Anda di halaman 1dari 2

NAMA : IKSAN

KELAS : XII IPA 5

“2,43”

“Jadi,kudengar murid pindahan itu akan telat?” Tanya Itoko kepada Yuni. “Aku penasaran apa
dia itu tampan?”

“Dia biasa saja. Mungkin lebih rendah dari biasa saja.” Jawab Yuni dengan ekspresi datar dan
tangan yang menyanggah dagunya.

Yah, hari ini, teman masa kecil Yuni akan pindah ke sekolahnya. Mereka adalah sahabat dekat
ketika masih bersekolah dijenjang taman kanak-kanak. Namun, sahabatnya tersebut harus pindah ke
Tokyo karena ibunya meninggal. Dibalik ekspresi Yuni yang seolah tidak peduli, sejatinya dia sangat tidak
sabar untuk bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya tersebut.

“Ada apa dengannya? Dia selesai pindahan saat libur musim dingin, dan dia tak pernah
menemuiku sekalipun.” Yuni berbicara sendiri. Ia lalu mengusap jendela kaca yang tertutup uap salju.
Terlihat seseorang yang baru saja melewati gerbang sekolah. Tidak salah lagi, itu adalah sahabat masa
kecilnya. Dengan mata yang berbinar serta ekspresi bahagia yang tak bisa lagi disembunyikannya, dia
pun berlari menuju pintu depan gedung sekolahnya untuk menyambut sahabatnya tersebut. Dia pun
sampai di depan pintu tersebut.

“Chika!” Yuni berteriak, mengangkat tangannya untuk mengajak tos. Tapi apa yang terjadi?
Chika hanya memandang Yuni lalu melewatinya seolah tidak ada orang yang berdiri di pintu tersebut.
“Hah!?” “Ada apa dengannya? Apa dia tidak mengenaliku?”

Sang wali kelas memperkenalkan murid baru tersebut kepada seisi kelas tersebut yang
kebetulan adalah kelas tempat Yuni berada.

“Namanya Kimichika Haijima dari tokyo. Kebetulan kakeknya tinggal di sini, dan dulu pernah
tinggal di sini hingga dia sekolah TK.”

“Dia mengabaikanku.” Ucap Yuni dalam lamunannya.

“Yuni!” Wali kelas memanggil Yuni.

“Hah!?” Jawab Yuni kaget.

“Kebetulan Chika bermain voli di sekolah sebelumnya dan akan bergabung dengan tim sekolah
kita. Pastikan kau membimbingnya. Chika kau bisa duduk di depan Yuni.” Wali kelas menyuruh Chika
untuk duduk di depan Yuni.

“Posisi apa?” Tanya Chika.

“Hah!?” Karena sedang melamun Yuni tidak mendengar pertanyaan dari Chika.
“Kau bermain diposisi apa? Kau di tim voli, kan?” Chika menegaskan pertanyaannya.

Akhirnya Yuni paham maksud pertanyaan itu.

“Oh, itu maksudmu. Sejujurnya aku tak punya posisi pasti.”

“Kau tak punya? Lalu apa yang kau lakukan saat pertandingan?”

“Aku tak pernah bermain di pertandingan asli dan latihan kami tidak jelas. Tim ini hanya diisi
orang-orang yang perlu melakukan sesuatu seperti klub. Kau tahu lah, kami harus ikut suatu klub atau
tim di sekolah kami jadi kurasa kau akan tahu itu.” Yuni menjelaskan kepada Chika.

“Cih!””Kau cuma jadi pecundang.”

“A..a...apa...???” Yuni kaget dengan perkataan Chika barusan. “Ada apa dengannya? Apakah
sekolahnya yang sebelumnya memiliki tim voli yang kuat?”

Tak disangka Chika yang dulunya merupakan anak yang cengeng dan lemah dalam olahraga
sekarang menjadi seseorang yang sangat hebat dalam olahraga bola voli ketika ia SMP. Dia latihan setiap
hari bahkan dihari libur sekalipun. Dia juga telah membangkitkan kembali semangat tim bola voli
sekolah tersebut yang telah lama hilang. Kini mereka bertekad untuk lolos ke penyisihan turnamen Inter
High bahkan mereka berharap bisa memenangkannya.

To continued >>

Anda mungkin juga menyukai