Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN

APOTEK KIMIA FARMA BATULICIN

Jl. Transmigrasi Bersujud RT. 11 RW. 03 Desa Bersujud


Kec. Simpang Empat Kab. Tanah Bumbu

PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh:
Bintang 1148180033
Faradiba Mentari 1148170014
Noor Hikmah Fajar 1148180038

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
2020
PENGESAHAN
LAPORAN PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN
APOTEK KIMIA FARMA BATULICIN

Jl. Transmigrasi Bersujud RT. 11 RW. 03 Desa Bersujud


Kec. Simpang Empat Kab. Tanah Bumbu

Oleh:
Bintang 1148180033
Faradiba Mentari 1148170014
Noor Hikmah Fajar 1148180038

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan DIII
Farmasi STIKES Darul Azhar Batulicin
Telah diperiksa dan disahkan:
Pada hari: Selasa Tanggal: 30 Desember 2020

Apoteker pembimbing PPKL Dosen pembimbing PPKL

Apt. Tri Prasetya Har Adi, S.Farm Apt. Nur Mahdi, M.Farm

Ketua Program Studi DIII Farmasi


STIKES Darul Azhar Batulicin

Apt. Nur Mahdi, M.Farm


NIDN. 1101019002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang selalu dan senantiasa mencurahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga
penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kimia
Farma Batulicin pada tanggal 3 Desember – 31 Desember 2020. Kegiatan PKL
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Ahli Madya Farmasi STIKES Darul Azhar
Batulicin. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu kepada:
1. Bapak Apt. Tri Prasetya Har Adi, S.Farm, selaku pembimbing dari Apotek
Kimia Farma Batulicin.
2. Bapak Apt. Nur Mahdi, M.Farm, selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi
STIKES Darul Azhar Batulicin dan dosen pembimbing PPKL yang telah
memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis selama
pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL di Apotek Kimia Farma Batulicin.
3. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma Batulicin atas segala
keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanaan PKL.
4. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha Program Studi DIII Farmasi STIKES
Darul Azhar yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan
penyusunan laporan ini;
5. Keluarga atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;
6. Teman-teman Program Studi DIII Farmasi STIKES Darul Azhar atas
dukungan dan kerjasama selama ini;
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
serta membantu selama penyusunan laporan ini.

iii
Penulis berharap agar Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan PKL ini dapat berguna
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

Penulis

2020

iv
DAFTAR ISI

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dan yang dimaksud
dengan kesehatan itu sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Anonim, 2009). Dimana kesehatan ini
merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menunjang pembangunan nasional.
Salah satu wujud pembangunan nasional adalah pembangunan kesehatan
yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa sehingga tercapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat. Pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi.
Untuk mencapai pembangunan kesehatan yang optimal dibutuhkan dukungan
sumber daya kesehatan, sarana kesehatan, dan sistem pelayanan kesehatan
yang optimal. Salah satu sarana penunjang kesehatan yang berperan dalam
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apotek,
termasuk didalamnya pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian (Agatha, 2012).
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang harus
mampu menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan kefarmasian
dengan baik yang berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat pada
pasien. Selain menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan farmasi,
apotek juga merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau
persediaan farmasi secara baik dan tepat, sehingga dapat tercapai peningkatan
kesehatan masyarakat yang optimal dan mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan (Anonim, 2002).

