Anda di halaman 1dari 21

PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN

KLASIFIKASI SEWA GUNA USAHA PEMBIAYAAN DAN


OPERASI
PENERAPAN PSAK 30 DAN 73 PADA PT PLN

Di susun oleh Kelompok 1

1. RASMON 1910247692
2. ZULFAN HERI 1910247713
3. EM FIKRI ALFIANSYAH 1910247715

DOSEN : Dr. Novita Indrawati., S.E., M.Si., Ak, CA

PROGRAM STUDI STRATA 2 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee
melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. .
Sewa operasi adalah sewa selain sewa pembiayaan. Sewa pembiayaan adalah sewa yang
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu
aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak dialihkan.
Sewa yang tidak dapat dibatalkan adalah sewa yang hanya dapat dibatalkan:
(a) Dengan terjadinya kondisi kontinjensi yang kemungkinan terjadinya sangat kecil;
(b) Dengan persetujuan lessor;
(c) Jika lessee mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang setara
dengan lessor yang sama; atau
(d) Bila ada pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee sehingga secara
ekonomis dapat dipastikan tidak akan ada pembatalan.

B. Ruang Lingkup
a. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam dan sumber
daya lainnya yang tidak dapat diperbarui; dan
b. Perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip
(karya tulis), hak paten dan hak cipta
Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran:
c. Properti investasi yang diserahkan oleh lessor yang dicatat sebagai sewa operasi (PSAK 13:
Properti Investasi)
d. Properti investasi yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa operasi (PSAK 13:
Properti Investasi)
e. Aset biologis yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa pembiayaan

C. Istilah
a. Awal masa sewa adalah tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan asset sewaan,
tanggal ini merupakan tanggal pertama kali pengakuan sewa. (yaitu
pengakuan asset,leabilitas,pendapatan atau beban sewa )
b. Awal sewa adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian sewa dan tanggal
pihak berkomitmen terhadap persyaratan pokok sewa. Pada tanggal ini :
- Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan; dan
- Sewa untuk pembiayaan , di tentukan jumlah yang di akui pada awal masa sewa.
c. Biaya langsung awal adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan langsung pada
negoisasi dan pengaturan sewa, kecuali biaya yang di keluarkan oleh leasor pabrikan
atau dealer
d. Investasi sewa bruto adalah jumlah gabungan dari :
- Pembayaran sewa minimum yang akan di terima lessor dalam sewa pembayaran
- Nilai residu yang tidak dijamin yang memiliki hak lessor
e. Investasi sewa neto adalah investasi secara bruto yang didiskontokan dengan suka bunga
implisit dalam sewa
f. Masa sewa adalah periode yang tidak dapat dibatalkan yang mana lessee telah menyepakat
perjanjian untuk menyewa asset di tambah dengan persyaratan lain yang mana lessee
memiliki opsi untuk melanjutkan sewa tersebut , dengan atau tanpa pembayaran lebih lanjut ,
jika pada awal sewa hampir pasti lessee akan melaksanakan opsi tersebut.
g. Nilai residu yang dijamin adalah :
- Bagi lessee, bagian dari nilai residu yang dijamin oleh lessee atau pihak yang berelasi
dengan lessee ( jumlah jaminan adalah jumlah maksimum yang dapat menjadi terutang
dalam kondisi apa pun ); dan
- Bagi lessor,bagian nilai residu yang dijamin oleh lessee atau pihak ketifa yang tidak
berelasi dengan lessor yang secara finansial memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
kewajiban atas jaminan tersebut
h. Nilai residu yang tidak di jamin adalah bagian dari nilai residu asset sewaan yang nilai
realisasi nya tidak dapat di pastikan oleh lessor atau di jamin semata – mata oleh satu pihak
yang berelasi dengan lessor.
i. Nilai wajar adalah jumlah suatu asset di pertukarkan, atau liabilitas di selesaikan, antara
pihak- pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
yang wajar
j. Investasi sewa bruto adalah penjumlahan agregat dari:
- Pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan
- Nilai residu tidak dijamin yang menjadi hak lessor.
k. Investasi sewa neto adalah investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan tingkat bunga
implisit dalam sewa.
l. Penghasilan pembiayaan tangguhan adalah selisih antara:
- investasi sewa bruto sewa
- investasi sewa neto sewa.
m. Tingkat bunga implisit sewa adalah tingkat diskonto yang pada awal sewa, menghasilkan
penjumlahan agregat nilai kini dari:
- pembayaran sewa minimum
- nilai residu tidak dijamin sama dengan penjumlahan dari
n. Tingkat bunga pinjaman inkremental lessee adalah tingkat bunga yang harus dibayar lessee
dalam sewa yang serupa atau, jika tingkat bunga tersebut tidak dapat ditentukan, tingkat
bunga yang pada awal sewa yang harus ditanggung oleh lessee ketika meminjam dana yang
diperlukan untuk membeli aset tersebut yang mana
pinjaman ini mencakup periode dan jaminan yang serupa.
o. Rental kontinjen adalah bagian dari pembayaran sewa yang jumlahnya tidak tetap
tetapi didasarkan pada perubahan faktor tertentu di masa depan, selain faktor
perjalanan waktu (misalnya, persentase dari penjualan masa depan, jumlah
penggunaan masa depan, indeks harga masa depan, tingkat bunga pasar masa depan).
D. Klasifikasi Sewa
Kriteria suatu aset dikaui sebagi sewa pembiayaan, ketika :
1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diperkirakan cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dilaksanakan
3. Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomik aset
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum mendekati nilai
wajar aset
5. Aset sewaan bersifat khusus
Jika suatu aset mengandung elemen tanah dan bangunan, maka klasifikasi dilakukan
berdasarkan ISAK 25. Seluruh pembayran sewa minimum dialoksikan antara elemen tanah dan
bangunan pada awal sewa. Pengukuran secara terpisah tidak diperlukan jika lessee atas tanah
dan bangunan diklasifikasikan sebagai properti investasi. Ketika jumlah yang diakui tidak
dianggap material, maka tanah dan bangunan dapat diakui sebagai unit tunggal.

E. Laporan Keuangan Lessee

1. Sewa Pembiayaan

a. Pengakuan Awal
Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar
nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai
wajar. Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari
pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika
dapat ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman
inkremental lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke
dalam jumlah yang diakui sebagai aset.
Meskipun bentuk legal perjanjian sewa menyatakan bahwa lessee tidak
memperoleh hak legal atas aset sewaan, dalam hal sewa pembiayaan, secara
substansi dan realitas keuangan pihak lessee memperoleh manfaat ekonomik dari
pemakaian aset sewaan tersebut selama sebagian besar umur ekonomiknya. Sebagai
konsekuensinya lessee menanggung kewajiban untuk membayar hak tersebut
sebesar suatu jumlah, pada awal sewa, yang mendekati nilai wajar dari aset dan
beban keuangan terkait.

