Anda di halaman 1dari 12

Bunga Raissa Harsanti

270110170112 / Kelas A
Geokimia Minyak dan Gas

PENGANTAR SIKLUS KARBON GLOBAL


Karbon adalah blok bangunan kehidupan. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan
tersebut, tapi apakah Anda benar-benar memahami arti sebenarnya? Semua makhluk hidup
tersusun dari unsur-unsur, umumnya oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium, dan
fosfor. Dari semuanya, karbonlah yang paling mudah bergabung dengan unsur-unsur lain
dan membentuk senyawa yang diperlukan dalam kehidupan, seperti gula, pati, lemak, dan
protein. Semua bentuk-bentuk karbon ini berjumlah sekitar setengah total massa kering dari
makhluk hidup.

Karbon juga terdapat pada atmosfer, tanah, lautan, dan kerak bumi. Saat melihat bumi
sebagai sebuah sistem, komponen-komponen tersebut dapat disebut sebagai pool karbon
(kadang juga disebut sebagai stok atau reservoir) karena berfungsi sebagai tempat
penyimpanan karbon dalam jumlah besar. Apapun pergerakan karbon di antara reservoir-
reservoir disebut fluks. Pada sistem apapun yang saling terintegrasi, fluks menghubungkan
antar reservoir, membentuk siklus dan umpan balik. Sebuah contoh dari siklus tersebut dapat
dilihat di Gambar 1, di mana karbon pada atmosfer digunakan dalam fotosintesis untuk
menghasilkan bahan tumbuhan baru. Pada skala global, proses tersebut mentransfer banyak
karbon dari satu pool (atmosfer) ke pool lain (tumbuhan). Seiring berjalannya waktu,
tumbuhan tersebut mati dan
membusuk, dipanen oleh manusia,
atau dibakar baik untuk sumber
energi maupun terjadi kebakaran
hutan. Semua proses tersebut adalah
fluks yang dapat memutar karbon
dalam suatu siklus antara berbagai
macam pool dalam suatu ekosistem
dan akhirnya dilepaskan kembali ke
atmosfer. Saat melihat bumi sebagai
keseluruhan, siklus individu seperti
ini biasa dihubungkan dengan lautan,
batuan, dan lain-lain dalam rentang spasial dan skala temporal untuk membentuk siklus
karbon global yang terintegrasi (Gambar 2).

Pada skala waktu terpendek, dari detik ke menit, tumbuhan-tumbuhan mengambil karbon
dari atmosfer lewat fotosintesis dan melepaskannya kembali ke atmosfer lewat respirasi.
Pada skala waktu yang lebih lama, karbon dari tumbuhan mati dapat masuk ke dalam tanah,
di mana karbon tersebut dapat tinggal selama bertahun-tahun, berdekade-dekade, bahkan
berabad-abad sebelum dipecah oleh mikroba pada tanah dan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Pada skala yang masih lebih lama, bahan organik1 yang terkubur pada sedimen
dalam (dan terhindar dari pembusukan) pelan-pelan berubah menjadi endapan batu bara,
minyak dan gas alam, bahan bakar fosil yang kita pakai hari ini. Saat kita membakar zat-zat
ini, karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun dilepaskan lagi ke atmosfer dalam
bentuk karbon dioksida (CO2).

Siklus karbon berdampak besar pada kegunaan dan kesejahteraan planet kita. Secara global,
siklus karbon berperan penting dalam mengatur iklim bumi yang menentukan konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer. Karbon dioksida (CO2) penting karena berkontribusi dalam
efek rumah kaca, di mana panas dari sinar matahari pada permukaan bumi terperangkap oleh
gas-gas tertentu dan dicegah keluar melalui atmosfer. Efek rumah kaca tersebut adalah
fenomena alam yang sempurna, dan tanpanya, bumi akan menjadi lebih dingin. Tetapi
seperti yang biasa terjadi, terlalu banyak hal yang bagus dapat memiliki konsekuensi
negatifnya sendiri. Penumpukan gas rumah kaca yang berlebihan dapat menyebabkan bumi
menjadi panas yang tidak wajar.

