Anda di halaman 1dari 8

MADU

Jurnal Kesehatan

STUDI LITERATUR : HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA


DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA ANAK

LITERATURE STUDY: RELATIONSHIP OF FAMILY


CHARACTERISTICS AND STUNTING EVENTS
IN CHILDREN

Fatmah Zakaria1, Sri Mulyaningsih2, Indriani N. Muka3


123)
Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, Indonesia
Email :indrianimuka@gmail.com

ABSTRAK

Madu Jurnal Kesehatan Kurang gizi pada anak juga mempengaruhi kemampuan kognitif
DIV Kebidanan, Fakultas Ilmu dan kecerdasan anak, serta juga menyebabkan rendahnya
Kesehatan, Universitas produktivitas anak. Salah satu dampak dari kejadian kurang gizi
Muhammadiyah Gorontalo yaitu stunting. Stunting yang dialami anak dapat disebabkan
Homepage : journal.umgo. oleh tidak terpaparnya periode seribu hari pertama kehidupan
ac.id/index.php/madu hal ini dapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat
P-ISSN: 2301-5683 pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang
dimasa depan. Tujuan penelitian Untuk mengetahui Hubungan
Riwayat Artikel Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Anak.
Diterima : 00-00-20xx Metode yang digunakan adalah Desain naratif deskriptif dengan
Disetujui : 00-00-20xx pendekatan literature review (studi literatur). Sumber data yang
Diterbitkan : 00-00-20xx digunakan yaitu berasal dari 5 jurnal penelitian yang sudah
ditelaah sebelumnya dan 1 text book. Kesimpulan, terdapat
hubungan karakteristik keluarga dengan kejadian stunting pada
anak, adapun karakteristik keluarga dalam penelitian ini yaitu
pendidikan orang tua, pekerjaan, pemberian ASI Esklusif,
ekonomi keluarga, pola asuh dan yang menjadi salah satu
penentu terjadinya stunting dalam sebuah keluarga adalah status
ekonomi keluarga.
Kata Kunci : Karakteristik Keluarga, Anak, Stunting.

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 1


MADU
Jurnal Kesehatan

ABSTRACT

Malnutrition in children also affects cognitive abilities and


intelligence, and also causes low productivity of children.
One of the effects of nutrition deficiency was a stunting.
Stunting in children can be caused by not being exposed to
the first thousand days of life. This is of particular concern
because it determines the level of physical growth,
intelligence, and productivity of a person in the future. The
objective of research was to determine the relationship
between family’s characteristics with the stunting in
children. The method used descriptive narrative design
with literature review approach (Literature Study).
Resource data used 5 research journals and 1 text book.
The conclusion, there is relationship between family’s
characteristics with the stunting in children, as for the
family characteristics, namely parental education,
employment, exclusive breastfeeding, family economy,
parenting styles and one of the determinants of stunting in
a family is the economic status of the family.
Keywords: Family Characteristics, Children, Stunting.

PENDAHULUAN organization) tahun 2018 menunjukkan bahwa


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh anak yang mengalami stunting mencapai
pada anak balita (Bagi bayi dibawah lima 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita 2 Stunting
tahun) yang diakibatkan kekurangan gizi masih menjadi masalah gizi di Indonesia
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk karena berdasarkan data hasil Riset Kesehatan
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah stunting secara nasional masih cukup tinggi
bayi lahir akan tetapi, kondisi Stuntingbaru yaitu sebesar 37,2%, yang berarti terjadi
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
yang dialami anak dapat disebabkan oleh 2010 yaitu sebesar 35,6% dan tahun 2013
tidak terpaparnya periode 1000 hari pertama sebesar 36,8%. Hasil Riskesdas Nusa
kehidupan mendapat perhatian khusus karena Tenggara Timur merupakan provinsi yang
menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, memiliki prevalensi stunting tertinggi
kecerdasan, dan produktivitas seseorang di sedangkan Gorontalo berada pada urutan ke-4
masa depan1 (Kemenkes RI. 2018).2 Data Dinas Kesehatan
Stunting merupakan salah satu Provinsi Gorontalo tahun 2018 bahwa
permasalahan status gizi pada balita yang prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten
digambarkan sebagai bentuk kegagalan Gorontalo sebesar 24.8% dengan Kecamatan
pertumbuhan akibat gizi buruk dan kesehatan yang tertinggi rekapitulasi stunting
selama periode prenatal dan postnatal yang berdasarkan penimbangan yakni di wilayah
muncul sebagai akibat dari keadaan Talaga Jaya yang berjumlah 208 orang dan
kekurangan gizi yang terakumulasi dalam diikuti oleh wilayah Limboto Barat yang
waktu yang cukup lama sehingga akan lebih berjumlah 117 orang.
terlihat manifestnya secara fisik di usia 24-59 Stunting adalah keadaan status
bulan. Berdasarkan data WHO (world health giziseseorang berdasarkan z-skor tinggi badan