Sewa pembiayaan diakui dalam laporan posisi keuangan lessee sebagai aset
dan kewajiban untuk pembayaran sewa di masa depan. Pada awal masa sewa, aset
dan liabilitas untuk pembayaran sewa di masa depan diakui di laporan posisi
keuangan pada jumlah yang sama, kecuali untuk biaya langsung awal dari lessee
yang ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai aset
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung kepada aktivitas
lessee untuk suatu sewa pembiayaan ditambahkan ke jumlah yang diakui sebagai
aset. Contohnya biaya negosiasi dan pemastian pelaksanaan sewa.

b. Pengukuran Selanjutnya
Pembayaran sewa minimum dipisahkan antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas. Beban keuangan
dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas.
Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya.
Suatu sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset yang dapat
disusutkan dan beban keuangan dalam setiap periode akuntansi. Kebijakan
penyusutan untuk aset sewaan konsisten dengan aset yang dimiliki sendiri, dan
penghitungan penyusutan yang diakui berdasarkan PSAK 16 dan PSAK 19 Jumlah
yang dapat disusutkan dari aset sewaan dialokasikan ke setiap periode akuntansi
selama perkiraan masa penggunaan dengan dasar yang sistematis dan konsisten
dengan kebijakan penyusutan aset yang dimiliki. Jika terdapat kepastian yang
memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa,
perkiraan masa penggunaan aset adalah umur manfaat aset tersebut. Jika tidak,
maka aset sewaan disusutkan selama periode yang lebih pendek antara masa sewa
dan umur manfaat aset sewaan.

c. Pengungkapan Awal
(a) Jumlah neto jumlah tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal
pelaporan;
(b) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada
tanggal pelaporan, dengan nilai kininya. Selain itu, entitas mengungkapkan
total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal pelaporan, dan
nilai kininya, untuk setiap periode berikut:
(i) sampai dengan satu tahun;
(ii) lebih dari satu tahun sampai lima
tahun; (iii) lebih dari lima tahun.
(c) Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut;
(d) Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan
dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan (non-cancellable
subleases) pada tanggal pelaporan.
(e) penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, hal berikut:
(i) dasar penentuan utang rental kontinjen;
(ii) ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi perpanjangan atau
pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya; dan
(iii) pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya
yang terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa-lanjut.
2. Sewa Operasi
Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus
selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan
pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna

Pengungkapan
(a) Total pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut:
(i) sampai dengan satu tahun;
(ii) lebih dari satu tahun sampai lima
tahun; (iii) lebih dari lima tahun.
(b) Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut di masa depan dari
kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan (non-cancellable subleases) pada
tanggal pelaporan.
(c) Pembayaran sewa dan sewa-lanjut yang diakui sebagai beban periode berjalan,
dengan pengungkapan terpisah untuk masing-masing jumlah pembayaran
minimum sewa, rental kontinjen, dan pembayaran sewa-lanjut;
(d) Penjelasan umum perjanjian sewa lessee yang signifikan, yang meliputi, namun
tidak terbatas pada:
(i) dasar penentuan utang rental kontinjen;
(ii) eksistensi dan persyaratan untuk memperbarui kembali perjanjian sewa atau
adanya opsi pembelian dan klausul eskalasi; dan
(iii) pembatasan yang ada dalam perjanjian sewa, seperti pembatasan dividen,
utang tambahan, dan sewa lanjutan.

F. Laporan Keuangan Lessor

1. Sewa Pembiayaan

a. Pengakuan Awal
Lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di laporan posisi
keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa netotersebut.
penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok
dan penghasilan pembiayaan yang diterima lessor sebagai penggantian dan
imbalan atas investasi dan jasanya.

Lessor sering kali mengeluarkan biaya langsung awal yang meliputi antara
lain komisi, biaya legal, dan biaya internal yang inkremental dan dapat diatribusikan
langsung dengan proses negosiasi dan pengaturan suatu sewa. Biaya langsung awal
tidak termasuk biaya umum seperti yang lazimnya dikeluarkan oleh tim penjualan
dan pemasaran. Untuk sewa pembiayaan, selain yang melibatkan lessor pabrikan
atau dealer, biaya langsung awal diperhitungkan sebagai bagian dari pengukuran
awal piutang sewa pembiayaan dan mengurangi penghasilan yang diakui selama
masa sewa. Tingkat bunga implisit dalam sewa ditentukan sedemikian rupa
sehingga biaya langsung awal secara otomatis sudah termasuk di dalam piutang
sewa pembiayaan; sehingga tidak diperlukan penjumlahan yang terpisah. Biaya
yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer yang terkait dengan negosiasi dan
pengaturan suatu sewa tidak termasuk biaya langsung awal. Dengan demikian, biaya
tersebut tidak termasuk dalam investasi sewa neto dan diakui sebagai beban ketika
laba penjualan diakui, dimana untuk sewa pembiayaan umumnya diakui pada masa
awal sewa.

b. PengukuranSelanjutnya
Lessor mengalokasikan penghasilan pembiayaan selama masa sewa
dengan dasar yang sistematis dan rasional. Alokasi penghasilan ini didasarkan pada
suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan
atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan. Pembayaran sewa dalam suatu
periode, di luar biaya jasa, diterapkan atas investasi sewa bruto untuk mengurangi
pokok dan penghasilan pembiayaan tangguhan
Estimasi nilai residu tidak dijamin yang digunakan dalam perhitungan
investasi kotor lessor dikaji ulang secara reguler. Jika telah terjadi penurunan dalam
estimasi nilai residu tidak dijamin, alokasi penghasilan selama masa sewa direvisi dan
penurunan yang terkait dengan jumlah yang telah diakru diakui segera.
Lessor pabrikan atau dealer mengakui laba atau rugi atas penjualan pada
suatu periode sesuai kebijakan entitas atas penjualan biasa. Jika tingkat bunga
ditentukan secara artifisial terlalu rendah, laba penjualan dibatasi sebesar laba
apabila menggunakan tingkat bunga pasar. Biaya yang dikeluarkan oleh lessor
pabrikan atau dealer sehubungan dengan negosiasi dan pengaturan sewa diakui
sebagai beban ketika laba penjualan diakui. Pabrikan atau dealer sering kali
menawarkan pilihan untuk membeli atau menyewa suatu aset kepada pelanggan.
Sewa pembiayaan atas aset oleh lessor pabrikan atau dealer memberikan dua jenis
penghasilan:
(a) laba atau rugi yang ekuivalen dengan laba atau rugi dari penjualan biasa atas aset
yang disewakan, pada harga jual normal setelah dikurangi potongan penjualan,
jika ada; dan
(b) penghasilan pembiayaan selama masa sewa.
Pendapatan penjualan diakui di awal masa sewa oleh lessor pabrikan atau
dealer sebesar nilai wajar aset, atau jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum yang dihitung pada tingkat bunga pasar.
Lessor pabrikan atau dealer terkadang menggunakan suku bunga artifisial
yang terlalu rendah untuk menarik pelanggan. Penggunaan tingkat suku bunga
tersebut akan mengakibatkan pengakuan penghasilan yang terlalu tinggi dari
transaksi pada waktu penjualan. Jika tingkat suku bunga artifisial yang terlalu
rendah digunakan, maka laba penjualan dibatasi sebesar laba apabila menggunakan
tingkat bunga pasar.
Biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan
dengan negosiasi dan pengaturan suatu sewa pembiayaan diakui sebagai beban di
awal masa sewa karena terutama terkait dengan pendapatan pabrikan atau laba
penjualan dealer.

