TINJAUAN PUSTAKA
1) Kolom
2) Balok (dapat bersamaan dengan plat/slab)
3) Pelat / slab (termasuk tangga)
2.1.1 Kolom
Kolom adalah elemen vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok. Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan
bentuk dan susunan tulangan, posisi beban pada penampang dan panjang
kolom dalam hubungannya dengan dimensi lateral.
9
digunakan terutama untuk menumpu beban tekan aksial.
2.1.2 Balok
Balok adalah elemen struktur yang menahan beban lentur dan
menyalurkan beban-beban dari slab lantai ke kolom penyangga yang
vertikal. Pada umumnya elemen balok dicor secara monolit dengan slab
dan secara struktural ditulangi di bagian bawah atau di bagian atas. Balok
juga berfungsi sebagai pengekang dari struktur kolom. Pada balok berlaku
pula panjang bentang teoritis l harus dianggap sama dengan bentang
bersih L ditambah dengan setengah panjang perletakan yang telah
ditetapkan.
Tata cara untuk perencanaan penampang minimum balok non
prategang telah diatur berdasarkan SNI 2847:2013, tabel 9.5(a). Halaman
70, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
seperti pada tabel 2.1 yaitu untuk perencanaan tebal minimum dari balok.
10
Tabel 2.1. Tebal Minimum Balok Non-prategang atau Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung
Kedua
Tertumpu Satu ujung
ujung Kantilever
Komponen sederhana menerus
menerus
struktur
Pelat masif
L/20 L/24 L/28 L/10
satu-arah
Balok atau
pelat usuk L/16 L/18.5 L/21 L/8
satu-arah
2.1.3 Pelat
Pelat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi
baik pada gedung maupun jembatan dan biasanya dibangun dengan
konstruksi beton bertulang. Pelat lantai sangat dipengaruhi oleh momen
lentur dan gaya geser yang terjadi. Sisi tarik pada pelat terlentur ditahan
oleh tulangan baja, sedangkan gaya geser pada pelat lantai ditahan oleh
beton yang menyusun pelat lantai itu sendiri. Berdasarkan perilaku pelat
lantai dalam menahan beban yang bekerja, pelat lantai dibagi menjadi dua
yaitu pelat satu arah (one-way slab) dan pelat dua arah (two-way slab).
11
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3 :
- Untuk αm ≤ 0.2
ln( 0,8 + )
ℎ= 1400
36 + 5 ( − 0,2 )
ln( 0,8 + )
ℎ= 1400
36 + 9
12
2.2. Perencanaan Kapasitas
Prinsip perencanaan kapasitas adalah pengendalian energi beban
lateral gempa yang masuk dalam struktur agar struktur dapat berperilaku
memuaskan dan tidak terjadi keruntuhan pada saat terjadi gempa kuat.
Prinsip perancangan kapasitas merupakan konsep “kolom kuat balok
lemah” (strong coulumn-weak beam), dimana kolom-kolom dirancang
lebih kuat daripada baloknya untuk menjamin kolom tetap elastis dan
ujung balok menjadi plastis bila mengalami gempa, artinya ketika struktur
gedung memikul pengaruh Gempa Rencana, sendi-sendi plastis di dalam
struktur gedung tersebut hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan
pada kaki kolom dan atau pada kaki dinding geser saja. Secara ideal,
mekanisme keruntuhan suatu struktur gedung adalah seperti ditunjukkan
dalam gambar berikut.
Gambar 2.1. Mekanisme keruntuhan ideal suatu struktur gedung dengan sendi
plastis terbentuk pada ujung-ujung balok, kaki kolom
(SNI 03-1726-2002)
13
2.3. Analisa Pembebanan
Beban dan macam beban yang bekerja pada struktur sangat
tergantung dari jenis struktur. Berikut ini akan disajikan jenis-jenis beban,
data beban serta faktor-faktor dan kombinasi pembebanan sebagai dasar
acuan bagi perhitungan struktur.
14
2) Beban hidup (live load/LL)
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban
konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan,
beban gempa, beban banjir dan beban mati. Jenis beban hidup adalah
sebagai berikut :
15
ekuivalen sedangkan beban gempa dinamis ada respon spektrum dan time
history.
1=
( )
2=
( )
3 = 0,044. .
Perhitungan perioda fundamental pendekatan (T) :
= .ℎ
Setelah didapat nilai V maka dapat dihitung faktor distribusi vertikal
(Cvx) dan Gaya gempa lateral (Fx) dengan rumus :
.ℎ
=
∑ .ℎ
= .
