrasian, memberikan grasi, amnesti dan abolisi, membentuk undang-
undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan
pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional.
6) Agama
Misal: menetapkan hari libur keagamaan yang berlakus secara nasional,
memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan
kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan.
Selain urusan tersebut di atas dalam Pasal 219 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat Penunjang Urusan Pemerintahan,
meliputi:
- Perencanaan;
- Keuangan;
- Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan;
- Penelitian dan Pengembangan;
- Fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ABSOLUT
KONKUREN PEMERINTAHAN UMUM
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan Menjadi Kewenangan
3. Keamanan Presiden Sebagai Kepala
4. Yustisi Pemerintahan.
5. Moneter dan fiskal nasional
6. Agama
WAJIB PILIHAN
Gambar 1
Klasifikasi Urusan Pemerintahan
Pengertian data adalah keterangan obyektif tentang suatu fakta baik dalam
bentuk kuantitatif, kualitatif maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik
melalui observasi langsung maupun dari yang sudah terkumpul dalam bentuk
cetakan atau perangkat penyimpan lainnya. Adapun informasi adalah data yang
sudah terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu
fakta.
C. Sikap Kerja
-
ModulPerencanaan
Modul PerencanaanPembangunan
PembangunanDaerah
Daerah
23
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB III
RUANG LINGKUP, PRINSIP, DAN PENDEKATAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Gambar 2
Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah
a. RPJPD merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok
pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun yang disusun
dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata ruang wilayah. RPJPD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) paling lama 6 (enam) bulan
setelah RPJPD periode sebelumnya berakhir. RPJPD menjadi pedoman dalam
perumusan visi, misi dan program calon kepala daerah.
b. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang
memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan
keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah
yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu
5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.
RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) paling lama 6 (enam)
bulan setelah kepala daerah terpilih dilantik. RPJMD digunakan sebagai
instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
c. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah yang memuat rancangan
kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja
dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program strategis nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. RKPD ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Daerah (Perkada). RKPD selain digunakan sebagai instrumen evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah juga menjadi pedoman kepala daerah
dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS).
a. Pendekatan teknokratis
Pendekatan teknokratis yaitu pendekatan dengan menggunakan metode
dan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
daerah. Metode dan kerangka berpikir ilmiah tersebut merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait
perencanaan pembangunan berdasarkan bukti fisis, data dan informasi yang
akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Metode dan kerangka berpikir
ilmiah dimaksud antara lain digunakan untuk:
b. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholders) dengan mempertimbangkan:
c. Pendekatan Politis
Pendekatan politis mengandung makna bahwa program-program
pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih pada saat kampanye, disusun ke dalam rancangan
RPJMD, melalui:
• Penerjemahan yang tepat dan sistematis atas visi, misi, dan program
kepala daerah dan wakil kepala daerah ke dalam tujuan, strategi,
kebijakan, dan program pembangunan daerah selama masa jabatan;
• Konsultasi pertimbangan dari landasan hukum, teknis penyusunan,
sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran pembangunan nasional dan
pembangunan daerah; dan
• Pembahasan dengan DPRD dan konsultasi dengan pemerintah untuk
penetapan produk hukum yang mengikat semua pemangku kepentingan.
Gambar 3
Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
C. Sikap Kerja
-
Modul
Modul Perencanaan
Perencanaan Pembangunan
Pembangunan Daerah
Daerah 31
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB IV
PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH (RPJPD)
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD serta
gubernur menetapkan rancangan Perda Provinsi tentang RPJPD menjadi Perda,
Menteri membatalkan Perda dimaksud.
Dalam hal hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/wali kota dan
DPRD kabupaten/kota, dan bupati/wali kota menetapkan rancangan Perda
Kabupaten/Kota tentang RPJPD menjadi Perda, gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat membatalkan Perda dimaksud.
6. Penetapan RPJPD
Peraturan Daerah tentang RPJPD provinsi dan Peraturan Daerah tentang
RPJPD kabupaten/kota ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah RPJPD
periode sebelumnya berakhir. Selanjutnya RPJPD yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah provinsi dan Peraturan Daerah kabupaten/kota, menjadi
pedoman penyusunan visi, misi dan program calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah.