c. Pengungkapan
(a) Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum pada tanggal pelaporan. Di samping itu, lessor mengungkapkan
investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum pada
tanggal pelaporan, untuk setiap periode berikut:
(i) kurang dari satu tahun;
(ii) lebih dari satu tahun sampai lima
tahun; (iii) lebih dari lima tahun.
(b) Penghasilan pembiayaan tangguhan;
(c) Nilai residu tidak dijamin yang diakru sebagai manfaat lessor;
(d) Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa minimum;
(e) rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan; dan
(f) penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material.
2. Sewa Operasi
Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di laporan posisi keuangan sesuai sifat
aset tersebut. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar
garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan aset sewaan menurun*.
Biaya termasuk biaya penyusutan, yang terjadi untuk memperoleh pendapatan sewa diakui
sebagai beban. Pendapatan sewa (tidak termasuk penerimaan dari jasa seperti asuransi dan
pemeliharaan) diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa walaupun penerimaan
sewa tidak dengan dasar hal tersebut, kecuali jika terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dimana manfaatpenggunaan dari aset sewaan menurun.
Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan
pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan dan diakui sebagai
beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa. Kebijakan
penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan kebijakan penyusutan normal untuk
aset sejenis, dan penyusutan tersebut dihitung sesuai PSAK 16 dan PSAK 19. Lessor
pabrikan atau dealer tidak mengakui laba penjualan atas suatu sewa operasi karena transaksi
tersebut tidak ekuivalen dengan penjualan.

G. Transaksi Jual dan Sewa Balik


Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan penyewaan kembali aset
yang sama. Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya
dinegosiasikan sebagai suatu paket. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik
bergantung pada jenis sewanya. Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa
pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari jumlah tercatat tidak dapat diakui segera sebagai
pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

Jika sewa-balik merupakan sewa pembiayaan, transaksi tersebut merupakan suatu cara
dimana lessor memberikan pembiayaan bagi lessee dengan aset sebagai jaminan. Karenanya,
tidak tepat jika selisih lebih hasil penjualan dari jumlah tercatat diakui sebagai penghasilan.
Selisih lebih tersebut ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.
Jika transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa operasi dan jelas bahwa transaksi
tersebut terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi diakui segera. Jika harga jual di bawah nilai
wajar, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali rugi tersebut dikompensasikan dengan
pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus
ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode
penggunaan aset. Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut
ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset. Jika sewa-balik merupakan
sewa operasi, dan pembayaran sewa serta harga jual dinilai pada nilai wajar, maka transaksi
penjualan secara normal telah terjadi dan laba atau ruginya diakui segera.

Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-balik lebih
rendah daripada jumlah tercatatnya, rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar
diakui segera. Untuk sewa pembiayaan, penyesuaian seperti di atas tidak diperlukan kecuali jika
telah terjadi penurunan nilai. Dalam hal tersebut, jumlah tercatat berkurang menjadi jumlah
terpulihkan sesuai dengan PSAK 48.

Pengungkapan yang dipersyaratkan untuk lessee dan lessor berlaku sama untuk transaksi
jual dan sewa-balik. Penjelasan yang dipersyaratkan atas pengaturan sewa yang material
mengarah ke pengungkapan persyaratan khusus atau tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan
transaksi jual dan sewa-balik.

PSAK 73

A. Alasan Penerbitan Draft Exposure PSAK 73


Penyewaan merupakan aktivitas penting untuk banyak entitas. Penyewaan merupakan
cara untuk mendapatkan akses atas aset, memperoleh pembiayaan, dan mengurangi eksposur
entitas terhadap risiko kepemilikan aset. Prevalensi penyewaan ini berarti bahwa penting bagi
pengguna laporan keuangan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan terpahami mengenai
aktivitas penyewaan yang dilakukan entitas.
Model akuntansi sewa sebelumnya mensyaratkan penyewa dan pesewa untuk
mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat kedua
jenis sewa tersebut secara berbeda. Model tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi kebutuhan
pengguna laporan keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang tepat atas
transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan penyewa untuk mengakui
aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.

B. Perbedaan dengan PSAK 30

1. Pengecualian Pengakuan
Penyewa dapat memilih untuk tidak menerapkan persyaratan untuk sewa jangka-pendek;
sewa yang aset pendasarnya bernilai-rendah. Jika penyewa memilih untuk tidak menerapkan
persyaratan tersebut, baik untuk sewa jangka-pendek maupun untuk sewa yang aset
pendasarnya bernilai-rendah, maka penyewa mengakui pembayaran sewa yang terkait
dengan sewa tersebut sebagai beban baik dengan dasar garis lurus selama masa sewa maupun
dasar sistematik lainnya. Penyewa menerapkan dasar sistematik lain jika dasar tersebut lebih
merepresentasikan pola manfaat penyewa.
Jika penyewa mencatat sewa jangka-pendek dengan menerapkan paragraf maka
penyewa mempertimbangkan sewa tersebut sebagai sewa baru untuk tujuan Pernyataan ini,
jika: (a) terdapat modifikasi sewa; atau (b) terdapat perubahan masa sewa (sebagai contoh,
penyewa mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa
sewanya). Pemilihan sewa jangka-pendek dibuat berdasarkan kelas aset pendasar yang
terkait dengan hak guna tersebut. Kelas aset pendasar adalah pengelompokan aset pendasar
dengan sifat dan penggunaan yang serupa dalam operasi entitas. Pemilihan untuk sewa yang
aset pendasarnya bernilairendah dapat dilakukan atas dasar sewa-per-sewa.

2. Identifikasi Sewa
Pada tanggal insepsi kontrak, entitas menilai apakah kontrak mengandung sewa.
Suatu kontrak mengandung sewa jika kontrak tersebut memberikan hak untuk
mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu jangka waktu untuk
dipertukarkan dengan imbalan.