1
Disamping berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan unit bisnis,
apotek juga merupakan salah satu tempat pengabdian dan praktik tenaga
teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Anonim,
2009). Semua aspek dalam pekerjaan kefarmasian tersebut dapat disebut juga
sebagai pelayanan kefarmasian. Dimana suatu sistem pelayanan kesehatan
dikatakan baik bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat
menghasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut, yaitu: tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima,
wajar, efektif, efisien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan
berkesinambungan (Azwar, 1996).
Pelayanan kefarmasian semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai
commodity menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun seiring berjalannya waktu dan
semakin mudahnya informasi tentang obat yang diperoleh masyarakat, maka
saat ini terjadi perubahan paradigma pelayanan kefarmasian dari drug
oriented menjadi patient oriented yang mengacu pada pharmaceutical care
yang mengharuskan pharmacist untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi
dengan pasien maupun dengan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu seorang
farmasi juga harus mengetahui mengenai sistem manajemen di apotek
(Anonim, 2004).
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi
tidak terbatas didalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada
pendidikan ini lebih ditekankan pada pembelajaran yang merobos diluar kelas,
bahkan diluar institusi pendidikan lingkungan kerja alam dan kehidupan
masyarakat.
Dalam hal ini Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pogram pengajaran serta merupakan wadah yang

2
tepat untuk mengaplikasikan pengetahuan sikap dan keterampilan (kognitif,
afektif dan psikomotor) yang diperoleh saat mengikuti proses belajar
mengajar. PKL merupakan sarana pengenalan lapangan pekerjaan bagi
mahasiswa dengan mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan ini mahasiswa
dapat melihat, mengetahui, menerima dan menyerap teknologi kesehatan yang
ada dimasyarakat. Dengan kata lain, PKL merupakan masa orientasi bagi
mahasiswa dan dapat digunakan sebagai sarana informasi terhadap dunia
pendidikan kesehatan, sehingga institusi pendidikan kesehatan dapat
mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Agatha, 2012).
Mengingat tidak kalah pentingnya peranan TTK dalam menyelenggarakan
apotek, kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya
manusia calon TTK yang berkualitas menjadi faktor penentu. Oleh karena itu,
Program Studi Diploma III Farmasi STIKES Darul Azhar Batulicin bekerja
sama dengan PT. Kimia Farma Batulicin menyelenggarakan PKL di Apotek
Kimia Farma Batulicin. Kegiatan PKL ini memberikan pengalaman kepada
calon Ahli Madya Farmasi untuk mengetahui pengelolaan suatu apotek dan
pelaksanaan pengabdian Ahli Madya Farmasi khususnya di apotek.

1.2 Tujuan PPKL Apotek


Tujuan PPKL meliputi:
1. Memperkenalkan mahasiswa pada dunia kerja.
2. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesional yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.
3. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas terhadap mahasiswa sebagai
persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya.
4. Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terhadap jenis-jenis
pekerjaan pada tempat dimana mahasiswa melaksanakan Pengantar
Praktek Kerja Lapangan (PPKL).

3
1.3 Manfaat PPKL Apotek
Adanya PPKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam dunia
kerja.
2. Bagi Program Studi
a. Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi
khususnya untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi
tempat PKL.
b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.
3. Bagi Instansi Tempat PKL
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan
perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan hasil; pengkajian dan
analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PPKL


Pelaksanaan PKL untuk program studi Ahli Madya Farmasi dilaksanakan
selama 1 (satu) bulan di Apotek Kimia Farma Batulicin.
1. Alamat
Jln. Trasmigrasi Bersujud RT 11 RW 03 Desa Bersujud Kec. Simpang
empat Kab. Tanah Bumbu
2. Waktu Praktek Kerja Lapangan
a. Tanggal pelaksanaan : 03 - 31 Desember 2020
b. Hari pelaksanaan : Praktek kerja dijadwalkan selama 6 hari
dalam
seminggu dan satu hari libur.
c. Waktu pelaksanaan : Shift pagi 08.00 - 13.00 WITA
Shift middle 13.00 - 18.00 WITA
Shift malam 17.00 - 22.00 WITA

4
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek
profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang
Apotek Pasal 1, mendefinisikan Apotek sebagai sarana kesehatan umum bagi
masyarakat dan pelayanan kefarmasian serta tempat dilakukannya praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Maka segala kegiatan kefarmasian dalam suatu Apotek harus berdasarkan
kepada Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, sebagaima yang tertuang
dalam PerMenKes No. 9 Tahun 2017 tersebut.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Peraturan Menteri Kesehatan no. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 16
menjelaskan bahwa apotek menyelenggarakan fungsi sebagai :
1. Pengelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan farmasi klinik termasuk di komunitas.

