PENDAHULUAN
1
Berdasarkan definisi tersebut, dapat diidentifikasi 2(dua) tujuan
yang mendasar dari pekerjaan sosial:
1. Membantu orang-orang untuk memperbaiki keberfungsian
sosial mereka;
2. Menciptakan kondisi-kondisi kemasyarakatan yang dapat
meningkatkan kondisi kehidupan orang-orang dan mencegah
masalah dalam keberfungsian sosial.
2
Hubungan Antara Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial
3
Gambar 1.1.Contoh kelompok-kelompok profesional dalam bidang
kesejahteraan sosial, termasuk pengacara yang memberikan
layanan hukum untuk orang miskin,perencana kota dalam badan
perencanaan sosial, dokter dalam lembaga pelayanan kesehatan,
guru di lembaga perawatan bagi yang mengalami gangguan
emosional, psikolog, perawat, terapis rekreasional di rumah sakit
jiwa,psikiater di klinik kesehatan mental.
4
pengetahuan formal, konsep-konsep teoritikal, keterampilan fungsi-
fungsi khusus, dan nilai sosial yang esensial yang digunakan alam
mengimplementasikan mandat dari masyarakat untuk menyediakan
pelayanan sosial yang aman, efektif, dan membangun.
5
2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang dapat
menyediakan sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan
kesempatan-kesempatan.Dengan menggunakan konsep “orang
didalam lingkungannya”, sasaran praktik pekerjaan sosial pada
tingkatan ini adalah “Hubungan antara orang dengan sistem-
sistem dimana mereka berinteraksi”. Dalam hal ini peranan
pekerja sosial yang paling menonjol adalah sebagai broker.
6
Dalam hal ini peranan pekerja sosial yang paling menonjol
adalah sebagai perencana dan pengembang kebijakan. Dalam
proses perencanaan dan pengembangan kebijakan tersebut
pekerja sosial dapat melaksanakan peranan sebagai advocate
dan activist.
Family
System
Educa- Social
tional service
System system
PERSON
Goods &
Political
services
system
system
Reli- Employ-
gious ment
System system
7
administrasi dan tindakan sosial atau politik, untuk
memberdayakan kelompok-kelompok dalam risiko dan
mengembangkan keadilan sosial dan ekonomi.
4. Mengembangkan dan menguji pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan tujuan-tujuan
pekerjaan sosial tersebut.
8
Fungsi Pekerjaan Sosial
Referensi:
9
Barker, R.L. 1995. Social Work Dictionary. 3rd. ed.
Washington DC: National Association of Social
Worker.
Zastrow C.H. 1999. The Practice of Social Work. 6th. ed. USA:
Brooks/Cole Publishing Company
10
2. KEBERFUNGSIAN SOSIAL
Oleh: Windriyati
11
1. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan
melaksanakan peranan sosial (social role)
a. Status Sosial
b. Interaksional
12
Contoh :tuntutan terhadap seseorang yang menyandang
status sosial sebagai orang tua ; dapat mendidik anaknya,
dapat memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik,
melakukan sosialisasi, dan sebagainya.
d. Tingkah laku
13
Kedua faktor tersebut saling berrelasi, berinteraksi, dan
berinterdependensi atau saling mempengaruhi, sehingga
membentuk tingkah laku manusia yang kompleks.
Tingkah laku manusia, paling sedikit dipengaruhi oleh
tiga faktor utama : 1) Faktor genetik, 2) Faktor budaya,
dan 3) Faktor sosial kemasyarakatan. Ketiga faktor
tersebut saling berinteraksi satu sama lain dalam situasi
yang kompleks.
e. Situasional
14
mempengaruhi perkembangan manusia. Dia berpendapat
bahwa unsur-unsur berikut ini merupakan faktor penting yang
memotivasi orang pada suatu tujuan tertentu :
a. Kebutuhan fisiologis
15
Neil Gilbert dan Harry Specht (1986)
mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari :
a. Physical Needs
b. Emotional Needs
c. Intelectual Needs
d. Spiritual Needs
e. Social Needs
16
c. Grade school (6 – 13 tahun) : stimulasi
sosial dan intelektual
17
Robert K. Merton (1974) mengemukakan bahwa
kategori masalah sosial ada 2 (dua), yaitu :
18
1. Interaksi orang dengan orang
19
C. Sistem Sumber Untuk Meningkatkan/Memperbaiki
Fungsi Sosial
Sumber adalah sesuatu yang berharga, baik yang sudah
tersedia maupun yang harus ditemukan dan dimobilisasi,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
atau memecahkan masalah.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Pincus, Allen. & Minahan, Anne., 1973, Social Work
Practice : Model and Method, FF Peacock
Publisher,Inc. Itasca, Illinois
22
3. METODE-METODE PEKERJAAN SOSIAL
23
Menurut Dean H.Hepworth dan Jo Ann Larsen bahwa pengetahuan
pekerjaan sosial dikelompokkan menjadi empat yaitu: Tingkah laku
Manusia di dalam Lingkungan Sosial; Kebijakan Sosial; Metode-
metode Pekerjaan Sosial; Penelitian. Metode-metode pekerjaan
sosial berkaitan dengan pengetahuan yang menjelaskan tentang cara
meningkatkan keberfungsian sosial klien; proses pemecahan
masalah; pemahaman terhadap permasalahan manusia dan
penggalian serta pemanfaatan sistem sumber; peranan pekerja sosial
dalam proses pemecahan masalah; interview, negosiasi dan
interaksi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penelitian terpisah dari
pengelompokkan metode pekerjaan sosial. Hal terpenting dari hasil
penelitian adalah rmanfaat dari penelitian bagi pengembangan
pengetahuan profesi pekerjaan sosial.
24
Metode yang tepat akan sangat membantu bagi seorang Pekerja
Sosial dalam melakukan intervensi. Metode merupakan teknik dan
alat untuk mengetahui suatu hal dengan langkah yang sistematis
untuk mencapai tujuan. Howard Goldstein mendefinisikan metode
sebagai prosedur-prosedur yang sistematis yang disusun secara
tertib.
1. Case work
Menurut Rex A Skidmore (1976) Case work merupakan proses
membantu individu-individu untuk mencapai penyesuaian antara
individu dengan lingkungan sosialnya. Case work bertujuan untuk
meningkatkan, memperbaiki dan memperkuat keberfungsian sosial
agar mampu menolong dirinya sendiri yang dilakukan secara
terorganisir.
Para ahli seperti Robert L.Barker dan Helen H.Perlman dalam Hudri
(1994: 58-59) mendefinisikan metode pekerjaan sosial dengan
perorangan merupakan orientasi nilai dan bentuk praktek yang
digunakan oleh pekerja sosial dimana konsep psikososial, tingkah
laku manusia dan sistem-sistem diterjemahkan kedalam
keterampilan-keterampilan yang ditujukan untuk membantu
individu dan keluarga dalam memecahkan masalah intra psikhis,
antar-pribadi, sosial eonomi dan lingkungn melalui relasi yang
bersifat tatap muka (Robert L.Barker). Menurut Helen H.Perlman,
metode pekerjaan sosial dengan perorangan adalah suatu proses
yang dipergunakan oleh badan sosial tertentu untuk membantu
individu agar mereka dapat memcahkan masalah yang mereka
hadapi didalam kehidupan sosial mereka secara lebih efektif.
25
Seorang pekerja sosial dalam menggunakan case work diperlukan
beberapa teknik. Berikut adalah teknik-teknik dasar dalam metode
pekerjaan sosial dengan perorangan terdiri dari:
26
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Felix P. Biestek (1957) dalam
Johnson, 1983); Metode (melakukan kontak; menolong klien dan
partisipasi klien dalam pemecahan permasalahannya), dan teknik
(pada fase permulaan proses case work adalah relationship, support,
reassurance ,clarification, advice ,explanation, small talk,
ventilation).Teknik interview pada fase permulaan proses case work
adalah setting,privacy,relaxted); Dasar Pengetahuan (psikologi;
dinamika kepribadian, struktur dan fungsi, psikologi,teori
pengubahan perilaku dan teori sistem.
2. Group work
Manusia berasal dari kata socius yang berarti kawan, hal ini
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan
teman, makhluk yang hidupnya berkelompok. Manusia tidak pernah
mampu untuk hidup sendiri dan yang pasti kehidupan manusia
terkait erat dengan sesama manusia lainnya.
27
menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan yang
diperoleh melalui kelompok.
3. Community Organization
Istilah yang digunakan oleh para ahli tentang community
organization berbeda-beda.Penggunaan istilah Community
Organization menurut Jim Ife adalah Community Development,
sehingga dalam peggunaannya ditulis CO/CD. Berikut bahasan
secara garis besar mengenai metode CO/CD.
28
Pengertian communitydevelopment menurut Jime Ife (2002:3)
bahwa posisi kerja masyarakat dan layanan berbasis masyarakat
dalam suatu konteks yang lebih luas dari suatu pendekatan kepada
pengembangan masyarakat (community development). Istilah yang
belakangan ini dipandang sebagai proses pembentukan, atau
pembentukan kembali, struktur masyarakat manusia yang
memungkinkan berbagai cara baru dalam mengaitkan dan
mengorganisasi kehidupan sosial serta pemenuhan kebutuhan
manusia. Dalam konteks ini, kerja manusia dilihat sebagai kegiatan,
atau praktik, dari seseorang yang berusaha memfasilitasi proses
pengembangan masyarakat tersebut. Layanan berbasis masyarakat
dilihat sebagai struktur dan proses untuk memenuhi kebutuhan
manusia, dengan mengerahkan sumber daya, keahlian dan kearifan
dari komunitas itu sendiri.
29
Beberapa istilah yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan
community organization adalah kesejahteraan sosial, pembangunan
sosial dan intervensi makro:
30
perkembangan organik, perkembangan yang seimbang); Prinsip
Keadilan Sosial dan HAM (mengatasi struktur yang merugikan,
mengatasi wacana yang merugikan,pemberdayaan, HAM, definisi
kebutuhan); Menghargai yang Lokal (menghargai: pengetahuan
lokal, budaya lokal, sumber daya lokal, keterampilan masyarakat
lokal, proses lokal dan partisipasi); Prinsip Proses (proses hasil dan
visi, integritas proses, menumbuhkan kesadaran, kerjasama dan
konsensus, langkah pembangunan perdamaian dan anti kekerasan,
inklusifitas, membangun masyarakat); Prinsip Global dan Lokal
(menghubungkan yang global dan lokal, praktik anti kolonialis).
31
dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu :Peranan Fasilitatif;
Peranan Educational; Peranan Representatif dan. Peranan Teknikal.
32
c. Pekerja sosial diharapkan memahami metodologi penelitian
serta hasil-hasil yang dilaporkan dari suatu penelitian dan
menerapkan konsep-konsep, teori-teori serta pengetahuan yang
dikembangkan penelitian
d. Peneliti berupaya memperbaiki, memperluas dan
mengembangkan pengetahuan, konsep-konsep dan teori-teori
yang mendasari praktek pekerjaan sosial
e. Penelitian pekerjaan sosial dapat memberikan standar dan
metode yang dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam
melaksanakan praktek pekerjaan sosial
f. Penelitian pekerjaan sosial dapat mengembangkan konsep, teori
atau pengetahuan yang valid bagi keperluan praktek pekerjaan
sosial dalam bentuk-bentuk metode praktek yang ilmiah yang
memenuhi standar ilmiah
g. Pekerja sosial lainnya diharapkan dapat lebih memahami dan
membaca berbagai hasil penelitian pekerja sosial serta
menerapkan konsep, teori dan pengetahuan yang telah
dikembangkan oleh penelitian pekerjaan sosial, kedalam
praktek pertolongan pekerjaan sosial.
33
penelitian dan menentukan metode penelitian yang akan digunakan.
Setelah itu menyusun instrumen penelitian/ skenario lapangan, lalu
mengumpulkan data, kemudian mengolah dan menganalisa data
serta selanjutnya menarik kesimpulan yang dapat digunakan bagi
perbaikan/ masukan secara empirik maupun teoritik.
34
Administrasi merupakan proses implementasi atau penterjemahan
kebijaksanaan ke dalam pelaksanaan program. Bahasan administrasi
kesejahteraan sosial mulai dari definisi, tujuan dan fungsi, unsur
admnistrasi, faktor yang mempengaruhi sifat administrasi, syarat,
karakteristik, asumsi, tugas, peran, serta prinsip dasar administrasi
kesejahteraan sosial.
35
Prinsip nilai-nilai pekerjaan sosial; Prinsip kebutuhan
masyarakatdan klien; Prinsip tujuan lembaga; Prinsip setting
budaya; Prinsip relasi yang bertujuan; Prinsip totalitas lembaga;
Prinsip tanggung jawab profesional; Prinsip partisipasi; Prinsip
komunikasi; Prinsip kepemimpinan; Prinsip perencanaan; Prinsip
organisasi; Prinsip pendelegasian; Prinsipkoordinasi; Prinsip
penggunaan sumber; prinsip perubahan; Prinsip evaluasi dan
Prinsip pertumbuhan.
Daftar Pustaka
36
Edi Suharto. (2002). Membangun Masyarakat Memberdayakan
rakyat. Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerjaan Sosial. PT Rafika Aditama. Bandung.
37
Sheafor, BW & Horejsi, CR. (2003). Techniques and Guidelines for
Social Work Practice. Pearson Education, Inc: Boston.
38
4. NILAI DAN PRINSIP DALAM PEKERJAAN SOSIAL
39
Setiap orang memiliki hak dan kebebasan, sepanjang
kebebasannya tidak bertentanfan dan /atau tidak mengganggu
hak-hak orang lain dalam upaya mengejar dan memanfaatkan
sumber hendaknya dapat memelihara dan meningkatkan
kemerdekaan serta hak-haknya untuk mengambil keputusan
sendiri
d. Tanggung jawab bersama
Perwujudan nilai-nilai hendaknya menjadi tanggung jawab
bersama antara individu-individu anggota masyarakat sebagai
satu kesatuan. Masyarakat hendaknya memelihar dan
meningkatkan kondisi-kondisi yang konstruktif serta
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
demokratis. Sedangkan individu-individu anggota masyarakat
hendaknya memenuhi tanggung jawab mereka bagi
masyarakat dengan jalan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan secara demokratis.
40
Nilai yang perlu diperhatikan adalah tujuandari lembaga
tempat pekerja sosial bekerja. Seorang pekerja harus mengikuti
aturan-aturan yang ada atau yang berlaku di lembaga
d. Teori
Berbagai pengetahuan yang mendasari praktek pekerjaan sosial
berfungsi sebagai nilai.
Lingkungan
Social Worker
Personal values I
n
Profesional values t
Person
Social e
r value of
Work v
e
Social values n
Knowledge values s
i
Social
41
profesionalnya
3) Pelayanan (Service)
Pekerja sosial memandang tugas melayani klien sebagai
kewajiban utamanya
4) Integritas (Integrity)
Pekerja sosial dapat bertindak selaras dengan integritas
profesional yang tinggi
c. Nilai Klien
1) Mengutamakan kepentingan Klien (Primacy of Clients’
Interest)
Tanggung jawab pekerja sosial adalah terhadap kliennya
2)Hak-hak dan Prerogasi Klien (Right and Prerogatives of
Client)Pekerja sosial berusaha untuk memelihara kebebasan
dan kemandirian klien dalam memilih dan mengambil
keputusan sendiri
3) Konfidensialitas dan kedirian (Confidentiality and Privacy)
42
Pekerja sosial hendaknya menghargai privacy (kedirian)
klien dan menjaga sebaik-baiknya segala informasi yang
diperolehnya dari pelayanan profesionalnya
4) Imbalan (Fees)
Dalam menetapkan bayaran hendaknya ditetapkan dengan
wajar, jujur, masuk akal, benar-benar dipertimbangkan dan
sesuai dengan nilai pelayanan yang diberikan dan dengan
kemampuan membayar dari klien
d. Nilai Masyarakat
Pekerja sosial hendaknya berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan umum masyarakat. Pada dasarnya profesi
pekerjaan sosial mendapatkan misi dan kepercayaan untuk
melaksanakan sebagian dari fungsi masyarakat. Oleh karena
itu profesi pekerjaan sosial dipengaruhi oleh nilai-nilai
masyarakat dalam melaksanakan pertolongan. Jadi walaupun
pengetahuan dapat diambil dari mana saja tetapi dalam
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan masyarakat yang
ditolongnya
43
tindakan-tindakan yang kongkrit dalam berbagai situasi tertentu
(Galaway, 1989). Dengan kata lain, jika kita sebagai pekerja
sosial yakin akan harga diri dan martabat semua orang,
bagaimana kita menerapkannya dalam perilaku
professional.yang kita miliki .
Berikut ini akan dikemukakan sejumlah prinsip-prinsip
pekerjaan sosial yang dikekukakan para ahli (biestek, 1957,
Goldstein, 1979, Levy, 1976, Hepworth & Larson 1986, Picard
1988, Campton & Galaway 1989, Morales & Sheafor, 1989,)
yang dapat dijadikan sebagai pegangan para pekerja sosial dalam
melaksanakan pertolongan kepada kelayan dengan
memperhatikan harga diri dan martabat semua orang sehingga
menunjukan perilaku yang profesional.