Untuk suatu kontrak yang mengandung sewa, entitas mencatat masing-masing


komponen sewa dalam kontrak sebagai sewa secara terpisah dari komponen nonsewa dari
kontrak, kecuali entitas menerapkan cara praktis. Untuk kontrak yang mengandung
komponen sewa dan tambahan satu atau lebih komponen sewa atau nonsewa, penyewa
mengalokasi imbalan dalam kontrak ke masing-masing komponen sewa berdasarkan harga
tersendiri relatif dari komponen sewa dan harga tersendiri agregat dari komponen nonsewa.
Harga tersendiri relatif dari komponen sewa dan nonsewa ditentukan berdasarkan
harga yang akan dibebankan oleh pesewa, atau pemasok serupa, kepada entitas untuk
komponen tersebut, atau komponen serupa, secara terpisah. Jika harga tersendiri yang dapat
diobservasi tidak tersedia, maka penyewa mengestimasi harga tersendiri tersebut dengan
memaksimalkan penggunaan informasi yang dapat diobservasi.
Sebagai cara praktis, penyewa dapat memilih, berdasarkan kelas aset pendasar,
untuk tidak memisahkan komponen nonsewa dari komponen sewa, dan memilih mencatat
masing-masing komponen sewa dan komponen nonsewa terkait sebagai komponen sewa
tunggal.

3. Laporan Keuangan Lessee

a. Pengakuan
Pada tanggal permulaan, penyewa mengakui aset hak-guna dan liabilitassewa.
b. Pengukuran Awal

1. Pengukuran Awal Aset Hak-Guna


Pada tanggal permulaan, penyewa mengukur aset hak-guna pada biaya
perolehan. Biaya perolehan aset hak-guna meliputi:
 Jumlah pengukuran awal liabilitas sewa,
 Pembayaran sewa yang dilakukan pada atau sebelum tanggal permulaan,
dikurangi dengan insentif sewa yang diterima.
 Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh penyewa; dan
 Estimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh penyewa dalam membongkar
dan memindahkan aset pendasar, merestorasi tempat di mana aset berada
atau merestorasi aset pendasar ke kondisi yang disyaratkan oleh syarat
dan ketentuan sewa, kecuali biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk
menghasilkan persediaan. Penyewa dikenai kewajiban atas biayabiaya
tersebut baik pada tanggal permulaan atau sebagai konsekuensi dari telah
menggunakan aset pendasar selama periode tertentu.
Penyewa mengakui biaya-biaya sebagai bagian dari biaya perolehan
aset hak guna ketika timbul kewajiban atas biaya-biaya tersebut.

2. Pengukuran Awal Liabilitas


Pada tanggal permulaan, penyewa mengukur liabilitas sewa pada nilai kini
pembayaran sewa yang belum dibayar pada tanggal tersebut. Pembayaran sewa
didiskontokan dengan menggunakan suku bunga implisit dalam sewa, jika suku
bunga tersebut dapat ditentukan. Jika suku bunga tersebut tidak dapat ditentukan,
maka penyewa menggunakan suku bunga pinjaman inkremental penyewa.
Pada tanggal permulaan, pembayaran sewa yang termasuk dalam pengukuran
liabilitas sewa meliputi pembayaran berikut ini atas hak untuk menggunakan aset
pendasar selama masa sewa yang belum dibayar pada tanggal permulaan:
(a) Pembayaran tetap dikurangi dengan piutang insentif sewa
(b) Pembayaran sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku bunga
yang pada awalnya diukur dengan menggunakan indeks atau suku bunga
pada tanggal permulaan
(c) Jumlah yang diperkirakan akan dibayarkan oleh penyewa dalam jaminan
nilai residual
(d) Harga eksekusi opsi beli jika penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi
opsi tersebut
(e) Pembayaran penalti karena penghentian sewa, jika masa sewa
merefleksikan penyewa mengeksekusi opsi untuk menghentikan sewa.
Pembayaran sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku bunga termasuk,
sebagai contoh, pembayaran yang terkait dengan indeks harga konsumen,
pembayaran yang terkait dengan suku bunga acuan (seperti LIBOR) atau
pembayaran yang bervariasi untuk merefleksikan perubahan dalam harga sewa
pasar.

c. PengukuranSelanjutnya.
Setelah tanggal permulaan, penyewa mengukur liabilitas sewa dengan:
(a) meningkatkan jumlah tercatat untuk merefleksikan bunga atas liabilitas sewa.
(b) mengurangi jumlah tercatat untuk merefleksikan sewa yang telah dibayar
(c) mengukur kembali jumlah tercatat untuk merefleksikan penilaian kembali atau
modifikasi sewa.
Bunga atas liabilitas sewa pada masing-masing periode selama masa sewa
adalah jumlah yang menghasilkan suku bunga periodik yang konstan atas sisa saldo
liabilitas sewa. Setelah tanggal permulaan, penyewa mengakui dalam laba rugi, kecuali
biaya tersebut sudah termasuk dalam jumlah tercatat aset lain dengan menerapkan
Pernyataan lain yang relevan:
(a) Bunga atas liabilitas sewa
(b) Pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa
pada periode di mana kejadian atau kondisi yang memicu pembayaran tersebut terjadi.