Modul
ModulPerencanaan
PerencanaanPembangunan
PembangunanDaerah
Daerah 38
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB V
PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DAERAH (RPJMD)
7. Penetapan RPJMD
Peraturan Daerah tentang RPJMD provinsi dan Peraturan Daerah tentang
RPJMD kabupaten/kota ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala
daerah terpilih dilantik. Peraturan Daerah tentang RPJMD provinsi disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan,
sedangkan Peraturan Daerah tentang RPJMD kabupaten/kota disampaikan
kepada Gubernur paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan dengan tembusan
kepada Menteri Dalam Negeri.
Alur penyusunan RPJMD provinsi dan kabupaten/kota terlihat sebagaimana
Gambar 4 dan 5 berikut.
Pembentukan Tim
RPJPD Penyusun & Pokja RPJMD
Ranc. Akhir
Renstra PD
Penyusunan
Rancangan RPJMD
Penyelarasan dg KLHS
Penetapan
& Perumusan Ranc.
MUSRENBANG RPJMD Perda RPJMD
Akhir RPJMD
Persetujuan Evaluasi
Pembahasan Raperda Penyempurn
Raperda
Raperda RPJMD RPJMD antara aan Raperda
RPJMD ke
oleh Pansus DPRD Gubernur & RPJMD
Kemendagri
DPRD
Gambar 4
Alur Penyusunan RPJMD Provinsi
Pembentukan Tim
RPJPD Penyusun & Pokja RPJMD
Ranc. Akhir
Penyusunan Renstra PD
Rancangan RPJMD
Penyelarasan dg KLHS
Penetapan
& Perumusan Ranc.
MUSRENBANG RPJMD Perda RPJMD
Akhir RPJMD
Persetujuan Evaluasi
Pembahasan Raperda Penyempurn
Raperda
Raperda RPJMD RPJMD antara aan Raperda
RPJMD ke
oleh Pansus DPRD Gubernur & RPJMD
Provinsi
DPRD
Gambar 5
Alur Penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota
Modul
ModulPerencanaan
PerencanaanPembangunan
PembangunanDaerah
Daerah
49
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB VI
PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
Gambar 6
Tahapan Pelaksanaan Musrenbang RKPD
6. Penetapan RKPD
RKPD provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah RKP ditetapkan.
RKPD provinsi yang telah ditetapkan dijadikan pedoman penyem-purnaan
rancangan Renja PD provinsi dan rancangan akhir RKPD kabupaten/kota.
Alur penyusunan RKPD provinsi dan kabupaten dapat dilihat pada Gambar 7
dan Gambar 8 berikut.
Gambar 7
Alur Penyusunan RKPD Provinsi
Gambar 8
Alur Penyusunan RKPD Kabupaten/Kota
Modul
Modul Perencanaan
Perencanaan Pembangunan
Pembangunan Daerah
Daerah 59
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB VII
PENYUSUNAN
RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
(RENSTRA PD)
Gambar 9
Gambar Alur Penyusunan Renstra
Modul
ModulPerencanaan
PerencanaanPembangunan
PembangunanDaerah
Daerah
65
Modul Pelatihan Teknis Administrasi Dasar
BAB VIII
PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA
PD)
BAB IX
PROSES PENYUSUNAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DERAH
Sedangkan isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang
signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Suatu
kondisi/kejadian yang menjadi isu trategis adalah keadaan yang apabila tidak
diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam
hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Karakteristik suatu isu strategis
adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang,
mendesak, bersifat kelembangaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di
masa yang akan datang.
a. Menggambarkan arah yang jelas tentang kondisi masa depan yang ingin dicapai
dalam jangka waktu mendatang (clarity of direction);
b. Menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang
perlu diselesaikan;
c. Disertai dengan penjelasan yang lebih operasional sehingga mudah dijadikan
acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program (articulative);
d. Disertai penjelasan mengapa visi tersebut dibutuhkan, dan relevansinya dengan
permasalahan dan potensi pembangunan.
