Anda di halaman 1dari 12

II.

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Swamedikasi

Menurut WHO (World Health Organization), swamedikasi adalah

pemilihan dan penggunaan obat tanpa resep dokter oleh seorang individu untuk

mengatasi gangguan atau gejala penyakit yang dialaminya. Obat yang digunakan

tidak hanya sebatas obat sintetis melainkan juga obat herbal dan produk

tradisional (Halim, dkk. 2018).

Ada beberapa factor yang mempengaruhi seseorang melakukan

swamedikasi, yaitu: usia, tingkat Pendidikan, kondisi ekonomi, sikap keluarga,

promosi obat bebas dan obat bebas terbatas, peraturan perundang-undangan yang

mengatur peredaran dan penjualan obat serta pengalamam sebelumnya dengan

gejalan atau penyakit yang sama (Jasminka, dkk., 2014)

2.1.2 Penggolongan Obat

Menurut Depkes, 2008 terdapat tiga jenis golongan obat yang dapat

digunakan dalam swamedikasi yaitu obat bebas, obat bebas terbatas dan

obat wajib apotek.

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa

lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Depkes,

2008).
Tanda khusus obat bebas
b. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli

tanpa dengan resep dokter, tapi disertai dengan tanda peringatan.

Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan

garis tepi hitam.

Logo obat bebas terbatas

Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus

lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat,

karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu, obat ini aman

dipergunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda peringatan berupa

empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam yang

terdiri dari 6 macam (Depkes, 2008), yaitu:


c. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker tanpa resep dokter. Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran

bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan huruf K

ditengah yang menyentuh garis tepi (Depkes, 2008).

Lingkaran merah,dengan huruf K di tengah → obat keras

2.1.3 Demam

2.1.3.1 Definisi Demam

Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1.

Pengatur suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara

produksi dan pelepasan panas (IDAI, 2008). Demam merupakan respon normal

tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme

kedalam tubuh, dapat berupa virus, bakteri, maupun jamur (Etika & Diannike,

2017).

2.1.3.2 Etiologi Demam

Timbulnya demam dapat disebabkan oleh adanya infeksi atau non infeksi.

Penyebab Demam oleh infeksi antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit

atau mikroorganisme lain. Penyebab demam non infeksi diantaranya adalah

karena dehidrasi, trauma, alergi, dan penyakit kanker. Hal lain yang juga berperan

sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat
seperti perdarahan otak, koma, cedera hipotalamus, dan gangguan lainnya

(Sweetman, 2009).

2.1.3.3 Pola Demam

Dibawah ini adalah jenis-jenis demam, diantaranya (IDAI, 2008):

1. Demam Kontinu

Demam dengan variasi diurnal di antara 1,0-1,5ºF (0,55-0,82ºC). Dalam

kelompok ini, demam meliputi penyakit pneumonia, infeksi kuman gram

negatif, demam typhoid, gangguan sistem saraf pusat, dan malaria.

2. Demam Intermiten

Demam dengan variasi diurnal >1ºC, suhu terendah mencapai suhu

normal. misal : endokarditis bakterialis, malaria, bruselosis

3. Demam Remiten

Demam dengan variasi normal lebar >1ºC, tetapi suhu terendah tidak

mencapai suhu normal, ditemukan pada demam tifoid fase awal dan

berbagai penyakit virus

4. Pola demam tersiana dan kuartana

Merupaka demam intermitten yang ditandai dengan periode demam yang

diselang dengan periode normal. Pada demam tersiana, demam terjadi

pada hari ke-1 dan ke-3 (malaria oleh plasmodium vivax) sedangkan

kuartana pada hari ke-1 dan ke-4 (malaria oleh plasmodium malariae)

