Anda di halaman 1dari 12

Sinau-Thewe.

com

Konsep Asesmen Nasional


1. Pengantar
Selamat! Anda telah menyelesaikan asesmen pra program. Semoga Bapak dan Ibu sudah
siap untuk sama-sama belajar.

Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen
Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan
mengenai Asesmen Nasional? 

Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan
karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen
utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar


literasi membaca dan numerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan
terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai
gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk
menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen
Nasional pun perlu terus disebarluaskan. Apakah Anda sependapat? 

Sekarang, Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mendapatkan


pemahaman lebih jauh. Tandai selesai lalu lanjutkan.

2. Tujuan dan Manfaat Asesmen


Nasional
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya
untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang
untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang
pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan


mutu dari waktu ke waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem
pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di
satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar
kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi
tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah
sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan
dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber
daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat,
bukan sekedar nilai belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil
Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai peta awal mutu sistem pendidikan secara
nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah
maupun daerah. Berikut infografis yang menjelaskan manfaat asesmen nasional.

Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang Asesmen Nasional memberi
kesempatan sekaligus menuntut guru dan sekolah untuk memperbaiki kualitas
pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih kompeten. Hal ini terlihat dari
penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih fokus pada daya nalar dalam bentuk
literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga mendorong guru dan sekolah mengubah
praktik-praktik pembelajaran lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. 

Bagaimana contohnya? Misalnya, guru ingin mengembangkan keterampilan literasi pada


siswa. Dalam hal ini, guru perlu memotivasi siswa untuk membaca tidak hanya dari buku
teks, tetapi bisa dari berbagai sumber. Guru juga perlu mengajak siswa berdiskusi dan
mengevaluasi informasi yang dibaca, tidak sekedar meringkas dan mengulang kembali.

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

Bagaimana dengan keterampilan numerasi? Pada keterampilan numerasi, guru perlu


memastikan siswa memiliki intuisi angka (number sense) dan pemahaman aritmatika
dasar sejak dini. Guru juga perlu memandu siswa memecahkan masalah terkait numerasi
yang terjadi dalam konteks kehidupannya. Hal ini disebabkan masalah yang menuntut
diskusi dan penalaran tidak dapat dipecahkan hanya dengan menghafal rumus semata.
Sekarang, Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mendapatkan
pemahaman lebih jauh. Tandai selesai lalu lanjutkan.

3. Membandingkan Asesmen Nasional


dengan Ujian Nasional
Beberapa pertanyaan yang seringkali muncul terkait penghapusan Ujian Nasional dan
pemberlakuan Asesmen Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional merupakan
pengganti Ujian Nasional. Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan siswa, guru dan
sekolah menghadapi Asesmen Nasional.

Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal
penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu. Berikut
terdapat informasi mengenai perbandingan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional.

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama.


Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen
Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia,

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar


siswa secara individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta
program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada
kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan
tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan
AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai
salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap
sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode
sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar
pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional
adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau
minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di
masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret
hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang
memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam
pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan
untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis
komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive
Testing  (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif,
dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya. .
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai
tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari
sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian
nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian
Nasional?

Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis
pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian
Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas
mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.  

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

Sekarang, Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mendapatkan


pemahaman lebih jauh. Tandai selesai lalu lanjutkan.

4. Evaluasi Ujian Nasional


Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah membandingkan
Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga
berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung
selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar
individu dan pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang
diharapkan sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu,
beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan
pelaksanaan Ujian Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 

Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input
dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan
karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap
dilakukan melalui UN saja.

Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada


subjek siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih
kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan
kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.

Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut,
maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional
adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya
pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala
satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM
sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.

Silakan membaca penjelasan lengkap pada tautan berikut ini Tanya Jawab Ujian Nasional

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

Sekarang, Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mendapatkan


pemahaman lebih jauh. Tandai selesai lalu lanjutkan.

https://www.kemdikbud.go.id/main/tany
a-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional
Daftar Tanya Jawab Kebijakan Ujian
Nasional (UN)
Apa kebijakan baru tentang UN?
 
Jawab:
Mulai tahun 2021 UN akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Kedua asesmen baru ini dirancang khusus untuk fungsi pemetaan dan perbaikan mutu pendidikan
secara nasional.
 
 
Mengapa 2020 akan menjadi tahun terakhir bagi UN?
 
Jawab:
Pertama, UN lebih banyak berisi butir-butir yang mengukur kompetensi berpikir tingkat rendah. Hal ini
tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang lebih relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013.
 