Dalam beberapa tahun terakhir CO2 sangat diperhatikan karena konsentrasinya di atmosfer
terus meningkat hingga sekitar 30% di atas batas normalnya dan akan terus meningkat di
masa yang akan datang. Pada ilmuwan menunjukan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh

1
Kita sering kali merujuk pada karbon dalam bentuk “organik” maupun “anorganik”. Hal tersebut merupakan
cara simpel dalam mengelompokkan berbagai bentuk karbon menjadi senyawa yang diturunkan secara
biologis (zat kompleks yang dihasilkan hanya dengan pertumbuhan dari organisme hidup) dan senyawa
mineral yang dapat terbentuk dari tidak adanya aktivitas biologis (namun terkadang dapat terbentuk dengan
bantuan makhluk hidup, seperti kasus kerang laut). Senyawa organik seperti gula, lemak, protein, dan pati
dan yang terdapat pada organisme hidup dan bahan yang tersisa setelah organisme tersebut mati dan
pembusukan parsial (termasuk bahan organik pada tanah seperti endapan batu bara dan minyak yang biasa
kita anggap sebagai bahan bakar fosil). Perhatikan bahwa pembusukan dari bahan organik menyebabkan
kembalinya ke bentuk mineral, umumnya sebagai CO2. Bentuk mineral dari karbon termasuk karbonat
terdapat dalam batuan dan air laut seperti CO2 itu sendiri.
kegiatan manusia pada 150 tahun terakhir, termasuk pemakaian bahan bakar fosil dan
penggundulan hutan. Karena CO2 adalah gas rumah kaca, kenaikan ini dipercaya sebagai
sebab dari kenaikan suhu global. Hal tersebut merupakan sebab utama dari perubahan klim
dan alasan utama meningkatkan ketertarikan terhadap siklus karbon.

Reservoir karbon bumi berperan sebagai sources, menambahkan karbon ke atmosfer, dan
sinks, menghilangkan karbon dari atmosfer. Jika semua source setara dengan sink, siklus
karbon dapat dikatakan dalam kesetimbangan (atau dalam keseimbangan) dan tidak ada
perubahan ukuran pool seiring berjalannya waktu. Mempertahankan kecukupan CO2 di
atmosfer dapat membantu mempertahankan suhu rata-rata stabil dalam skala global. Namun,
karena pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan menyebabkan peningkatan
CO2 pada atmosfer tanpa peningkatan sink yang dapat menarik CO2 keluar dari atmosfer
(lautan, hutan, dan lain-lain), aktivitas tersebut menyebabkan meningkatnya ukuran pool
karbon atmosfer. Seberapa jauh level CO2 akan meningkat di masa yang akan datang?
Jawabannya tergantung seberapa banyak CO2 yang akan dilepas manusia dan jumlah
penyerapan karbon dan penyimpanan oleh sink dan reservoir alami bumi. Intinya, itu semua
tergantung pada siklus karbon.
Pool, Fluks, dan Satuan
Untuk mengerti bagaimana daur siklus karbon dan bagaimana CO2 atmosfer akan berubah
di masa depan, ilmuwan harus mempelajari tempat penyimpanan karbon dengan hati-hati
(pool), berapa lama karbon akan tersimpan, dan proses yang akan memindahkan karbon dari
satu pool ke pool lainnya (fluks). Secara kolektif, semua pool utama dan fluks karbon di
bumi terdiri dari apa yang kita sebut sebagai siklus karbon global.
Seperti yang dapat Anda bayangkan, siklus karbon global yang sebenarnya sangatlah
kompleks. Siklus karbon global mencakup setiap tumbuhan, hewan dan mikroba, setiap daun
yang berfotosintesis dan pohon yang tumbang, setiap lautan, danau, kolam dan genangan air,
setiap tanah, sedimen dan batuan karbonat, setiap hembusan udara segar, erupsi vulkanik
dan gelembung di permukaan rawa, di antara banyak lainnya. Karena kita tidak dapat
menghadapi kompleksnya hal tersebut, ilmuwan biasa menggambarkan siklus karbon
dengan menggunakan objek atau lingkungan yang serupa dalam kelompok yang lebih
sederhana (hutan, padang rumput, atmosfer, lautan) dan fokus hanya pada proses yang paling
penting dalam skala global (Gambar 2). Seperti yang dapat Anda bayangkan, bagian dari
triknya adalah memahami bagaimana prosesnya.