Prinsip-prinsip pekerjaan sosial yang dikemukakan para
ahli adalah sebagai berukut :
1. Penerimaan terhadap Klien (Acceptance of The Client)
Penerimaan adalah suatu prinsip pekerjaan sosial yang
fundamental , menunjukan pemahaman untuk toleran terhadap
klien. Pekerja sosial diharapkan mengenal berbagai nilai,
kebutuhan dan tujuan klien yang berhubungan dengan seluruh
sistem klien dengan cara yang manusiawi.. Pekerja sosial
menerima apa adanya klien, artinya memahami sepenuhnya
dari klien termasuk kelebihan dan kekuatan serta kelemahannya,
cirri-ciri positif dan negative, hal-hal yang menarik dan tidak
menarik, dan aspek perilaku baik yang destruktif maupun yang
konstruktif (merusak dan membangun) . Pada saat yang sama,
penerimaan terhadap klien menunjukan pengembangan berbagai
kekuatan dan potensi klien bagi pertumbuhan dan
pengembangan. Paul Tillich mengemukakan akar dari
penerimaan (acceptance) adalah berhubungan dengan cinta kasih
(love).
Penerimaamn dalam hubungan professional antara pekerja
sosial dengan klien dinyatakan dalam bentuk perhatian yang
sungguh-sungguh, mendengarkan klien dengan baik,
memberikan respon yang bertujuan sesuai dengan pandangan
orang lain dan menciptakan iklim kerjasama.
Hambatan yang sering terjadi dalam diri pekerja sosial
dalam melakssanakan prinsip penerimaan ini adalah kurangnya
kesadaran diei (lack of self awareness), pengetahuan perilaku
44
yang tidak tepat (insufficient knowledge of bahaviour) ,
penolakan situasi yang dimiliki seseorang pada klien
(projection of one’s own situation on the client). Adanya bias
dan prasangka (bias dan prejudice), tidak adanya jaminan dan
bingung untuk menolak dan menerima klien
45
demikian merupakan hal yang sangat penting bagi
pengembangan hubungan pertolongan dengan sistem klien.
Prinsip tidak memberikan penilaian didasarkan pada keyakinan
bahwa pekerja sosial dalam melaksanakan fungsinya adalah
tanggung jawab untuk menangani masalah klien. Tidak
memberikan penilaian baik atau buruk bukan berarti tidak bisa
mengambil keutusan untuk kepentingan klien, pekerja sosial
memberikan keputusan tentang alternatif solusi an pendekatan
pemecahan masalah klien.
5. Objektivitas (Objectivity)
Objektivitas merupakan prinsip pekerja sosial dimana
melihat
suatu situasi apa adanya. Pekerja sosial objektif dalam
mengamati dan memahami suatu situasi. Pekerja sosial harus
menghindari perasaan-perasaan dan prasangka-prasangka
pribadi yang mengganggu hubungannya dengan klien. Penilaian
pribadi yang berlebihan dan tidak mempunyai alasan akan
mempengaruhi pemahaman pekerja sosial terhadap klien dan
situasinya. Ciri-ciri pekerja sosial yang mampu
melaksanakantugasnya secara objektif adalah pengalaman
pendidikan, pemahaman bidang perilaku, pengalaman hidup,
nilaidan keyakinan intelektual serta penampilan fisik.
6. Keterlibatan emosional yang terkendali (Controlled emotional
involvement)
Pekerja sosial dalam berhubungan dengan klien harus
mampu mengendalikan emosinya sehubungan dengan
permasalahan yang dihadapi klien. Ada tiga komponen penting
untuk merespon emosi yang terkendali pada situasi klien; sensitif
terhadap perasaan-perasaan yang dinyatakan dan yang tidak
dinyatakan, pemahaman didasarkan pada pengetahuan tentang
perilaku manusia dan respon yang dipandu didasarkan tujuan
dan pengetahuan. Respon emosi yang terkontrol akan mampu
menunjukan diri kepada klien bahwa pekerja sosial tidak
emosional melainkan ada kematangan dalam menghadapi klien.
Apabila klien menunjukan emosi yang tidak terkendal, pekerja
sosial adalah sisi mencari keseimbangan agar klien tidak larut
dalam emosi semata.
46
7. Menentukan diri sendiri (Self determination)
Prinsip menentukan diri sendiri didasarkan pada
pengetahuan akan “hak” dan kebutuhan klien untuk bebas dalam
menentukan pilihan dan keputusannya “. Pekerja sosial
mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan hubungan
kerjasama dimana dan kapan pilihan tersebut dilakukan. Dalam
praktek pekerjaan sosial kebebasan dalam menentukan diri
sendiri tergambar dari adanya kebebasan klien untuk berfikir,
memilih, paksaan, kesalahan, dan bebas bertindak bijaksana.
47
Daftar pustaka
48
5. KERANGKA PROFESI DAN REFERENSI PEKERJAAN
SOSIAL
49
dikembangkan oleh profesi, masyarakat dan relasinya
dengan para koleganya maupun tempat kerja profesi
tersebut
d. Pengakuan status
e. Organisasi profesi.
50
c. Adanya asosiasi perkumpulan profesi baik pada tingkat
lokal, nasional maupun internasional
d. Adanya proteksi resmi terhadap monopoli ketrampilannya
e. Adanya kode etik yang formal.
51
Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang
menekankan pada tugas-tugas kehidupan yang harus
dilakukan oleh individu dalam berbagai tingkat
perkembangan hidupnya
Pemahaman terhadap permasalahan yang dialami
manusia
Sumber-sumber dan kebutuhan yang diperlukan oleh
seseorang dalam setiap tahapan perkembangannya
Interaksi antara individu dan lingkungannya
Kekuatan danmotivasi tingkah laku manusia baik
tingkah laku dalam kelompok maupun organisasinya
Faktor-faktor yang perlu dikembangkan agar
kelompok dapat mengatasi kesulitan dan
permasalahannya
Sumber-sumber emosional dan fisik/material yang
tidak berfungsi atau tidak mencukupi
Perencanaan dan pelaksanaan program-program
pencegahan dan penyembuhan yang efektif.
b. Kebijakan Sosial (Social Policy)
Kebijakan sosial yang berkaitan dengan kurikulum
disiplin ilmu
Pemahaman dan pelaksanaan perumusan kebijakan
sosial yang berkaitan dengan sistem pelayanan sosial
baik pemerintah maupun non-pemerintah(swasta)
Missi dan etik profesi dalam hal kebijakan sosial
Partisipasi pekerjaan sosial dalam memanfaatkan dn
mengembangkan kebijakan sosial guna meningkatkan
keberfungsian sosial individu, kelompok dan
masyarakat
Komitmen pekerjaan sosial terhadap keadilan sosial
Ketimpangan distribusi kesempatan, sumber, barang
dan pelayanan yang diterima kelompok-kelompok
minoritas dan marginal yang kurang beruntung.
c. Metoda Pekerjaan Sosial (Social Work Method)
Cara-cara untuk meningkatkan keberfungsian sosial
kelayan
Proses pemecahan masalah
52
Pemahaman terhadap permalahan manusia dan sistem
sumber
Peranan-peranan pekerja sosial dalam proses
pemecahan masalah
Interview, negosiasi dan interaksi
d. Penelitian sosial (research)
Penelitian dalam kerangka pengetahuan pekerjaan sosial
semakin dirasakan kepentingannya. Hasil penelitian ilmiah
merupakan kekuatan bagi perkembangan pengetahuan
pengetahuan profesi pekerjaan sosial hasil penelitian ilmiah
akan membantu pekerja sosial untuk membedakan
kesimpulan-kesimpulan yang didukung data empirik dan
kesimpulan subyektifnya. Hal ini akan lebih meyakinkan
penggunaan metoda dan teknik yang digunakan pekerja
sosial dikarenakan pembuktian kebenarannya.
53
profesi); nilai personal kelayan; nilai lembaga dimana pekerja sosial
bekerja dan nilai masyarakat dimana pekerja sosial melaksanakan
praktek.
1. Individualisasi (individualization)
2. Pernyataan perasaan bertujuan (purposefull expression of
feeling)
3. Pelibatan emosi secara terkendali (controlled emotional
involvement)
4. Penerimaan (acceptance)
5. Sikap tidak menghakimi (non judgemental attitude)
6. Kebebasan dalam mengambil keputusa diri (self
determination)
7. Kerahasiaan (confidentiality)
8. Partisipasi (participation)
9. Mawas diri (self awareness)
54
melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten. Isi
kode etik pekerjaan sosial mencakup: pertama, Perilaku dean sifat
utama sebagai pekerja sosial (kualitias kepribadian, pengembangan
kompetensi dan kemampuan profesionalnya, pelayanan, integritas,
belajar dan meneliti); kedua, tanggung jawab kelayan, etik pekerja
sosial terhadap kelayannya (mengutamakan kepentingan kelayan,
mengutamakan hak-hak dan prerograsi kelayan, kofidensialitas dan
kemnandirian, imbal jasa); ketiga, Tanggung jawab etik pekerja
sosial terhadap sejawat (menghargai, jujur dan menghormati;
tanggung jawab terhadap kelayan temannya); keempat, tanggung
jawab etik pekerja sosial terhadap badan sosial yang
mempekerjakannya; Kelima, Tanggung jawab etik pekerja sosial
terhadap profesi (memelihara integritas profesi; pelayanan
masyarakat; pengembangan pengetahuan); Keenam, Tanggung
jawab etik pekerja sosial terhadap masyarakat, pekerja sosial
hendaknya selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
umum masyarakat.
55
Sementara Loewenberg, mengatakan adanya lima ketrampilan
utama pekerjaan sosial, yaitu:
1. Ketrampilan berkomunikasi
2. Ketrampilan berwawancara, pengamatan dan penulisan
3. Ketrampilan melakukan kontak pendahuluan
4. Ketrampilan melakukan pengumpulan, pengungkapan,
pengujian, penganalisisan dan pemahaman masalah
5. Ketrampilan dan kegiatan pemecahan masalah.
56
unsur situasi berinteraksi satu sama lain yang
mengakibatkan munculnya frustrasi pada diri seseorang
dalam menghadapi tugas-tugas kehidupannya. Pada
umumnya pekerja sosial melihat suatu situasi ke dalam tiga
bentuk interaksi, yaitu: pertama, interaksi antara orang-
orang di dalam suatu sistem sumber; kedua, interaksi antara
orang dengan sistem sumber, dan ketiga, interaksi antara
satu sistem sumber dengan sistem sumber lainnya.
3. Menghubungkan kesulitan orang/pribadi dengan isu publik.
Mills membedakan antara kesulitan pribadi dengan
persoalan publik.
Kesulitan pribadi terjadi di dalam seseorang individu,
serta yang berkaitan dengan orang lain. Dengan
demikian perwujudan serta pemecahankesulitan
tersebut sebenarnya terletak di dalam diri individu dan
lingkungan dekatnya/lokalnya. Kesulitan pribadi ini
merupakan persoalan pribadi, yaitu nilai-nilai tentang
harapan-harapan pribadinya yang dirasa terancam.
Persoalan pribadi berkaitan dengan sesuatu yang lebih
besar daripada lingkungan lokal individu maupun
kehidupan pribadinya. Persoalan publik ini merupakan
gabungan dari lingkungan lokal individu ke dalam
masyarakat secara umum, dimana individu, lingkngan
lokal maupun berbagai kesulitan individualsaling
bertindihan dan berpengaruh untuk membentuk suatu
struktur kehidupan sosial yang lebih besar. Isu publik
ini merupakan persoalan-persoalan publik, yaitu nilai-
nilai harapan publik yang dirasa terancam.
57
yang ramah terhadap lanjut usia, juga persoalan kepedulian
generasi muda terhadap kehidupan lanjut usia.
Kepustakaan:
58
6. PERSEPEKTIF SISTEM MODEL PINCUS –MINAHAN
59
terencana. Jadi, pekerja sosial dilihat sebagai pelaku perubahan
profesional (profesional change agent) bekerja dengan individu,
kelompok, keluarga, organisasi dan komunitas untuk memfasilitasi
terjadinya perubahan positif.
Assesment Determination
Implementationof
of data strategies/goals
/reassessment
60
Change Determinations
agent of targets evaluation
system
61
menyajikan kerangka kerja dalam membantu menganalisis apa yang
menjadi kebutuhan klien dan apa yang mereka perlukan serta
sumber eksternal yang mungkin dapat dikembangkan atau
dimodifikasi. Melalui asesmen yang komprehensif, kebutuhan klien
menjadi penting guna mengoptimalkan target perubahan yang akan
dicapai. Informasi yang di peroleh kemudian disertakan ke dalam
rencana kegiatan melalui rekomendasi program yang akan
dikembangkan. Asesmen secara terus menerus perlu dilakukan pada
tahap implementasi dan evaluasi. Keempat sistem yang ada di
gambar 3.1 tidak bersifat ekslusif, tetapi dalam banyak kasus dapat
terjadi secara tumpang tindih. Seperti ilustrasi di gambar 3.2. Model
Pincus-Minahan diilustrasikan dalam setting sekolah melalui contoh
kasus.
62
memperhatikan arahan atau nasihat guru, tidak mendengarkan
instruksi dan tidak menyelesaikan tugas). Guru pun meminta
Mr.Thomas untuk menasihati siswa tersebut agar memperbaiki
perilakunya—sebuah rujukan yang sederhana dan masalah bisa
dilihat sebagai salah satu motivasi dan sikap. Sejumlah sesi
konseling dapat bermanfaat dan dapat dilakukan dalam waktu
tertentu, hal ini merupakan cara yang dapat dilakukan oleh pekerja
sosial dalam intervensi kasus. Secara implisit asumsi ini terkait
terkait dengan identifikasi masalah (siswa), pemecahan masalah dan
merubah perilaku siswa. Namun, dengan tidak melakukan analisis
masalah secara lebih lengkap dan mendalam, mungkin pekerja
sosial akan kehilangan sejumlah masalah lainnya dalam situasi ini.
63
Penyajian Masalah Client system
John Hecht, murid kelas 3 : Aktual:
a. Tidak sesuai dengan arahan
Guru (Mr.Phillips) sudah meminta bantuan,
guru mengharapkan manfaat, dan memiliki kontrak melalui
b. Tidak mendengarkan intruksi
sistem sekolah untuk mendapatkan bantuan pekerja
c. Tidak menyelesaikan tugas
sosial. Sistem sekolah telah memperkerjakan
Mr.Thomas juga sebagai klien
Potensial :
64
Tahap selanjutnya dalam menganalisis kasus ini adalah
menetapkan target yang jelas. Kembali melihat gambar 3.1, di
bagian ini melibatkan analisis lebih menyeluruh, melakukan
investigasi dan asesmen data dan jangkauan perkembangan atau
identifikasi target outcome jangka panjang. Gambar 3.1
memperlihatkan bagaimana langkah asesmen di tahap pertama.
65
terkait perkembangan intervensi, melalui pengamatan sejauh mana
hasil dapat dicapai. Mungkin terjadi perubahan pada diri klien dan
agent system. Pada kasus ini perubahan agent system tidak hanya
pekerja sosial sekolah, tetapi termasuk Kepala Sekolah, guru agar
mengubah gaya mengajar, dan konselor bimbingan sekolah,
termasuk pelatihan managemen anak, dan layanan perlindungan
anak. Sebagai tambahan, beberapa klien potensial (seperti John dan
ibunya) mungkin juga menjadi klien sebenarnya saat tahap
implementasi action system.
66
Gambar 3.1
Gambar 3.2
67
tujuan hasil
(tujuan ini merupakan (Target ini merupakan fokus
tujuan yang di identifikasi dalam upaya perubahan)
tentukan pada kasus a. Target : Mr.Phillips, Guru
John Hecht dan
berhubungan dengan 1. Perilaku dalam
tiga rangkaian menghadapi murid
masalah yang dari keluarga
diidentifikasi dalam berpenghasilan
penilaian data awal) rendah.
a. Memperbaiki
kontrol kelas 2. Rendahnya kontrol
oleh guru dan kelas
sikapnya
terhadap b. Target: John Hecth
murid
1. Sikap dan perilaku
b. Memperbaiki yang tidak pantas di
perilaku kelas
John,
2. Relasinya dengan
kehadiran
teman-temannya
dan pola
yang tidak
hubungannya
memadai
dengan
rekannya di 3. Sering absen dari
sekolah sekolah
c. Melakukan c. Target: Keluarga Hecht
lebih
banyakupaya 1. Kesulitan finansial
untuk
stabilitas 2. Ibu John Hecht
situasi di memiliki
rumah John. keterampilan yang
kurang memadai
dalam menagemen
dan pengawasan
anak
68
3. Kemungkinan
penyalahgunaan
alkohol oleh
Mrs.Hecht
Gambar 3.3
69
1. Memberikan dukungan konseling bagi John agar
mengembangkan cara-cara yang lebih konstruktif dalam
menghadapi orang lain. Mengembangkan tujuan sebagai
pelajar dan belajar bertanggung jawab dalam setiap
kegiatan atau tindakan. Kebutuhan konseling bagi Jonh
mendukung pengembangkan hubungan, membantu
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang
efektif dan mendemostrasikan role model sebagai seorang
dewasa yang positif.