5
2.3 Tujuan Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
Tahun 2017, tujuan apotek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian diapotek.
2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di apotek.
3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di apotek.

2.4 Persyaratan Apotek


Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal
dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal apoteker
yang mendirikan apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan
kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang
bersangkutan. Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
lokasi, bangunan, sarana, prasarana, peralatan dan ketenagaan. Pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat mengatur persebaran apotek di wilayahnya
dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian. Apoteker pemegang SIA (Surat Izin Apotek) dalam
menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh apoteker lain, Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi dan wajib memiliki surat
izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Anonim, 2017).
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek adalah:
1. Lokasi dan Tempat
Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar apotek, kesehatan
lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraa
2. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan
yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin

6
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan di apotek sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. Ruang tunggu
b. Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker
c. Ruang penyimpanan obat
d. Ruang peracikan dan penyerahan obat
e. Tempat pencucian obat
f. Kamar mandi dan toilet
g. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,alat pemadam
kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek,
nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor Surat Izin Apotek, nomor
telepon apotek.
3. Perlengkapan
Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu:
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir, gelas ukur dan alat lainnya.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastic pengemas.
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun.
e. Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat
Indonesia Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.
f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep, dan lain-lain.
4. Tenaga Kerja atau Personel Apotek

7
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau
Asisten Apoteker.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah
memiliki Surat Izin Apotek.
b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di
samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari
buka apotek.
c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.
d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.
Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di
apotek yaitu (Umar, M., 2011) :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan, dan pengeluaran uang.

8
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan
keuangan apotek.
5. Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian
bekerja. Surat izin tersebut berupa :
a. SIPA bagi Apoteker; atau
b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian (Anonim, 2016)
Sebelum mendapatkan SIPTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus
mempunyai STRTTK. Untuk memperoleh STRTTK sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, seorang Tenaga Teknis Kefarmasian harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK).
STRTTK ini dapat diperoleh jika seorang Tenaga Teknis Kefarmasian
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika kefarmasian.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian harus
mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan
harus melampirkan :
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;

9
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian
d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi
yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

2.5 Pengelolaan Apotek


Pengolahan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
seorang apoteker dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan
apotek. Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun
2016, pengolahan sediaan farmasi di apotek meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Perencanaan obat di apotek umumnya dibuat untuk mengadakan dan
mencukupi persediaan obat di apotek, sehingga dapat mencukupi
permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas.
Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Perencanaan obat didasarkan atas beberapa faktor, antara lain:
a. Obat yang paling banyak dipakai.

10
b. Persediaan terakhir stok barang.
c. Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.

11
2. Permintaan Obata atau Pengadaan
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di apotek. Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara
pembelian. Berhasil atau tidaknya usaha banyak tergantung pada kebijakan
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Cara melakukan pembelian dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Pembelian Secara Kredit
Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi)
pada umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran
berkisar antara 14 - 30 hari.
b. Kontan
Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai.
c. Konsinyasi/titipan
Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut:
a. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah
menguap seperti aether, anaestheticus.
b. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan
sirup.
c. Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor)
seperti kapsul.
d. Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30°C) untuk obat seperti
tablet, kaplet, dan sirup.

