Anda di halaman 1dari 44

ANTITUBERKULOSIS

Tim Dosen Farmakologi


Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
TBC
Mikroorganisme penyebab ! mycobacteria
Mycobacterium tuberculosis
basil gram +, bentuk batang, dinding sel
mengandung komplek lipida-glikolipida
dan lilin — sulit dtembus zat kimia
lainnya : Mycobacterium leprae
Beberapa mycobaceria atypical
Mycobacteria
● Mikroorganisme yang pertumbuhan/
perkembangannya lambat! relatif resisten
terhadap antibiotik
● Tahan asam
● Bisa resisten terhadap beberapa antibiotik
● Dinding sel mycobacteria impermeabel
terhadap banyak obat! sulit berpenetrasi
● Pemberian AB tunggal ! resistensi timbul
cepat
● ! diperlukan kombinasi obat
Infeksi oleh Mycobacterium
● Simptomatik atau asimptomatik
● Penyembuhan sulit
● ! kronik

Faktor yang mempersulit penyembuhan :


1.Kurangnya daya tahan tubuh hospes thd
mikobakteria
2.Kurangnya daya bakterisid obat
3.Resistensi kuman
4.Efek samping obat
Tuberkulosis berdasarkan tempat/
organ yang diserang

o 1. Tuberkulosis Paru : BTA positif dan BTA


negatif
o 2. Tuberkulosis Ekstra Paru
o menyerang organ selain paru, misal :
pleura, selaput otak, kelenjar limfe, dll
Tuberkulosis berdasarkan riwayat
pengobatan
o Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
o Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
o Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09).
o Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah
berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
o Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih;
atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke 2 pengobatan.
o Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2.
Prinsip Pengobatan
o Menghindari penggunaan monoterapi. Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam
bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai
dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
o Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam
menelan obat, pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
2 tahap pengobatan TB
o 1. Tahap Intensif
o Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
o Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu.
o Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan.
o 2. Tahap Lanjutan
o Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
o Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Antituberkulosis
● Diindikasikan untuk tuberkulosis
● Penggunaan berdasarkan :
● Efikasi
● Safety

● Klasifikasi
● First line
! Efektivitas tinggi, toksisitas masih dpt
diterima
● Second line
! Kurang efektif, pertimbangan resistensi &
kontraindikasi penderita
Antituberkulosis
First Line Drug Second Line Drug

● Isoniazid (INH)- ● Kapreomisin


bakterisid ● Etionamid
● Etambutol ● Rifabutin
● Streptomisin ● Amikasin
● Rifampisin ● Sikloserin
● Pirazinamid ● Viomisin
● Fluorokuinolon
● Kanamisin
● P-aminosalisylic acid
TBC
● Terapi TBC dan hubungannya dengan
kuman penyebab (mycobacteria)
● Masalah ! kompleksnya terapi TBC
● Infeksi :
● Kronik
● Keadaan hiperakut!komplikasi!kematian
TBC
● Organisme penyebab :
● Intrasel
● Membutuhkan waktu yang lama untuk
menginaktifkan metabolismenya
● Kecenderungan untuk menjadi resisten
(terhadap 1 jenis obat)

● Untuk mencegah terjadinya resistensi :


!kombinasi first line drug
Regimen Terapi TBC
● Short course : 6-9 bulan
● Kombinasi first line drug:
INH+Rifampisin+obat TB lain

● Long Course : 18-24 bulan


● Misal pada terapi TBC-meningitis, miliary TBC
● Kombinasi first line drug, tanpa rifampisin
Terapi TBC
● Terdiri dari ≥ 2 anti TB
● Penggunaan cukup lama untuk :
● Mensterilisasi lesi
● Prevent relapse
● 3-6 bulan setelah sputum (-)
Tujuan terapi TBC
● Mengeleminasi kuman TBC
● Mencegah relapse
● To make non-infectious state as rapid as
possible
● To maintain the state permanently
ISONIAZID (INH)
● Pada kuman TB yang aktif ! bakterisidal
(membunuh 90% populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan.)
● Aktivitasnya kecil (<<) pada banyak
mycobacterial atypical
● Aktivitas + pada mycobacterial intrasel
maupun ekstrasel
INH
● Mekanisme kerja : menghambat sintesis
enzym yang penting dalam sintesis asam
serta dinding sel mikobakteria
● Tidak terjadi resitensi silang dengan
rifampisin dan etambutol