d. Penilaian K embali L iabilitas Sewa


Setelah tanggal permulaan, penyewa mengukur kembali liabilitas sewanya
untuk merefleksikan perubahan pembayaran sewa. Penyewa mengakui jumlah
pengukuran kembali liabilitas sewa sebagai penyesuaian terhadap aset hak-guna. Akan
tetapi, jika jumlah tercatat aset hak-guna berkurang menjadi nol dan masih terdapat
pengurangan dalam pengukuran liabilitas sewa, maka penyewa mengakui sisa jumlah
pengukuran kembali dalam laba rugi.Penyewa mengukur kembali liabilitas sewa dengan
mendiskontokan pembayaran sewa revisian menggunakan tingkat diskonto revisian,
jika:
(a) Terdapat perubahan masa sewa, Penyewa menentukan pembayaran
sewa revisian berdasarkan masa sewa revision
(b) Terdapat perubahan pada penilaian atas opsi untuk membeli aset pendasar,
dinilai dengan mempertimbangkan kejadian dan keadaan dalam konteks opsi
beli. Penyewa menentukan pembayaran sewa revisian untuk merefleksikan
perubahan dalam jumlah terutang dalam opsi beli.
Penyewa menentukan tingkat diskonto revisian sebagai suku bunga
implisit dalam sewa untuk sisa masa sewa, jika tingkat diskonto revisian tersebut
dapat ditentukan; atau suku bunga pinjaman inkremental penyewa pada tanggal
penilaian kembali, jika suku bunga implisit dalam sewa. Penyewa mengukur
kembali liabilitas sewa dengan mendiskontokan pembayaran sewa revisian, jika:
(a) terdapat perubahan dalam jumlah yang diperkirakan akan dibayar dalam jaminan
nilai residual. Penyewa menentukan pembayaran sewa revisian untuk merefleksikan
perubahan dalam jumlah yang diperkirakan akan dibayar dalam jaminan nilai
residual.
(b) Terdapat perubahan pembayaran sewa masa depan sebagai akibat dari perubahan
indeks atau suku bunga yang digunakan untuk menentukan pembayaran tersebut,
termasuk sebagai contoh perubahan untuk merefleksikan perubahan dalam harga
rental pasar setelah peninjauan ulang rental pasar.
Penyewa mengukur kembali liabilitas sewa untuk merefleksikan pembayaran sewa
revisian tersebut hanya ketika terdapat perubahan dalam arus kas (yaitu ketika
terdapat penyesuaian pembayaran sewa). Penyewa menentukan pembayaran sewa
revisian untuk sisa masa sewa berdasarkan pembayaran kontraktual revisian.
Modifikasi Sewa
Penyewa mencatat modifikasi sewa sebagai sewa terpisah jika:
(a) Modifikasi meningkatkan ruang lingkup sewa dengan menambahkan hak
untuk menggunakan satu aset pendasar atau lebih
(b) Imbalan sewa meningkat sebesar jumlah yang setara dengan harga tersendiri
untuk peningkatan dalam ruang lingkup dan penyesuaian yang tepat pada
harga tersendiri tersebut untuk merefleksikan kondisi kontrak tertentu.
Untuk modifikasi sewa yang tidak dicatat sebagai sewa terpisah, pada tanggal
efektif modifikasi sewa, penyewa
(a) mengalokasikan imbalan kontrak
modifikasian
(b) menentukan masa sewa dari sewa
modifikasian
(c) mengukur kembali liabilitas sewa dengan mendiskontokan pembayaran sewa
revisian menggunakan tingkat diskonto revisian. Tingkat diskonto revisian
ditentukan sebagai suku bunga implisit dalam sewa untuk sisa masa sewa, jika
dapat ditentukan; atau suku bunga pinjaman inkremental penyewa pada tanggal
efektif modifikasi, jika suku bunga implisit dalam sewa tidak dapat ditentukan.
Untuk modifikasi sewa yang tidak dicatat sebagai sewa terpisah, penyewa
mencatat pengukuran kembali liabilitas sewa dengan:
(a) Menurunkan jumlah tercatat aset hak-guna untuk merefleksikan penghentian parsial
atau penuh sewa untuk modifikasi sewa yang menurunkan ruang lingkup sewa.
Penyewa mengakui dalam laba rugi setiap laba rugi yang terkait dengan penghentian
parsial atau penuh sewa tersebut.
(b) Membuat penyesuaian terkait dengan aset hak-guna untuk seluruh modifikasi
sewa lainnya.

e. Penyajian
Penyewa menyajikan dalam laporan posisi keuangannya, atau mengungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangannya:
(a) Aset hak-guna secara terpisah dari aset lainnya. Jika penyewa tidak menyajikan
aset hak-guna secara terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka penyewa:
(i) menyajikan aset hak-guna dalam pos yang sama dengan pos yang digunakan
untuk menyajikan aset pendasar serupa jika aset tersebut dimiliki; dan
(ii) mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi keuangan yang mencakup
aset hak-guna tersebut.
(b) Liabilitas sewa secara terpisah dari liabilitas lain. Jika penyewa tidak menyajikan
liabilitas sewa secara terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka penyewa
mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi keuangan yang mencakup liabilitas
tersebut.
Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, penyewa
menyajikan beban bunga atas liabilitas sewa secara terpisah dari beban penyusutan
untuk aset hak-guna. Beban bunga atas liabilitas sewa merupakan komponen biaya
keuangan, di mana PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan paragraf 82(b) mensyaratkan
untuk disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain.
Dalam laporan arus kas, penyewa mengklasifikasi:
(a) pembayaran kas untuk bagian pokok liabilitas sewa dalam aktivitas pendanaan
(b) pembayaran kas untuk bagian bunga liabilitas sewa denganmenerapkan
persyaratan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas untuk pembayaran bunga; dan
(c) pembayaran sewa jangka-pendek, pembayaran sewa aset bernilai rendah, dan
pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas
sewa dalam aktivitas operasi.

f. Pengungkapan
Tujuan pengungkapan adalah agar penyewa dapat mengungkapkan
informasi dalam catatan atas laporan keuangan, serta informasi yang diberikan
dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, yang
memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai dampak sewa
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas penyewa.
Penyewa mengungkapkan informasi tentang sewanya dalam catatan atas
laporan keuangan atau bagian terpisah dalam laporan keuangannya. Akan tetapi,
penyewa tidak perlu menduplikasi informasi yang telah disajikan di bagian lain
dalam laporan keuangan, jika informasi tersebut telah tercakup melalui referensi
silang dalam catatan tunggal atau bagian terpisah tentangsewa.
Penyewa mengungkapkan jumlah berikut ini untuk periode pelaporan:
(a) beban penyusutan untuk aset hak-guna berdasarkan kelas aset pendasar
(b) beban bunga atas liabilitas sewa
(c) beban yang terkait dengan sewa jangka-pendek. Beban ini tidak
termasuk beban yang terkait dengan sewa dengan masa sewa 1 bulan
atau kurang
(d) beban yang terkait dengan sewa aset bernilai-rendah. Beban ini tidak
termasuk beban yang terkait dengan sewa jangka-pendek atas aset
bernilai-rendah

(e) beban yang terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak
termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa
(f) pendapatan dari mensubsewakan aset hak-
guna;
(g) total pengeluaran kas untuk sewa
(h) penambahan aset hak-guna
(i) keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan
sewa balik;
(j) jumlah tercatat aset hak-guna pada akhir periode pelaporan
berdasarkan kelas aset pendasar.
Penyewa memberikan pengungkapan yang ditetapkan dalam paragraf 53 dalam
format tabel, kecuali format lain lebih tepat. Jumlah yang diungkapkan meliputi biaya
yang telah penyewa masukkan dalam jumlah tercatat aset lain selama periode pelaporan.
Penyewa mengungkapkan jumlah komitmen sewa untuk sewa jangka- pendek jika
portofolio sewa jangka-pendek di mana penyewa telah berkomitmen pada akhir periode
pelaporan tidak serupa dengan portofolio sewa jangka-pendek Jika aset hak-guna
memenuhi definisi properti investasi, maka penyewa menerapkan persyaratan
pengungkapan.
Jika penyewa mengukur aset hak-guna pada jumlah revaluasian dengan
menerapkan PSAK 16: Aset Tetap, maka penyewa mengungkapkan informasi yang
disyaratkan oleh PSAK 16: Aset Tetap paragraf 77 untuk aset hak-guna tersebut.
Penyewa mengungkapkan analisis jatuh tempo atas liabilitas sewa dengan
menerapkan PSAK 60: Instrumen Keuangan:.
Sebagai tambahan atas pengungkapan, penyewa mengungkapkan informasi kualitatif dan
kuantitatif tambahan tentang aktivitas sewanya untuk memenuhi tujuan pengungkapan.
Informasi tambahan ini dapat meliputi, namun tidak terbatas pada, informasi yang dapat
membantu pengguna laporan keuangan untuk menilai:
(a) sifat aktivitas sewa penyewa
(b) pengeluaran kas masa depan yang berpotensi memberikan dampak kepada
penyewa yang tidak terefleksikan dalam pengukuran liabilitas sewa. Ini
termasuk dampak yang timbul dari:
(i) pembayaran sewa variabel
(ii) opsi perpanjangan dan opsi
penghentian (iii) jaminan nilai
residual
(iv) sewa yang belum dimulai oleh penyewa yang telah berkomitmen.
(c) pembatasan atau perjanjian yang timbul dari sewa
(d) transaksi jual dan sewa-balik
Penyewa yang mencatat sewa jangka-pendek atau sewa aset bernilai-rendah
mengungkapkan fakta tersebut.

