Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK 1.

Citra Piranti Utami (201210430311196)


2. Sinvia Sulasikin (201210430311208)
3. Firda Azizah (201210430311117)
JURUSAN PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
FAKULTAS FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
UNIVERSITAS Universitas Muhammadiyah Malang

“HABITUASI 4S (SENYUM, SALAM, SALIM, SANTUN) SEBAGAI


KONTRIBUSI POSITIF PENDIDIKAN DASAR”

Pendidikan merupakan aset jangka panjang dan investasi yang dimiliki


oleh bangsa Indonesia. Pendidikan penting sekali untuk meningkatkan kemajuan
bangsa supaya menjadi bangsa yang bermartabat. Tanpa adanya pendidikan, maka
bagaimana manusia bisaberinteraksi dengan baik, mengembangkan kemampuan
dan tidak akan bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut Undang-Undang
Sisdiknas No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian
rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif
supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
Penddikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakup, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab (UUSPN/2003 Bab II Pasal 3).
Pendidikan merupakan tonggak dari pembangunan Nasional, seiring
dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), terlebih dalam
menghadapi era globalisasi. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan sangat
mutlak dilakukan, sebab pendidikan merupakan sandaran yang kokoh untuk
membangun sebuah bangsa yang berkualitas dari segi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Era globalisasi membuka mata kita untuk melihat masa depan yang
penuh tantangan dan banyaknya persaingan, baik dari segi keterampilan maupun
pengetahuan.
Dalam proses pengembangan keterampilan dan pengetahuan menghadapi
banyak hambatan, seperti hambatan geografis di daerah terpencil. Sulitnya
mengakses sarana pendidikan karena kurangnya infrastruktur untuk
menjangkaunya, sehingga terjadinya kesenjangan antara kebutuhan dan fasilitas.
Serta rendahnya kualitas pendidik, kebanyakan guru belum memenuhi kompetensi
pendidik yang berupa kompetensi pedagogic, sosial, kepribadian dan profesional.
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan juga sangat mempengaruhi
pendidikan yang ada di Indonesia.
Pengembangan keterampilan dan Ilmu Pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dasar, karena pada pendidikan dasar lebih menitikberatkan pada
kecerdasan kognitif, afektif, psikomotorik yang akan membentuk peserta didik
memiliki akhlak mulia serta memiliki kreatifitas dan pengetahuan teknologi. Serta
dimulai dari pendidikan dasarlah kita dapat menanamkan pendidikan karakter
pada diri siswa. Pernyataan ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menjelaskan fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlepas adari
semua faktor yang ada, sebesar apapun dampaknya, kurangnya pendidikan
karakter membuat peserta didik dan sekaligus bangsa seakan kehilangan
martabatnya. Memang dari satu sisi pendidikan nasional berhasil mencerdaskan
anak bangsa, tetapi hal itu tidak cukup mengingat keberhasilan seseorang tidak
hanya diukur dari kecerdasannya tetapi juga sikap dan karakternya.
Sikap berkarakter sangat penting dalam pengembangan kemampuan diri.
Untuk membentuk karakter tidak perlu menjadikan pendidikan karakter sebagai
mata pelajaran baru, lebih baik membangun karakter melalui pembiasaan disetiap
kegiatan dilingkungan sekolah. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap
dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat relatif melalui proses pembelajaran
yang berulang baik secara bersama-sama maupun sendiri. Pengembangan karakter
melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal
didalam maupun diluar kelas Melalui kegiatan di sekolah, membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat.
Pendidikan karakter mengarahkan pada pembentukan budaya sekolah, yaitu
menanamkan nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan yang
dipraktekkan oleh semua warga sekolah. Selain itu, ideologi bangsa Indonesia
yaitu Pancasila yang di dalamnya terdapat banyak nilai-nilai luhur yang
berbudaya yang dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membentuk karakter siswa yang baik dengan didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan kebaikan.
Habituasi pengembangan karakter di sekolah dalam meningkatkan
keimanan siswa dapat dilakukan dengan membiasakan peserta didik berdo’a