Sedangkan misi merupakan kalimat yang berisi tujuan dan alasan keberadaan
suatu organisasi atau daerah untuk masyarakat, dan dapat menjadi arah bagi
sebuah organisasi atau daerah untuk melangkah. Misi adalah rumusan umum
mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan
misi yang baik membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan
menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen
perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi
tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan
yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam
rangka mencapai perwujudan visi. Oleh karena itu, pernyataan misi sebaiknya
menggunakan bahasa yang sederhana, ringkas dan mudah dipahami tanpa
mengurangi maksud yang ingin dijelaskan.
a. Menyusun alternatif pilihan langkah yang dinilai realistis dapat mencapai tujuan
dan sasaran;
b. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk
setiap langkah yang akan dipilih;
c. Melakukan evaluasi untuk menentukan pilihan langkah antara lain dengan
menggunakan metode SWOT.
Arah kebijakan merupakan pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi
yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke
waktu dalam jangka waktu tertentu. Rumusan arah kebijakan merasionalkan
pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan
pelaksanaannya. Dengan ditetapkan arah kebijakan dapat menghubungkan
strategi pada sasaran. Selain itu dapat pula diterangkan secara logis kapan suatu
5. Penetapan program
Pengertian sebuah program adalah cara untuk mencapai target kinerja
sasaran melalui strategi dan arah kebijakan. Dalam menetapkan program yang
akan dilaksanakan, hal penting yang harus diperhatikan adalah sebuah program
harus berhubungan langsung dengan strategi yang telah dipilih dalam rangka
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Keterkaitan antara program dengan
strategi dan arah kebijakan menunjukkan pentingnya kejelasan hubungan antara
program dengan sasarannya. Dalam hal penamaan program, harus dengan kalimat
sederhana, ringkas mudah dimengerti sehingga dapat dijabarkan dalam kegiatan.
6. Indikator kinerja
Indikator kinerja dapat didefinisikan antara lain sebagai berikut:
kinerja. Oleh karena itu, target kinerja harus menggambarkan secara langsung
pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah daerah dan memenuhi
kriteria specific, measurable, achievable, relevant, time bond dan continously
improve (SMART-C).
a. Exact: ukuran yang ideal untuk mengukur hasil pencapaian sasaran strategis
yang diharapkan;
b. Proxy: indikator yang mengukur hasil tidak secara langsung, tetapi sesuatu yang
mewakili hasil tersebut;
c. Activity: indikator kinerja yang mengukur jumlah, biaya, dan waktu dari kegiatan-
kegiatan yang berdampak pada sasaran strategis yang bersangkutan.
Indikator kinerja dipilih seyogyanya merupakan indikator kinerja exact,
karena indikator dimaksud memiliki gap mendekati nol atau sama sekali tidak ada
gap dalam menjelaskan. Dalam hal karena kesulitan dalam mendapatkannya,
dimungkinkan digunakannya indikator proxy atau activity dengan catatan bahwa
terus diupayakan untuk mendapatkan (yang mengarah pada) indikator exact.
Gambar 10
Arsitektur Kinerja Pembangunan Daerah
Gambar 11
Arsitektur Kinerja Perencanaan Pembangunan Daerah (menurut jenis dokumen)
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
B. Buku Referensi
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2016, Modul Diklat Perencanaan Pendidikan;
2. Lembaga Administrasi Negara-RI :Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III,
Pembangunan Daerah, Sektor dan Nasional, Tahun 2005;
D. Referensi Lainnya
-
A. Daftar Peralatan/Mesin
2.
B. Daftar Bahan
2. Kertas HVS A4
3. ballpoint
LAMPIRAN
LAPORAN KERJA
TANGGAL : ……………………………………………………………….
PENILAIAN
HASIL
NO SPESIFIKASI Tidak
PEMBUATAN Sesuai
Sesuai
1 Identifikasi Permasalahan
dan Isu Pembangunan
2 Indikator Kinerja
Pembanguna
3 Waktu pengerjaan
Peserta Pengajar
………………………. ……………………..
1.
2.
3.
87