Kombinasi INH dengan kedua obat tersebut


! memperlambat terjadinya resistensi
Efek samping INH
o Ringan : Tanda tanda keracunan pada saraf
tepi, kesemutan, dan nyeri otot atau
gangguan kesadaran. Efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian piridoksin
(vitamin B6 dengan dosis 5 - 10 mg per
hari atau dengan vitamin B kompleks)
o Berat : Hepatitis
Farmakokinetika INH
● Absorpsi di saluran cerna cepat
● Bioavailabilitas 90%
● Distribusi ke seluruh tubuh
● Konsentrasi di intrasel= konsentrasi di
ekstrasel
● Metabolisme di hati! asetilasi
● Rapid acetylators
● Slow acetylators
Rifampisin
● Derivat semisintetik rifampisin B
● Dari Streptomyces mediterranei
● Hambat pertumbuhan kuman gram positif dan
gram negatif
● Bakterisid, dapat membunuh kuman semi-
dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
● Mekanisme kerja:
● Hambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan
menekan mula terbentuknya rantai dalam sintesis
RNA
Farmakokinetik Rifampisin
● Absorpsi peroral cukup
● Dihambat oleh adanya makanan
● Mengalami sirkulasi entrohepatik
● Menyebabkan induksi metabolisme (obat
hipoglikemik oral, kortikosteroid,
kontrasepsi oral me aktivitasnya)
● Distribusi keseluruh tubuh
● Warna merah jingga di : urin, tinja, ludah,
sputum, air mata dan keringat
Efek Samping Rifampisin
● Ruam kulit
● Demam
● Mual, muntah
● Pemberian dosis besar
! Flu like syndrome, nefritis interstisial,
nekrosis tubular, nekrosis tubular akut, dan
trombositopenia
Pirazinamid
● Pada pH netral inaktif
● Pada ph 5,5 ! bunuh basil TB intrasel
● M. avium kompleks!resisten
Farmakokinetika Pirazinamid
● Absorpsi peroral baik
● T1/2 : 9-10 jam
● Metabolisme : di hati
● Ekskresi di ginjal : 3% dalam bentuk utuh,
36% asam pirasinoat
Efek Samping Pirazinamid
● Hepatotoksisitas
● Nausea, vomitus
● Drug fever
● Hiperurisemia
Etambutol
● Bakteriostatik, dengan menekan
pertumbuhan kuman TB yang telah resisten
terhadap Isoniazid dan streptomisin.
● Mekanisme kerja :hambat sintesis
arabinogalaktan ! komponen penting untuk
dinding sel mycobacteria
● Meningkatkan aktivitas Anti TB lain yang
melintasi dinding sel
● Resistensi cepat terjadi
● Biasa diberikan dalam kombinasi
Farmakokinetik Etambutol
● Absorpsi per oral baik
● Ekskresi dalam bentuk utuh
● Di feces : 20%
● Di urin : 50%

● Pada pasien kelainan fungsi ginjal!


sesuaikan dosis
● Nefrotoksik
Efek Samping Etambutol
● Jarang terjadi reaksi hipersensitif
● Gangguan penglihatan
● Retrobulbair neuritis, dose related
● Kontraindikasi relatif: anak

● Gangguan penglihatan akan kembali normal


dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan
Streptomisin
o bakterisid, dapat membunuh kuman yang
sedang membelah
o Mekanisme kerja berdasarkan
penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA
ribosomal.
Streptomisin
● Farmakokinetik
● Absorpsi oral buruk
● Pemberian IM lebih baik
● Distribusi : semua cairan ekstrasel
● Ekskresi di ginjal
● menembus barier placenta dan dapat menyebabkan
permanent ototoxic terhadap janin