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 2


MADU
Jurnal Kesehatan

(TB) terhadap umur (U) dimanaterletak pada juga tentunya memberikan dampak kepada
<-2 SD (Senbanjo, 2011).3 Indeks TB/U keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
merupakan indeks antropometri yang Selain itu keluarga miskin sebagian besar
menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu memiliki tingkat pendidikan yang rendah, hal
dan berhubungan dengan kondisilingkungan tersebut dikarenakan keterbatasan ekonomi
dan sosial ekonomi. Pendek dansangat pendek yang dialami sehingga mereka tidak mampu
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
Panjang Badanmenurut Umur (PB/U) atau lebih tinggi.
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang Faktor lain yang dapat menyebabkan
merupakanpadanan istilah stunted (pendek) stunting adalah pola pengasuhan keluarga.
dan severely stunted (sangat pendek). Perbedaan pola pengasuhan tentunya
Pengaruhkekurangan zat gizi terhadap tinggi berdampak pada tumbuh kembang bayi
badan dapat dilihat dalam waktu yang relative karena keluarga yang menerapkan pola
lama4 pengasuhan demokratis tentu berbeda dengan
Stunting (tubuh pendek) didefinisikan keluarga yang lebih dominan pada pola
sebagai keadaan tubuh yang pendek atau pengasuhan otoriter, hal ini disebabkan karena
sangat pendek hingga melampaui -2 SD di pengasuhan merupakan suatu proses merawat
bawah median panjang berdasarkan tinggi atau membesarkan anak yang meliputi
badan menurut usia. Stuntingmenggambarkan penyediaan kasih sayang, pembentukan ikatan
suatu keadaan malnutrisi yang kronis dan emosional dengan anak, serta adanya
anak memerlukan waktu untuk berkembang kesempatan bagi anak untuk berkembang.
serta pulih kembali munuju keadaan tinggi Anak juga harus mendapatkan pemenuhan
badan anak yang normal menurut usianya5 kebutuhan fisik maupun psikososial, sandang,
Tinggi badan dalam keadaan normal pangan, gizi, pengobatan cepat dan tepat serta
akan bertambah seiring dengan bertambahnya perawatan kesehatan dasar7
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti Menurut pandangan Islam bahwa
berat badan, relatif kurang sensitif terhadap tugas merawat anak merupakan tanggung
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang jawab orang tua sebagaimana yang tertuang
pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi dalam surat An-Nisa ayat 9 yang artinya “Dan
terhadap tinggi badan akan tampak dalam hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
waktu yang relatif lama sehingga indeks ini yang sekiranya mereka meninggalkan
dapat digunakan untuk menggambarkan status keturunan yang lemah di belakang mereka
gizi pada masa lalu6 yang mereka khawatir terhadap
Stunting disebabkan oleh faktor (kesejahteraannya)”. Selanjutnya Surat Al
karakteristik keluarga. Kondisi yang terjadi di baqarah ayat 233 yang artinya “Dan ibu-ibu
lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang hendaklah menyusui anak-anaknya selama
lebih besar terhadap kejadian stunting, yaitu dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui
mencapai 90 % sedangkan faktor keturunan secara sempurna. Dan kewajiban ayah
atau gen hanya 10%. Dalam lingkungan menanggung nafkah dan pakaian mereka
keluarga yang mampu memberikan asupan dengan yang patut”
gizi yang cukup pada seribu hari pertama
kehidupan bayi tentu lebih mudah BAHAN DAN METODE
mengantisipasi masalah stunting Desain yang digunakan adalah desain
dibandingkan dengan keluarga yang tidak naratif deskriptif dengan pendekatan literature
mampu memenuhi gizi bayi dalam kandungan review (studi literatur). Studi literatur review
ibunya. Selain itu tingkat pendapatan keluarga merupakan sebuah sintesa dari literatur