Kedua, UN kurang mendorong guru menggunakan metode pengajaran yang efektif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Asesmen kompetensi pengganti UN akan
dirancang memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada
pengembangan penalaran, bukan hafalan.
 
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu pendidikan secara nasional. Karena
dilangsungkan di akhir jenjang, hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
belajar siswa dan memberi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
 
 
Apa akan mengganti UN?
 
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN mengukur kompetensi bernalar yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah di berbagai konteks, baik personal maupun profesional (pekerjaan). Saat ini
kompetensi apa saja yang akan diukur masih dikaji, namun contohnya adalah kompetensi bernalar
tentang teks (literasi) dan angka (numerasi).
 
Selain itu, Kemdikbud juga akan melakukan survei untuk mengukur aspek-aspek lain yang
mencerminkan penerapan Pancasila di sekolah. Hal ini mencakup aspek-aspek karakter siswa
(seperti karakter pembelajar dan karakter gotong royong) dan iklim sekolah (misalnya iklim
kebinekaan, perilaku bullying, dan kualitas pembelajaran).
Karena fungsi utamanya adalah sebagai alat pemetaan mutu, asesmen kompetensi dan survei
pembinaan Pancasila ini belum tentu dilaksanakan setiap tahun, dan belum tentu harus diikuti oleh
semua siswa.
 

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

Tanpa UN, bukankah siswa kurang termotivasi untuk belajar?


 
Jawab:
Menggunakan ancaman ujian untuk mendorong belajar akan berdampak negatif pada karakter siswa.
Jika dilakukan terus menerus, siswa justru akan menjadi malas belajar jika tidak ada ujian. Dengan
kata lain, siswa menjadi terbiasa belajar sekedar untuk mendapat nilai baik dan menghidari nilai jelek.
Hal ini membuat siswa lupa akan kenikmatan intrinsik yang bisa diperoleh dari proses belajar itu
sendiri. Padahal, motivasi belajar intrinsik inilah yang justru sangat perlu dikembangkan agar siswa
agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
 
 
Tanpa UN, apakah siswa tidak menjadi orang yang kurang gigih?
 
Jawab:
UN adalah alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi mutu sistem pendidikan. Fungsi UN bukan
untuk melatih keuletan atau kegigihan. Sifat-sifat ini tidak dapat dibentuk secara instan di akhir
jenjang pendidikan melalui ancaman ketidaklulusan atau nilai buruk. Sifat seperti kegigihan hanya
dapat ditumbuhkan melalui proses belajar yang memberi berbagai tantangan bermakna secara
berkelanjutan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa membuat sifat seperti kegigihan menjadi
bagian dari karakter siswa.
 
 
Mengapa hanya difokuskan pada literasi dan numerasi?
 
Jawab:
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general dan mendasar. Kemampuan berpikir
tentang, dan dengan, bahasa serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal,
sosial, maupun profesional. Dengan mengukur kompetensi yang bersifat mendasar (bukan konten
kurikulum atau pelajaran), pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa guru diharapkan berinovasi
mengembangkan kompetensi siswa melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat
pada siswa.
 
 
Apakah berarti pelajaran selain bahasa dan matematika tidak penting?
 
Jawab:
Fokus asesmen adalah kompetensi berpikir, sehingga hasil pengukuran tidak sekedar mencerminkan
prestasi akademik pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika saja. Literasi dan numerasi justru
bisa dan seharusnya memang dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran, termasuk IPA, IPS,
kewarganegaraan, agama, seni, dst. Pesan ini penting dipahami oleh guru, sekolah, dan siswa untuk
meminimalkan risiko penyempitan kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.
 
 
Jika apa yang diukur tidak terikat pada konten kurikulum, bagaimana kaitan antara asesmen
ini dengan standar pendidikan?
 
Jawab:
Betul bahwa asesmen ini tidak terikat secara erat dengan konten kurikulum. Namun tidak berarti
bahwa asesmen ini sama sekali terlepas dari kurikulum. Dari sisi konten, asesmen literasi dan
numerasi tentu memperhatikan apa yang (seharusnya) diajarkan oelh guru pada tiap kelas dan
jenjang pendidikan. Hanya saja, asesmen ini tidak dimaksudkan untuk mengukur penguasaan siswa
atas konten kurikulum secara keseluruhan.
 