12
e. Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15°C) untuk obat seperti
salep mata, cream, ovula, dan suppositoria.
f. Disimpan di tempat dingin (pada suhu 0-5°C) seperti vaksin.
g. Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai
persyaratan peraturan Menkes No.35 tahun 2009 Khusus untuk lemari
tempat penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum di
pengaturan adalah sebagai berikut :
1) Ukuran lemari: 40x80x100
2) Bahan: kayu atau bahan lain yang kuat.
3) Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan.
Fungsi yang pertama untuk perbekalan dan bahan baku morfin,
petihidin, dan garam-garamnya.
4) Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding tembok atau
lantai, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak boleh
dilihat oleh umum, dan kunci dikuasai oleh penanggung jawab atau
pegawai apotek yang dikuasakan.
h. Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara
sistem alfabetis. Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotik
perlu diperhatikan mengenai tanggal kadaluwarsa. Setiap terjadi
mutasi obat segera dicatat dalam kartu stok.
i. Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
j. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
5. Jumlah Persediaan Obat
Tujuan persediaan obat adalah menjaga agar pelayanan obat oleh
apotek dapat berjalan dengan lancar yaitu dengan:
a. Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan.
b. Menambah penjualan, bila ada pertambahan pemesanan secara
mendadak.

13
6. Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan
Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-macam
metode, yaitu:
a. Metode harga standar yaitu merupakan suatu harga yang ditetapkan
lebih dahulu untuk jangka pendek atau bukan untuk jangka waktu
panjang.
b. Metode FIFO (First In First Out), yaitu menurut harga pertama dibeli
jadi meskipun harga sudah naik tetap digunakan harga lama pada
waktu obat dibeli.
c. Metode LIFO (Last In First Out), yaitu menurut harga pembelian
terakhir.
7. Gambaran Umum Penggolongan Obat
Obat yang ada diapotek telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi
beberapa golongan.Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah APA
dalam memperoleh, menyimpan dan menyerahkannya, sehingga
pengggunaan menjadi tepat. Penggolongan obat tersebut terdiri dari:
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, ataupun obat bebas terbatas dan sudah
terdaftar di DepKes R.I .Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K
Menkes RI Nomor 2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat
bebas dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan
kepada pemakainya tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas adalah
obat yang masuk dalam daftar W singkatan dari “Waarschuwing
“artinya peringatan. Maksudnya obat yang pada penjualannya disertai
dengan peringatan. Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas
adalah sebagai berikut:

14
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus dicantumkan
tanda.
3) Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2
cm dan memuat pemberian berwarna putih.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.
c. Obat keras daftar G
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam
golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep
dokter. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan
atau memasukkan obat-obat keras ditetapkan sebagai berikut:
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembungkus
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli
dan jaringan.
3) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras, obat itu
sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat
itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar G
adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

15
d. Narkotika
Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 35 tahun
2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
e. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang biasa mempengaruhi keadaan psikis
seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara khusus.
8. Cara Pengelolaan Obat Non Narkotika, Narkotik dan Psikotropika
Perbedaan cara pengelolaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras
dengan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, yaitu pada:
a. Cara pemesanan: SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus
menggunakan SP khusus yang ditangani oleh APA.
b. Cara penyimpanan: lemari untuk obat narkotika dan psikotropika
disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat lainnya,yang bentuk
dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Cara penyerahan: penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika
harus sesuai dengan persyaratan yang telah diatur :
1) Apotek, RS, Puskesmas, Balai pengobatan dengan SP Khusus
narkotika.
2) Dokter, pasien dengan resep asli, lengkap dengan nama alamat
pasien dengan dokternya.
d. Cara pelaporan: Laporan obat narkotika dan psikotropika selain
digunakan untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga
dilaporkan kepada pihak eksternal (Sudin Yankes Dati II/Kodya
dengan tembusan kepada Dinkes Provinsi, Kepala Balai POM, PBF
Kimia Farma).

16
9. Pemusnahan dan penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan.
b. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
11. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolahan sediaan farmasi
yang di sesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan digunakan untuk mengetahui kebutuhan manajemen apotek,
dan untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan pelaporan lainnya ( PerMenKes RI No. 73
Tahun 2016 ).