Bagian berikut adalah ikhtisar dari beberapa pool dan fluks yang penting di siklus karbon
global (perhatikan bahwa dalam diskusi kita, kita akan menggunakan istilah pool, stok, dan
reservoir secara bergantian). Namun pertama-tama, ada baiknya meluangkan waktu sejenak
untuk mempertimbangkan angka dan satuan yang sering digunakan ilmuwan. Karena
kuantitas karbon pada pool karbon utama bumi bisa sangat besar, akan cukup sulit
menggunakan satuan yang familiar seperti pound atau kilogram. Sebagai gantinya, kita
menggunakan satuan lainnya, seperti petagram, yang lebih tepat untuk mengekspresikan
angka besar. Contohnya, petagram (Pg) juga diketahui sebagai gigaton (Gt), setara dengan
satu kuadriliun (1.000.000.000.000.000 atau 1015) gram! Karena terdapat seribu gram dalam
satu kilogram, dan seribu kilogram dalam satu ton, kita dapat menyimpulkan bahwa satu
petagram setara dengan satu trilyun (1.000.000.000.000) kilogram atau satu milyar
(1.000.000.000) ton. Untuk kalian yang lebih memilih untuk menggunakan pound, diketahui
bahwa satu kilogram setara dengan 2,205 pound yang berarti satu petagram setaara dengan
sekitar 2,2 trilyun pound. Pada semua kasus, mengekspresikannya dengan 1 Pg dirasa lebih
sederhana dibandingkan memakai banyak nol. Sekarang kita akan mempertimbangkan
karbon disimpan di bumi dalam empat reservoir utama.
Pool Karbon
Bergantung pada tujutan kita, sumber karbon bumi dapat dikelompokkan ke beberapa
kategori berbeda. Di sini, kita akan mempertimbangkan empat kategori yang sangat relevan
dengan siklus karbon secara keseluruhan. Perlu diingat bahwa salah satu kategori berikut
dapat dipecah lagi menjadi subkategori, yang akan dibahas sesekali.

Kerak Bumi
Jumlah karbon terbesar di bumi tersimpan di batuan sedimen dalam kerak bumi. Batuan
sedimen adalah batuan yang dihasilkan dari proses pemadatan lumpur (mengandung bahan
organik) menjadi serpih seiring waktu geologi, atau dengan terkumpulnya partikel kalsium
karbonat, dari kerang dan kerangka organisme laut, menjadi batugamping dan batuan
sedimen lain yang mengandung karbon. Semua batuan sedimen pada bumi menyimpan
100.000.000 PgC (petagram karbon). Mengingat bahwa 1 Pg setara dengan satu trilyun
kilogram dan lebih dari 2 trilyun pound, sudah jelas bahwa itu adalah massa besar karbon!
4.000 PgC lainnya tersimpan di kerak bumi sebagai hidrokarbon yang terbentuk dari
organisme hidup di bawah tekanan dan suhu tinggi selama jutaan tahun. Hidrokarbon
tersebut biasa dikenal sebagai bahan bakar fosil.

Lautan
Lautan di bumi menyimpan 38.000 PgC, di mana sebagian besarnya berbentuk karbon
anorganik terlarut yang tersimpan di laut sangat dalam dengan periode waktu yang lama.
Jumlah karbon yang lebih sedikit, sekitar 1.000 Pg, terletak dekat permukaan laut. Karbon
tersebut mengalami pertukaran yang cepat dengan atmosfer melalui proses fisika, seperti gas
CO2 yang larut pada air, dan proses biologi, seperti pertumbuhan, kematian, dan
pembusukan plankton. Walaupun sebagian besar di permukaan siklus karbonnya berjalan
dengan cepat, sebagian lagi dapat berpindah dengan tenggelam ke pool laut dalam di mana
dapat disimpan dengan waktu lebih lama.