Pada prinsipnya, penguasaan kurikulum secara utuh hanya bisa dinilai oleh guru menggunakan
sumber informasi yang beragam dari interaksi sehari-hari dengan siswa. Terlebih lagi, kurikulum tiap
sekolah bisa berbeda karena masing-masing memiliki kewenangan untuk mengembangkan kurikulum

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

yang sesuai dengan visi dan karakteristik siswanya.


 
 
Siapa yang akan menjadi peserta asesmen pengganti UN?
 
Jawab:
Asesmen kompetensi baru akan dilakukan pada siswa yang duduk di pertengahan jenjang sekolah,
seperti kelas 4 untuk SD, kelas 8 untuk SMP, dan kelas 11 untuk SMA. Dengan dilakukan pada
tengah jenjang, hasil asesmen bisa dimanfaatkan sekolah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
siswa. Dengan dilakukan sejak jenjang SD, hasilnya dapat menjadi deteksi dini bagi permasalahaan
mutu pendidikan nasional.
 
 
Apakah perubahan ini berdampak pada siswa SD?
 
Jawab:
Perlu diketahui bahwa saat ini pun tidak ada UN pada jenjang SD. Dengan demikian, penghentian
UN tidak berdampak pada siswa SD. Seperti yang dipaparkan pada poin sebelumnya, sebagian
siswa SD akan mengikuti asesmen kompetensi baru. Namun asesmen baru ini dirancang agar tidak
memiliki konsekuensi bagi siswa. Karena itu, asesmen baru tidak menjadi beban tambahan bagi
siswa SD.
 
Tanpa UN, bagaimana mengukur ketercapaian standar nasional pendidikan?
 
Jawab:
Perlu dipahami bahwa UN itu sendiri bukan merupakan standar. UN merupakan instrumen asesmen
yang membantu menilai pencapaian sebagian standar nasional pendidikan. Karena itu, menghapus
UN bukan berarti menghilangkan standar pendidikan.
 
Sebagaimana disebutkan di atas, UN akan diganti dengan asesmen lain yang memang dirancang
sebagai alat pemetaan mutu pendidikan nasional. Hasil asesmen pengganti UN tersebut akan
menjadi indikator bagi ketercapaian standar nasional pendidikan di tiap daerah.
 
 
Jika tidak terikat pada konten kurikulum, apakah asesmen ini akan menjadi tambahan beban
bagi siswa/guru di luar kurikulum yang ada?
 
Jawab:
Asesmen yang dilakukan oleh otoritas (dalam hal ini Kemendikbud) berpotensi dipandang sebagai
beban tambahan karena guru dan sekolah ingin memperoleh hasil yang baik. Meski demikian,
sebenarnya asesmen literasi dan numerasi ini bukan beban tambahan. Yang diukur oleh asesmen ini
bukanlah penguasaan konten tambahan yang perlu diajarkan di luar kurikulum yang ada. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, kompetensi literasi dan numerasi bisa dan perlu dikembangkan melalui
semua mata pelajaran.
 
 
Jika digunakan untuk menilai efektivitas sekolah, apakah asesmen baru tidak berdampak
negatif pada siswa?
 
Jawab:
Harus diakui bahwa asesmen baru dapat dianggap bersifat high stakes bagi guru dan sekolah. Jika
itu terjadi, asesmen baru berpotensi memiliki dampak negatif seperti mendorong adanya tekanan dari
guru pada siswa untuk mendapat skor tinggi, serta anggapan bahwa pelajaran yang dianggap tidak
relevan untuk asesmen ini kurang penting.
 
Dampak seperti ini akan dimitigasi melalui berbagai cara. Yang pertama adalah rancangan kebijakan

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

yang menekankan pada pemberian dukungan dan sumberdaya sesuai kebutuhan sekolah, bukan
hukuman dan hadiah. Kedua, akan tersedia asesmen yang sama dalam versi yang dapat digunakan
oleh guru sebagai bagian dari pengajaran sehari-hari. Versi “asesmen mandiri” ini juga akan
dilengkapi dengan petunjuk pedagogis dan sumberdaya belajar yang relevan untuk mengembangkan
kompetensi siswa sesuai levelnya.
 
 
Apa dampak asesmen baru bagi siswa?
 
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN akan dirancang agar tidak memiliki konsekuensi bagi siswa.
Misalnya, pelaksanaan pada pertengahan jenjang (bukan akhir jenjang) membuat hasil asesmen
kompetensi tidak relevan untuk menilai pencapaian siswa. Hasilnya juga tidak relevan untuk seleksi
memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian, asesmen ini tidak akan menjadi
beban tambahan bagi siswa, di luar beban belajar normal yang sudah dijalani.
 
 
Apa dampak asesmen pada guru dan sekolah?
 