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 3


MADU
Jurnal Kesehatan

tentang topik penelitian. Literatur review masalah gizi yang ditunjukkan anak pendek
dibuat dengan bersumber pada buku, jurnal adalah masalah gizi yang sifatnya kronis 9
serta publikasi lainnya terkait dengan topik Penelitian yang dilakukan oleh
yang diteliti. Lebih lanjut dari sumber-sumber (Rahmad & Miko, 2016).10 Kajian stunting
tersebut, peneliti membuat summarize untuk pada anak balita berdasarkan pola asuh dan
dimasukkan pada bagian atau bab pendapatan keluarga di Kota Banda Aceh.
kepustakaan 8 Hasil penelitian menunjukkan kejadian
Pada Penelitian ini, peneliti stunting pada bayi yang disebabkan oleh
melakukan kajian dan analisis hasil literatur rendahnya pendapatan keluarga (p = 0,026;
penelitian sebelumnya yang relevan mengenai OR = 3,1), pemberian ASI non-eksklusif (p =
Hubungan karakteristik keluarga dengan 0,002; OR = 4,2), pemberian MP-ASI yang
kejadian stunting pada anak. Tujuan penelitian buruk (p = 0,007; = 3,4), dan imunisasi tidak
studi literatur ini adalah untuk mendapatkan lengkap (p = 0,040; OR = 3,5). Hasil analisis
landasan teori yang bisa mendukung multivariat diperoleh bahwa tidak
pemecahan masalah yang sedang diteliti dan memberikan ASI sangat dominan
mengungkapkan berbagai teori-teori yang menyebabkan stunting pada balita di Banda
relevan dengan kasus lebih khusus. Aceh dengan OR = 4,9.
Peneliti menyimpulkan bahwa
HASIL keluarga yang mempunyai keterbatasan
Berdasarkan hasil literatur review yg ekonomi akan sangat sulit untuk pemenuhan
di lakukan dapat disimpulkan bahwa kejadian bahan pangan dalam rumah tangga, hal ini
stunting pada seorang anak dipengaruhi oleh jika berlangsung lama secara terus menerus
banyak faktor, yaitu ekonomi orang tua, berdampak terhadap tinggi anak-anak untuk
pendidikan orang tua, sikap dan perilaku mengalami kependekan. Selin itu, faktor pola
orang tua, faktor genetik, pemenuhan mineral asuh seperti pemberian ASI dan MP- ASI
dan zink. Untuk memperbaiki agar tidak serta pelayanan kesehatan mempunyai andil
terjadi stunting pada orang tua yang terhadap tingginya masalah gizi.
berpendidikan rendah yaitu dengan Pengasuhan anak merupakan sebuah
memberikan informasi mengenai kebutuhan perilaku yang diberikan oleh pengasuh
gizi pada anak dan pencegahan stunting. keluarga terutama seorang ibu. Pengasuhan
tersebut berupa pemberian makanan,
PEMBAHASAN memelihara kesehatan, pemberian stimulus
Beberapa faktor yang mempengaruhi dan dukungan emosional yang dibutuhkan
terjadinya stunting pada anak yakni faktor anak untuk menunjang proses tumbuh
langsung yaitu asupan makanan dan penyakit kembangnya11 Pola asuh anak merupakan
infeksi serta faktor tidak langsung seperti sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang
pengetahuan gizi (pendidikan orang tua, untuk mengambil keputusan yang akan
pengetahuan tentang gizi, pendapatan orang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
tua/status ekonomi orang tua, pekerjaan orang dengan melakukan pengasuhan yang tepat dan
tua, distribusi makanan, pola asuh orang tua, bermutu pada anak termasuk pengasuhan
pemberian ASI Esklusif, besar keluarga). makanan bergizi. Kunci dari pola asuh gizi
Masalah anak pendek merupakan cerminan adalah praktek penyusuan, pemberian
dari keadaan sosial ekonomi masyarakat. makanan pendamping ASI dan perawatan
Karena masalah gizi pendek diakibatkan oleh kesehatan. Praktek penyusuan mencakup
keadaan yang berlangsung lama, maka ciri pemberian makanan prelaktal, kolostrum,