70
Realitasnya ini akan menjadi sulit melibatkan pekerja
lembaga layanan perlindungan (setidaknya sebagai manejer
kasus) yang menerima rujukan tentang kasus bolos dan
bantuan keuangan. Pekerja layanan perlindungan mungkin
akan meminta pekerja lain untuk menyediakan layanan
tertentu untuk keluarga, seperti melibatkan Ibu dalam kelas
pelatihan efektivitas pengasuhan bagi orangtua. Ini waktu
yang sangat penting untuk melibatkan beberapa pekerja
agar tidak membebani keluarga. Bersama dengan
Mrs.Hecht dan pekerja sosial dari departemen layanan
sosial negara, mengembangkan rencana treatmen untuk
membantu Mrs.Hecht memperbaiki pengetahuannya
tentang perkembangan anak dan pelatihan pengasuhan.
Rencana ini mungkin melibatkan koseling secara individu,
group parenting, atau demostrasi praktek perilaku melalui
pemodelan.
71
adalah sistem klien pada saat ini. Terra Montana (pekerja sosial) dan
klinik dimana dia praktek, sistem agen perubahan. Karena ada yang
mengatakan kemungkinan ada gejala depresi, Mr.Montana
membutuhkan identifikasi dan memeriksa gejala Ms.Angell ini
sebagai bagian dalam asesmen. Beberapa tipe depresi menunjukkan
terdapat kontribusi faktor “medis”. Depresi adalah gangguan afektif
dengan sejumlah gejala yang berbeda. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa depresi sebagian disebabkan oleh
ketidakseimbangan kimia dalam otak dan sistem saraf otak (Coryell
et al.,1998; Rasmussen & Tsuang, 1986). Ketidakseimbangan kimia
disebut neotransmiter yang mengirimkan pesan dari satu saraf ke
satu sama lainnya secara teori menyebabkan masalah dengan
dysphoria (ditandai dengan perasaan ketidakbahagiaan secara
menetap atau terus menerus, sering tanpa penyebab yang spesifik).
Serta kesulitan dengan konsentrasi dan sering cemas dan merasa
bersalah. Lingkungan juga memainkan peran sebagai stressor dan
sebagai “pemicu” yang akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan
neotranssmitter pada individu yang rentan. Ms.Montana melakukan
asesmen tentang isu kesehatan mental klien dan mencari tahu hal-
hal sebagai berikut:
72
5. Apakah ada sejarah sakit perut atau kesulitan pencernaan
lainnya, seperti sembelit kronis atau diare? Apakah kesulitan
tersebut terjadi pada masa kecil?
6. Apakah ada sejarah somatik atau masalah fisik, seperti sakit
punggung, tulang sendi atau sakit kaki, gejala umum malaise
atau tidak merasa sehat? Apakah pernah mendapatkan
pengobatan medis? jika iya, apakah ada riwayat “dokter
melompat”, mungkin karena dokter tidak bisa mencari kondisi
diagnosa medis?
7. Apakah ada sejarah kegelisahan atau kecemasan? Bagaiman
kedisfungsian tersebut? apakah ada phobia spesifik yang
mengganggu gaya hidup? Apakah ada perilaku panik; seperti
tiba-tiba merasakan kecemasan yang intens dan sering rasa
gelisah diserta detak jantung kencang, sulit bernafas , keringat
yang intens dan takut?
8. Bagaimana klien melihat sesuatu yang menyenangkan, seperti
ulang tahun dan liburan?
9. Apakah ada sifat musiman untuk depresi? Seperti contoh, klien
mempunyai sejarah gejala depresi terjadi saat akhir musim
gugur dan musim dingin?
10. Apakah ada kesulitan fungsi sexual atau keinginan? jika ada,
bagaimana klien menafsirkan ini? Apakah ada riwayat
pemerkosaan atau incest?
11. Apa klien dalam suasana lazim? Apakah ada sejarah ketakutan
dan menangis, merenungkan, kecemasan, merasa tak berguna,
atau berpikir utuk mati atau bunuh diri? Bagaimana mood
secara umum stabil dan diprediksi, atau apakah vairasi
subtansial terkadang terkait dengan kelebihan energi atau
perasaan manik?
12. Apakah klien mengalami kesulitan berkonsentrasi dan
mengingat sesuatu?
13. Bagaimana secara fungsional ketika klien di rumah, di
pekerjaannya, dan dalam kontek sosialnya? Apakah mengalami
kelelahan kronis? Apakah dia merasa “melambat”? Apakah
keluarga dia atau temannya memberitahukan tentang tindakan
atau moodnya? Jika menikah, apakah status hubungan suami
istri? Jika ada anak-anak dalam keluarga, bagamaina klien
berelasi dengan mereka?
73
14. Apakah ada pikiran yang tidak diinginkan obsesi atau tindakan
komplusif, seperti mondar-mandir atau meremas-remas tangan?
15. Apakah ada penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan,
termasuk penyalahgunaan resep medis (seperti valium atau obat
penenang minor lainnya)? Apakah klien ada penyangkalan
dalam masalah ini? Apakah ada sejarah treatment dulu?
16. Apakah sejarah klien pada saat anak-anak dan remaja, dan
bagaimana dia melihat orangtuanya? Apakah dia melihat
orangtuanya berkontibusi juga, atau dengan membantu, saat
masalah dulu? Apakah ada disfungsi dalam cara berfikir ketika
perkembangan pada saat anak-anak (contoh, klien melihat
dirinya sendiri sebagai “anak yang nakal” sebagai berhasil
menjadi anak dewasa dari seorang pencandu alkohol)?
17. Bagaimana riwayat keberfungsian klien di sekolah, riwayat
terkait dengan masalah pembelajaran atau disabilitas, interaksi
sosial, pola atau berurusan dengan stress ketika di sekolah dan
tekanan, dan mungkin riwayat perasaan terkait kegagalan?
18. Apa klien memiliki riwayat medis, termasuk riwayat penyakit
yang menular, paparan racun, obat yang digunakan, alergi dan
kecelakaan? Apakah ada perawatan medis spesial atau
sebelumnya terjadi konsultasi dengan psikiatri? Bagaimana
klien melihat praktek medis? Jika perempuan dan sebelumnya
hamil, bagaimana masalah yang terkait dengan depresi
postpartum atau mungkin terminasi atau kehamilan?
19. Apa sejarah genetik klien? Tipe tertentu dalam depresi sering
terlihat secara biologis atau dipengaruhi genetik, jadi harus
berhati-hati dan sejarah menyeluruh adalah penting.
74
dalam depresinya dan memastikan apakah obat akan membantu
secara keseluruhan rencana treatmen (action system).
75
digali atau didapatkan dari analisis sistem tentang masalah Ms.
Angell dan seluk beluk kehidupannya.
RINGKASAN
76
program studi jurusan pekerjaan sosial yang biasanya didapatkan di
perguruan tinggi. Tujuan dalam asesmen, yaitu memberikan fokus
pada berbagai faktor yang dikaji atau didalami.
LATIHAN:
77
MENULIS
ASESMEN
78
Langkah keempat l. Kemampuan klien untuk
memecahkan masalah
m. Sumber eksternal yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah
IDENTIFIKASI n. Sumber, kemampuan dan kekuatan
KLIEN DAN yang dimiliki klien
CHANGE AGENT o. Rekomendasi dalam mengatasi
SYSTEMS masalah
79
mahasiswa secara individual menulis
siapa client system dan change agent
MEMBENTUK system. Mahasiswa dapat
TARGET DAN mengidentifikasi kategori fakta dan
ACTION SYSTEM potensial di setiap sistem ini
a. Seorang ibu dan anaknya datang ke
Tujuan lembaga pelayanan sosial untuk
mendapatkan makanan dan tempat
berlindung.
Langkah pertama b. Pekerja sosial yang dipekerjakan
oleh pusat kesehatan mental
masyarakan meminta psikiatri untuk
Langkah kedua konsultasi mengenai apakah
seorang wanita muda pekerja sosial
telah melihat depresi klinis.
c. Pekerja sosial di lingkungan rumah
sakit meminta suster untuk
berbicara dengan janda (singel
mother) yang melahirkan anak
pertamanya. Orang tua wanita muda
tersebut mungkin juga memiliki
beberapa kekhawatiran saat
mengunjunginya.
d. Siswa SMA di ambil oleh
orangtuanya dari lembaga swasta
untuk praktik pekerja sosial karena
orangtuanya khawatir dengan
anaknya mengenai kekerasan dan
perilaku destruktif
80
waktu ke waktu, sehingga mengubah
elemen pada klien dan change agent
system. Gunakan empat situasi untuk
melihat proses dengan memasukan
banyak data dan urutan data pada kasus.
81
sumber masalah oleh kepolisian karena
tingginya tingkat kejahatan dan
pengangguran di kalangan orang
dewasa. Banyak layanan sosial dan
organisasi relawan masyarakat yang
berpartisipasi, tetapi tidak ada
koordinasi di antara mereka. Ada sebuah
organisasi lingkungan, tetapi hanya
sedikit orang yang menghadiri
pertemuan. Sekolah mendengar, bahwa
penghuni kompleks perumahan
umumnya penyewa miskin, sehingga
ada masalah serius dalam pemeliharaan
apartemen. Akibatnya, ada tingkat
mobilitas yang tinggi dan keluar dari
kompleks.
SUMBER BACAAN:
82
7. Engagement (Pelamaran), Intake dan Contract
83
Telah ditemukan bahwa alat yang paling penting yang pekerja
sosial miliki adalah dirinya. Untuk menggunakan alat tersebut
secara terampil dan dengan banyak pengetahuan, seorang pekerja
sosial harus mempunyai pengetahuan diri yang banyak. Ini
memerlukan jenis pendirian introspeksi yang mencoba untuk
membawa perhatian pribadi, sikap dan nilai keadaan kedalam
bidang pemikiran yang disadari. Ini memerlukan pencarian untuk
pemahaman diri terus menerus dan derajat kesenangan yang
memadai dengan penemuan diri tersebut.
David Jhonsosn melihat orang yang memberikan pertolongan
sebagian memiliki sekumpulan ciri yang lain. Pertama adalah
kemampuan untuk mengungkapkan diri sementara menyadari diri
dan menunjukkan perhatian terhadap apa yang orang lain rasakan.
Tentang apa yang pekerja katakan atau lakukan. Ciri ini memiliki
kualitas kejujuran, ketulusan dan keothentikan. Kedua adalah
kemampuan untuk mempercayai, yang mengandung kehangatan,
penerimaan, dukungan dan kemampuan untuk mengecek arti (to
chek for meaning). Ketiga adalah keterampilan dalam komunikasi.
Ini meliputi kemampuan untuk mengirim pesan sehingaa orang lain
mampu memahami, mendengarkan, untuk menanggapi secara tepat
dan untuk mengklarifikasikan apa yang tidak dipahami. Keempat
adalah kemampuan untuk mengapresiasikan perasaan. Kelima
adalah kemampuan untuk memperkuat dan memperagakan perilaku
yang tepat.
Klien adalah orang yang mencari pertolongan dari seorang
pekerja sosial atau dilayani oleh suatu lembaga yang
mempekerjakan pekerja sosial. Beberapa jenis klien seperti :
1. Mereka yang meminta pertolongan bagi dirinya sendiri
2. Mereka yang memimnta pertolongan bagi orang lain
3. Mereka yang tidak mencari pertolongan tetapi berada dalam
masalah yang menghambat atau mengancam keberfungsian
sosial oran lain
4. Mereka yang mencari atau menggunakan pertolongan untuk
mencapai tujuan diri mereka
5. Mereka yang mencari pertolongan, tetapi untuk menjadi tujuan
yang tidak memadai.
Identifikasi jenis klien adalah tahap pertama dalam pemberian
pelayanan karena relasi pekerja dan klien serta interaksinya akan
berbeda, tergantung pada jenis klien dan sifat dari pertolongan yang
84
dicari. Beberapa masalah disebabkan oleh gangguan atau kekacauan
yang mengakibatkan kekacauan interpsikis, keadaan terdesak, atau
menyimpang. Dalam situasi ini, orang mengalami sakit secara
mental atau memiliki kesulitan persepsi, yang mengakibatkan
penggunaan cara-cara yang tidak tepat atau tidak efektif untuk
menghadapi situasi kehidupan. Pekerja dan lembaga menyediakan
pelayanan memiliki harapan tentang kesepakatan (janji),
penggunaan waktu selama pertemuan pertolongan, waktu dan
tempat pertemuan, dan pembagian informasi dan keterlibatan klien
dalam proses pertolongan.
85
dipertimbangkan. Jika klien datang dari suatu budaya dimana
pembicaraan ringan (small talk) digunakan sebelum melaksanakan
tugas, pekerja sosial seharusnya sedikit terlibat dalam pembicaraan
ringan tersebut. Jika sebaliknya klien merasa cemas tentang tujuan
dari interaksi tersebut dan datang dari suatu budaya yang
menggunakan sedikit kata-kata, pekerja sosial akan secara cepat
menjelaskan apa yang akan dilakukan bersama. Pekerja sosial
melakukan ini dengan:
1. Penuh perhatian terhadap apa yang sedang klien katakan dan
menerima perasaan klien.
2. Menunjukkan keinginan yang nyata untuk membantu klien dan
memberikan klien suatu petunjuk bahwa pekerja sosial
mengetahui bagaimana menolong
3. Secara aktif menanyakan klien persepsinya tentang situasi dan
masalah (menanyakan klien tentang pentingnya masalah,
tentang permulaan dan upaya untuk menanggulangi dan tentang
solusi yang diinginkan adalah cara-cara lain untuk melibatkan
klien dan menunjukan cara untuk bekerja sama).
4. Mencoba untuk menjawab pertanyaan yang tidak terucapkan
yang klien mungkin miliki (contoh, klien mungkin tidak yakin
apakah informasi yang dibagikan tersebut akan tersedia bagi
orang lain).
5. Menjelaskan tentang cara lembaga memberikan pelayanan,
jenis pertolongan yang diberikan dan prosedur untuk
menggunakan pertolongan tersebut.
6. Mencoba untuk mencapai perasan yang klien miliki tentang apa
yang sedang terjadi.
86
tentang situasi. Pekerja sosial juga mendorong suatu iklim
kepercayaan untuk berkembang sampai klien dapat mempercayai
pekerja soisal, relasi tersebut itu lemah dan interaksi tersebut
dipengaruhi oleh keprihatinan klien tentang sifat layak dipercaya
dari pekeja sosial.
Kadang-kadang klien menyampaikan rasa marah, jengkel dan
sikap menolak. Carl Hartman dan Diene Reynolds percaya bahwa
sikap ini digunakan ketika klien merasa takut dan merasa sakit dan
kurangnya kepercayaan pada pekerja sosial dan pada proses
pertolongan. Mereka menyarankan menggunakan suatu pendekatan
yang mereka identifikasi sebagai konformasi, interpretasi dan
aliansi. Setelah mencari sumber dari perasaan tersebut dan perilaku
yang terkait, pekerja sosial pertama-pertama mengkomunikasikan
bahwa pekerja sosial mengenal perasaan-perasaan dan penolakan
tersebut terhadap pertolongan. Segera setelah itu pekerja sosial
menyediakan klien dengan suatu penafsiran tentang arti dan atau
sumber dari perasaan tersebut dan tingkah laku yang terkait.
Kemudian pekerja sosial memberikan klien dukungan dan dorongan.
Pendekatan ini seringkali mengizinkan klien untuk merasa diterima,
yang mengarah pada suatu relasi dan saling percaya.
Ketika pekerja sosial memutuskan untuk memfokuskan
pembicaraan terhadap negosiasi tentang pemberian pelayanan.
Selama tahap berikutnya ini, pekerja sosial dan klien membicarakan
apakah masalah klien itu dapat dikerjakan oleh pekerja sosial dan
klien membicarakan apakah masalah klien itu dapat dikerjakan oleh
pekerja sosial secara bersama-sama. Mereka juga membicarakan
apakah klien untuk mengatasi masalah tersebut dalam cara yang
diharapkan oleh lembaga jika ini nampak tepat. Pekerja sosial dan
klien akan membicarakan kemungkinan-kemungkinan lain untuk
pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah. Pekerja sosial
mencoba untuk memilah-milah masalah tersebut bagi klien sehingga
ini tidak nampak tumpang tindih.
Selama tahap ini pekerja dan klien memutuskan apakah : 1).
Mereka dapat bekerja sama terhadap keprihatinan, kebutuhan, atau
masalah yang dibawa klien 2). Kebutuhan atau masalah lain yang
seharusnya di kerjakan 3). Pelayanan yang dibutuhkan oleh klien
diberikan secara lebih baik oleh sumber yang lain 4). Klien tidak
menghendaki untuk menggunakan pelayanan lebih lanjut.