● Efek samping:
● kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran: Ototoksisitas
● Nefrotoksisitas
Kapreomisin
● Dihasilkan oleh Streptomyces sp.
● Digunakan untuk M. tuberculosis yang resisten
terhadap antituberkulosis primer
● Bakteriostatik
● Dapat digunakan untuk kuman yang telah
resisten terhadap streptomisin
● ES:
● Nefrotoksisitas
● Merusak saraf otak VIII
● Hipokalemia
● Leukopenia
● trombositopenia
Etionamid
● Zat warna kuning, tidak larut dalam air
● Hambat pertumbuhan M. tuberculosis
● Basil yang sudah resisten terhadap
tuberkulostatik lain, masih sensitif terhadap
etionamid
● Farmakokinetika :
● Absorpsi per oral mudah
● Distribusi cepat, luas dan merata
● Ekskresi di ginjal, dalam bentuk metabolitnya
● Efek samping : anoreksia, mual, muntah,
hipotensi postural, depresi mental, rasa kecap
metalik
PAS (Asam Paraamino Salisilat)
● Bakteristatik
● Efektivitas < streptomisin, INH, rifampisin
● Farmakokinetik :
● Absorpsi di saluran cerna baik
● Ekskresi di ginjal : 80%
● ES : mual, gangguan saluran cerna lain,
kelainan darah, reaksi hipersensitifitas
● PAS+Rifampisin: menghambat absorpsi
rifampisin
Kanamisin dan Amikasin
● Antituberkulosis lini kedua
● Bakterisidal
● Hambat sintesis protein bakteri
● Untuk mikobakteria yang multi drug
resistant
Rifabutin
● Antibiotik derivat rifamisin, seperti
rifampisin dan rifapentin
● M. tuberkulosis, M. avium-intraseluler dan
M. fortuitum
● Aktifitas mirip rifampisin
● Terjadi resistensi silang dengan rifampisin
Regimen Pengobatan
o kode standar yang menunjukkan tahap dan lama
pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau
selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap.
Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE
o Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat
yang dipakai, yakni : H = Isoniazid;R = Rifampisin;Z
= Pirazinamid;E = Etambutol;S = Streptomisin
o Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan
waktu atau frekwensi. Angka 2 didepan seperti pada
“2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari
satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka
dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya
dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan).
Paduan OAT Yang Digunakan Di
Indonesia
o Paduan pengobatan yang digunakan oleh
Program Nasional Penanggulangan TB oleh
Pemerintah Indonesia :
o • Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
o • Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
o • Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3.
o • Disamping ketiga kategori ini, disediakan
paduan obat sisipan (HRZE)
KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)
o Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan
setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang
terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan.
o Obat ini diberikan untuk:
o Penderita baru TB Paru, BTA Positif.
o Penderita baru TB Paru, BTA negatif
Rontgen Positif sakit berat
o Penderita TB Ekstra Paru berat
KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/
5H3R3E3)
o Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri
dari 2 bulan dengan HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1
bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan
dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE
yang diberikan tiga kali dalam seminggu.

o Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+)


yang sebelumnya pernah diobati, yaitu:
o • Penderita kambuh (relaps)
o • Penderita gagal (failure)
o • Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after
default).
KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)
o Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan
setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri
dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
o Obat ini diberikan untuk:
o • Penderita baru BTA negatif dan röntgen
positif sakit ringan,
o • Penderita TB ekstra paru ringan.
Pengobatan TB Pada Anak
o Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak
berbeda dengan pada orang dewasa, tetapi
ada beberapa hal yang memerlukan
perhatian:
o • Pemberian obat baik pada tahap intensif
maupun tahap lanjutan diberikan
o setiap hari.
o • Dosis obat harus disesuaikan dengan berat
badan anak
o Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ/
4HR
OAT-FDC
o Obat ini pada dasarnya sama dengan obat
kompipak, yaitu rejimen dalam bentuk kombinasi,
namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3
atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.
o WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC
karena beberapa keunggulan dan keuntungannya
dibandingkan dengan OAT dalam bentuk
kombipak apalagi dalam bentuk lepas.
o Paduan pengobatan OAT-FDC yang tersedia saat
ini di Indonesia terdiri dari: 2(HRZE)/4(HR)3
untuk Kategori 1 dan Kategori 3 2(HRZE)S/
1(HRZE)/5(HR)3E3 untuk Kategori 2
TUGAS
● Presentasi tentang TBC
▪ Pengobatan TBC
▪ Penilaian Hasil Pengobatan
Tugas Presentasi
Kelompok 1&4
TBC
▪ Pengobatan TBC
▪ Penilaian Hasil Pengobatan
▪ Terapi kortikosteroid pada TBC
Kelompok 2&5
Leprostatik
▪ Pemilihan obat
▪ Regimen Pengobatan
Kelompok 3&6
Antivirus
● Pemilihan obat pada infeksi virus: HIV/Aids,
Herpes,Varicella-Zoster, Cytomegalovirus, EBV

Anda mungkin juga menyukai