16
Dimana : R = Faktor Modifikasi Respon ( SNI 1726:2012, Tabel 9)
I = Faktor Keutamaan Gempa ( SNI 1726:2012, Tabel 2)
Ct dan x = Nilai perioda pendekatan ( SNI 1726:2012, Tabel
15 )
hn = Ketinggian Struktur
17
2.4. Jenis-jenis Sistem Struktur
Macam-macam jenis sistem struktur gedung :
18
dan parameter S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik)
seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 berikut ini:
19
2.6. Respon Struktur
Respon struktur merupakan respon yang diberikan oleh struktur
sebagai akibat adanya beban yang diberikan pada struktur. Respon
struktur mencakup akibat secara langsung pada struktur seperti deformasi
serta reaksi terhadap gaya dalam struktur. Untuk itu, elemen-elemen
struktur harus direncanakan dengan sebaik mungkin agar tidak
mengalami keruntuhan.
1) Gaya Aksial
Jika respon yang diberikan sejajar dengan sumbu lokal utama
suatu elemen struktur.
2) Gaya Geser
Jika respon yang diberikan tegak lurus dengan sumbu lokal utama
suatu elemen struktur.
3) Momen
Jika respon yang diberikan berupa rotasi yang arahnya tegak lurus
dengan sumbu lokal utama suatu elemen struktur.
2.7. Pondasi
2.7.1. Syarat-syarat pondasi
Pemilihan jenis pondasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
20
1) Keadaan tanah pondasi
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe
pondasi yang sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah,
kedalaman lapisan tanah keras dan sebagainya.
2) Batasan-batasan akibat struktur di atasnya
Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe
pondasi. Hal ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan
penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan diatasnya (statis tertentu
dan tak tentu, kekakuannya, dll )
3) Batasan-batasan keadaaan lingkungan di sekitarnya
Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek,
dimana perlu diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu
ataupun membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada
disekitarnya.
4) Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan
Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek
waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat
hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam
pembangunan.
21
Pada umumnya digunakan untuk bangunan rumah tinggal dan
gedung bertingkat ringan, yaitu dengan memperlebar bagian bawah
kolom atau dinding bawah bangunan sehingga membentuk suatu telapak
yang menyebarkan beban bangunan menjadi tegangan yang lebih kecil
dari daya dukung tanah yang diijinkan.
2) Pondasi cakar ayam
Pondasi cakar ayam digunakan di daerah rawa atau tepatnya pada
tanah dengan kapasitas dukung 1,5-3,5 ton/m2 . Dasar pemikiran pondasi
cakar ayam adalah pemanfaatan karakteristik tanah yang tidak
dimanfaatkan oleh sistem pondasi lain, yaitu pemanfaatan adanya tekanan
tanah pasif. Pondasi ini terdiri dari pelat beton bertulang dengan pipa-pipa
beton yang dihubungkan secara monolit. Pelat beton tersebut akan
mengapung diatas tanah rawa ataupun tanah lembek.
3) Pondasi sarang laba-laba
Pondasi sarang laba-laba berfungsi untuk memikul beban
terpusat/kolom dari struktur atas seperti bangunan bertingkat tiga sampai
lima, pabrik , hanggar, menara transmisi tegangan tinggi dan menara air.
Pondasi ini terdiri dari pelat beton tipis, yang dibawahnya dikakukan oleh
rib-rib tegak.
22
sampai mencapai tanah keras. Pada bagian atas pondasi diberi poer untuk
menerima dan meneruskan beban pondasi sumuran secara merata.
2) Pondasi tiang
Pondasi tiang kayu
Pondasi ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah yang
banyak terdapat hutan kayu, sehingga mudah memperoleh tiang kayu
yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar. Biasanya
satu tiang bisa menahan beban sampai 25 ton.
Pondasi tiang baja
Kekuatan tiang ini cukup besar sehingga di dalam pengangkutan
dan pemancangannya tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya
pada tiang bore pile beton pracetak. Pemakaiannya sangat bermanfaat
apabila diperlukan pondasi tiang yang panjang/dalam dengan tahanan
ujung yang besar. Satu-satunya kelemahan yang dimiliki adalah tidak
tahan terhadap korosi atau karat.
Pondasi tiang beton
Pondasi ini terdiri atas : Tiang PC, Tiang Mini, Tiang Franky,
Tiang Bump, Tiang Bor, Tiang Strauss, dan Tiang Mikro.
3) Pondasi Caisson
Pondasi ini digunakan sebagai pondasi dasar bangunan yang
dipakai apabila cara penggalian terbuka tidak dimungkinkan karena
adanya air naik atau endapan pada dasar pondasi. Selain itu digunakan
pula bila daya dukung tidak mencukupi dengan menggunakan pondasi
tiang atau penurunan dan getaran memegang peranan dalam
pemakaiannya.
23