Atmosfer
Atmosfer menyimpan sekitar 750 PgC, sebagian di antaranya berbentuk CO2, dengan sedikit
kandungan metana (CH4) dan berbagai senyawa lainnya. Walaupun jumlah karbon di sini
lebih sedikit dibandingkan pada lautan atau kerak, karbon di atmosfer sangat penting karena
pengaruhnya pada efek rumah kaca dan iklim. Ukuran pool karbon atmosfer yang cukup
kecil membuatnya lebih sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh meningkatnya
source atau sink dari karbon pool bumi lainnya. Faktanya, saat ini nilai 750 PgC secara
substansial lebih tinggi dari pada yang terjadi sebelum pembakaran bahan bakar fosil dan
penggundulan hutan. Sebelum aktivitas-aktivitas tersebut terjadi, atmosfer memuat 560 PgC
dan nilai tersebut diyakini sebagai batas normal untuk bumi pada kondisi alami. Pada
konteks dari pool global dan fluksnya, peningkatan yang sudah terjadi di beberapa abad yang
lalu adalah hasil dari fluks karbon pada atmosfer dari kerak (bahan bakar fosil) dan ekosistem
terestrial (lewat penggundulan hutan dan bentuk lain dari pembersihan lahan).

Ekosistem Terestrial
Ekosistem terestrial menyimpan karbon dalam bentuk tumbuhan, hewan, tanah, dan
mikroorganisme (bakteri dan jamur). Di antara semua itu, tumbuhan dan tanah merupakan
yang terbesar, dan jika dilihat dalam skala global, pool yang lebih kecil biasanya diabaikan.
Tidak seperti lautan dan kerak bumi, sebagian besar karbon pada ekosistem terestrial berada
dalam bentuk organik. Dalam konteks ini, istilah “organik” mengacu pada senyawa yang
dihasilkan makhluk hidup, seperti daun, kayu, ranting, tumbuhan mati dan bahan organik
pada tanah (yang merupakan sisa pembusukan dari sisa-sisa jaringan hidup).

Tumbuhan memutar karbon dengan atmosfer relatif cepat melalui fotosintesis, di mana CO2
diserap dan diubah menjadi jaringan tumbuhan baru, dan respirasi, di mana beberapa bagian
dari CO2 dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai hasil dari metabolisme. Dari berbagai
macam jaringan yang dihasilkan oleh tumbuhan, stem kayu seperti yang dihasilkan oleh
pohon mempunyai kemampuan terbaik untuk menyimpan karbon dalam jumlah besar,
karena padatnya kayu dan pohon mempunyai ukuran besar. Secara kolektif, tumbuhan dapat
menyimpan sekitar 560 PgC, dengan kayu di pohon sebagai penyimpan terbesar.

Jumlah total karbon pada tanah di dunia diperkirakan 1500 PgC. Mengukur karbon tanah
dapat menjadi tantangan, tapi beberapa asumsi dapat membantu untuk mengukurnya lebih
mudah. Pertama, bentuk paling umum dari karbon pada tanah adalah karbon organik yang
berasal dari bahan tumbuhan mati dan mikroorganisme. Kedua, saat kedalaman tanah
meningkat, kelimpahan karbon organik berkurang. Pengukuran standar tanah biasanya
hanya mengambil 1 m kedalaman. Dalam kasus umumnya, hal tersebut mengambil bagian
dominan karbon dari tanah, walaupun beberapa lingkungan memiliki tanah yang sangat
dalam di mana aturan tersebut tidak berlaku. Sebagian besar karbon pada tanah termasuk ke
bentuk bahan tumbuhan mati yang diuraikan oleh mikroorganisme selama proses
pembusukan. Proses pembusukan melepaskan karbon kembali ke atmosfer karena
metabolisme dari mikroorganisme yang memecah sebagian besar bahan organik hingga
menjadi CO2.