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 4


MADU
Jurnal Kesehatan

menyusui secara ekslusif dan praktek (p<0,001) dengan kejadian stunting pada
penyapihan12 baduta. Anak dengan tingkat kecukupan
Status ekonomi keluarga adalah protein yang rendah berisiko 6,495 kali
kemampuan perekonomian suatu keluarga mengalami stunting.
dalam memenuhi setiap kebutuhan hidup Peneliti menyimpulkan bahwa untuk
seluruh anggota keluarga. Tingkat sosial memenuhi kebutuhan baduta dipengaruhi oleh
ekonomi terutama penghasilan sanat status ekonomi. Keluarga dengan status
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan ekonomi yang baik dapat memperoleh
hidup seseorang dan keluarga, kemiskinan kecukupan protein, karbohidrat, vitamin A,
(sosial ekonomi rendah) merupakan keadaan kalsium, zinc dan zat besi, pelayanan umum
yang mengarah pada kondisi kerja yang yang lebih baik seperti, pendidikan, pelayanan
buruk, perumahan yang terlalu padat, kesehatan, akses jalan dan sebagainya
lingkungan yang buruk serta malnutrisi (gizi sehingga dapat mempengaruhi status gizi
buruk) karena kurangnya kemampuan untuk anak.
memenuhi kebutuhan hidup, status ekonomi Sedangkan menurut (Rohmawati,
keluarga berperan penting terhadap anak 2017).Anak yang dilahirkan dari kedua atau
stunting disebabkan oleh ekonomi salah satu orang tua yang pendek, memiliki
berpengaruh terhadap pola asuh anak, risiko menjadi stunting sebesar 11,13 kali
pendidikan dan pengetahuan orang tua dalam dibandingkan dengan anak yang dilahirkan
pemahaman informasi ataupun keadaan dari orang tua dengan tinggi badan normal.
dilingkungan sekitar 13 Sedangkan anak yang tidak diberi ASI
Peneliti berasumsi bahwa rendahnya eksklusif, memiliki risiko menjadi stunting
pendapatan sebuah keluarga merupakan 6,54 kali dibandingkan dengan anak yang
rintangan yang menyebabkan keluarga diberi ASI eksklusif. Ibu yang tidak
tersebut tidak mampu membeli pangan dalam memberikan ASI secara eksklusif biasanya
jumlah yang diperlukan. Sehingga akibat dari memberikan makanan lain sebagai pengganti
tinggi rendahnya pendapatan sangat ASI. MP-ASI yang biasa diberikan berupa
mempengaruhi daya beli keluarga terhadap pisang, bubur saring, susu formula dan
bahan pangan yang akhirnya berpengaruh biscuit.14
terhadap keadaan gizi baik stunting maupun Peneliti berasumsi tingkat kecukupan
normal terutama anak balita karena pada masa asupan zat gizi merupakan salah satu faktor
itu diperlukan banyak zat gizi untuk langsung yang menyebabkan stunting.
pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Terdapat berbagai jenis zat gizi yang penting
Penelitian yang dilakukan oleh bagi pertumbuhan anak yang terdiri atas zat
(Rahmad & Miko, 2016)10 sejalan dengan gizi makronutrien (energi, karbohidrat lemak
penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, et dan potein) dan mikronutrien (vitamin dan
al. 2020). Karakteristik Keluarga dan Tingkat mineral). Ketidakseimbangan asupan zat gizi
Kecukupan Asupan Zat Gizi Sebagai Faktor makro seperti energi, protein, lemak dan
Risiko Kejadian Stunting pada Baduta. Hasil karbohidrat secara berkepanjangan dapat
bivariat menunjukkan variabel usia baduta, mempengaruhi terjadinya perubahan pada
panjang badan lahir, tingkat kecukupan jaringan massa tubuh yang akan berdampak
protein, karbohidrat, vitamin A, kalsium, zinc pada pertumbuhan tinggi dan berat badan
dan zat besi berhubungan dengan kejadian anak.
stunting pada baduta. Uji multivariat Penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan terdapat hubungan yang Ririanty, et al (2015). Faktor-faktor yang
signifikan antara tingkat kecukuppran protein Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 5