2.6 Pelayanan Apotek


Pelayanan Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2016 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014, Pelayanan
farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep
Kajian administrati meliputi:
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
b. Nama dokter, nomor surat izin praktik (sip), alamat, nomor telepon
dan paraf dan

17
c. Tanggal penulisan resep.
Kajian farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Stabilitas dan Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Kajian klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
c. Duplikasi dan/atau poli farmasi
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
e. Kontra indikasi dan Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
2 Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
1) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep.
2) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
1) Warna putih untuk obat dalam/oral.
2) Warna biru untuk obat luar dan suntik.
3) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
4) Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari
penggunaan yang salah.

18
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara
penulisan etiket dengan resep).
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan halhal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain.
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil.
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
8) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh
apoteker (apabila diperlukan).
9) Menyimpan aesep pada tempatnya.
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
3 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.

19
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metode pemberian, farmakokinetika, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan pelayananiInformasi obat di apotek meliputi:
a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b. Membuat dan menyebarkan bulletin/brosur/leaflet pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi.
e. Melakukan penelitian penggunaan obat.
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
g. Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan
menggunakan formulir. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi pelayanan informasi obat:
a. Topik pertanyaan.
b. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan.
c. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon).
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data
laboratorium).
e. Uraian pertanyaan.
f. Jawaban pertanyaan.
g. Referensi.
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data
Apoteker yang memberikan pelayanan informasi obat.

20
4 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi
konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatrik, gangguan fungsi hati
dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,
DM, AIDS, epilepsi).
c. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
corticosteroid dengan tapering down/off).
d. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoxin,
fenitoin, teofilin).
e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis Obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three
Prime Questions, yaitu:
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
Anda?

21
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah Anda menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan menggunakan Formulir 7
sebagaimana terlampir.
5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker,
meliputi:
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
b. Identifikasi kepatuhan pasien
c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan insulin
d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien
f. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah dengan
menggunakan formulir
6 Pemantauan Terapi Obat ( PTO )
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

22
Kriteria pasien:
a. Anak-anak, lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multi diagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien
yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan
riwayat alergi; melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien
atau tenaga kesehatan lain
c. Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat
antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat
tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi,
dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau
terjadinya interaksi Obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi
dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki
f. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan
terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.
7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

23
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami efek samping obat. Mengisi formulir Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
b. Melaporkan ke pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan
menggunakan formulir.

2.7 Pengaturan Perundang-undangan Bidang Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diatur
dalam:
a. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek.
d. Peraturan Pemerintan Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2016 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Penggolongan Narkotika.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2015 Tentang Penggolongan Psikotropika.

24
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika.
i. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang
Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.
j. Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes /Per/X /1993 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 2.
k. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.

25
BAB III
APOTEK KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Apotek Kimia Farma

Gambar 3.1 PT. Kimia Farma

Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama di


Indonesia yang didirikan tahun 1817 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada
awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
Namun pada tahun 1958, berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di awal masa kemerdekaan, maka Pemerintah Republik
Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi
Perusahaan Negara Farmasi (PNF) Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada
tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan
terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT. Kimia Farma
(Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT. Kimia Farma kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT. Kimia Farma dan dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (pada saat ini kedua bursa telah