87
Kontrak permulaan bisa dikembangkan yang menyatakan tahap-
tahap selanjutnya dari kerja sama tersebut dan tanggung jawab dari
pekerja sosial dan klien serta kerangka. Waktu untuk melaksanakan
tugas-tugas yang diperlukan. Selama tahap negosiasi dan kontrak,
pekerja sosial secara terbuka menghadapi dan mengatasi penolakan.
Edith Ankeramit, dalam membicarakan kontrak pada setting
probasi, menyarankan bahwa dalam mengatasi penolakan ini perlu
untuk membantu klien membahas dua pertanyaan. 1. Mengapa saya
di sini? 2. Bagaimana saya merasa tenang berada di sini?.
Pembahasan ini akan memungkinkan klien untuk menyalurkan
perasaan jengkel/marah. Pekerja sosial tidak menolak keberadaan
perasaan tersebut, pekerja sosial seharusnya secara aktif
mendengarkan dan menunjukkan realitas dari perasaan tersebut.
Ketika kesepakatan tentang kerja sama tersebut dicapai, pekerja
sosial seharusnya meringkas apa yang telah terjadi dalam tahap-
tahap eksploritasi dan negosiasi sebelumnya. Ini juga penting untuk
merasa yakin bahwa tahap-tahap selanjutnya, dan setiap tugas akan
dilaksanakan sebelum pertemuan selanjutnya dipahami secara jelas.
Pembentukan sistem tindakan awal mungkin dicapai dalam satu
pertemuan atau mungkin memerlukan beberapa pertemuan. Selama
pembentukan sistem, pekerja sosial mencoba untuk menjembatani
gap dalam pemahaman. Dalam melaksanakan perannya pekerja
sosial peka terhadap kesiapan klien untuk bergerak dari tahap satu
ke tahap yang lain. Beberapa hambatan dapat mempengaruhi
pembentukan sistem pekerja dan klien.
Pertama, kompleksitas dari keberfungsian manusia, relasi antara
orang dengan latar belakang budaya dan pengalaman hidup yang
berbeda adalah cukup sulit. Kesalah pahaman terjadi dengan mudah
dan prasangka sering timbul.
Kedua, muncul perasaan takut klien, takut terhadap depresi,
ketidakberdayaan, dihakimi/dinilai, atau memiliki tujuan yang tidak
relevan yang ditangkap klien. Ketakutan-ketakautan tersebut
mungkin berasal dari prasangka dan harapan yang tidak realistik
klien.
Ketiga, karena pekerja sosisal sering kali adalah orang dari
suatu organisasi birokrasi. Kompleksitas aturan dan regulasi serta
ketidakmampuan dari suatu organisasi untuk memperlakukan klien
seringkali mempengaruhi cara pekerja sosial menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan oleh klien.
88
Klien yang tidak menginginkan pelayanan sering kali tidak
melihat pentingnya pelayanan, tidak mempercayai pertolongan atau
memiliki kesulitan untuk mengembangkan relasi dengan pekerja
sosial. Dalam situasi ini pekerja sosial kadang-kadang dapat
mengatasi penolakan dengan menunjukkan alasan-alasan untuk
keprihatinan tersebut akan konsekuensi-konsekuensi dari kurangnya
perubahan. Suatu pendekatan perawatan, tidak menilai (a caring,
non judgmental, approach) yang memfokuskan pada keprihatinan
dan keinginan klien sering kali dapat menolong klien yang tidak
suka rela dengan sebuah pengalaman pertolongan yang unik dan
mengurangi penolakan terhadap pertolongan.
Pada dasarnya tahap awal dalam praktek pekerjaan sosial
berhubungan dengan bagaimana pekerja sosial dapat menggunakan
beberapa kemampuannya seperti komunikasi dan interaksi.
Komunikasi dan interaksi berkaitan erat dengan proses pertolongan
kepada klien terutama pada penerimaan awal klien dengan pekerja
sosial.
Komunikasi yang efektif adalah suatu unsur yang penting dari
sistem tindakan awal, ini penting untuk semua pekerja sosial untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik. Komunikasi
adalah pemeliharaan dan penerimaan pesan antara dua orang atau
lebih. Tujuan komunikasi dalam interaksi pekerjaan sosial meliputi :
1. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk upaya
pertolongan
2. Menggali ide, perasaan dan cara-cara yang mungkin untuk
memecahkan masalah
3. Mengungkapkan perasaan atau pikiran
4. Menyusun (structuring) pekerja dari sistem tindakan awal.
89
Engagement merupakan suatu periode dimana pekerja sosial mulai
berorientasi terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas-
tugas yang ditanganinya. Hubungan dengan klien dengan cara:
Klien datang secara sukarela, Klien tidak mau datang secara
sukarela, Pekerja sosial berusaha untuk mencari klien. Dalam proses
pelamaran ini pekerja sosial memberikan pelayanan dan
menyediakan sumber bagi siapa saja yang membutuhkan memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan pertolongan. Engagement
merupakan suau periode dimana pekerja sosial mulai berorientasi
terhadap dirinya sendiri, khususnya mengenai tugas pekerjaan yang
diembannya. Awal keterlibatan pekerja sosial dalam suatu situasi
memiliki tanggung jawab didalam menjalin hubungan dengan klien,
dalam menjalin hubungan ini terdapat beberapa cara :
1. Klien datang secara sukarela untuk meminta pertolongan
(voluntary application). Klien dalam hal ini mungkin telah
berusaha semampunya untuk mencoba berbagai cara
memperbaiki keadaannya, akan tetapai kurang atau tidak
berhasil. Klien menyadari akan kebutuhannya untuk meminta
tolong kepada pekerja sosial.
2. Klien tidak mau datang secara sukarela (in voluntary
application). Situasi kritis menyebabkan klien tidak mempunyai
alternatif adalah kemiskinan yang ekstrim, kecacatan, bencana
alam, ataupun tekanan-tekanan sosial dari individu dan situasi
yang berpengaruh terhadap dirinya (istri, suami, orang tua,
atasan, sekolah, militer, pengadilan dan lembaga pelayanan
koreksional) yang hanya dapat dipenuhi dengan referal
(rujukan). Dalam suasana dirujuk ini klien biasanya segan untuk
meminta bantuan, klien mungkin merasa dipaksa datang kepada
pekerja sosial.
3. Pekerja sosial berusaha untuk mencari klien (reching out effect
by worker). Pekerja social dalam situasi ini diharapakan sering
keluar untuk melibatkan diri dengan orang yang tidak aktif
dalam mencari bantuan dan tidak direferal (dirujuk) agar dapat
memperoleh bantuan. Klien mungkin sadar akan kebutuhannya,
tetapi belum atau tidak mampu mewujudkannya, tidak
mempunyai motivasi dan tidak mampu untuk memenuhinya
sendiri.
90
Dalam tahap engagement ini terjadi relasi antara klien dengan
pekerja sosial. Tugas pekerja sosial pada tahap engagement,
intake dan kontrak adalah :
a. Melibatkan diri dalam situasi tersebut
b. Menciptakan komunikasi dengan semua orang yang
terlibat
c. Mulai mendefinisikan ukuran-ukuran/parameter yang
berkaitan dengan hal-hal yang akan mereka laksanakan
d. Menciptakan atau membuat suatu struktur kerja awal/
pendahuluan.
Pekerja sosial harus menciptakan iklim yang kondusif dan
komunikasi yang efektif dengan klien dalam menumbuhkan relasi
pertolongan supaya klien tidak kembali dalam masalah. Iklim
kondusif serta komunikasi efektif ini akan memungkinkan klien
untuk mencurahkan perasaan dan menginformasikan masalah yang
dihadapinya. Pekerja sosial harus bisa menumbuhkan rasa percaya
terhadap klien bahwa sebagai penolong dalam hal ini pekerja sosial
mampu/bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
Pada tahap awal ini, pekerja sosial hanya dapat memperoleh
pengetahuan tentang manusia (klien), situasi dan kesadaran dirinya
secara umum, pekerja sosial juga berupaya untuk memahami dan
sekaligus mengevaluasi klien. Hal yang paling penting bagi pekerja
sosial adalah objektifitas, keterbukaan pikiran, keterbukaan untuk
menyadari dan mengontrol reaksi-reaksi diri sendiri. Keahlian yang
sama pentingnya adalah kemampuan untuk menyadari
keberadaannya dalam diri klien dan juga hubungannya dengan
mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pekerja sosial
bukan penentu keberhasilan proses pertolongan, melainkan sebagai
pemberi fasilitas keberhasilan.
Hasil proses pelamaran, intake dan kontrak dapat dilihat dari :
1. Pekerja sosial merupakan bagian dari situasi.
2. Saluran komunikasi awal telah terbuka.
3.Pekerja sosial dan klien bersama-sama sepakat tentang
pendekatan-pendekatan umum yang berkaitan dengan
pendefinisian peran masing-masing, yang didasarkan atas ekspresi
dan klarifikasi harapan-harapan klien serta hal-hal pekerja sosial
tunjukkan.
4. Adanya persetujuan tentang proses pada tahap selanjutnya.
91
Tahap ini diawali oleh adanya pengakuan mengenai masalah
spesifik yang mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan
kelompok. Kesadaran ini mungkin dihasilkan dari pengungkapan
masalah klien sendiri atau berdasarkan penelaahan situasi oleh
pekerja sosial. Tahap ini juga disebut sebagai tahap kontrak antara
pekerja sosial dengan klien, karena pada tahap ini dirumuskannya
persetujuan dan komitmen antara mereka untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui kelompok.
Dalam intake proses (kontak) dilakukan upaya pencapaian
kesesuaian dalam arti antara karakteristik klien dengan persyaratan
eligibilitas pelayanan yang ada. Bila hal ini tidak dicapai, maka
klien akan segera dirujuk kepada sumber lain yang memenuhi
karakteristik dan permasalahan klien.
92
pertolongan seringkali harus dibantu untuk mengenal apa
permasalahan yang dialami serta apa pelayanan yang tersedia.
Setelah proses tersebut tercapai maka perlu ada sesuatu keputusan
apakah orang tersebut dapat dibantu atau perlu dirujuk kepada
sistem pelayanan lain.Proses awal sebelum pengambilan keputusan
mampu atau tidaknya pekerja sosial memberikan intervensi atas
masalah yang dihadapi, atau pengambilan keputusan orang yang
bermasalah tentang kompetensi pekerja sosial ini masuk dalam suatu
tahap awal yang dinamakan Engagement, intake dan contract.
Engagement, intake dan kontrak pada dasarnya merupakan studi
awal dari kedua belah pihak, baik pekerja sosial maupun calon klien.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh pekerja sosial pada tahap ini
selain melakukan studi awal tentang calon klien, dia juga harus
melakukan beberapa kegiatan penting lainnya.
93
2. Meningkatkan motivasi untuk berubah (Maximizing
Motivation)
Motivasi yang dimaksud adalah penekanan pada kemauan yang
disadari, sehingga timbul kemauan guna melaksanakan usaha-
usaha untuk tetap hidup dan mendapat keperxayaan, kreativitas
dan berusaha sendiri. Jadi semakin seseorang yakin pada
kemampuannya, maka tingkah laku orang tersebut akan didasari
oleh kemampuannya, bukan dikendalikan oleh kemampuan-
kemampuan diluar dirinya. Tugas pekerja sosial dalam
meningkatkan motivasi : a. Meningkatkan kepekaan terhadap
masalah b. Meningkakan aspirasi c. Membantu mengatasi rasa
penolakan d. Memberikan aturan-aturan alasan yang dapat
diterima e. Menghubungkan keinginan dengan tujuan
f. Mengarahkan dan memfokuskan kemauan yang disadari.
94
peranan klien g. Klien harus berpartisipasi dalam sebuah proses
pertolongan.
95
klien, dimana mereka dapat menjalin keakraban dan adanya
saling percaya diantara mereka sehingga muncul rasa nyaman
dalam berkomunikasi. Sehingga klien dalam mengungkapkan
masalah-masalahnya dapat terbuka dengan pekerja sosial dan
sebaliknya dengan keterbukaan klien maka pekerja sosial juga
dapat memahami apa yang dirasakan oleh klien.
Proses pertolongan pada tahap awal pertolongan ini sangat
menentukan bagaimana proses pertolongan kepada klien
nantinya kedepan. Jadi tahap awal ini menentukan tahap-tahap
selanjutnya karena kalu pada tahap ini saja tidak terjalin
interaksi harmonis antara pekerja sosial dengan klien maka
gagalah proses pertolongan yang sudah direncanakan.
Siapapun pekerja sosial yang ingin menolong orang lain
dari ketidakberfungsiannya hendaklah memperhatikan proses
awal pertolongan dengan memperhatikan aspek-aspek kejiwaan
yang ada pada klien. Kontak awal hendaknya pekerja sosial
menciptakan kondisi yang senyaman mungkin kepada klien
sehingga klien merasa dihargai.
DAFTAR PUSTAKA
96
97
8. ASESMEN (Bagian Pertama)
98
Dalam asesmen dibedakan antara data dan informasi, dengan
penjelasan bahwa data adalah bagian atau potongan dari persepsi,
pemikiran, dan perasaan yang terkumpul tentang klien, masalah dan
situasi dan kemungkinan solusinya. Sementara data adalah sampai
hal-hal tersebut dikumpulkan untuk digunakan, dimana semuanya
menjadi informasi. Informasi adalah data yang sudah diproses.
99
kebutuhan-kebutuhan yang akan dirubah untuk memperbaiki situasi
klien.
Tujuan Asesmen
100
Mengidentifikasi kekuatan, sumber, dan potensi dalam diri klien
dan lingkungannya.
Mengumpulkan data dan informasi yang bermakna yang harus
dipertimbangkan, termasuk pengetahuan profesional, untuk
mengklarifikasi sasaran perubahan, memilih tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek dan menentukan keterkaitan
dan kemungkinan terjadinya, dan mengembangkan rencana
untuk mencapai tujuan-tujuan dan mengevaluasi kemajuan
terhadap ketercapaiannya.
101
What the problem is, apakah masalah itu, apa definisi masalah
itu dan siapa yang mengalaminya.
What explanations are suggested to help us understand the
difficulty, artinya adalah berkenaan dengan analisis unit
manusia, situasi, interaksi, dan juga bentuk pernyataan evaluatif
integratif.
What is to be done to set things right: melalui apa tindakan-
tindakan perubahan, tugas-tugas, strategis dan sumber-sumber,
serta bagaimana tujuan akhir dan tujuan jangka panjang dapat
dicapai.
Bagaimana program intervensi dilakukan untuk melihat tujuan-
tujuan perubahan dan tugas-tugas dicapai sesuai dengan upaya
perbaikan yang akan dilakukan.
102
Apakah data yang telah dikumpulkan akan diolah dan
penanganan selanjutnya dilakukan oleh pekerja sosial yang
bersangkutan atau dilakukan oleh orang lain?
103
Suatu evaluasi integratif tentang masalah lingkungan klien atau
program yang berkaitan dengan faktor dan interelasi klien.
104
Kemampuan menggunakan pengetahuan tentang: pertumbuhan
dan perkembangan, perbedaan manusia dan budaya, dan
interaksi dari sistem manusia, untuk menganalisis dan
menginterpretasikan data yang dikumpulkan.
Kemampuan untuk mengidentifikasikan kekuatan klien.
Keyakinan bahwa seseorang pasti memiliki kekuatan untuk
mengatasi masalahnya, perlu dimiliki oleh seorang pekerja
sosial. Seringkali seorang klien tidak mengetahui bahkan tidak
menyadari kalau dirinya sebenarnya memiliki kekuatan berupa
minat, bakat dan kemampuan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalahnya. Untuk itu, pekerja sosial dalam proses
asesmen harus mampu membantu klien untuk menemukannya.
Kadangkali diperlukan instrumen atau alat untuk itu, maka
pekerja sosial harus pula mahir menggunakan alat yang tepat.
105
Kemampuan untuk mengembangkan rencana-rencana aksi
khusus.
106
dapat berfungsi dalam diri seseorang, maka akan terjadi masalah
yang kemudian akan menyebabkan yang bersangkutan tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik.
107
Berbagai jenis asesmen tersebut, antara lain adalah:
Proses Asesmen
108
memahami metodologi penelitian, terutama penelitian pekerjaan
sosial.
Menyusun/menata data dan berpikir tentang informasi-informasi
untuk mengembangkan pernyataan tentang:
- Masalah untuk bekerja
- Tujuan
109
Dari data yang terkumpul, pekerja sosial harus dapat
menganalisisnya dengan baik, kemudian memberikan label
(bukan judgement atau menghakimi, namun hasil dari suatu
penilaian terhadap suatu fenomena atau data yang ada).
Genogram
110
Genogram (lanjutan)
X
Contoh di bawah ini adalah genogram
Meninggal lanjutan setelah wawancara
9 tahun
lanjutan dilakukan. Sudah yang
tampak
lalu adanya berbagai informasi
tambahan yang dapat dimanfaatkan oleh seorang pekerja sosial
dalam menganalisis suatu masalah.