5. Demam saddleback / pelana (bifasik), penderita mengalami beberapa hari

demam tinggi disusul oleh penurunan suhu, lebih kurang satu hari, dan

kemudian timbul demam tinggi kembali. Tipe ini didapatkan pada


beberapa penyakit seperti dengue, yellow fever, Collorado tick fever, Rit

valley fever, dan infeksi virus misalnya influenza, poliomielitis dan

koriomeningitis limfositik

6. Demam intermiten hepatik (demam Charcot), dengan episode demam

yang sporadis, terdapat penurunan temperatur yang jelas dan kekambuhan

demam. Hal ini adalah pola yang sering terjadi dan dapat dipercayai pada

kolangitis, biasanya terkait dengan kolelitiasis, ikterik, leukositosis dan

adanya tanda-tanda toksik

7. Demam Pel-Ebstein

Ditandai oleh periode demam setiap minggu atau lebih lama dan periode

afebril yang sama durasinya disertai dengan berulangnya siklus. Keadaan

ini terjadi pada penyakit Hodgkin, bruselosis dari tipe brucella melitensis

8. Kebalikan dari pola demam diurnal (typhus intervesus), dengan kenaikan

temperatur tertinggi pada pagi hari bukan selama senja atau di awal

malam. Kadang-kadang ditemukan pada tuberkulosis milier, salmonelosis,

abses hepatik dan endokarditis bakterial

9. Reaksi Jarisch-Herxheimer, dengan peningkatan temperatur sangat tajam

dan eksaserbasi manifestasi klinis, terjadi beberapa jam sesudah pemberian

terapi penisislin pada sifilis primer atau sekunder, keadaan ini dapat pula

terjadi pada leptospirosis dan relapsing fever, juga sesudah terapi

tetrasiklin atau kloramfenikol pada bruselosis akut.


10. Relapsing Fever

Seperti demam Pel-Ebstein namun serangan demam berlangsung setiap 5-

7 hari

11. Factitious fever atau self induced fever, mungkin merupakan manipulasi

yang disengaja untuk memberi kesan adanya demam

2.1.3.4 Patofisiologi Demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama

pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua

yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen yang berasal dari

luar tubuh pasien seperti virus, bakteri dan jamur. Proses terjadinya demam

dimulai dari pirogen eksogen merangsang demam biasa nya 2 jam setelah

terpapar. Umumnya pirogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag, atau

monosit, untuk merangsang sintesis IL-1. Mekanisme lain yang berperan sebagai

pirogen eksogen (misal endotoksin) bekerja langsung pada hipotalamus untuk

mengubah pengatur suhu tubuh (IDAI, 2008).

2.1.3.5 Penatalaksanaan Demam

Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis

terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam

bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk

menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua garis

besar yaitu: non-farmakologi dan farmakologi.


A. Terapi Non Farmakologi Demam

Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari penatalaksanaan

demam yaitu : pemberian cairan dalam jumlah yang banyak untuk mencegah

dehidrasi dan beristirahat yang cukup, menjaga suhu ruangan yang nyaman, tidak

memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan dan memberikan kompres

hangat pada penderita (Watts & Robertson, 2011).

B. Terapi Farmakologi Demam

Tujuan utama pengobatan demam sendiri adalah untuk meredakan

ketidaknyamanan yang terkait dengan suhu tubuh dengan menurunkan suhu tubuh

ke suhu normal. obat yang dapat digunakan untuk mengatasi demam yaitu

Parasetamol, Ibuprofen, dan Aspirin (A Sahib, 2012). Namun, Obat yang sering

digunakan oleh pasien dalam penanganan demam yaitu parasetamol dalam bentuk

tablet maupun sirup (Smith, 2009) .

2.2 Pengetahuan (knowlegde)

2.2.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:

a. Faktor Internal adalah faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,

minat, kondisi fisik.


b. Faktor Eksternal adalah faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,

sarana.

c. Faktor pendekatan belajar adalah faktor upaya belajar, misalnya strategi dan

metode dalam pembelajaran.

2.2.3 Tingkat Pengetahuan

Ada (6) enam tingkatan domain pengetahuan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

dan ada kaitannya dengan yang lain.

e. Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.


f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi/obyek. (Kemenkes, 2016)

2.2.3 Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat

dikatagorikan menjadi tiga yaitu:

1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari

total jawaban pertanyaan.

2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar dari

total jawaban pertanyaan.

3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban

pertanayaan.

2.3 Prilaku

2.3.1 Defenisi

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi

biologis, semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan Manusia,

mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup

mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang untuk

mengenali sikap perilaku diri sendiri dan sikap perilaku orang lain .
Ada beberapa definisi perilaku manusia yang disampaikan oleh beberapa ahli

seperti berikut ini:

1. Skinner (1938): Seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa: Perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

dan kemudian organisme tersebut merespons.

2. Robert Kwik (1974): Menyatakan bahwa: Perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan

untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang

menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi

obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

3. Sunaryo (2004): Yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul

karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku

manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat

diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak dari luar.

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu ;

a. Kondisi lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut.

b. Perilaku itu sendiri.

c. Konsekuensi dari perilaku tersebut.


2.3.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau

usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit

dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

b. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini

adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit

dan atau kecelakaan.

c. Perilaku Kesehatan Lingkungan. Perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila

seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

dan sebagainya.

2.3.3 Pengukuran Prilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmojo,

2003).

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan, (Notoatmojo, 2003) yakni:


a. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (obyek)

b. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Kemenkes, 2016)

Anda mungkin juga menyukai