com
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen
Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan
mengenai Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan
karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen
utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang Asesmen Nasional memberi
kesempatan sekaligus menuntut guru dan sekolah untuk memperbaiki kualitas
pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih kompeten. Hal ini terlihat dari
penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih fokus pada daya nalar dalam bentuk
literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga mendorong guru dan sekolah mengubah
praktik-praktik pembelajaran lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal
penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu. Berikut
terdapat informasi mengenai perbandingan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis
pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian
Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas
mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input
dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan
karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap
dilakukan melalui UN saja.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut,
maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional
adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya
pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala
satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM
sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Silakan membaca penjelasan lengkap pada tautan berikut ini Tanya Jawab Ujian Nasional
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
https://www.kemdikbud.go.id/main/tany
a-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional
Daftar Tanya Jawab Kebijakan Ujian
Nasional (UN)
Apa kebijakan baru tentang UN?
Jawab:
Mulai tahun 2021 UN akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Kedua asesmen baru ini dirancang khusus untuk fungsi pemetaan dan perbaikan mutu pendidikan
secara nasional.
Mengapa 2020 akan menjadi tahun terakhir bagi UN?
Jawab:
Pertama, UN lebih banyak berisi butir-butir yang mengukur kompetensi berpikir tingkat rendah. Hal ini
tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang lebih relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013.
Kedua, UN kurang mendorong guru menggunakan metode pengajaran yang efektif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Asesmen kompetensi pengganti UN akan
dirancang memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada
pengembangan penalaran, bukan hafalan.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu pendidikan secara nasional. Karena
dilangsungkan di akhir jenjang, hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
belajar siswa dan memberi bantuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Apa akan mengganti UN?
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN mengukur kompetensi bernalar yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah di berbagai konteks, baik personal maupun profesional (pekerjaan). Saat ini
kompetensi apa saja yang akan diukur masih dikaji, namun contohnya adalah kompetensi bernalar
tentang teks (literasi) dan angka (numerasi).
Selain itu, Kemdikbud juga akan melakukan survei untuk mengukur aspek-aspek lain yang
mencerminkan penerapan Pancasila di sekolah. Hal ini mencakup aspek-aspek karakter siswa
(seperti karakter pembelajar dan karakter gotong royong) dan iklim sekolah (misalnya iklim
kebinekaan, perilaku bullying, dan kualitas pembelajaran).
Karena fungsi utamanya adalah sebagai alat pemetaan mutu, asesmen kompetensi dan survei
pembinaan Pancasila ini belum tentu dilaksanakan setiap tahun, dan belum tentu harus diikuti oleh
semua siswa.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
yang menekankan pada pemberian dukungan dan sumberdaya sesuai kebutuhan sekolah, bukan
hukuman dan hadiah. Kedua, akan tersedia asesmen yang sama dalam versi yang dapat digunakan
oleh guru sebagai bagian dari pengajaran sehari-hari. Versi “asesmen mandiri” ini juga akan
dilengkapi dengan petunjuk pedagogis dan sumberdaya belajar yang relevan untuk mengembangkan
kompetensi siswa sesuai levelnya.
Apa dampak asesmen baru bagi siswa?
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN akan dirancang agar tidak memiliki konsekuensi bagi siswa.
Misalnya, pelaksanaan pada pertengahan jenjang (bukan akhir jenjang) membuat hasil asesmen
kompetensi tidak relevan untuk menilai pencapaian siswa. Hasilnya juga tidak relevan untuk seleksi
memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian, asesmen ini tidak akan menjadi
beban tambahan bagi siswa, di luar beban belajar normal yang sudah dijalani.
Apa dampak asesmen pada guru dan sekolah?
Jawab:
Analisis dan laporan hasil asesmen kompetensi akan dibuat agar bisa dimanfaatkan guru dan
sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan karena asesmen baru
akan didasarkan pada model learning progression (lintasan belajar) yang akan menunjukkan posisi
siswa dalam tahapan perkembangan suatu kompetensi.
Laporan hasil asesmen juga akan dirancang agar tidak menjadi ancaman bagi guru dan sekolah.
Pemerintah menyadari bahwa baik buruknya pencapaian siswa dipengaruhi oleh faktor pengajaran
(proses di sekolah) maupun faktor-faktor di luar sekolah, seperti lingkungan rumah dan gaya
pengasuhan orangtua.
Karena itu keberhasilan guru atau sekolah tidak akan dinilai berdasarkan level kompetensi siswa di
satu waktu. Keberhasilan guru/sekolah akan lebih didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang
dicapai dibanding waktu asesmen sebelumnya.
Hasil asesmen justru akan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah. Kemdikbud akan
mengalokasikan dukungan – misalnya dalam bentuk alokasi SDM dan/atau dana – sesuai dengan
kebutuhan tiap sekolah.
Apa dasar hukum penggantian UN dengan asesmen baru?
Jawab:
UU Sisdiknas secara eksplisit memberi mandat kepada pemerintah – melalui lembaga mandiri –
untuk melakukan evaluasi mutu sistem pendidikan nasional. Asesmen pengganti UN akan menjadi
instrumen untuk melayani fungsi tersebut.
Selain itu, pengadilan Negeri Jakarta pada 2007, dan kemudian Mahkamah Agung (MA) pada 2009,
menilai bahwa UN tidak adil bagi siswa yang berada di sekolah dan/atau daerah yang kekurangan
sumberdaya. MA memerintahkan pemerintah untuk “meninjau kembali sistem pendidikan nasional”.
Dengan merancang asesmen baru yang berfungsi untuk pemetaan mutu serta umpan balik bagi
sekolah, tanpa ada konsekuensi pada siswa, pemerintah secara otomatis telah mematuhi putusan
hukum MA mengenai UN.
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Benar
Salah
2.Asesmen Nasional dapat dikatakan sebagai pengganti Ujian Nasional karena keduanya
merupakan asesmen berskala nasional yang dibutuhkan siswa untuk menentukan
kelulusan.
Benar
Salah
3.Asesmen Nasional menekankan pada penguasaan kompetensi siswa, sedangkan Ujian
Nasional menekankan pada penguasaan konten pembelajaran siswa.
Benar
Salah
4.Asesmen Nasional lebih menekankan aspek kognitif yang dilihat melalui asesmen
kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi.
Benar
Salah
5.Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode sensus sedangkan
Ujian Nasional menggunakan metode survei.
Benar
Salah
6. Sekolah A mempersiapkan siswanya untuk siap mengikuti Asesmen Nasional
dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran literasi membaca dan
numerasi, sehingga mampu melakukan penalaran terkait berbagai mata
pelajaran.
Benar
Sinau-Thewe.com
Sinau-Thewe.com
Salah
7. Siswa Pak Budi beranggapan bahwa dengan dihapuskannya UN maka
siswanya tidak akan semangat belajar karena kurangnya motivasi untuk
mencapai nilai tertinggi.
Benar
Salah
8.Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan bukan
mengevaluasi hasil belajar siswa.
Benar
Salah
9.Melihat dari tujuan, manfaat, dan teknis pelaksanaannya, Asesmen Nasional tidak sama
dengan Ujian Nasional, sehingga tidak tepat untuk menyebutnya sebagai pengganti UN.
Benar
Salah
Asesmen Nasional bertujuan untuk mengukur kompetensi mendasar yang diperlukan
siswa dalam menghadapi persoalan di kehidupan.
Benar
Salah
Sinau-Thewe.com