Montir/ahli mesin
di rumah
Suka memukul
Isteri yang suka
memukul
Kelly
Mary
Billy
1½
John 23
2½
Memukul
Kellly
Menikah 5 tahun
Kelly
Billy
1½ 111
2½
Montir, Suka Di rumah
memukul, mendapat
Isteri yang suka memukul
perlakuan salah
secara verbal saat
Mendapat perlakuan salah
kanak-kanak, sangat
dekat dengan ibu,
berpisah dari ayah
Memukul Kelly
Keterangan:
Bercerai
Laki-laki
Perempuan Berpisah
112
X Meninggal
Ecomap
Pekerjaan
Pekerja-an Teman- 113
Joni
sampingan teman Joni
Keluarga
Tempatasli
Joni
Maria
berlin-dung
Diagram Venn
114
A
(Ayah)
S (Ibu)
A (guru ngaji)
Klien N
Y (Pac
B (teman kuliah)
B (adik)
K
(Adik)
L
(Adik)
115
Social Life Road Map atau Peta Jalan Kehidupan Sosial ini
adalah salah satu alat pengungkapan dan pemahaman masalah
(asesmen), untuk menggali memori klien dan perasaan klien
terhadap peristiwa-peristiwa yang menonjol yang diingatnya
dalam kehidupan sosialnya, baik yang membuatnya
bahagia/senang maupun yang membuatnya sedih atau bahkan
mungkin peristiwa traumatik yang dialaminya. Caranya adalah
klien diberikan selembar atau lebih kertas HVS putih (atau bisa
juga berwarna sesuai dengan warna favoritnya), kemudian
diminta untuk mengingat peristiwa-peristiwa yang dialaminya
sejauh dia mampu mengingatnya hingga saat ini. Setelah itu
diminta untuk menggambarkan dan menuliskannya dalam
gambar jalan yang berliku-liku (seperti contoh berikut ini).
Setelah selesai, apabila klien berkenan, maka diminta untuk
menguraikannya dalam bentuk cerita tentang apa yang telah
digambarkannya. Dengan membaca Peta jalan kehidupan sosial
ini, maka dapat dianalisis apa yang terjadi dalam kehidupan
klien dan bagaimana perasaannya.
116
Asesmen Kekuatan dan Kelemahan Klien (Saleeby’s s Strengths
and Barriers Model)
Saleeby’s Strengths and Barries Model ini adalah alat asesmen yang
bertujuan untuk mengidentifikasi tentang kekuatan dan kelemahan
klien. Dalam hal ini klien diminta untuk mengenali dirinya sendiri
dengan cara menggali apa saja yang menjadi kekuatan diri yang
berasal dari sisi personal (diri sendiri). Setelah klien dapat
mengidentifikasikannya kemudian dituliskan di bagian kanan atas.
Selain itu klien juga diminta untuk mengenali kekuatan yang
dimilikinya, namun yang diperolehnya dari lingkungan sosialnya,
dan menuliskannya di kiri atas (sisi lingkungan). Demikian juga
dengan kelemahan diri, klien diminta untuk mengenali,
mengidentifikasi kelemahan yang berasal dari diri pribadinya
(ditulis di sisi kanan bawah), sementara kelemahan yang berasal dari
lingkungan sosialnya (ditulis di sisi kiri bawah). Contoh seperti
berikut ini.
117
Asesmen Kekuatan dan Kelemahan Klien
(Saleeby’s Strengths and Barriers Model)
Kekuatan
Lingkungan Personal
Sering dimanfaatin oleh
teman sekolah (dalam Malas
hal uang) Suka bohong
Lingkungan rumah Merokok & boros
terlalu sepi, jauh dari Tertutup
masyarakat Dendam pada ayah
Masyarakat sekitar
individualistis
Kekurangan
Daftar Pustaka
118
Compton, R. Beulah and Burt Galaway. (1999). Social Work
Processes. 6th ed. California: Brooks/Cole Publishing
Company
119
Oleh: Pribowo
120
Bagaimana keluarga dipengaruhi oleh keadaan tempat tinggal?
Apakah tempat tinggal menjadi tempat yang aman? Apakah
fasilitas publik dan layanan tersedia? Contohnya seperti
perlindungan dari polisi, layanan sanitasi, transportasi,
perpustakaan dan lain lain.
4. Seberapa baik fungsi keluarga dilakukan?
Fungsi keluarga sebagai unit ekonomi yaitu seperti
pendapatan, pembayaran berbagai tagihan. keberhasilan
mengelola tugas sehari-hari misalnya seperti memasak, beres-
beres, dan mencuci. Apakah anggota keluarga masing-masing
memiliki tugas sesuai dengan perannya? Apakah anak-anak
menerima dorongan dan bimbingan yang diperlukan untuk
meniapkan diri agar sukses di sekolah dan saat bekerja?
Apakah keluarga mampu mematuhi adat istiadat, tradisi, dan
keyakinan agama yang dianggap penting?
5. Apa batasan-batasan, subsistem, aturan, dan peran yang
mengatur interaksi keluarga?
Sebuah sistem keluarga terdiri atas empat subsistem:
a. Subsistem suami isteri, contohnya dua orang dewasa yang
biasanya melibatkan hubungan seksual
b. Subsistem orang tua, contohnya anggota keluarga (orang
tua) yang bertanggung jawab untuk membesarkan anak.
c. Subsistem orang tua-anak, contohnya kedekatan khusus
antara orang tua dan anak.
d. Subsistem saudara, contohnya kedekatan antara saudara-
saudaranya.
6. Seberapa baik sistem keluarga dalam setiap anggotanya?
Meskipun terdapat nilai dalam keluarga yang dilihat dari
perspektif sistem, penting untuk diingat bahwa sistem dinamis
ini terdiri atas manusia yang terpisah, yang masing-masing
memiliki genetic, biologis, kepribadian, dan pengalaman hidup
yang unik. Dengan demikian, pekerja sosial perlu menyadari
bahwa setiap anggota memiliki pikiran dan perasaan sendiri.
Hal ini berguna untuk mempertimbangkan apakah ada
pertimbangan yang baik atau ketidaksesuaian yang mungkin
antara setiap anggota keluarga dan norma, nilai, dan aturan
dalam sistem keluarganya.
7. Apa saja dimensi moral dan etika dari fungsi keluarga?
121
Dimensi dinamika keluarga mengacu pada isu-isu seperti
kewajiban, loyalitas, keadilan, pengorbanan, akuntabilitas, dan
hak yang berhubungan langsung dengan seseorang yang
mempunyai keyakinan agama, gagasan yang baik dan yang
jahat, dan spiritualitas. kebanyakan konflik diantara anggota
keluarga yang berputar di sekitar isu-isu moral dan etika.
8. Apa aspek kehidupan yang dianggap diluar kendali
manusia?
Untuk memahami perilaku dan keputusan klien, mungkin perlu
untuk memahami rasa sucinya, apa yang ada di ungkap
misterius, yang mengagumkan, yang tidak terkendali, dan amat
penting. Pandangan-pandangan dan keyakinan yang berbeda
untuk melihat aspek kehidupan yang salah satu dapat
mengontrol atau setidaknya adanya upaya yang mengontrol.
Perasaan individu dengan kesucian berkaitan erat dengan
keyakinan agama mereka, spiritualitas, konsep tuhan, dan
makna yang ditugaskan untuk kehidupan, kematian, dan
penderitaan manusia.
9. Bagaimana keluarga membuat keputusan?
Semua keluarga mengembangkan pola atau gaya pengambilan
keputusan. Dibeberapa keluarga, semua anggota dapat
mengungkapkan pendapat dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
10. Apa suasana hati yang tercipta dari keluarga?
Sama seperti individu, keluarga sering ditandai oleh suasana
hati yang berlaku. Apakah keluarga hangat dan peduli?
Pesimis? Ramah? Muram? Terkontrol? Spontan?
11. Bagaimana anggota keluarga menangani perbedaan?
Setiap orang mempunyai keunikan sendiri dan setiap orang
harus belajar untuk hidup dengan orang lain. Sebuah sumber
umum kesulitan antar pribadi adalah ketidakmampuan untuk
menerima hal lain sebagai perbedaan dari satu sama lain
sebagai perbedaan dari satu kepribadian dan ketidakmampuan
untuk menerima kepribadian sebagai pebedaan dari yang
lainnya. Dengan demikian, ketika menilai sebuah keluarga,
pertimbangkan bagaimana setiap penawaran anggota dengan
perbedaan. Ada empat cara dasar penanganan perbedaan :
a. Menghilangkan hal yang lainnya. Mencoba untuk
menangani perbedaan dengan menekan individualitas
122
orang lain. Contohnya, menemukan kesalahan orang lain,
menyalahkan, menyerang, dll.
b. Menghilangkan diri. Menyerahkan keperbedaan dengan
menekan individualitas seseorang. Contohnya, selalu
setuju, menampung, menyembunyikan perasaan yang
sebenarnya.
c. Menghindari masalah. Mencoba untuk menangani dengan
menyangkal atau menghindari masalah yang akan
mengungkapkan perbedaan. Contohnya, menjaga
komunikasi keluarga pada topik yang “aman”.
d. Terbuka dan jujur dalam berkomunikasi. Berurusan dengan
keperbedaan dengan mengakui adanya perbedaan,
membahas komunikasi dengan cara yang hormat dan
bekerja untuk menyelesaikan konflik apapun yang ada.
12. Bagaimana anggota keluarga berkomuikasi sesuai harapan
dan kebutuhan mereka sendiri?
Agar anggota keluarga merespon dengan tepat sesuai
kebutuhan masing-masing, harus ada komunikasi mengenai
kebutuhan tersebut. Terkadang kita tidak mau atau tidak dapat
berkomunikasi sesuai keinginan dan kebutuhan kita, tetapi
terkadang merasa marah dan kecewa ketika yang lawan bicara
tidak merespon sesuai dengan keinginan. Masalah muncul
ketika anggota keluarga berharap menjadi terampil untuk
membaca pikiran.
123
kejujuran, atau menghindar, penolakan, pesan ganda,
menyalahkan, ancaman, lelucon yang menyakitkan, atau
pembangkangan.
14. Apakah anggota keluarga memungkinkan anggota lain
untuk mendekati secara emosional?
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk keintiman, tetapi pada
saat yang sama sebagian besar dari kita memiliki beberapa
kedekatan. Terkadang orang menghindari kedekatan dengan
yang orang lain karena mereka takut bahwa jika mereka
mengungkapkan ketentraman mereka, orang lain akan
mengambil keuntungan dari kelemahan mereka. Beberapa
orang bersembunyi dibalik ketakutan dan kelemahannya
karena mereka takut jika orang lain tidak akan peduli untuk
sejatinya mereka. Bahkan dalam keluarga, anggota keluarga
dapat menyimpan orang lain di kejauhan. Dalam sebuah
keluarga yang berfungsi, anggotanya dapat mengungkapkan
banyak pikiran batin mereka dan perasaan tetapi juga
mempertahankan tingkat yang nyaman.
15. Untuk apa orang dewasa dan anak-anak mencurahkan
waktu luangnya dalam melakukan tugas dan kegiatannya?
Berapa jam dibayar untuk pekerjaan dalam setiap minggunya?
Penitipan anak? Memasak? Belanja? Medis dan perawatan
kesehatan? Kegiatan keagamaan? Rekreasi dan olahraga?
Membaca? Apakah porsi setiap hari dan minggu dihabiskan di
rumah dan dengan anggota keluarga lainnya?
124
pekerja mungkin dapat bertanya; “bagaimana jika pindah ke
kota lain akan mempengaruhi keluarga anda? Bagaimana
setiap anggota keluarga akan mencoba untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan ini?”
Sumber Pustaka:
Sheafor, W. Bradford and Charles R. Horejsi. (2003). Techniques
and Guidelines for Social Work Practice. 6th edition.
Chapter 11 Page 282-288. Boston: Pearson Education, Inc.
B. 4 Ps, 4 Rs dan 4 Ms
Tujuan asesmen malalui instrumen 4Ps, 4 Rs dan Ms adalah :
Membantu pekerja sosial dalam mengasesmen perilaku dan
keberfungsian klien dalam konteks sosial. Perlman pada tahun 1957
menjelaskan 4 Ps (person, problem, place and process) terbukti
berguna untuk pekerja sosial dalam rangka mengorganisasikan
pikiran klien, kondisinya, dan konteks agensi dalam tahap
intervensi. Doremus(1976) menganjurkan 4 Rs (role, reactions,
relationship, and resources) dalam rangka mengonsep asesmen
untuk kesehatn klien. Dan Autor memberikan 4 Ms (motivation,
meanings, management, dan monitoring) sebagai pengingat elemen
penting dalam tahap intervensi.
Ide yang mendasari ketiganya dapat diaplikasikan ketika
bekerja dengan system klien, termasuk pasangan, keluarga, atau
kelompok kecil. Instrumen 4 Ps, 4 Rs dan 4 Ms sebagai berikut:
1. 4 Ps (person, problem, place and process)
a. Problem (Masalah)
Apa dasar masalah klien atau kekhawatirannya?
Penyebabnya, intensitasnya, frekuensinya, dan
durasinya?
Bagaimana klien menjelaskan masalah itu? Bagaimana
orang lain memandang cara klien menjelaskannya?
Bagaimana pekerja memahaminya?
Bisakah situasi ini dirubah? Aspek apa yang
memungkinkan untuk dirubah oleh klien dan pekerja
sosial?
Bagaimana efektivitas bantuan yang telah diberikan
oleh klien, pekerja, lembaga dalam menangani masalah
ini?
125
Apakah ada situasi darurat yang membutuhkan respon
cepat?
Apa konsekuensi bila pekerja sosial atau lembaga tidak
melakukan apapun atau ketika hanya dengan klien?
b. Person (Orang/Individu)
Bagaimana berbagai macam dimensi pada seseorang
(fisik, emosi, ekonomi, spiritual) berhubungan atau
terpengaruhi oleh masalah, kekhawatiran, atau situasi
klien?
Apa kekuatan klien atau aset yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam rangkau membangun rencana
intervensi yang efektif dan proses perubahan?
Bagaimana cara pandang klien dan perilaku yang dapat
menjadi tantangan dalam rangka melakukan intervensi
yang efektif?
c. Place (Tempat)
Apa alasan yang membuat klien menghubungi
lembaga?
Bisakah lembaga/badan sosial menyediakan pelayanan
yang dibutuhkan klien? Jika tidak, apakah badan sosial
lainnya memungkinkan untuk menyediakan layanan?
Apakah prosedur lembaga, kebijakan, atau metode akan
memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah
klien?
d. Process (Proses)
Pendekatan, metode, teknik apa yang dapat
diterima untuk dapat menolong klien?
Pendekatan, metode, teknik apa yang efektif untuk
dapat menolong klien?
Bagaimana syarat-syarat dalam proses
pertolongan (waktu, biaya, jadwal,dll)
memengaruhi peran dan tanggungjawab klien?
2. 4 Rs (roles, reactions, relationship, and resources)
a. Roles (Peran)
Peran dan tanggungjawab apa yang dimiliki klien
dalam hidupnya?
Apa harapan orang lain disekitarnya terhadap klien?
Seberapa memuaskannya peran yang telah
dilakukan oleh klien?
126
b. Reactions (Reaksi)
Apa reaksi klien terhadap masalah,
kekhawatirannya, dan situasinya?
Bagaimana jika dibandingkan dengan reaksi sehari-
hari? Apakah klien dalam tahap krisis?
c. Relationships (Relasi)
Siapakah orang-orang yang signifikan dan berarti
bagi klien?
Bagaimana mereka terpengaruh oleh masalah klien?
Bagaimana perilaku mereka memengaruhi masalah
klien atau situasi klien?
d. Resources (Sumber)
Sumber informal atau formal apa yang telah
digunakan klien untuk mengatasi masalah yang
sama pada saat ini? Apakah sumber ini tersedia bagi
klien?
Sumber baru atau tambahan apa yang saat ini
dibutuhkan klien? Apakah tersedia? Apakah klien
bersedia mengakses sumber tersebut?
Apakah klien mampu membiayai pelayanan atau
program?
127
Bagaimana pekerja sosial menggunakan waktu,
energy, dan sumber secara baik untuk menolong
klien?
Apa rencana keseluruhan atau strategi yang akan
membimbing kegiatan pekerja sosial dengan klien?
Bagaimana pekerjaan dengan klien ini memengaruhi
pekerjaan pekerja sosial lainnya?
g. Monitoring (Mengatur)
Bagaimana pekerja sosial memonitor pengaruh pada
klien dan mengevaluasi kefektifannya dalam
intervensi?
Bagaiamana pekerja sosial menggunakan teman
sejawat, supervisor, konsultan untuk memonitor dan
mengevaluasi intervensi?