Fluks Karbon
Perpindahan suatu material dari satu tempat ke tempat lainnya disebut fluks, dan karbon
fluks berarti transfer karbon dari satu pool ke pool lainnya. Fluks biasanya diekspresikan
sebagai angka dengan satuan sejumlah zat yang ditransfer selama waktu tertentu (misalnya
g/cm2s atau kg km2/tahun). Contohnya, aliran air di sungai dapat dianalogikan sebagai fluks
yang mentransfer air dari darat ke laut dan dapat diukur dengan liter per detik, meter kubik
per menit, atau kilometer kubik per tahun.

Satu pool karbon sering kali mempunyai beberapa fluks yang menambahkan dan
mengurangi karbon secara bersamaan. Contohnya, atmosfer memiliki aliran masuk dari
proses pembusukan (CO2 dilepaskan dari perpecahan bahan organik), kebakaran hutan,
pembakaran bahan bakar fosil, aliran keluar dari tumbuhan dan diserap oleh lautan. Ukuran
antara fluks bervariasi. Dalam bagian sebelumnya, kita mendiskusikan beberapa fluks ke
dalam dan ke luar macam-macam pool karbon global. Di sini, kita akan lebih memperhatikan
fluks karbon yang lebih penting.

Fotosintesis
Selama fotosintesis, tumbuhan menggunakan energi dari sinar matahari untuk
menggabungkan CO2 dari atmosfer dengan air dari tanah untuk membuat karbohidrat
(perhatikan dua bagian kata karbo- dan -hidrat, menandakan karbon dan air). Dengan cara
ini, CO2 dikeluarkan dari atmosfer dan disimpan dalam struktur tumbuhan. Hampir semua
bahan organik di bumi awalnya dibentuk melalui proses ini. Karena beberapa tumbuhan bisa
hidup sampai puluhan, ratusan, atau bahkan berumur ribuan tahun (dalam kasus pohon
dengan umur terpanjang), karbon bisa jadi disimpan, atau diasingkan, untuk jangka waktu
yang relatif lama. Ketika tumbuhan mati, jaringannya tetap ada untuk rentang waktu yang
lama. Jaringan seperti daun, yang memiliki kualitas tinggi sebagai organisme pengurai,
cenderung cepat membusuk, sedangkan tumbuhan dengan struktur yang lebih kuat, seperti
kayu bisa bertahan lebih lama. Perkiraan saat ini menunjukkan fotosintesis mengurangi 120
PgC/tahun dari atmosfer dan sekitar 610 PgC disimpan dalam tumbuhan pada waktu tertentu.
Respirasi Tumbuhan Kotak 1: Bahan Bakar Fosil
Tumbuhan juga melepaskan CO2 kembali ke
Bahan bakar fosil adalah sisa-sisa hasil
atmosfer melalui proses respirasi (seperti transformasi organisme purba: tumbuhan
menghembuskan napas). Respirasi terjadi terestrial dan plankton yang pernah hidup
di lautan dan danau. Proses penguburan
saat sel tumbuhan digunakan karbohidrat,
dan transformasi kimiawi membutuhkan
dibuat selama fotosintesis untuk energi. jutaan tahun dan kondisi saat ini tidak
Respirasi tumbuhan menghasilkan sekitar sebaik zaman karbon, ketika sebagian
besar deposit bahan bakar fosil terbentuk.
setengah (60 PgC/tahun) dari CO2 yang
Saat ini, sebagian besar bahan organik
dikembalikan ke atmosfer di bagian terestrial terurai di permukaan bumi melalui
dari siklus karbon. dekomposisi, meskipun bahan organik
dapat menumpuk lingkungan minim
Litterfall oksigen, seperti lahan basah, atau terkubur
Selain kematian tumbuhan, tumbuhan hidup oleh sedimen di danau dan cekungan laut.
Akumulasi dan penguburan selama jutaan
juga menggugurkan sebagian daun, akar, dan
tahun, bahan organik mengalami
rantingnya setiap tahun. Karena semua perubahan kimiawi, menghasilkan apa
bagian tumbuhan tersusun dari karbon, maka yang sekarang dikenal sebagai bahan
lepasnya bagian-bagian ini ke tanah adalah bakar fosil dan berbagai zat perantaranya.