26
merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama
puluhan tahun, PT. Kimia Farma telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. PT. Kimia
Farma kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan
pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat
Indonesia. Mencatatkan saham perdana untuk public (IPO) pada tanggal 4 Juli
2001 dengan kode emiten KAEF dan komposisi saham 90,025% milik
pemerintah dan 9,975% milik publik. Pada tanggal 4 Januari 2003, PT. Kimia
Farma terbagi menjadi dua divisi, yaitu Holding Company (induk perusahaan)
dan anak perusahaan. Holding company membawahi pabrik obat di lima kota
(Tanjung Morawa Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Mojokerto);
Laboratorium klinik; dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. PT.
Kimia Farma membangun dua anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma
Trading and Distribution (KFTD) dan PT. Kimia Farma Apotek (KFA).
Melalui proses inbreng yang dilaksanakan Pemerintah Republik Indonesia
pada 28 Februari 2020, kepemilikan saham 4.999.999.999 saham seri B
dialihkan kepada PT Biofarma.
PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) bergerak di bidang
layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan yang memiliki wilayah
layanan cukup luas meliputi 34 Propinsi dan 511 Kabupaten atau Kota.
Sebagai penyedia jasa layanan distribusi, KFTD menyalurkan aneka produk
dari perusahaan induk (PT. Kimia Farma) dan dari industri farmasi atau dari
PBF lain yang telah bekerjasama dengan KFTD pusat. KFTD
mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan reguler ke Apotek
(Apotek Kimia Farma dan Apotek non Kimia Farma), Rumah Sakit, toko obat,
dan supermarket.
PT. Kimia Farma Apotek (KFA) didirikan khusus menangani bisnis retail
Apotek yang pada bulan Agustus 2018 berjumlah ± 1080 outlet di seluruh
Indonesia dari Banda Aceh sampai dengan Papua. KFA menyediakan layanan
kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan farmasi (Apotek), klinik
kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan konsep One Stop Health

27
Care Solution (OSHCS) sehingga semakin memudahkan masyarakat
mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Pelayanan farmasi menggunakan
standar Good Pharmacy Practice (GPP) yaitu standar internasional yang
diterbitkan oleh The International Pharmaceutical Federation serta standar
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 73, 2016). Apotek Kimia Farma melayani
penjualan langsung, melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain,
misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat
pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh Apoteker yang
bekerja full time sehingga dapat melayani pasien terhadap kebutuhan
informasi obat dengan baik. Penambahan jumlah Apotek merupakan bagian
dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, dimana
pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau Kimia Farma telah berkembang
menjadi pelayanan kesehatan (Healthycare) terintegrasi di indonesia. Bidang
usaha Healthycare Kimia Farma didukung oleh manufaktur farmasi, riset dan
pengembangan, distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, serta
laboratorium klinik dan klinik kesehatan.
PT. Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di
Indonesia. Kimia Farma melakukan pengembangan usaha secara terintegrasi
dari hulu ke hilir, mulai dari produksi bahan baku obat hingga ritel farmasi
dan layanan kesehatan. Kimia farma selalu berupaya meningkatkan
diversifikasi portofolio produk, sampai saat ini Kimia Farma telah memiliki
1266 Apotek, 55 klinik kesehatan, 3 klinik kecantikan, dan 10 optik yang
tersebar diseluruh Indonesia.
PT. Kimia Farma apotek unit bisnis Banjarmasin yang beralamat di jalan
veteran No. 51 Banjarmasin membawahi 32 cabang apotek, meliputi:
Banjarmasin:
1. Apotek Kimia Farma 61 Veteran
2. Apotek Kimia Farma 120 Pandu

28
3. Apotek Kimia Farma 217 Ulin
4. Apotek Kimia Farma 188 S. Parman
5. Apotek Kimia Farma 246 Cempaka
6. Apotek Kimia Farma 336 Antasari
7. Apotek Kimia Farma 383 Sultan Adam
8. Apotek Kimia Farma 433
9. Apotek Kimia Farma 444 Hasan Basri
10. Apotek Kimia Farma 546 Sutoyo
11. Apotek Kimia Farma 547 Jahri Saleh
12. Apotek Kimia Farma 733 Pramuka
13. Apotek Kimia Farma Sudam 2
Barito Kuala:
1. Apotek Kimia Farma 706 Handil Bakti
Kuala Kapuas:
1. Apotek Kimia Farma 265 Kapuas
2. Apotek Kimia Farma Pel Pulpis
Gambut:
1. Apotek Kimia Farma 750 Gambut
Banjarbaru:
1. Apotek Kimia Farma 111 Banjarbaru
2. Apotek Kimia Farma 431 Mistar
3. Apotek Kimia Farma 517 Guntung Payung
4. Apotek Kimia Farma 622 Amaco
5. Apotek Kimia Farma Landasan Ulin
6. Apotek Kimia Farma Mista Baru
Martapura:
1. Apotek Kimia Farma 179 Martapura
2. Apotek Kimia Farma Ratu Zaleha
Pelaihari:
1. Apotek Kimia Farma 732 Pelaihari
Kandangan:

29
1. Apotek Kimia Farma Kandangan
Tanjung:
1. Apotek Kimia Farma Tanjung
Batulicin:
1. Apotek Kimia Farma Batulicin
Kotabaru:
1. Apotek Kimia Farma Kotabaru
Barabai:
1. Apotek Kimia Farma Barabai
Balangan:
1. Apotek Kimia Farma Balangan
BM Banjarmasin atas nama Apt. Mochammad Yusuf Fauzie, S.Si. BM
Banjarmasin merupakan pusat koordinasi kegiatan administrasi, keuangan,
pelaporan serta kegiatan yang bersifat strategis di seluruh Apotek Kimia
Farma Kal-Sel dan sekitarnya. Adapun tanggung jawab BM adalah sebagai
berikut:
1. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan, mengendalikan dan
mengawasi kegiatan bisnis operasional.
2. Merencanakan dan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP).
3. Mengendalikan dan mengawasi penggunan anggaran operasional (COGS,
biaya administrasi umum dan biaya penjualan) apotek.
4. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi pengembangan usaha
(baik pengembanganjangka pendek dan jangka panjang).
5. Menganalisis perkembangan hasil usaha pengelolaan unit bisnisnya.
6. Mengkoordinasikan dan mengawasi penerapan dan pemeliharaan Sistem
Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) serta Standar
Operasional Prosedur (SOP).
7. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan.
8. Mengelola dan mengendalikan kegiatan pengadaan (purchasing) barang
dagangan dan administrasi keuangan/akuntansi.

30
9. Melakukan kegiatan negosiasi dan pembinaan hubungan dengan para
distributor dan principal obat.
Apotek Kimia Farma Batulicin merupakan salah satu apotek pelayanan
yang tergabung dalam unit Business Manager Banjarmasin. Apotek ini
didirikan pada awal tahun 2017 dengan aspek legal berupa SIPA (Surat Izin
Pengelolaan Apotek) dan SIA (Surat Izin Apotek) yang dikeluarkan oleh suku
dinas kesehatan KabupatenT Tanah Bumbu. Apotek Kimia Farma Batulicin
berdiri dengan SIPA 446.4.02.1.041-XII-2017 atas nama Apt. Tri Prasetya
Har Adi, S.Farm.
PT. Kimia Farma Banjarmasin telah menjalin kerjasama dengan beberapa
instansi di Kalimantan Selatan, diantaranya: Bank Indonesia, PT. PLN, BPJS,
PT. Telkom, PT. Pertamina, PT. Aneka Tambang, PT. Intensive Medicare,
Pol. Kerasan, PT. Asuransi Jiwa Inhealth, PDAM Intan, PT. Angkasa Pura 1,
PT. Maritim Barito Perkasa, dll.
1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan
mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

Misi Perusahaan
Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan yang berkelanjutan berbasis
teknologi, informasi, komunikasi, melalui :
a. Pengembangan layanan kesehatan yang terintegrasi melalui apotek,
klinik, laboratorium klinik, optic, alat kesehatan dan layanan kesehatan
lainnya
b. Saluran distribusi utama produk sendiri dan pilihan utama saluran
distribusi produk prinsipal
c. SDM yang memiliki kompetensi, komitmen dan integritas tinggi
d. Pengembangan bisnis baru
e. Peningkatan pendapatan lainnya (fee base income).