Sumber Pustaka:
128
Kekuatan ini mungkin menjadikan individu, kelompok, koalisi,
organisasi, atau pejabat terpilih yang kuat yang memiliki
kepentingan pribadi dalam masalah ini. Di sisi kiri selembar
kertas, daftar orang-orang yang diharapkan dapat bekerja untuk
sasaran sebagai kekuatan pendorong. Di sisi kanan, daftar
orang-orang yang bisa diperkirakan menentang atas prakarsa
sebagai kekuatan penghambat. Dalam kasus prakarsa
clubhouse, kekuatan pendorong mungkin akan menjadi
profesional yang akrab dengan pendekatan ini, seperti orang
tua dari orang yang sakit mental, dan orang sakit mental itu
sendiri. kekuatan penghambat mungkin ahli kesehatan mental
yang mendukung pendekatan terapeutik yang lebih
konvensional dan orang-orang yang menentang kenaikan pajak
untuk menyediakan layanan ini.
129
kekuatannya, peringkat kekuatan tinggi atau rendah dapat
dicatat.
5. Memilih strategi perubahan
Asesmen tersebut dicatat dengan demikian menjadi alat untuk
membantu dalam perencanaan strategi perubahan. Tujuannya
mungkin untuk memperkuat kekuatan pendorong dan
melemahkan kekuatan penghambat dengan meminta bantuan
dari orang-orang yang berpengaruh.
Sumber Pustaka:
130
Menentukan penyebab dan konsekuensi
dari masalah. Kekuatan atau faktor apa yang telah
menyebabkan masalah? Apakah ada beberapa penyebab?
Apakah ada beberapa konsekuensi dari penyebab tunggal?
Mengidentifikasi keyakinan ideologis
atau prinsip-prinsip dasar yang tertanam dalam deskripsi
masalah. Definisi masalah dipengaruhi oleh keyakinan
tentang apa yang "seharusnya dilakukan", atau memegang
satu nilai. Apakah ada perbedaan pendapat tentang
keseriusan masalah?Apakah kelompok yang berbeda
memegang berbagai pandangan tentang sifat dan penyebab
masalah?
Mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian terkait dengan masalah. Siapa yang diuntungkan
dari adanya masalah? Apa yang mereka dapatkan dan berapa
banyak? Siapa yang dirugikan? Kerugian apa yang mereka
dapatkan dan berapa banyak? Seberapa serius konsekuensi
negatif pada kehidupan yang memperoleh kerugian?
2. Kebijakan sosial dan analisis program.
Setelah masalah dipahami, langkah kedua adalah untuk menilai
kebijakan sosial dan / atau program yang dianggap sebagai
sarana mengatasi masalah atau menawarkan bantuan kepada para
korban dari masalah. Berikut ini berguna untuk analisis ini:
Mencari riwayat program dan kebijakan
yang relevan. Apakah ini masalah baru? Apakah kondisi,
nilai-nilai, atau persepsi dapat dirubah dari waktu ke
waktu? Apa yang membedakan program atau kebijakan yang
diusulkan dari upaya terakhir untuk mengatasi masalah ini?
Mengidentifikasi elemen kunci
karakteristik-karakteristik operasi dari kebijakan atau
program yang diusulkan. Apa tujuan dan sasaran dari usulan
tersebut? Siapa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan
keuntungan dari rencana tersebut? Manfaat atau pelayanan
apa yang akan disampaikan jika usulan ini memperoleh
persetujuan? Struktur administrasi seperti apa yang akan
diperlukan dan bagaimana itu akan dapat
berjalan? Bagaimana program dibiayai dan berapa banyak
uang yang akan diperlukan?
131
3. Menarik kesimpulan.
Setelah informasi sebelumnya telah dikumpulkan, perlu untuk
menilai manfaat dari kebijakan atau program berdasarkan
analisis. Pada akhirnya, penting untuk mencocokkan bukti
dengan keyakinan seseorang tentang bagaimana kualitas hidup
diharuskan untuk anggota masyarakat yang menghasilkan
rekomendasi mendukung atau menentang usulan atau
menyarankan kompromi.
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut mungkin dianggap
telah tiba pada kesimpulan tentang usulan program atau
kebijakan ini: Apakah itu sesuai untuk mengatasi masalah yang
teridentifikasi? Apakah perbaikan yang diusulkan cukup
menangani penyebab serta konsekuensi dari masalah? Akankah
hal tersebut akan menghasilkan hasil yang berbeda dari yang
telah dilakukan di masa lalu? Akankah biaya yang terkait dengan
perbaikan yang diusulkan memberikan hasil yang layak?
Apakah ada perbaikan yang lebih baik yang mungkin diusulkan?
Ketika menangani sebuah kebijakan sosial, sangat penting untuk
berhati-hati menggunakan data yang akurat. Jika ditantang oleh
orang-orang dengan kepentingan bersaing, kredibilitas bisa
hilang dengan tidak memiliki data yang cukup dan akurat untuk
mendukung kesimpulan dan mendukung rekomendasi untuk
perubahan.
Dengan analisis yang kuat tentang usulan kebijakan atau
program di tangan, pekerja sosial siap untuk mempengaruhi
keputusan yang akan berdampak pada masalah yang sedang
dipertimbangkan. Pada saat ini, pekerja sosial akan bekerja
melalui komite atau kelompok lain untuk mempengaruhi
keputusan ini;pada kesempatan lain, adalah tepat untuk
menghubungi pembuat kebijakan langsung dan mengekspresikan
posisi pada usulan.
Sumber Pustaka:
Sheafor, W. Bradford and Charles R. Horejsi. (2003). Techniques
and Guidelines for Social Work Practice. 6th edition.
Chapter 11 page 331-333. Boston: Pearson Education, Inc.
132
10. PERENCANAAN
133
memungkinkanuntukmeraihtujuan 4) menentukantindakanapa yang
akandiambilolehkliendanpekerja social, 5)
membuatjadwaluntukmenyelesaikantindakantersebut.
Proses assessment mengembangkanpemehamantentang orang
didalamsuatusituasidanmengidentifikasisumberpotensial. Proses
perencanaanmenterjemahkan assessment kedalampernyataantujuan
yang menggambarkanhasil yang diinginkan. Hal
itujugaberhubungandenganidentifikasiartipencariantujuan yang
termasukidentifikasi system pentingatau unit perhatiandanstrategi,
tugas-tugas, kerangkawaktu yang khusus,
danberhubungandenganbiaya yang diperlukan.
Komponen Perencanaan
Perencanaan berhubungan dengan situasi manusia yang
kompleks, maka identifikasi komponen-komponen perencanaan
dapat membantu mengatur kompleksitas suatu perencanaan. Suatu
tumusan perencanaan terdiri dari tiga komponen yaitu: tujuan, unit-
134
unit perhatian dan strategi-strategi yang di dalamnya terdapat
peranan pekerja sosial dan klien serta tugas-tugas yang akan
ditampilkan.
a. Tujuan Objektif
Tujuan merupakan keseluruhan yang diharapkan untuk
menghasilkan suatu upaya. Tujuan dan objektif
mengembangkan assessment yang dihubungkan pada
kebutuhan atau tujuan dari berbagai sistem, yang dilibatkan
dan diidentifikasi dalam pemenuhan kebutuhan. Tujuan
yang luas tidak menuntun pada kemungkinan bilamana
objektif lebih spesifik. Objektif dapat berhubungan dengan
perubahan keinginan khusus individu atau sistem sosial
yang dilibatkan di dalam keseluruhan situasi. Rencana kecil
atau rencana di dalam rencana dikembangkan, pendekatan
dimaksudkan untuk mengevaluasi kemajuan darii tujuan
umum dan untuk menyesuaikan rencana dalam kemajuan.
Tujuan harus dilihat secara rasional, oleh karena
itu membutuhkan suatu pertimbangan yang harus diberikan
kepada faktor waktu dan energi. Beberapa pertanyaan yang
harus ditanyakan adalah :
135
Unit-unit Perhatian
Unit-unit perhatian merupakan sistem fokus. Unit perhatian
adalah orang atau sistem sosial. Hal ini dapat berupa klien atau
pengaruh yang berarti pada suatu situasi. Dengan kata lain, unit-unit
perhatian adalah suatu sistem yang memfokuskan pada aktivitas
yang berubah.
Unit-unit perhatian dapat berupa individu, kelompok,
keluarga, kelompok kecil dari orang-orang yang tidak berhubungan,
organisasi atau masyarakat. Selain itu unit-unit perhatian juga dapat
berupa klien atau orang lain dan sistem sosial yang dilibatkan di
dalam satu situasi.
Strategi
Strategi merupakan suatu pendekatan perubahan di dalam
suatu situasi. Strategi berisi peranan untuk pekerja dan klien, tugas-
tugas untuk dilakukan oleh setiap orang serta metode, teknik yang
digunakan. Hal ini didefinisikan sebagai suatu yang dipersiapkan
untuk mempengaruhi orang-orang atau sistem di dalam relasinya
pada beberapa tujuan. Strategi menyediakan pendekatan filosofis
pada situasi dan memiliki nilai maupun pengetahuan, selain itu juga
memiliki teori praktek yang dapat diidentifikasi. Strategi
dimaksudkan untuk mencoba menerapkan pengetahuan dan aspek
nilai pada praktek atau suatu tindakan. Strategi yang berbeda dan
jenis pelayanan yang berbeda yang dilakukan pekerja sosial,
ditujukan untuk mengisi peranan yang berbeda.
Peranan adalah cara seorang pekerja menggunakan dirinya
dalam situasi pertolongan khusus. Peranan yang lebih jauh
tergantung kepada fungsi dari pekerja sosial itu sendiri dan yang
utama agen memberikan pelayanan dan fungsinya. Teare dan Mc
Pheeters mengidentifikasi 12 peranan yang dilakukan oleh pekerja
sosial yang merupakan bagian dari peranannya secara umum.
136
c. Advocate, yaitu membantu klien memperoleh pelayanan di
dalam situasi dimana mereka ditolong. Membantu
memperluas pelayanan kepada orang-orang yang memiliki
kebutuhan utama.
d. Evaluation, yaitu menggabungkan informasi dan
menentukan klien dan atau masalah masyarakat. Masalah
mempertimbangkan alternatif dan perencanaan tindakan.
e. Teacher, yaitu memberikan dan mengajarkan keterampilan-
keterampilan serta realta-realita yang ada.
f. Behavior change, yaitu aktivitas yang diarahkan pada
perubahan perilaku khusus.
g. Mobilizer, yaitu membantu memobilisasi sumber untuk
mengembangkan pelayanan baru atau program baru.
h. Consultant, yaitu bekerja sama dengan profesi lain untuk
meningkatkan keterampilan dan pemahaman mereka.
i. Community planner, yaitu membantu masyarakat untuk
merencakan cara-cara memenuhi kebutuhan mereka.
j. Caregiver, yaitu memberikan dukungan dan atau perhatian
kepada orang-orang jika masalah tersebut tidak dapat
dipecahkan.
k. Data manager, yaitu mengumpulkan dan menganalisa data
yang digunakan di dalam pembuatan keputusan.
l. Administrator, yaitu merencakan dan
mengimplementasikan pelayanan-pelayanan dan program-
program.
137
mungkin untuk mengembangkan operasionalisasi tujuan dan
menjadi lebih spesifik tentang tugas-tugas yang objektif yang
seringkali berhubungan.
Perencanaan selalu didasarkan pada informasi yang telah
dikumpulkan dan assessment tentang informasi tersebut.
Perencanaan seringkali dihasilkan di dalam kontrak dengan klien
yang menggaris bawahi, apa yang pekerja sosial lakukan dan apa
tanggung jawab klien dalam mencapai hasilnya. Perencanaan harus
fleksibel seperti penerapan kemajuan rencana, informasi baru atau
assessment yang ditambahkan yang akan menghasilkan perubahan
dalam sebuah rencana. Rencana tindakan disarankan untuk
mempertimbangkan beberapa perencanaan yang berbeda dan
membuat pilihan yang didasarkan pada analisis setiap rencana dan
ditujukan untuk situasi khusus.
138
sumbangan atau pajak. Perencanaan harus diambil dengan
mempertimbangkan pengaruh pada kebutuhan masyarakat,
nilai-nilai dan maksud untuk pelayanan yang diberikan
melalui agen.
c. Masalah Sosial
Sikap dan harapan masyarakat tentang masalah-masalah
sosial bervariasi. Beberapa masalah dilihat sebagai suatu
penyakit, beberapa sebagai penyimpangan dan sebagai
hasil dari pengaruh lingkungan.
Elliot Sttudy mengekspresikan ide-idenya di dalam
konsepnya tentang bidang praktek. Tiga dimensi organisasi
untuk menggambarkan bidang praktek yaitu: masalah
sosial, tugas sosial, dan sistem pelayanan sosial. Di dalam
memikirkan tentang masalah sosial sangat menbantu untuk
mempertimbangkan mengapa masalah menjadi perhatian
masyarakat dan sistem sosialnya.
d. Pekerja sosial
Pekerja sosial pada awalnya merupakan alat yang unik.
Alat utama pekerja sosial adalah dirinya sendiri, pekerja
sosial membawa dirinya sebagai probadi, sebagai orang
yang profesional, sebagai seorang pegawai sebuah agen
dan sebagai anggota dari suatu masyarakat dalam praktek
pekerjaan sosial.
Karena pekerja sosial sebagai individu dan karena tidak ada
suatu teori tentang situasi manusia dan juga tidak ada satu
cara untuk mencapai tujuan-tujuan pekerjaan sosial, maka
pekerja sosial memiliki kesulitan dalam menjelaskan situasi
manusia dan bagaimana mereka mempraktekkan pekerjaan
sosial. Seorang pekerja sosial mungkin saja menggunakan
psikologi ego sebagai teori yang membantu dan
menggunakan psikososial case work, pekerja sosial lainnya
mungkin saja menggunakan dasar teori yang lebih efektif
dalam memecahkan masalah dengan menggunakan group
work.
Sebagai seorang pekerja dalam suatu agen pekerja sosial
bertanggung jawab pada suatu institusi untuk pekerjaannya,
pekerja sosial juga harus berfungsi di dalam struktur
lembaga/agen dan saling bergantung dengan orang lain.
Sebagai anggota masyarakat, pekerja sosial merupakan
139
subjek yang mendapatkan tekanan dari masyarakat
tersebut.
e. Klien
Klien datang dari masyarakat, tetangga, kelompok yang
terpecah dan keluarga. Klien membawa sifat-sifat biologis,
psikososial dan spiritual. Klien memiliki hak untuk
dilayani, hak untuk berpartisipasi, hak untuk mendapatkan
kegagalan. Klien memiliki kekuatan, cara-cara untuk
beradaptasi, dan cara-cara mengatasi masalah. Peranan
klien di dalam suatu perencanaan tergantung pada beberapa
faktor. Diantara faktor-faktor ini adalah peranan klien di
dalam situasi kehidupannya (orang tua, anak dsb),
pelayanan klien di dalam agen atau organisasi (pasien,
teman serumah, mahasiswa dsb) dan peran pekerja sosial
yang dipilih (ada feedback antara klien dengan pekerja
sosial). Klien merupakan bagian penting dari faktor-faktor
yang mempengaruhi perencanaan tindakan.
140
Identifikasi orang lain, lembagaatauorgansasi yang
diharapkanikutberpartisipasidanmenjelaskanapa yang
ingkdikontribusikanpada proses perubahan.
141
meningkatkan kerjasama, bukan pada prosedur mekanis untuk
mengisi hal-hal di luar kontrak.
Perencanaan kontrak dimaksudkan untuk membuat lebih
jelas, siapa, apa , mengapa dan bagaimana upaya pekerjaan sosial.
Semuanya dimaksudkan untuk mengindividualisasi proses pekerjaan
sosial pada orang di dalam suatu situasi. Mereka menyediakan
peralatan untuk pertanggung jawaban dan evaluasi. Perencanaan
kontrak tentang orang di dalam situasi pekerjaan melakukan sesuatu
untuk mengubah situasi bagi klien. Perencanaan memperluas
kesempatan untuk perubahan yang diinginkan.
Jadi, prinsip-prinsip untuk mengembangkan perencanaan
tindakan dapat membimbing pada proses perencanaan.
142
semuanya memberikan kontribusi pada cara-cara kerja
bisnis ini.
e. Sifat masalah sosial ini dikenal sebagai variabel penting di
dalam pengembangan perencanaan tindakan.
f. Kontribusi pekerja pada perencanaan tindakan didasarkan
pada pengetahuan profesional, nilai dan keterampilan.
g. Perencanaan tindakan tumbuh pada interaksi pekerja sosial
dan klien
h. Perencanaan tindakan mempertimbangkan kegunaan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan
rencana dan menjangkau tujuan.
i. Perencanaan tindakan berisi batasan waktu
j. Perencanaan ditujukan untuk evaluasi
Perencanaan tindakan merupakan konsep dinamis. Tidak
ada rencana yang dikembangkan sebagi suatu rencana,
terdapat sebuah rencana keseluruhan yang berubah sebagai
kemajuan pekerjaan. Rencana ini berkembang seperti
pekerja dan klien berinteraksi di dalam upaya bersama.