MADU
Jurnal Kesehatan

Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. makanan dan penyakit infeksi serta faktor
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor tidak langsung seperti pengetahuan gizi
yang mempengaruhi terjadinya stunting pada (pendidikan orang tua, pengetahuan tentang
anak balita yang berada di wilayah pedesaan gizi, pendapatan orang tua, distribusi
dan perkotaan adalah pendidikan ibu, makanan, besar keluarga).16
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu Peneliti berasumsi stunting
mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, merupakan pertumbuhan linear yang gagal
umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat
zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi dari pola makan yang buruk, pengetahuan
serta faktor genetik. Namun, untuk status orang tua yang kurang dan di pengaruhi oleh
pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status penyakit.
imunisasi, tingkat kecukupan energi, dan Penelitian yang dilakukan oleh
status BBLR tidak mempengaruhi terjadinya (Triatmaja, 2017). Status Gizi Bayi Usia 6-12
stunting. Tingkat kecukupan protein dan Bulan di Kota Bogor Tahun 2015 ditinjau dari
kalsium di wilayah pedesaan menunjukkan Pemberian Makan dan Sosiodemografi Ibu.
hubungan yang signifikan sedangkan di Hasil penelitian menunjukkan prevalensi
wilayah perkotaan tidak menunjukkan adanya underweight sebesar 4.3%, stunting sebesar
hubungan.15 13%, dan wasting sebesar 9.8%. Terdapat
Peneliti penyimpulkan bahwa hubungan signifikan antara pendidikan ibu
stunting merupakan masalah gizi utama yang dan status ekonomi keluarga dengan status
akan berdampak pada kehidupan sosial dan gizi bayi menurut indikator BB/U dan TB/U
ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, (p<0.05). Perlu adanya peningkatan
stunting dapat berpengaruh pada anak balita pengetahuan ibu terkait pola asuh makan yang
pada jangka panjang yaitu mengganggu sesuai untuk menurunkan masalah gizi kurang
kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya pada bayi. Peneliti menyimpulkan bahwa Ibu
di kemudian hari. Anak balita stunting yang mempunyai pendidikan rendah akan
cenderung akan sulit mencapai potensi mempunyai sedikit kesempatan memperoleh,
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal memproses, dan menginterpretasi informasi
baik secara fisik maupun psikomotorik. terkait pemberian makan yang sesuai
Penelitian yang dilakukan oleh dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi
Alamsyah, et al (2016). Hubungan sehingga tidak dapat memberikan makanan
Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh yang sesuai untuk anaknya.17
Pemberian Makan Terhadap Kejadian Peneliti berasumsi bahwa Masalah
Stunting Pada Balita Di Puskesmas Ulak gizi kurang (underweight, stunting, dan
Muid Kabupaten Melawi. Hasil uji statistik wasting) pada bayi dipengaruhi oleh banyak
diperoleh ada hubungan antara pengetahuan faktor terjadinya masalah gizi kurang pada
(p value = 0,012 dan PR=1,826) dengan bayi, salah satunya pemberian makan yang
kejadian Stunting pada anak Balita, ada kurang sesuai, ekonomi dalam keluarga,
hubungan antara pendapatan (p value = 0,021 pendidikan orang tua terutama seoran ibu.
dan PR=1,490), frekuensi konsumsi telura Persamaan penelitian ini dengan
ayam (pvalue = 0,015 dan PR=1,813) dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-
frekuensi pemberian ASI (p value = 0,022 dan peneliti sebelumnya yaitu terdapat pengaruh
PR=1,492) dengan kejadian Stunting pada karakteristik keluarga (pendidikan orang tua,
anak Balita. Peneliti menyimpulkan beberapa pekerjaan, pemberian ASI Esklusif, ekonomi
faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting keluarga, pola asuh) sangat berpengaruh
pada anak yakni faktor langsung yaitu asupan terhadap tumbuh kembang anak untuk