perpindahan karbon (fluks) dari tumbuhan ke Semua energi yang ada pada bahan bakar
fosil awalnya diserap oleh tumbuhan
tanah. Bahan tumbuhan yang mati sering
selama fotosintesis dan menjadi
disebut sampah (sampah daun, sampah terkonsentrasi dalam berbagai bentuk zat
ranting, dan lain-lain) dan saat menyentuh padat atau cair. Yang paling bentuk umum
tanah, semua bentuk sampah akan memasuki adalah minyak bumi, batu bara dan gas
alam, tetapi endapan hidrokarbon lainnya
proses pembusukan. juga telah diakui (oil shale, tar sand, dan
gas hidrat). Pembakaran bahan bakar fosil
Respirasi Tanah
melepaskan banyak energi, itulah
Pelepasan CO2 melalui respirasi tidak hanya sebabnya mereka telah digunakan untuk
terjadi pada tumbuhan, tetapi merupakan transportasi, manufaktur, pemanas rumah.
dan listrik. Secara global, bahan bakar
sesuatu yang terjadi pada semua organisme,
fosil menghasilkan kira-kira tiga
termasuk organisme mikroskopis yang hidup perempat dari total produksi. Produk
di tanah. Saat bahan organik mati teruraikan utama dari pembakaran hidrokarbon
(dikonsumsi oleh bakteri dan jamur), CO2 adalah karbon dioksida.

dilepaskan ke atmosfer pada tingkat rata-rata sekitar 60 PgC/tahun secara global. Karena hal
tersebut memakan waktu bertahun-tahun untuk sebuah tumbuhan membusuk (atau puluhan
tahun untuk pohon besar), karbon disimpan sementara di bahan organik tanah.
Pertukaran Laut-Atmosfer
Karbon anorganik diserap dan dilepaskan pada permukaan laut dan udara di sekitarnya,
melalui proses difusi. Sepertinya tidak dapat diperhatikan dengan jelas bahwa gas dapat larut
atau dilepaskan dari air, tetapi inilah awal mula pembentukan gelembung yang muncul
dalam segelas air dalam jangka waktu yang cukup lama. Udara yang terkandung dalam
gelembung itu termasuk CO2 dan proses ini sama dengan proses penyerapan karbon oleh
lautan. Dalam bentuk terlarut, CO2 selanjutnya bereaksi dengan air atau biasa dikenal
sebagai reaksi karbonat. Reaksi karbonat adalah reaksi kimia yang relatif sederhana di mana
H2O dan CO2 bergabung membentuk H2CO3 (juga dikenal sebagai asam karbonat, yang
anionnya disebut karbonat, atau CO3). Pembentukan karbonat di air laut memungkinkan
lautan untuk mengambil dan menyimpan jumlah karbon yang jauh lebih besar daripada
biasanya jika CO2 terlarut tetap dalam bentuknya. Karbonat juga penting bagi sejumlah besar
organisme laut yang menggunakan karbon dengan bentuk mineral ini untuk membuat
cangkang.

Karbon juga didaur ulang pada lautan melalui proses biologi fotosintesis, respirasi, dan
pembusukan tumbuhan air. Perbedaan dengan vegetasi terestrial adalah kecepatan
organisme laut membusuk. Karena tumbuhan laut tidak mempunyai batang kayu yang besar
yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk rusak, prosesnya terjadi jauh lebih cepat di
laut daripada di darat-seringkali dalam hitungan hari. Karena alasan ini, sangat sedikit
karbon yang disimpan di laut melalui proses biologi. Jumlah total serapan karbon (92 Pg C)
dan pelepasan karbon (90 PgC) dari laut bergantung pada keseimbangan proses organik dan
anorganik.