Definisi Perencanaan
Menurut Robert Perlman dan Arnold Gurin (1971),
Perencanaan adalah sebuah proses yang dilakukan dengan cermat
dan rasional yang meliputi pilihan tindakan-tindakan yang
diperkirakan dapat mencapai tujuan-tujuan yang sudah dirinci untuk
waktu yang akan datang.
Pilihan tindakan di sini terdiri atas:
143
assessment dengan intervensi (tindakan pertolongan), atau
merupakan alat yang dapat mengubah masalah ke dalam
tujuan-tujuan khusus, tugas-tugas dan ke dalam prosedur-
prosedur kegiatan. Perencanaan seperti juga assessment,
selalu mengacu pada dua pengertian sekaligus, yaitu
sebagai proses maupun sebagai hasil
PERENCANAAN
PROSES HASIL
144
kapan perlu dilakukan serta apa
saja yang perlu dilibatkan dalam
pelaksanaan kegiatannya.
145
1) Goals: umum , akhir, tidak final
2) objektif : khusus, akhir dari setiap tahap
146
Metode-metode pertolongan yang digunakan untuk
memberikan pertolongan kepada klien, yang mencakup : metode-
metode/ pendekatan yang digunakan, metode dan teknik yang
digunakan, taktik yang digunakan
Komponen perencanaan :
1) tujuan dan objektif : tujuan menrupakan keseluruhan yang
diharapkan untuk menghasilkan suatu upaya. Objektif
dapat berhubungan dengan perubahan keinginan khusus
individu atau sistem sosial yang dilibatkan di dalam
keseluruhan situasi. Tujuan, objektif harus dinyatakan
dalam batas-batas suatu hasil, spesifik dan dapat diukur
2) unit-unit perhatian : Unit perhatian merupakan sistem
fokus, unit perhatian adalah orang atau sistem sosial dapat
berupa individu, kelompok, keluarga, organisasi,
masyarakat.
SUMBER
147
11. INTERVENSI
148
(action phase). Menurut Rukminto Adi (2005), Intervensi sosial
adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok,
maupun komunitas. Dikatakan 'perubahan terencana' agar upaya
bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur
keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu
upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok
sasaran perubahan, dalam hal ini, individu, keluarga, dan kelompok.
Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana seseorang
dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan
lingkungan dan peran yang dimilikinya.
149
1. Relasi sosial yang positif merupakan inti dari proses perubahan
yang efektif. Intervensi akan berhasil apabila melibatkan
seluruh pihak yang terkait dalam mengubah pola atau kebiasaan
yang telah ada dan untuk mengumpulkan sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah klien.
2. Tugas Pekerja Sosial adalah memfasilitasi penyelesaian
masalah klien, kecuali dalam kasus tertentu seperti kasus anak
di bawah umur atau orang dewasa yang dinyatakan pengadilan
secara mental tidak kompeten.
3. Penyelesaian masalah sebagian besar merupakan proses
pencarian opsi dan pengambilan keputusan yang mengarahkan
pada perubahan, Opsi dan pengambilan keputusan ini harus
muncul dari nilai yang dianut klien, sistem kepercayaan, dan
metode yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah
4. Klien akan merasa termotivasi untuk berubah apabila ia merasa
bahwa ada harapan untuk menemukan solusi
5. Setiap perilaku klien itu memiliki makna, bahkan perilaku
disfungsional mengandung suatu maksud untuk meringankan
beban masalahnya
6. Pandanglah situasi klien anda dalam konteks. Bantulah klien
untuk bisa mengendalikan hal-hal yang masin dalam batas
kontrolnya dan melepaskannya apabila dinilai berada di luar
kemampuannya,
7. Berjuanglah untuk memandang masalah atau situasi klien dari
kacamata klien. Ingatlah bahwa dunianya bukan duniamu dan
harus disadari bahwa saat ini klien sedang berusaha sebaik
mungkin untuk mengatasi masalahnya.
8. Selalu tunjukkan rasa hormat dan peduli pada klien meskipun
sifatnya kasar atau memuakkan (repulsive).
9. Ingatlah bahwa menilai atau menghukum klien atas masalah
dan perilakunya yang bermasalah bukan hak dan
tanggungjawab Pekerja Sosial
10. Janganlah mengajari tentang nilai benar dan salah (moralisasi)
karena apa yang kamu anggap benar belum tentu sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut oleh klien
11. Rangkul dan gali perasaan klien. Inti dari pertolongan yang
diberikan adalah membantu klien dalam melawan perasaan
bingung dan bertentangan.
150
12. Jaga kerahasiaan. Hal ini penting untuk memunculkan rasa
percaya klien.
13. Ingatlah bahwa saat klien meluapkan emosinya ia sedang
menyalurkan rasa frustasinya. Ketika hal ini terjadi jangan
dianggap sebagai masalah personal dan juga jangan bersikap
defensif.
14. Kembangkan kesadaran diri dan disiplin diri, jangan biarkan
masalah pribadi Pekerja Sosial mempengaruhi proses
pertolongan.
15. Pekerja Sosial harus lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara. Dalam menyampaikan pesan lakukan secara
sederhana dan jelas.
16. Jangan memihak kepada klien apabila terjadi perselisihan antara
klien dengan orang lain.
17. Temukan kekuatan klien dan hal-hal positif yang dimilikinya
18. Klien harus terlibat sebanyak mungkin dalam proses
pengambilan keputusan oleh para professional dan badan yang
dapat mempengaruhi kehidupan klien.
19. Apapun yg dilakukan Pekerja Sosial harus disampaikan kepada
klien.
20. Hindari sifat ketergantungan. Rencanakan dan terapkan
intervensi sehingga klien bisa belajar untuk menghadapi
masalah di masa depan.
21. Kenali batas kemampuan Pekerja Sosial dengan tidak
memandang rendah terhadap kemampuan diri. Konsultasikan
dengan orang lain apabila menghadapi situasi yang sulit.
22. Jangan mempertahankan prosedur atau kebijakan Badan atau
Lembaga yang bersifat tidak logis atau tidak adil. Pekerja Sosial
bisa menindaklanjuti dengan mengadvokasi prosedur dan
kebijakan tersebut.
23. Ingatlah bahwa manusia bersifat fleksibel dan adaptif. Mereka
dapat menahan rasa sakit dan tidak nyaman apabila mereka
mengerti mengapa hal tersebut diperlukan untuk mencapai
suatu tujuan.
24. Jangan biarkan label atau anggapan orang lain mematahkan
semangat Pekerja Sosial dan klien. Label tersebut harus
dipandang secara professional.
25. Percayalah terhadap terjadinya perubahan, selalu optimis
terutama saat klien merasa putus asa.
151
Teknik-teknik intervensi praktik langsung (direct practice), terdiri
dari:
1. Perencanaan dan wawancara (Planning and Interview).
Tujuanya adalah untuk memformulasikan rencana tentatif
sebuah wawancara atau kontak dengan klien.
2. Informasi dan pemberian nasehat (Information and Advice).
Tujuannya untuk menambah kapasitas penyelesaian masalah
klien dengan menyediakan informasi dan petunjuk yang
dibutuhkan.
3. Mendorong, meyakinkan, dan universalisasi (Encouragement,
Reasurance and Universalization). Tujuannya adalah untuk
menambah kapasitas pemyelesaian masalah klien dengan
memberikan dukungan dan kata-kata yang menumbuhkan
semangat.
4. Penguatan dan Teknik Perilaku Terkait(Reinforcement and
Related Behavioral Techniques). Tujuannya adalah untuk
memodifikasi frekuensi, intensitas, atau durasi dari suatu
perilaku tertentu. Pekerja sosial mengaplikasikan suatu teknik
perilaku untuk menambah atau mengurangi target perilaku
tertentu.
5. Latihan Perilaku(Behavioral Rehearseal)
Tujuannyayaitu untuk mendampingi klien dalam mempelajari
perilaku baru agar mampu menghadapi suatu situasi dengan
lebih baik. Latihan perilaku merupakan suatu teknik yang
diambil dari terapi perilaku yang mengajarkan klien bagaimana
caranya menghadapi pertukaran intrapersonal ketika ia merasa
tidak siap. Secara garis besar, pelatihan ini berbentuk role play
dan memanfaatkan modelling dan coaching di dalamnya.
6. Kontrak Perilaku(Behavioral Contracting)
Tujuannya yaitu untuk memodifikasi suatu perilaku dengan
melakukan pertukaran perilaku yang dapat memnguatkan satu
sama lain. Kontrak perilaku merupakan suatu perjanjian yang
dirancang agar dapat merubah perilaku seorang individu. Hal
ini biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara
memberikan reward atau penguatan positif terhadap satu sama
lain.
7. Pemutarbalikan Peran(Role Reversal).
152
Tujuannya untuk membantu klien dalam memahami sudut
pandang orang lain..Teknik ini sangat berguna terutama dalam
masalah perkawinan atau konseling keluarga.
8. Mengelola Self-talk (Managing Self-Talk)
Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam mengelola
reaksi emosionalnya dengan mengubah pentafsiran yang
menyimpang tentang kenyataan/realitas.
9. Membangun Kepercayaan Diri(Building Self-Esteem)
Tujuannya yaitu untuk membantu klien dalam melakukan
evaluasi diri secara lebih positif. Bantulah klien dengan tingkat
percaya diri rendah untuk sadar bahwa tingkat kepercayaan diri
muncul dari persepsi tentang dirinya dan perbandingan dengan
orang lain. Yakinkan klien bahwa persepsi yang ia miliki tidak
selalu akurat dan konsisten dengan sudut pandang orang lain.
10. Kursi Kosong(The Empty Chair)
Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam memahami
perasaannya terhadap dirinya sendiri atau pun terhadap orang
lain.
11. Konfrontasi dan Tantangan )Confrontation and Challenge)
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran diri klien,
terutama mengenai pemaksaan diri untuk melewati hambatan
dalam perubahan.
12. Membingkai Ulang(Reframing)
Dilakukan untuk membantu klien dalam memandang suatu
perilaku dari sudut pandang yang berbeda dan lebih positif.
13. Membantu Klien dalam Mengambil Keputusan yang
Sulit(Helping Clients Make Difficult Decisions). Tujuannya
adalah untuk membantu klien dalam mempertimbangkan
alternatif solusi dan pengambilan keputusan.
14. The “Talking Stick” (“Tongkat bicara”)
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu diskusi dalam sesi
grup atau wawancara keluarga.Hal ini dilakukan dengan
meneruskan tongkat atau objek lainnya dari satu orang ke orang
lainnya. Siapa pun yang memegang tongkat tersebut memiliki
hak untuk bicara sementara yang lain mendengarkan.
15. Pemberian Pekerjaan Rumah(Homework Assignments)
Tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari bperilaku
baru dengan memberikannya tugas dan aktifitas spesifik untuk
dikerjakan diantara sesi konseling.
153
16. Penganggaran Belanja (Amplop Envelope Budgeting)
Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam mengelola
keuangan.
17. Mengelola Utang Pribadi (Managing Personal Debt)
Tujuannya adalah untuk membantu klie dalam mengelola
tagihan-tagihan besar dan utang.
18. Diskusi Tidak Langsung Mengenai Diri Sendiri dalam
Kelompok Kecil(Indirect Discussion of Self in Small Groups)
Tujuannya adalah untuk mempermudah partisipan dalam
kelompok untuk mendiskusikan masalah pribadi. Teknik ini
dirancang untuk menstimulasi dan membentuk diskusi
mengenai permasalah-permasalahn yang dihadapi partisipan
dalam kelompok kecil tetapi tetap menjaga privasi para
partisipan di dalamnya.
19. Penyusunan Program dalam Kelompok Kerja (Programming in
Group Work). Dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
dorongan bagi individual atau kelompok dengan memilih dan
menyusun aktifitas yang mengembangkan tipe-tipe suatu
interaksi spesifik.
20. Menyelesaikan Konflik Intrapersonal(Resolving Interpersonal
Conflict)
Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam menyelesaikan
konflik dan perselisihan pendapat.
21. Daftar Perasaan(The Feeling list). Tujuannya adalah untuk
membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan
perasaannya
22. Buku Kehidupan (The Life Book)
Tujuannya adalah untuk membantu seorang anak yang berada
di panti asuhan atau penempatan adopsi untuk mengembangkan
arti identitas diri dan memahami pengalamannya dengan
separasi dan penempatan tertentu.
23. Advokasi Klien(Client Advocacy)
Tujuannya adalah untuk menjamin pelayanan-pelayanan yang
dibutuhkan klien dan berhak didapatkannya tetapi tidak dapat
diperoleh oleh klien itu sendiri.
24. Penguatan Klien(Client Empowerment)
Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam
mengembangkan kekuatan dan kontrol atas hidupnya.
25. Kartu Krisis(Crisis Cards)
154
Tujuannya adalah untuk membantu klien menangani masalah
jika terjadi kembali.
155
33. Penyelesaian Masalah oleh Kelompok Besar(Problem Solving
by a Large Group). Tujuannyaadalah untuk membantu
sekelo0mpok orang untuk mengambil keputusan bersama-sama.
34. Brainstorming dengan tujuan untuk membantu partisipan dalam
mengidentifikasi beberapa solusi yang dapat diambil ketika
menghadapi suatu masalah.
35. Advokasi Kelas (Class Advocacy). Tujuannya yaitu untuk
mendahulukan maksud suatu kelompok agar dapat memperoleh
suatu hak atas suatu sumber daya.
36. Pengajaran dan Pelatihan(Teaching and Training)
Tujuannya adalah untuk memandu dan membantu orang lain
dalam akuisisi informasi, pengetahuan, dan keahlian.
37. Mempersiapkan Penganggaran (Preparing a Budget).
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan suatu perkiraan
pendapatan dan pengeluaran dalam lembaga pelayanan
masyarakat atau proyek khusus tertentu.
38. 5P (Produk, Promotion, place, price, dan people) pada
Pemasaran Layanan Masyarakat(The 5 Ps of Marketing Human
services). Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat publik
agar ikut berpartisipasi dalam mendukung kegiatan organisasi
pelayanan masyarakat. Untuk melakukan hal ini, partisipan
yang terlibat harus mampu menjelaskan keuntungan dan
manfaat dari pelayanan masyarakat yang dapat menarik minat
publik.
39. Menghadapi Media(Dealing with The Media). Tujuannya yaitu
untuk menginformasikan dan menarik dukungan publik
terhadap pelayanan yang diberikan oleh agensi (lembaga)
40. Penggalangan Dana untuk Agensi Pelayanan Masyarakat(Fund-
Raising for a Human Services Agency). Tujuannya adalah untuk
menggalang dana dari komunitas/masyarakat untuk mendukung
jalannya proyek khusus atau kegiatan yang sedang berjalaan
saat itu.
41. Mengembangkan Aplikasi Penggalangan Dana(Developing
Grant Applications). Tujuannya adalah untuk memperoleh dana
dari lembaga pemerintahan atau lembaga swasta. Seorang
pekerja sosial yang memiliki pengetahuan tentang
pengalokasian dana dan berkeahlian tinggi dalam
mempersiapkan proposal untuk dana tersebut adalah aset yang
berharga bagi agensi/lembaganya karena kesempatan untuk
156
mendemostrasikan atau menguji suatu program tidak dapat
dilakukan tanpa suntikan dana dari pihak lain.
42. Mempengaruhi legislator dan Pengambil Keputusan
Lainnya(Influencing Legislators and Other Decision Makers)
Tujuannya untuk mempengaruhi tindakan yang diambil oleh
legislator dan pengambil keputusan komunitas lainnya
mengenai masalah pelayanan masyarakat. Pekerja sosial berada
di dalam posisi yang unik ketika mengobservasi bagaimana
kebijakan sosial publik dapat membantu atau mempersulit
anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, perspektif pekerja
sosial perlu dikomunikasikan ke pejabat publik. Dalam
mempengaruhi legislator ada beberapa hal yang perlu diingat.
Pertama, pekerja sosial dapat mempengaruhi legislator apabila
dia telah menjalin hubungan dengan legislator tersebut. Kedua,
pekerja sosial dapat mempengaruhi apabila informasi yang ia
berikan dapat dipercaya. Terakhir, pekerja sosial harus bersikap
selektif mengenai isu-isu yang dipresentasikan ke legislator.
Daftar Pustaka
157
Evaluasi
158
diterapkan pada penelitian (assessment and planning). Kemudian
dilakukan intervensi di mana akan dilanjutkan dengan evaluasi dari
dampak yang dihasilkan. Ada beberapa konsep yang penting untuk
diketahui sebelum melakukan evaluasi. Pertama, evaluasi formatif
dilakukan pada saat intervensi masih berlangsung. Evaluasi ini
berfokus pada proses, bukan hasil akhir dari suatu pertolongan.
Pekerja sosial harus memahami masalah klien yang actual dan kini
(actual and presenting problems). Biasanya, dalam mengevaluasi
masalah ini pekerja sosial harus melihat masalah-masalah yang
faktual dan terukur agar solusi yang ditawarkan oleh pekerja sosial
lebih nyata. Sedangkan masalah-masalah yang dialami klien
(presenting problems) bisa muncul secara tiba-tiba tanpa melihat
waktu dan tempat. Pekerja sosial harus memahami masalah ini harus
segera diatasi karena bisa memengaruhi masalah yang aktual.