4. Pengaruh Penerapan DE PSAK 73


Aktiva atau biasa disebut dengan aset merupakan harta yang menjadi sumber
ekonomi perusahaan yang digunakan untuk kegiatan perusahaan. Aktiva bisa berwujud
aktiva lancar seperti kas, piutang, atau surat berharga, dan aktiva tetap seperti mesin,
mobil, atau properti. Aktiva tetap diperoleh perusahaan dengan cara membeli, kredit bank,
sewa, atau sewa guna usaha (leasing) (Anwari, 1994).

Dalam kegiatan bisnis sehari-hari, istilah leasing boleh jadi lebih populer
daripada sewa. Perusahaan yang memperoleh aktiva tetap dengan cara leasing bisa
terkesan lebih bonafide ketimbang perusahaan yang memperolehnya dengan menyewa.
Sebaliknya, perusahaan yang memilih cara sewa untuk memperoleh aktiva tetap
kesannya tengah mengalami limitasi finansial.
Kesan itu boleh jadi keliru. Namun faktanya, leasing memang berbeda dari
sewa biasa. Dalam leasing dikenal skema sewa guna usaha dengan hak opsi atau sewa
pembiayaan (capital/ finance lease). Istilah ini mengandung makna bahwa aset yang
diperoleh lessee seolah sudah merupakan miliknya sendiri, bukan milik lessor. Karena
itu, lessee mencatat aset tersebut pada neraca dengan menambah jumlah aktiva (IAS 17
dan PSAK 30).

Selain itu, ada pula sewa guna usaha tanpa hak opsi atau sewa operasi
(operating lease). Dengan cara ini, perusahaan bisa mendapatkan aset dengan skala besar
tanpa memunculkan ekses utang pada neraca untuk tahun-tahun berikutnya (Sumual dan
Affandi, 2016). Karena fungsinya sebagai off balance sheet financing ini, tidak
mengherankan jika operating lease menjadi pilihan favorit para manajer keuangan di
seluruh dunia.

Perlakuan Sewa Guna Usaha Pada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

2. Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku 2. Implementation of Indonesian Generally Accepted


Umum di Indonesia (“PABU”) Accounting Principles (“GAAP”)
a. Penerapan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan a. Implementation of Financial Services Authority
No.6/POJK.04/2017 tentang Perlakuan Regulation No.6/POJK.04/2017 regarding
Akuntansi atas Transaksi Berdasarkan Accounting Treatment for Transactions Based
Perjanjian Jual Beli Tenaga on Power Purchase
Listrik (“POJK No.6”) Agreements (“POJK No.6”)
Perusahaan dan entitas anak mengadakan The Company and its subsidiaries entered
perjanjian jual beli tenaga listrik, yakni into power purchase agreements namely Power
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (“PPA”) Purchase Agreements (“PPA”) and

dan Kontrak Penjualan Energi (“ESC”), dengan Energy Sales Contracts (“ESC”), with
Penyedia dan Pengembang Tenaga Listrik Independent Power Producers (“IPPs”). Those
Swasta (“IPP”). IPP tersebut merupakan IPPs are holders of Electricity Business License
pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk for public use, which may be granted to other
kepentingan umum, yang dapat diserahkan business entities with responsibility to generate
kepada entitas usaha lain dengan tanggung electricity for public use.
jawab untuk menghasilkan tenaga listrik guna
kepentingan umum.

Sebelum 1 Januari 2016, Perusahaan dan entitas Before January 1, 2016, the Company and its
anak menerapkan ISAK 8: Penentuan Apakah subsidiaries applied ISFAS 8: Determining
Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa Whether an Arrangement Contain a Lease
(“ISAK 8”) dalam mengevaluasi apakah PPA (“ISFAS 8”) in evaluating whether PPAs and
dan ESC dengan IPP mengandung unsur sewa ESCs with IPPs contain a lease (Note 3.l).
(Catatan 3.l).

Pada tanggal 1 Maret 2017, Otoritas Jasa On March 1, 2017, Financial Services
Keuangan (“OJK”) menerbitkan POJK Authority (“FSA”) issued POJK No.6 which
No.6 yang berlaku bagi Emiten dan is applicable for listed and public
Perusahaan Publik. Berdasarkan POJK companies. Based on POJK No.6,
No.6, transaksi berdasarkan perjanjian jual transactions based on a power purchase
beli tenaga listrik diperlakukan sebagai agreement are treated as sale and
transaksi jual beli, meskipun perjanjian jual purchase transactions, even though the
beli tenaga listrik tersebut mengandung power purchase agreements contain
substansi selain jual beli. POJK No.6 substances other than of a sale and
berlaku secara prospektif untuk periode purchase. POJK No.6 applies prospectively
tahun buku yang dimulai sejak 1 Januari for the year beginning on January 1, 2017
2017 dan mengijinkan perlakuan lebih awal and early implementation is allowed for the
sejak 1 Januari 2016. POJK No.6 year beginning on January 1, 2016.
berlaku sampai akhir periode tahun POJK No.6 is valid until the end of the
buku berakhirnya penugasan untuk assignment on acceleration of electricity
percepatan pembangunan infrastruktur infrastructures development in accordance
ketenagalistrikan berdasarkan Peraturan with Presidential Regulation.
Presiden.
Perusahaan memutuskan untuk The Company decided to early implement
menerapkan lebih awal POJK No.6 secara POJK No.6 prospectively beginning on
prospektif sejak 1 Januari 2016. January 1, 2016. Therefore, the electricity
Oleh karena itu transaksi berdasarkan sale and purchase transactions based on
perjanjian jual beli tenaga listrik power purchase agreement which contains
yang mengandung sewa (Catatan 3.l), a lease (Note 3.l), since January 1, 2016
mulai 1 Januari 2016 disajikan are presented as purchased electricity in
sebagai pembelian tenaga listrik the statement of profit or loss and other
dalam laporan laba rugi dan penghasilan comprehensive income when incurred. On
komprehensif lain pada periode January 1, 2016, the Company and its
terjadinya. Pada tanggal 1 Januari 2016 subsidiaries have adjusted the related
Perusahaan dan entitas anak telah assets and liabilities.
melakukan penyesuaian atas aset dan
liabilitas terkait.
Jumlah bersih penyesuaian atas aset dan The net adjustments on related assets and
liabilitas terkait sebesar Rp43.428.454 telah liabilities amounting to Rp43,428,454 are
dicatat sebagai penyesuaian saldo recorded as adjustment to retained
laba pada tanggal 1 Januari 2016, dengan earnings on January 1, 2016, the details of
rincian sebagai berikut: which are as follows:

1 Januari 1 Januari
sebelum setelah
penyesuaian/ Penyesuaian penyesuaian/
January 1, saldo awal/ January 1,
Before Beginning After
adjustment Balance adjustment
2016 adjusment 2016
Rp Rp Rp

Aset tetap 1,187,879,590 (72,227,600) 1,115,651,990 Property, plant and equipment


Aset pajak tangguhan 29,088,271 (14,787,769) 14,300,502 Deferred tax assets
1,216,967,861 (87,015,369) 1,129,952,492

Liabilitas jangka panjang Non-current liabilities


Utang listrik swasta 7,093,280 755,783 7,849,063 Electricity purchase payable
Utang sewa pembiayaan 149,621,763 (128,065,144) 21,556,619 Lease Liabilities

Liabilitas jangka pendek Current liabilities


Utang sewa pembiayaan 6,759,138 (3,313,534) 3,445,604 Lease liabilities
Biaya masih harus dibayar 10,627,055 (2,216,084) 8,410,971 Accrued expenses
Utang listrik swasta Utang 311,196 9,968 321,164 Electricity purchase payable
usaha Trade payables
Pihak berelasi Related parties
8,910,438 380,409 9,290,847
Pihak ketiga 17,715,563 1,998,142 19,713,705 Third parties
Utang lain-lain 20,188,608 6,637 20,195,245 Other payables
221,227,041 (130,443,823) 90,783,218

Dampak penerapan POJK No.6 The effect of POJK No.6 appplication


terhadap saldo laba awal 43,428,454 on beginning retained earnings

Entitas anak yang memiliki transaksi The subsidiaries that have transactions based
berdasarkan perjanjian jual beli tenaga listrik, on power purchase agreement, namely PT
yaitu PT Pelayanan Listrik Nasional Batam Pelayanan Listrik Nasional Batam (“PLN
(“PLN Batam”) dan PT Indonesia Power (“IP”), Batam”) and PT Indonesia Power (“IP”), who
bukan merupakan emiten atau perusahaan are not listed or public companies, therefore
publik sehingga POJK No.6 tidak diterapkan POJK No.6 is not applied for those
oleh entitas anak tersebut. subsidiaries.

Untuk tujuan konsolidasi, laporan For consolidation purposes, adjustments


keuangan PLN Batam dan IP disesuaikan are made on the financial statements of
agar kebijakan akuntansi untuk transaksi PLN Batam and IP to bring their accounting
berdasarkan perjanjian jual beli tenaga policy for transactions based on power
listrik sesuai dengan POJK No.6. purchase agreement in accordance with
POJK No.6.

l. Sewa l. Leases
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Determining Whether an Arrangement Contains
Mengandung Suatu Sewa a Lease
Perlakuan akuntansi sebelum Accounting treatment before
1 Januari 2016 January 1, 2016
ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu Perjanjian ISFAS 8: Determining Whether an
Mengandung Suatu Sewa (“ISAK 8”) Arrangement Contains a Lease (”ISFAS 8”)
memberikan panduan untuk menentukan provides guidance in determining whether an
apakah suatu perjanjian merupakan sewa atau arrangement is in substance a lease that
mengandung sewa sehingga harus diperlakukan should be accounted for in accordance with
sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa SFAS 30 (Revised 2011): Leases (”SFAS 30”).
(“PSAK 30”).

Penyelenggaraan usaha tenaga listrik di The electric power business in Indonesia is


Indonesia dikendalikan oleh Pemerintah dan controlled by the Government and carried out
dilaksanakan oleh Perusahaan sebagai BUMN by the Company as a BUMN, which serves as
selaku Pemegang Kuasa Usaha the holder of an Electricity Business Proxy.
Ketenagalistrikan. Pemegang Kuasa Usaha The holder of an Electricity Business Proxy
Ketenagalistrikan dan setiap pemegang Izin and each holder of an Electricity Business
Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan License for public use must ensure the
umum harus memastikan ketersediaan tenaga adequacy of electric power supply in each
listrik di of their
setiap wilayah operasinya. operating areas.

Perusahaan dan entitas anak mengadakan The Company and its subsidiaries entered into
perjanjian jual beli tenaga listrik, yakni PPA power purchase agreements namely PPA and
dan ESC, dengan IPP. IPP tersebut merupakan ESC, with IPPs. Those IPPs are holders of
pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Electricity Business License for public use,
kepentingan umum, yang dapat diserahkan which may be granted to other business
kepada entitas usaha lain dengan tanggung entities with responsibility to generate
jawab untuk menghasilkan tenaga listrik guna electricity for public use.
kepentingan umum.

Berdasarkan surat Ketua Bapepam-LK Based on letter No. S-2366/BL/2009


yang kemudian bergabung menjadi bagian dated March 30, 2009 from the Chairman
dari OJK, No. S-2366/BL/2009 tertanggal of CM-FISB, which has subsequently
30 Maret 2009, perjanjian penyediaan been merged into the FSA, power
tenaga listrik oleh IPP kepada Perusahaan supply arrangements by IPPs to the
dan entitas anak yang termasuk dalam Company and its subsidiaries that
kategori perjanjian pelaksanaan jasa publik are categorized as public-to-private
ke swasta, dikecualikan dari penerapan consession arrangements, are exempted
ISAK 8 sampai DSAK–IAI menerbitkan from the application of ISFAS 8, until
interpretasi standar akuntansi yang spesifik DSAK-IAI has issued an accounting
mengatur transaksi tersebut. interpretation that can specifically address
such transactions.
Manajemen mengevaluasi dampak Management assessed the impact of
dari ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa ISFAS 16: Service Concession
(“ISAK 16”) (efektif berlaku tanggal Arrangements (“ISFAS 16”) (effective
1 Januari 2012) terhadap Perjanjian Jual January 1, 2012) on the Company’s and
Beli Tenaga Listrik Perusahaan dan entitas its subsidiaries’ Power Supply Contracts
anak dengan IPP dan menetapkan bahwa with IPPs and determined that such
transaksi tersebut tidak termasuk dalam transactions do not qualify under the
ruang lingkup Interpretasi, yang berisi scope of the Interpretation, which
perlakuan akuntansi untuk operator atas addresses the accounting of the operators
perjanjian konsesi jasa publik ke swasta. of public-to-private concession
Selanjutnya, sesuai dengan surat arrangements. Subsequently, on its letter
manajemen tanggal 22 Desember 2011 dated December 22, 2011 to the
kepada Ketua Bapepam-LK, manajemen Chairman of CM-FISB, management
memutuskan untuk menerapkan ketentuan decided to apply the provisions of
ISAK 8, sesuai dengan PSAK 30, terhadap ISFAS 8, in accordance with SFAS 30, on
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik mulai its Power Supply Contracts since
tanggal 1 Januari 2012. January 1, 2012.
Perlakuan akuntansi sejak Accounting treatment since
1 Januari 2016 January 1, 2016
Pada tanggal 1 Maret 2017 OJK On March 1, 2017, FSA issued POJK
menerbitkan POJK No.6/POJK.04/2017 No.6/POJK.04/2017 regarding Accounting
tentang Perlakuan Akuntansi atas Treatment on Transactions based on
Transaksi Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Power Purchase Agreement (“POJK
Tenaga Listrik (“POJK No.6”) yang No.6”) which is applied prospectively. The
diterapkan secara prospektif. Penerapan application of the POJK resulted in all
POJK tersebut mengakibatkan seluruh transactions based on PPAs and ESCs
transaksi berdasarkan PPA dan ESC with IPPs are treated as sale and
dengan IPP diperlakukan sebagai transaksi purchase transactions, regardless those
jual beli, meskipun dalam transaksi transactions contain substances other
tersebut mengandung substansi selain jual than sale and purchase, therefore