Pembakaran Bahan Bakar Fosil dan Perubahan Tutupan Lahan


Fluks karbon yang dibahas sejauh ini melibatkan proses alami yang membantu mengatur
siklus karbon dan tingkat CO2 di atmosfer selama jutaan tahun. Namun, siklus karbon zaman
modern juga mencakup beberapa fluks penting yang berasal dari aktivitas manusia. Yang
terpenting di antaranya adalah pembakaran bahan bakar fosil: batu bara, minyak dan gas
alam. Bahan-bahan ini mengandung karbon yang ditangkap oleh organisme hidup selama
jutaan tahun dan telah disimpan di berbagai tempat di dalam kerak bumi (lihat Kotak 1:
Bahan Bakar Fosil). Namun, sejak dimulainya revolusi industri, bahan bakar ini telah
ditambang dan dibakar dengan laju yang terus meningkat dan telah berfungsi sebagai sumber
utama energi yang menggerakkan peradaban manusia industri modern. Karena produk
sampingan utama dari fosil pembakaran bahan bakar adalah CO2, kegiatan ini dapat dilihat
secara geologi sebagai fluks yang relatif cepat ke atmosfer dari sejumlah besar karbon. Saat
ini, pembakaran bahan bakar fosil membawa fluks sekitar 6-8 PgC/tahun ke atmosfer.

Aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan fluks karbon ke atmosfer adalah perubahan
tutupan lahan, sebagian besar dalam bentuk deforestasi. Dengan perluasan populasi manusia
dan pertumbuhan pemukiman manusia, sebagian besar permukaan tanah bumi telah diubah
dari ekosistem asli menjadi pertanian dan daerah perkotaan. Hutan asli di banyak daerah
banyak yang sudah ditebangi untuk mendapatkan kayu atau dibakar untuk dikonversi
menjadi pertanian dan padang rumput. Karena hutan dan ekosistem asli lainnya umumnya
mengandung lebih banyak karbon (di jaringan tumbuhan dan tanah) daripada jenis tutupan
lahan sebelumnya, perubahan ini mengakibatkan fluks ke atmosfer sekitar 1,5 PgC/tahun.
Di beberapa daerah, pertumbuhan hutan kembali dari pembersihan lahan sebelumnya dapat
mewakili sink karbon (seperti dalam kasus pertumbuhan hutan dari peninggalan pertanian di
Amerika Utara bagian timur), tetapi efek dari semua tutupan lahan yang disebabkan oleh
manusia secara global merepresentasikan source ke atmosfer.

Proses Geologi
Proses geologi merupakan kontrol penting siklus karbon di bumi dalam skala waktu ratusan
juta tahun. Diskusi menyeluruh tentang siklus karbon geologi berada di luar cakupan
pendahuluan ini, tetapi proses yang terlibat seperti pembentukan batuan sedimen dan daur
ulangnya melalui lempeng tektonik, pelapukan dan letusan gunung berapi.

Untuk melihat lebih dekat, proses batuan di darat yang dipengaruhi oleh atmosfer, hujan,
dan air tanah dalam partikel kecil dan bahan terlarut, dikenal sebagai pelapukan. Bahan-
bahan tersebut digabungkan dengan partikel tumbuhan dan tanah yang dihasilkan dari
dekomposisi dan erosi permukaan dan kemudian dibawa ke laut di mana partikel yang lebih
besar disimpan di dekat pantai. Perlahan, sedimen ini terakumulasi, mengubur sedimen yang
lebih tua di bawahnya. Lapisan dan penguburan sedimen menyebabkan tekanan, yang
akhirnya menjadi begitu besar sehingga sedimen yang lebih dalam berubah menjadi batuan,
seperti serpih. Di dalam air laut itu sendiri, bahan terlarut bercampur dengan air laut dan
digunakan oleh kehidupan di laut untuk membuat kalsium karbonat (CaCO3) kerangka dan
cangkang. Ketika organisme ini mati, kerangka dan cangkangnya tenggelam ke dasar laut.
Di perairan dangkal (kurang dari 4 km) karbonat terkumpul dan akhirnya terbentuk jenis
batuan sedimen lain yang disebut batugamping.