Kedua, evaluasi sumatif dilakukan setelah intervensi selesai
dilakukan. Dengan kata lain, pemikiran yang dibutuhkan dalam
evaluasi ini adalah kesimpulan dari pemecahan masalah yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ini melihat tingkat keberhasilan pemecahan
masalah yang dilakukan antara pekerja sosial dan klien secara
bersama-sama. Ketiga, evaluasi dasar (baseline) merujuk pada pola
perilaku yang timbul selama tahap pertolongan. Evaluasi ini
sebaiknya dilakukan atas beberapa tahap pertolongan atau selama
periode waktu intervensi dilakukan. Evaluasi ini terfokus pada
upaya-upaya pengubahan perilaku dari negatif ke positif, buruk ke
baik, lemah ke kuat melalui teknik penguatan reinforcement.
Keempat, evaluasi yang berdasarkan pada langkah/ukuran/hukum
tertentu. Evaluasi ini sering disebut dengan validasi. Konsep
evaluasi ini memang agak rumit sebab seringkali mengacu pada
common-sense judgements, predictive forms, atau concurrent things
(yang mengakibatkan antarvariabel tahap pertolongan memiliki
ikatan yang kuat). Perlu diketahui, masih ada tipe lainnya di luar
ketiga tipe validasi yang telah disebutkan sebelumnya. Kelima,
reliabilitas berkenaan dengan ketahanan sebuah instrumen penelitian
dapat mengukur fenomena yang sama setiap kali instrumen tersebut
digunakan (Toseland & Rivas, 1984). Terdapat hubungan yang kuat
antara validasi dan reliabilitas. Jika tidak menghasilkan data yang
konsisten, tingkat akurasi instrumen tersebut pun rendah. Ada
instrumen yang dapat dipercaya, namun tidak valid. Pekerja sosial
harus mampu membuktikan bahwa data penelitiannya berasal dari
159
informasi yang valid dan dapat dipercaya (reliable). Keenam,
pekerja sosial menentukan metode-metode pengumpulan data
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam tahap intervensi.
Metode-metode pengumpulan data yang sangat relevan dengan klien
adalah wawancara mendalam, observasi, dan sebagainya yang
berusaha untuk membebaskan klien dari kekakuan dan rasa grogi.
Pekerja sosial berusaha untuk menggunakan pedoman wawancara
dan observasi secara ilmiah, jadi ia tidak terkesan seperti wartawan
atau polisi yang menyelidiki suatu kasus, tetapi berusaha agar
pedoman wawancara yang disusun tersebut diingat secara sistematis.
Ketujuh, pekerja sosial juga harus memahami variabel bebas dan
terikat yang digunakan dalam penelitiaanya. Variabel bebas yang
dimaksud adalah unsur-unsur pribadi klien yang bebas dilakukan
perubahan. Sedangkan variabel terikat adalah yang mengikat
masalah klien karena orang lain. Kedelapan, evaluasi menunjukkan
keberhasilan dari program pertolongan yang telah dilaksanakan,
namun sebaiknya dapat dilakukan generalisasi agar dampak dari
program tersebut semakin luas. Pekerja sosial yakin dan percaya
bahwa hasil evaluasi yang dilakukan terhadap masalah klien akan
dapat diterima semua kalangan, terutama ayah, ibu, saudara-
saudaranya, bahkan dengan significant others. Selama masih ada
pihak lain yang menolak hasil intervensi tersebut atau evaluasi
tersebut berarti pekerja sosial harus menjelaskan kepada yang
bersangkutan agar terjadi pemikiran yang generalis. Pekerja sosial
diharapkan memahami konsep-konsep ini dan
mempertimbangkannya dengan matang dalam penentuan teknik
evaluasi pertolongan yang dilakukan dalam suatu program tahap
pertolongan. Terdapat beberapa teknik evaluasi yang dapat
dilakukan pekerja sosial, di antaranya Goal-Attainment Scaling
(skala pencapaian tujuan), Task-Achievement Scaling (skala
pencapaian tugas), dan Client Satisfaction Questionnaires (kuisioner
kepuasan klien). Ketiga skala tersebut diimplementasikan sesuai
dengan tujuan masing-masing, yaitu untuk tujuan, tugas, dan klien.
Metode-metode ini sangat berguna bagi pekerja sosial yang ingin
mengevaluasi pertolongan yang dilakukan sebagai pribadi
professional. Beberapa dapat diterapkan oleh pekerja sosial dalam
lembaga. Program evaluasi dibutuhkan untuk menentukan program
mana yang lebih baik daripada program-program lainnya. Program-
program tersebut adalah penilaian kebutuhan klien (needs
160
assessments), penilaian evaluabilitas, analisis proses, analisis hasil
program, dan monitoring. Tak terbantahkan bahwa proses evaluasi
seringkali tidak berjalan mulus karena adanya beberapa hambatan.
Pekerja sosial sering kesulitan melakukan generalisasi karena
keterbatasan sumber daya, kesalahan perhitungan matematis dalam
memprediksi model populasi, dan sebagainya. Selain itu, pemilihan
metode evaluasi yang tidak sesuai dengan tujuan evaluasi dapat
membuat suatu instrumen menjadi sia-sia. Terkadang, pekerja sosial
juga tidak melibatkan klien dalam proses evaluasi, yang mana bisa
menyebabkan ketidakefektifan intervensi yang telah dilaksanakan
pada klien. Bahkan, hal-hal sederhana yang seringkali terlupakan
pekerja sosial, seperti kepercayaan antarsesama pekerja sosial dalam
lembaga, juga dapat menghambat keberlangsungan evaluasi yang
efektif. Dengan mengetahui teori-teori ini diharapkan pekerja sosial
lebih siap untuk melakukan evaluasi yang efektif bagi klien.
Evaluasi juga dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi proses dan
hasil. Evaluasi proses adalah melihat kegiatan yang dilakukan
pekerja sosial dari tahap awal, menengah, dan akhir (tahap
pendekatan awal, asesmen, rencana intervensi, intervensi, evaluasi
itu sendiri, terminasi, dan tindak lanjut).
Pendekatan Rencana
Asesmen Intervensi EVALUASI Terminasi Follow-up
Awal Intervensi
Terminasi
Setiap pertolongan yang diberikan oleh pekerja sosial kepada klien
pasti akan berakhir suatu saat. Ketika klien tidak lagi membutuhkan
161
bantuan, pertolongan seharusnya sudah dihentikan. Terkadang,
pemutusan hubungan antara pekerja sosial dan klien ini terjadi tanpa
rencana dan didasari beberapa alasan yang tidak terduga. Pekerja
sosial diharapkan tetap mampu bertindak secara professional pada
saat proses yang disebut terminasi ini. Menurut Hepworth dan
Larsen (1990), hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah
menentukan waktu pelaksanaan terminasi, menyelesaikan reaksi
emosional antara pekerja sosial dan klien, mengevaluasi pencapaian
tujuan-tujuan kedua belah pihak, dan membuat rencana dalam
rangka memelihara pencapaian yang telah diraih kedua belah pihak.
Teori ini tampaknya dapat menggambarkan proses terminasi yang
direncanakan. Brill (1990) juga berpendapat hal yang serupa dengan
menyimpulkannya dalam sebuah kalimat, “deal with unfinished
business, deal with feelings about termination, and providing
direction for the future”. Lebih singkat lagi, Pincus dan Minahan
(1973) membagi komponen terminasi menjadi tiga bagian, yaitu
pemutusan hubungan (disengagement), stabilisasi perubahan, dan
evaluasi terminasi. Bagaimana dengan terminasi yang tidak terduga
atau tidak pernah direncanakan? Terlebih dahulu harus diketahui
penyebab terminasi harus terjadi di luar rencana. Biasanya,
terminasi jenis ini terjadi karena tidak adanya kemajuan yang
didapat dari rangkaian pertolongan yang diberikan. Hal tersebut
dapat terjadi akibat miskomunikasi antara pekerja sosial dan klien,
kesalahan intepretasi data, ketidaktepatan pendefinisian masalah,
kekeliruan intervensi, dan sebagainya. Pada beberapa situasi,
pekerja sosial terlalu menuntut hasil yang sesuai harapan, begitu
pula dapat terjadi pada klien sehingga pertolongan menjadi terlalu
rumit atau terlalu sederhana. Bahkan, klien bisa saja menyerah dan
memutuskan untuk tidak lagi campur tangan dalam program yang
diselenggarakan pekerja sosial. Hal ini tidak selalu berarti klien
sudah mendapatkan pelayanan yang buruk. Penelitian yang
dilakukan Toselan (1987) dan Presley (1987) menemukan bahwa
klien keluar dari program karena telah menemukan perubahan yang
berarti dalam dirinya sehingga ia tidak memerlukan pertolongan
pekerja sosial lagi; ia mandiri. Hal ini tentu saja sebuah hasil yang
positif bagi kedua belah pihak. Hal penting yang harus diperhatikan
pekerja sosial adalah penginformasian tentang adanya terminasi
dapat dilakukan pada awal proses pertolongan. Pekerja sosial juga
dapat mengingatkan klien akan saat waktu pelaksanaan terminasi
162
semakin dekat. Penyampaiannya bisa dilakukan dengan halus,
menggunakan kata-kata motivasi dan terima kasih atas perubahan
yang dialami kedua belah pihak. Stabilisasi perubahan yang dialami
klien dapat membantu klien untuk memilih bidang pekerjaan yang
akan ia geluti, membangun kepercayaan diri klien, mempelajari
karakteristik baru, membantu klien menjadi dirinya sendiri,
memperpanjang masa pertolongan dengan melakukan follow-up,
menghindari pengaruh buruk dari lingkungan sekitar, dan membantu
klien untuk dapat memecahkan masalah di masa mendatang.
Pendekatan-pendekatan tersebut bisa diterapkan pada kelompok
kecil atau individual. Biasanya, pekerja sosial akan mengawali
proses pertolongan dengan ice-breaking, misalnya dengan
permainan atau tanya-jawab antarsesama klien. Hal tersebut dapat
menciptakan rasa kekeluargaan dalam kelompok. Namun, pada
tahap terminasi dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menyampaikan makna perpisahan pada klien, seperti diskusi
mengenai keluarga (untuk mengalihkan perhatian klien dari
kelompoknya kepada dunianya nanti) ataupun upacara perpisahan.
Pada kelompok yang lebih besar, perlu dilakukan klarifikasi
prosedur dan aturan yang telah berlaku dan mengurangi intensitas
komunikasi dalam organisasi. Penting untuk diketahui bahwa
pekerja sosial sebaiknya terbuka untuk kedatangan klien kembali di
kemudian hari, apalagi bila terminasi terjadi sebelum waktunya. Hal
penting untuk menjaga tali persaudaraan antara pekerja sosial dan
klien. Intinya, terminasi bertujuan untuk memberdayakan klien
sehingga klien mampu menggunakan apa yang ia miliki pada saat
yang tidak terduga di kemudian hari. Terminasi dapat dilakukan
dengan alasan : 1) masalah klien telah terpecahkan dan ia sudah
mampu memecahkan masalah sendiri, 2) masa pelayanan yang
diterima oleh klien di lembaga pelayanan sosial sudah berakhir, 3)
klien meninggal dunia, 4) klien menginginkan pelayanan yang lebih
baik ke tempat lain dengan cara rujukan (referral/aftercare/follow-
up).
Referral/Aftercare/Follow-up
Follow-up adalah penambahan informasi terkait tingkat
keberfungsian klien terhadap sasaran intervensi setelah intervensi
tersebut dihentikan (Blythe & Tripodi, 1989). Dengan kata lain,
tujuan follow-up adalah mempelajari bagaimana klien menjalani
163
kehidupannya setelah pertolongan formal yang diberikan pekerja
sosial berakhir. Perlu digarisbawahi, pekerja sosial tidak harus
melakukan follow-upberkali-kali mengingat sebelumnya telah
dilakukan proses terminasi. Ada beberapa alasan untuk melakukan
follow-up, di antaranya pekerja sosial yang terlibat ingin memeriksa
apakah klien baik-baik saja setelah pertolongan tidak diberikan
sehingga apabila tidak, pekerja sosial tersebut dapat memberikan
pertolongan lebih lanjut. Austin, Kopp, dan Smith (1986)
mengidentifikasi empat kemungkinan aktivitas yang dapat dilakukan
pekerja sosial apabila klien membutuhkan follow-up. Pertama,
pekerja sosial dapat berpartisipasi secara aktif dengan bertanya
langsung kepada klien mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Pekerja sosial bisa melaksanakan tugasnya untuk mengetahui
kondisi kehidupan klien, termasuk masalahnya, dengan cara
melakukan kunjungan rumah (home visit). Pekerja sosial melakukan
hubungan yang baik dengan keluarga klien (ayah, ibu, saudara-
saudaranya, bahkan dengan significant others). Dalam pertemuan
tersebut, pekerja sosial bertanya kepada keluarga tentang kemajuan,
masalah, dan kondisi kehidupan yang dialami oleh klien setelah
selesai menjalani pelayanan sosial di lembaga pelayanan sosial. Di
lain waktu, hasil kunjungan yang dilakukan pekerja sosial dengan
keluarga akan dikonfimasi kepada klien, apakah semua informasi
yang diberikan keluarga sama dengan yang dialami klien. Harapan
pekerja sosial akan sama dengan informasi yang diberikan keluarga
(ayah, ibu, saudara-saudaranya, bahkan dengan significant others)
dengan klien. Kedua, pekerja sosial dapat mendiskusikan masalah
tersebut bersama klien. Kunjungan pekerja sosial terhadap klien
harus dimulai dengan hubungan yang sangat hangat dan akrab agar
di antara keduanya terjadi keterbukaan dalam mengemukakan
pendapat dan masalah berkaitan dengan permasalahan klien yang
baru dialami setelah selesai mengikuti pelayanan sosial di badan
sosial. Diskusi tersebut harus dialogis (dua arah), artinya kedua
belah pihak sama-sama mempunyai kebebasan : di satu pihak,
pekerja sosial ingin memberikan masukan terhadap masalah yang
dialami klien, di pihak lain, klien jujur mengemukakan masalahnya
kepada pekerja sosial. Ketiga, pekerja sosial perlu meluruskan
permasalahan yang sebenarnya terjadi. Hal ini didasari akan
kesadaran bahwa klien bisa saja tidak menyadari kekeliruan yang
selama ini ia alami. Terkadang, ada istilah gajah di pelupuk mata
164
tidak terlihat, tetapi semut di seberang laut seolah tampak dengan
jelas. Sifat inilah yang menjadi kesulitan yang sering dialami oleh
pekerja sosial dalam memahami masalah klien.akan berbeda dengan
profesi seperti dokter, jarang pasien berbohong tentang penyakitnya
kepada dokter. Keempat, pekerja sosial mencoba untuk
mempersiapkan langkah-langkah selanjutnya dalam rangka
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi klien. Apabila
ditemukan satu atau beberapa masalah terhadap diri klien maka
pekerja sosial harus memberikan solusi yang terbaik bagi diri klien.
Artinya, solusi yang diberikan adalah alternatif pemecahan masalah
di mana klienlah yang menentukan pilihan-pilihan atas pemecahan
masalah yang akan diambil. Misalnya, ada dua pilihan jika ingin
melepaskan diri dari pengaruh narkoba : 1) memisahkan diri dari
sindikat pengedar narkoba dengan pergi ke luar kota, dan 2)
menghentikan hubungan dengan semua sindikat pengedar narkoba.
Hambatan yang biasanya dialami pekerja sosial pada tahap follow-
up ini adalah keterbatasan waktu dan tenaga pekerja sosial itu
sendiri mengingat banyak kasus lain yang harus ditangani. Pada
tingkat ini, pekerja sosial dapat mengambil sampel acak dari kasus-
kasus yang ada. Contohnya, pekerja sosial dapat memilih klien-klien
yang memiliki resiko tinggi untuk berpaling dari tujuan intervensi.
Follow-up dapat dilakukan dengan menghubungi klien melalui
pesawat telepon, media sosial, maupun surat elektronik. Media yang
paling baik adalah telepon sebab bersifat pribadi dan birokratis.
Sebagai tambahan, hambatan yang dialami pekerja sosial dalam
melaksanakan follow-up terhadap klien adalah tidak ada aturan
wajib dari badan sosial yang menaunginya untuk melakukan follow-
up. Hal ini bisa saja terjadi mengingat banyaknya kasus yang
ditangani suatu badan sosial. Hambatan ini bisa ditangani dengan
mengadakan diskusi masalah bersama klien selama intervensi
berlangsung. Bagaimanapun juga, pekerja sosial harus tampak
sebagai tenaga profesional di mata klien. Walaupun badan sosial
tidak mewajibkan, sudah menjadi tanggung jawab pekerja sosial
untuk melakukan follow-up setelah terminasi pada klien.
165
DAFTAR PUSTAKA
166