beli, sehingga evaluasi apakah PPA dan ESC evaluation on whether PPAs and ESCs with
dengan IPP mengandung sewa tidak dilakukan IPPs contain a lease is not performed (Note
(Catatan 2.a). 2.a).
Klasifikasi Sewa Lease Classification
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan Leases are classified as finance leases
jika sewa tersebut mengalihkan secara whenever the terms of the lease transfer
substansial seluruh risiko dan manfaat yang substantially all the risks and rewards related
terkait dengan kepemilikan aset kepada lessee. to ownership of an asset to the lessee. All
Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria other leases are classified as operating leases.
tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

Pembayaran sewa harus dipisahkan antara Lease payments are apportioned between
bagian yang merupakan beban keuangan dan finance charges and reduction of the lease
bagian yang merupakan pengurangan dari liability so as to achieve a constant rate of
liabilitas sewa sehingga mencapai suatu tingkat interest on the remaining balance of the
bunga konstan atas saldo liabilitas. Rental liability. Contingent rents are recognized as
kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. expenses in the periods in which they are
incurred.
Pembayaran sewa operasi (dikurangi dengan Operating lease payments (net of any
insentif yang diterima dari lessor) diakui incentives received from the lessor) are
sebagai beban dengan dasar garis lurus recognized as expenses on a straight-line
(straight-line basis) selama masa sewa, kecuali basis over the lease term, except where
terdapat dasar sistematis lain yang lebih another systematic basis is more
mencerminkan pola waktu dari manfaat aset representative of the time pattern in which
yang dinikmati pengguna. Rental kontinjen economic benefits from the leased asset are
diakui dalam sewa operasi sebagai beban di consumed. Contingent rents arising under
dalam periode terjadinya. operating leases are recognized as expenses in
the period in which they are incurred.
Di tahun 2015 Perusahaan dan entitas anak In 2015, the Company and its subsidiaries
menetapkan bahwa beberapa perjanjian determined that certain power purchase
pembelian tenaga listrik dan perjanjian agreements and energy sales contracts with
pembelian energi dengan IPP memenuhi IPPs qualify as leases on the basis that the
persyaratan sebagai sewa dengan dasar bahwa Company and its subsidiaries and the IPPs
Perusahaan dan entitas anak dan IPP memiliki have take or pay arrangements where the
perjanjian take or pay, dimana Perusahaan dan Company and its subsidiaries are taking
entitas anak mengambil hampir seluruh listrik substantially all electricity and energy output
dan energi yang dihasilkan oleh pembangkit from the power plants. This type of
listrik. Jenis perjanjian ini ditetapkan sebagai arrangement is determined to be a finance
sewa pembiayaan dimana porsi signifikan dari lease where a significant portion of the risks
risiko dan manfaat atas sejumlah pembangkit and rewards of ownership of certain power
listrik telah dialihkan ke Perusahaan dan entitas plants have been transferred to the Company
anak dengan dasar bahwa masa sewa adalah and its subsidiaries on the basis that the lease
untuk sebagian besar umur term is for the major part of the economic life
ekonomis aset dan terdapat opsi beli pada akhir of the assets and there is a bargain
masa sewa. purchase option at the end of the lease term.

5. Pengaruh Penerapan PSAK 73 (Pada PT PLN Persero)

Dalam PSAK 30, baik penyewa (lessee) maupun pesewa (lessor) dapat memilih mengakui sewa sebagai
financial lease ataupun operating lease berdasarkan transfer risiko dan manfaat ekonomi yang diterima dari
aset sewa tersebut. Namun, dalam PSAK 73 baru, penyewa (lessee) harus mengakui semua aset sewa
sebagai financial lease atau aset hak guna kecuali untuk aset yang mempunyai masa sewa kurang dari 12
bulan dan aset pendasarnya rendah (dalam IFRS batasannya 5.000 dollar). Sedangkan pesewa (lessor)
pengakuannya tidak berubah.
Pengaruh penggantian PSAK 30 menuju PSAK 73 tentunya akan sangat berpengengaruh secara signifikan
pada rasio keuangan PT PLN mengingat masih cukup besar beban pembelian tenaga listrik PLN ke pihak ketiga.
Perlakuan akuntansi pada pembelian tenaga listrik yang masih dicatat sebagai beban pembelian tentunya akan
beralih menjadi asset dan liabilitas sewa yang harus diakui oleh PLN maka hal tersebut tentu akan berdampak
besar terhadap rasio keuangan PT PLN, begitupula beban sewa yang ada, sebagian akan berpindah ke asset dan
liabilitas sewa.
Lantas apa efeknya? Jelas, efek yang paling signifikan dialami oleh penyewa (lessee) karena diharuskan
mencatat semua sewa sebagai financial lease. PSAK 73 mewajibkan penyewa untuk mencatat aset hak guna
dan liabilitas sewa (On balancesheet). Sedangkan pada sewa operasi hanya mencatat beban sewa (off
balancesheet). Dampaknya adalah akan terjadi peningkatan nilai aset dan nilai liabilitas pasca penerapan
PSAK ini. Untuk perusahaan yang sudah mempunyai debt to equity ratio yang tinggi harus siap untuk
menanggung dampak peningkatan DER kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2017, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 30 : Sewa. Jakarta : Salemba
Empat.

Kieso, Donald E.,Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting, Volume 1. IFRS
Edition. United States of America: Quad/Graphic,Inc.

Mamduh M Hanafi, dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogjakarta: UPP STIM
YKPN.

Web
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2017/05/de_psak_73-sewa.pdf Diakses

Laporan Keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Anda mungkin juga menyukai