Jawab:
Analisis dan laporan hasil asesmen kompetensi akan dibuat agar bisa dimanfaatkan guru dan
sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan karena asesmen baru
akan didasarkan pada model learning progression (lintasan belajar) yang akan menunjukkan posisi
siswa dalam tahapan perkembangan suatu kompetensi.
 
Laporan hasil asesmen juga akan dirancang agar tidak menjadi ancaman bagi guru dan sekolah.
Pemerintah menyadari bahwa baik buruknya pencapaian siswa dipengaruhi oleh faktor pengajaran
(proses di sekolah) maupun faktor-faktor di luar sekolah, seperti lingkungan rumah dan gaya
pengasuhan orangtua.
 
Karena itu keberhasilan guru atau sekolah tidak akan dinilai berdasarkan level kompetensi siswa di
satu waktu. Keberhasilan guru/sekolah akan lebih didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang
dicapai dibanding waktu asesmen sebelumnya.
 
Hasil asesmen justru akan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah. Kemdikbud akan
mengalokasikan dukungan – misalnya dalam bentuk alokasi SDM dan/atau dana – sesuai dengan
kebutuhan tiap sekolah.
 
 
Apa dasar hukum penggantian UN dengan asesmen baru?
 
Jawab:
UU Sisdiknas secara eksplisit memberi mandat kepada pemerintah – melalui lembaga mandiri –
untuk melakukan evaluasi mutu sistem pendidikan nasional. Asesmen pengganti UN akan menjadi
instrumen untuk melayani fungsi tersebut.
 
Selain itu, pengadilan Negeri Jakarta pada 2007, dan kemudian Mahkamah Agung (MA) pada 2009,
menilai bahwa UN tidak adil bagi siswa yang berada di sekolah dan/atau daerah yang kekurangan
sumberdaya. MA memerintahkan pemerintah untuk “meninjau kembali sistem pendidikan nasional”.
 
Dengan merancang asesmen baru yang berfungsi untuk pemetaan mutu serta umpan balik bagi
sekolah, tanpa ada konsekuensi pada siswa, pemerintah secara otomatis telah mematuhi putusan
hukum MA mengenai UN.

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

5. Kuis Konsep Asesmen Nasional


Bapak Ibu Guru telah menyelesaikan seluruh aktivitas pada topik konsep
Asesmen Nasional. Setelah mempelajari konsep Asesmen Nasional secara
menyeluruh, Bapak Ibu Guru dapat mengukur sejauh mana pemahaman
dalam menguasai topik ini. Berikut terdapat beberapa pernyataan
mengenai konsep Asesmen Nasional. Melalui setiap pernyataan tersebut,
silahkan Anda cek kesesuaiannya dengan memilih benar atau salah. 
1.Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi pada kelulusan siswa.

 Benar

 Salah
2.Asesmen Nasional dapat dikatakan sebagai pengganti Ujian Nasional karena keduanya
merupakan asesmen berskala nasional yang dibutuhkan siswa untuk menentukan
kelulusan.

 Benar

 Salah
3.Asesmen Nasional menekankan pada penguasaan kompetensi siswa, sedangkan Ujian
Nasional menekankan pada penguasaan konten pembelajaran siswa.

 Benar

 Salah
4.Asesmen Nasional lebih menekankan aspek kognitif yang dilihat melalui asesmen
kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi.

 Benar

 Salah
5.Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode sensus sedangkan
Ujian Nasional menggunakan metode survei.

 Benar

 Salah
6. Sekolah A mempersiapkan siswanya untuk siap mengikuti Asesmen Nasional
dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran literasi membaca dan
numerasi, sehingga mampu melakukan penalaran terkait berbagai mata
pelajaran.

 Benar

Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com

 Salah
7. Siswa Pak Budi beranggapan bahwa dengan dihapuskannya UN maka
siswanya tidak akan semangat belajar karena kurangnya motivasi untuk
mencapai nilai tertinggi.

 Benar

 Salah
8.Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan bukan
mengevaluasi hasil belajar siswa.

 Benar

 Salah
9.Melihat dari tujuan, manfaat, dan teknis pelaksanaannya, Asesmen Nasional tidak sama
dengan Ujian Nasional, sehingga tidak tepat untuk menyebutnya sebagai pengganti UN.

 Benar

 Salah
Asesmen Nasional bertujuan untuk mengukur kompetensi mendasar yang diperlukan
siswa dalam menghadapi persoalan di kehidupan.

 Benar

 Salah

Sinau-Thewe.com

Anda mungkin juga menyukai