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 6


MADU
Jurnal Kesehatan

mencegah terjadinya stunting. Perbedaan Penelitian ini dapat menjadi sumber


penelitian ini dengan penelitian yang informasi bagi keluarga ataupun
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya masyarakat mengenai stunting dan
yaitu selain karakteristik keluarga (pendidikan faktor penyebab stunting yang berasal
orang tua, pekerjaan, pemberian ASI Esklusif, dari kehidupan sehari-hari atau
ekonomi keluarga, pola asuh) terdapat juga karakteristik keluarga tersebut,
karakteristik keluarga seperti pemberian MP- penelitian ini dapat dijadikan sarana
ASI, sosiodemografi ibu, sikap dan perilaku untuk mengetahui cara pencegahan
orang tua, kebersihan lingkungan yang dapat stunting.
mempengaruhi terjadinya stunting. 2. Bagi mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi sumber
KESIMPULAN informasi untuk menambah wawasan
Berdasarkan hasil analisis bahwa mengenai tumbuh kembang anak dan
terdapat hubungan karakteristik keluarga menjadi bahan perbadingan untuk
terhadap kejadian stunting pada anak, adapun penelitian berikutnya mengenai
karakteristik keluarga yaitu, pendidikan orang stunting dan karakteristik keluarga.
tua, pekerjaan, pemberian ASI Esklusif,
ekonomi keluarga, pola asuh. Tingkat DAFTAR PUSTAKA
pendidikan mempengaruhi pola konsumsi
makan melalui cara pemilihan bahan makanan 1. Depkes RI. (2015). Pemantauan Status
dalam hal kualitas dan kuantitas, selain Gizi di Wilayah Kabpaten Kota Se
pendidikan terdapat juga pekerjaan orang tua Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.
yang andil yang besar dalam masalah gizi. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Pekerjaan orang tua berkaitan erat dengan 2. Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan
penghasilan keluarga yang mempengaruhi Dasar Indonesia Tahun 2018. Jakarta.
daya beli keluarga. Keluarga dengan Kemenkes RI
pendapatan yang terbatas, besar kemungkinan 3. Senbanjo. (2011). Prefalensi dan faktor-
kurang dapat memenuhi kebutuhan faktor penyebab stunting. Jurnal
makanannya secara kualitas dan kuantitas, Kesehatan. Vol 20 (4) : 364-370
terdapat juga pemberian ASI Esklusif dapat 4. Gibson R.S. (2015). Prinsip Nutrisi.
mempengaruhi stuting pada anak karena ASI Edisi Kedua. Terjemahan. Oxford
mengandung growth faktor yang melindungi University
bayi terhadap infeksi dan juga merangsang 5. Kemenkes RI. (2016). Standar
pertumbuhan bayi yang normal. Status Demografi Kesehatan Indonesia.
menyusui juga merupakan faktor risiko Jakarta. Kemenkes RI
terhadap kejadian stunting, status ekonomi 6. Supariasa, I.D.N. (2011). Pendidikan dan
termasuk dalam karakteristik keluar yang konsultasi gizi. Jakarta. EGC
menyebabkan bayi stunting. Anak juga harus 7. Ronald H.S. (2011). Pedoman dan
mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik Perawatan Balita. Bandung. Nuansa
maupun psikososial, sandang, pangan, gizi, Aulia
pengobatan cepat dan tepat serta perawatan 8. Swarjana, I.K. (2012). Metodologi
kesehatan dasar (pola asuh). penelitian kesehatan. Yogyakarta. Andi
9. Wulandari. (2015). Pengaruh tinggi
SARAN badan dengan kejadian stunting. Jurnal
1. Bagi keluarga Penelitian. Yogyakarta. UGM

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 7


MADU
Jurnal Kesehatan

10. Rahmad dan Miko. (2016). Hubungan


pendapatan keluarga, berat lahir dan
panjang lahir dengan kejadian stunting
balita 24-59 bulan di Bangkalan. Jurnal
Kesehatan
11. Syarfaini. (2014). Gambaran pola
pengasuhan gizi pada anak balita di
Kecamatan Tapalang Kabupaten
Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Jurnal
Kesehatan. VII (1) 267-276
12. Purnamasari (2015). Hubungan pola
asuh orang tua dengan status gizibalita
di Posyandu Kelurahan Wirogunan Kota
Yogyakarta. Universitas Aisyiyah.
Naskah Publikasi.
13. Yuliana dan Hakim. (2019).
Keperibadian dan keluarga. Jakarta.
Arcom
14. Rohmawati. (2017). Pengaruh tinggi
badan dengan kejadian stunting. Jurnal
Penelitian. Yogyakarta. UGM
15. Ririanty, et Al. (2015). Pola asuh makan
pada balita dengan status gizi kurang di
jawa timur, jawa tengah, dan kalimantan
tengah, Tahun 2011. Jurnal Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 16 (2):
185-193
16. Alamsyah, et Al. (2016).. Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri
26 Bandung. Jurnal. Thesis Universitas
Pendidikan Indonesia. Vol 5 (3): 135-144
17. Triatmaja. (2017). Makanan Bayi dan
Ibu Menyusui. Jakarta. Gramedia
Pustaka

Vol. xx No. x, Bulan Tahun 8

Anda mungkin juga menyukai