“GANGGUAN KOGNITIF”
DISUSUN OLEH :
Ega Yugesti Sari ( 1810901016 )
DOSEN PENGAMPU:
Umi Nur Holifah, M. Psi.
A. Ganggguan Inteligensi
Menurut Solso (1998) dalam buku Candra ( I Gusti Ayu Harini, dan I
Nengah Sumirta, 2017) mendefinisikan inteligensi adalah sebgai kemampuan
dalam memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan pengetahuan
untuk memahami berbagai konsep konkret dan abstrak, serta menghubungkan
diantara objek dengan gagasan, menggunakan pengetahuan dengan cara-cara
efektif.
Menurut Maramis (2004), gangguan inteligensi yang paling sering
ditemukan adalah retardasi mental dan demensia. Retardasi mental adalah
keadaan dengan inteligensi kurang sejak masa perkembangkan. Retardasi
mental ada yang primer disebabkan kemungkinan faktor keturunan,
sedangkan retardasi mental sekunder disebabkan oleh faktor yang dari luar
misalnya gangguan metabolisme gizi. Gejala dan tanda retardasi mental
adalah: kapasitas kecerdasannya (IQ) sangat rendah, daya ingat lemah, tidak
mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh terhadap lingkungan, minat
hanya mengarah pada hal-hal sederhana, perhatiannya mudah berpindah-
pindah, keterbatasan emosi, dan adanya kelainan jasmani yang khas.
Demensia adalah kemunduran inteligensi karena kerusakan otak yang sudah
tidak bisa diperbaiki lagi. Orang yang mengalami demensia adalah orang
yang tidak bisa mengingat sesuatu yang telah dialaminya. (Candra, I Gusti
Ayu Harini, dan I Nengah Sumirta, 2017)
B. Gangguan Kognitif
Menurut APA (2000) gangguan kognitif (cognitive disorder) meliputi
gangguan dalam pikiran atau ingatan yang menggambarkan perubahan nyata
dari tingkat fungsi individu sebelumnya. Pada dasarnya ganggan ini tidak
memiliki dasar psikologis, gangguan ini disebabkan oleh kondisi fisik atau
medis dalam pengggunaan obat yang mempengaruhi fungsi dari otak.
Gangguan kognitif terjadi apabila otak mengalami kerusakan, dalam
kemampuannya mengalami gangguan akibat dari luka-luka, penyakit,
keterpaparan terhadap racun-racun, atau penyalanhgunaan obat-obatan. Orang
yang mengalami gangguan kognitif sepenuhnya memerlukan bantuan orang
lain seperti halnya makan, beraktivitas di toilet, dan sebagainya. Terdapat tiga
jenis utama dalam gangguan kognitif, yaitu (Nevid, JS., Spencer A R., &
Beverly G. 2005)
a. Delirium
b. Demensia
c. Gangguan amnestik
Gangguan kognitif ringan merupakan area abu-abu antara perubahan
pada penuaan normal atau demensia yang terjadi sangat awal. Kriteria
gangguan kognitif ringan yang bisa didapatkan dari anamnesis yaitu, (Sunarti,
Retty, dkk. 2019):
a. Keluhan ingatan yang dikuatkan dengan keterangan informan.
b. Gangguan untuk ingatan untuk usia dari uji psikometrik
c. Fungsi kognitif umum yang normal
d. Berinteraksi dalam aktivitas sehari-hari
e. Tidak gila
Gangguan Memori
Ya Tidak
4. Investigasi
Menurut Geda (2012) dalam buku Sunarti, (Retty, dkk. 2019)
investigasi dapat meliputi:
a. Uji psikometrik
b. Pencitraan persarafan otak yaitu CT Scan atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dari kepala, Single-Photon Emission Computed
Tomogramphy (SPECT) Scan, atau Positron Emission Tomography (PET)
Scan.
c. Pencitraan molekular yaitu pencitraan Pittsburgh Compound B (PiB). PiB
adalah pelacak dalam pemindaian PET yang dapat memberi label amyloid
fibrilar dan memungkinkan penilaian kelainan amyloid serebral pada
manusia yang masih hidup.
5. Terapi
Tidak ada terapi medis yang spesifik untuk gangguan kognitif ringan.
Akan tetapi, penting bagi klinisi bekerja sama dengan pasien dan keluarga
untuk mempertimbangkan pilihan terapi penyakit Alzheimer yang
memungkinkan dapat memberikan manfaat pada pasien dengan gangguan
kognitif ringan. (Sunarti, Retty, dkk. 2019)
DAFTAR PUSTAKA