sebelum memulai kegiatan belajar. Disini mengandung makna bahwa setiap
kegiatan harus dimulai dengan berdo’a sebagai cermin ketaatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dari situlah pengembangan karakter berlandaskan iman dan
taqwa sebagai ciptaan Tuhan yang beriman dapat tercerminkan. Selain
pembiasaan tersebut, dengan kegiatan spontan seperti membudayakan 4S
“Senyum, Sapa, Salim, Santun”. Senyum merupakan sikap mental positif yang
dimiliki oleh setiap manusia, untuk meminimalisir krisis moral yang dialami
Bangsa Indonesia saat ini. Senyum sebuah perbuatan yang indah, senyum
merupakan suatu ibadah yang paling mudah, dengan senyum kita dapat membuat
orang lain ikut tersenyum. Melalui senyum pendidikan karakter yang diharapkan
oleh tujuan nasional dapat tercapai. Salam adalah salah satu cara untuk
mengembangkan bahkan merupakan generasi bermoral sesuai karakter bangsa.
Salam dapat membentuk suatu hubungan yang baru, hubungan yang erat dengan
orang yang kita beri salam. Senyum dan salam adalah aplikasi sederhana dari
Pancasila sebagai dasar dari Negara kita. Salim (mencium tangan) adalah suatu
yang diwarisi oleh orang tua kita terdahulu, akan tetapi saat ini muncullah
kebiasaan yang salah dalam mencium tangan yaitu dengan menempelkan tangan
di pipi. Salim mencerminkan sifat rendah hati dan rasa hormat kepada orang yang
lebih tua. Orang Jawa biasanya membudayakan untuk salim ketika bertemu
dimanapun dengan orang yang usianya lebih tua, karena ada tata kramanya.
Santun adalah perilaku pendukung dari pembentukan karakter. Santun berbicara
harus diajarkan kepada anak sedini mungkin, karena santun merupakan atribut
luar dari akhlak. Perilaku santun dapat memberi peluang bagi mereka untuk
menjadi orang yang berkarakter. Contohnya membudayakan santun berbicara.
Anak tidak boleh berbicara kasar kepada orang tua, serta tidak dibolehkan
berbicara yang tidak pantas seperti berbicara yang menyinggung perasaan orang
lain. Budaya 4S tersebut bertujuan membiasakan siswa melakukan sesuatu
dengan baik dari segi afektif. Kebiasaan ini nantinya menjadi pondasi awal
pembentukan karakter individu yang baik sehingga kedepannya sifat ini akan
tertanam dan akan membudaya dilingkungan sekolah. Tidak akan ada perbedaan
pada masing-masing siswa, yang pada dasarnya mereka mempunyai hak dan
kewajiban yang sama sebagai peserta didik. Tidak membedakan kalangan dan
status sosial didunia pendidikan. Semua harus membiasakan baik siswa maupun
guru menjalin keakraban di lingkungan sekolah.
Pembiasaan yang selanjutnya yaitu sekolah sebaiknya melakukan piket
pantau, kegiatan ini ditujukan kepada guru harus lebih aktif dalam hal
memonitoring siswa. Seperti guru harus berangkat lebih awal sebelum siswa
datang ke sekolah setelah itu guru menyambut kedatangan siswa dengan berjabat
tangan sekaligus memantau kelengkapan siswa sebelum masuk ke area sekolah.
Sebelum masuk ke kelas siswa berbaris rapi, hal ini diharapkan siswa dapat
mengembangkan karakter kedisiplinan dan ketertiban.
Pengembangan karakter juga dapat dilakukan dengan kegiatan rutin,
terprogram, dan keteladanan (RTK). RTK merupakan kegiatan pendukung dalam
pengembangan karakter peserta didik, misalkan membiasakan siswa dan warga
sekolah aktif dalam melaksanakan kegiatan sekolah seperti kegiatan lomba mata
pelajaran, ekstrakurikuler (olahraga dan pramuka).
Habituasi pendidikan karakter tidak hanya ditanamkan pada pendidikan
dasar saja, tetapi kita mahasiswa sebagai agent of change juga turut berperan
dalam pembaharuan pendidikan berkarakter. Membangun karakter melalui
pembiasaan disetiap kegiatan dilingkungan kampus seperti aktif dalam organisasi
maupun UKM (Unit Kegiatan Mashasiswa). Hal mendasar yang harus kita
biasakan untuk membentuk karakter kejujuran yaitu dengan tidak mencotek ketika
ujian, tidak melakukan plagiasi dalam mengerjakan tugas, serta membiasakan diri
untuk tidak bermalas-malasan. Karena salah satu kunci kesuksesan adalah
memiliki sikap rajin. Jika semua aspek dapat terlaksana dengan baik, maka
Bangsa Indonesia mampu mewujudkan generasi muda berkarakter khususnya bagi
calon pendidik yang harus memiliki motivasi dalam mewujudkan “Ing Ngarsa
Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang artinya di
depan seorang pendidik harus memberi teladan, di tengah murid dan guru harus
menciptakan prakarsa dan ide, dan dari belakang seorang guru harus memberikan
dorongan dan arahan (Ki Hajar Dewantara).

Anda mungkin juga menyukai