Secara kolektif, proses-proses ini perlahan-lahan mengubah karbon yang awalnya


terkandung dalam makhluk hidup organisme menjadi batuan sedimen di dalam kerak bumi.
Di sana, bahan-bahan tersebut terus berpindah dan berubah melalui proses lempeng tektonik,
pengangkatan batuan pada lempeng yang lebih ringan dan batu yang meleleh di lempeng
yang lebih berat saat terdorong jauh di bawah permukaan. Bahan-bahan yang meleleh ini
akhirnya bisa menghasilkan emisi gas karbon kembali ke atmosfer melalui letusan gunung
api, dengan demikian menyelesaikan siklusnya. Tanpa daur ulang geologi ini, karbon yang
terikat di batuan akan terakumulasi dan tetap di sana selamanya, yang pada akhirnya
menghabiskan sumber CO2 yang penting untuk kehidupan. Daur ulang karbon melalui
batuan sedimen adalah bagian penting dari kemampuan bumi menjaga kehidupan dalam
jangka panjang (lebih dari jutaan tahun). Tanpanya, karbon yang terikat di batuan akan
menumpuk dan menetap di sana selamanya, menurunkan sumber CO2 yang penting bagi
tumbuhan. Namun, karena proses geologi memakan waktu yang lama, fluksnya dianggap
kecil dan tidak begitu berpengaruh terhadap skala waktu manusia.

Anggaran Karbon: Keseimbangan antara Source dan Sink


Siklus karbon bumi selalu bergerak konstan. Melalui proses yang berlangsung selama
beberapa detik, hari, tahun, dan ribuan tahun, karbon terus-menerus berpindah di berbagai
pool yang sudah dibahas sebelumnya. Tapi apa artinya untuk ukuran pool tertentu? Fakta
bahwa karbon masuk dan keluar dari tanah, atmosfer dan lautan tidak, berarti pool tersebut
berubah. Faktanya, jika jumlah karbon yang bergerak di suatu pool dicocokkan dengan
jumlah karbon yang keluar, ukuran kolam tetap konstan. Jika kondisi ini berlaku untuk
semua sumber karbon, siklus karbon global akan dikatakan berada dalam keadaan
keseimbangan dinamis; "dinamis" karena karbon itu sendiri bergerak, dan "kesetimbangan"
karena ukuran yang sama dari semua input dan output menjaga keseimbangan sistem.
Ukuran semua pool karbon tidak berubah.

Ketika ilmuwan meneliti apakah sistem dalam keadaan berubah atau dalam salah satu
ekuilibrium, mereka biasanya mulai dengan menyusun anggaran. Seperti halnya dalam
penyusunan anggaran keuangan, anggaran karbon hanyalah daftar pool beserta perkiraan
ukurannya dan semua fluksnya yang merupakan input dan output. Saat ini, anggaran dari
siklus karbon bumi menunjukkan bahwa itu semua jauh dari keseimbangan. Sedangkan
variasi acak dalam proses alam seperti kebakaran hutan sering kali menyebabkan
ketidakseimbangan pada tingkat tertentu setiap tahun, ketidakseimbangan besar dalam siklus
karbon saat ini disebabkan oleh proses pembakaran bahan bakar fosil dan perubahan tutupan
lahan, seperti yang dibahas sebelumnya. Dan ini membawa kita pada pertanyaan yang
menarik para ilmuwan saat ini untuk menjawabnya. Meskipun CO2 benar-benar menumpuk
di atmosfer, angka di mana ia terakumulasi kurang dari tingkat di mana ia dipancarkan dan
perbedaannya adalah sulit untuk dijelaskan melalui perkiraan penyerapan oleh daratan dan
lautan. Hipotesis utama yang dipertanyakan para ilmuwan adalah bahwa serapan karbon oleh
hutan dan ekosistem lainnya lebih besar dari yang diperkirakan dan akumulasi karbon di
tumbuhan dan tanah telah mencegah atmosfer meningkat dengan kecepatan yang lebih
tinggi. Tetapi jika ini benar, mengapa sstimasi saat ini terlalu rendah dan di mana karbon
yang hilang berada? Misteri ini telah memicu banyak penelitian tentang aspek ekologi siklus
karbon dan merupakan pendorong yang mendasari sebagian besar penelitian siswa dalam
GLOBE Carbon Cycle Project.

Anda mungkin juga menyukai