31
2. Budaya dan Motto Kimia Farma

Gambar 3.2 Simbol AKHLAK

Berdasarkan Surat Edaran KBUMN No. SE-7/MBU/07/2020 tanggal


1 Juli 2020 tentang Nilai- Nilai Utama (Core Values) Sumber Daya
Manusia Badan Usaha Milik Negara, maka Perseroan menetapkan
AKHLAK sebagai budaya kerja (core values) Kimia Farma Grup
menggantikan ICARE. Adapun akronim dari core values AKHLAK yaitu
Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif yang
dijadikan sebagai identitas dan perekat budaya kerja yang mendukung
peningkatan kinerja secara berkelanjutan di setiap BUMN. yaitu :
Amanah
Memegang teguh kepercayaan yang diberikan.
1. Memenuhi janji dan komitmen
2. Bertanggung jawab atas tugas, keputusan dan tindakan yang dilakukan.
3. Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.
Kompeten
Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah.
2. Mambantu orang lain belajar.
3. Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.

32
Harmonis
Saling peduli dan menghargai perbedaan.
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2. Suka menolong orang lain.
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal
Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
1. Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan negara.
2. Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
3. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hokum
dan etika.
Adaptif
Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun menghadapi
perubahan.
1. Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.
2. Terus-menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan
teknologi.
3. Bertindak proaktif.
Kolaboratif
Membangun kerjasama yang sinergis.
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama.

5 As sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang terdiri dari :


a. Kerja Ikhlas
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
b. Kerja Cerdas
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat.

33
c. Kerja Keras
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik.
d. Kerja Antusias
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama.
e. Kerja Tuntas
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan
output yang maksimal sesuai dengan harapan.

3. Simbol Kimia Farma


PT. Kimia Farma memiliki logo yang menggambarkan matahari
terbit berwarna orange dan tulisan Kimia Farma yang berwarna biru
dibawahnya. Simbol tersebut memiliki makna sebagai berikut:

Gambar 3.3 Logo Perusahaan PT. Kimia Farma

a. Simbol Matahari
1) Paradigma Baru. Matahari terbit adalah tanda memasuki babak
baru kehidupan yang lebih baik.
2) Optimis. Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya
tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam
menjalankan bisnisnya.

34
3) Komitmen. Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari
arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya
komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang
diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber Energi. Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia
Farma sebagai salah satu sumber enrgi bagi kesehatan masyarakat.
5) Semangat Abadi. Warna orange berarti semangat, warna biru
berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut
menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis Huruf
Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma
disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi
Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan
identitas yang telah ada.
c. Sifat Huruf
1) Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan
merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan optimisme
Kimia Farma.
3) Bersahabat, huruf kecil dan lengkung memperlihatkan keramahan
Kimia Farma.

35
3.2 Struktur Organisasi Apotek

Apoteker Pengelola Apotek


Apt. Tri Prasetya Har Adi, S.Farm

Apoteker Pendamping TTK


(Pharmaceutical Care, (Technical Apoteker Pendamping
Information, Cash & Coordinatory) (Logistic & Inventory)
Cashflow) Eka Apt. Nova, S.Farm
Apt. Leny Puspitasari, S.Farm Wulandari, A.Md. Farm

TTK
(Merchandising)
Febri
Kurniadi Rahman, A.Md. Farm

3.2.1 Apoteker Pengelola Apotek/Manager


Apotek Kimia Farma Batulicin dipimpin oleh seorang Apoteker
Pengelola Apotek yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, yaitu memiliki surat izin kerja dan telah mengucap
sumpah. APA bertanggung jawab penuhi terhadap semua kegiatan yang
terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian (seperti kegiatan
pelayanan kefarmasian) maupun non-teknis kefarmasian (bidang
administrasi dan bidang ketenagakerjaan). Tugas dan tanggung jawab
apoteker pengelola apotek adalah :
1. Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggung jawab terhadap
pengembangan serta kelangsungan hidup apotek.

36
2. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai
dengan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan
anggaran dana, yang dibutuhkan serta mengusahakan kebijaksanaan
dan strategi kerja agar program yang telah ditetapkan dapat
terlaksana dengan baik.
3. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui
pelayanan teknis farmasi dan informasi.
4. Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang
meliputi administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan,
dan personalia.
5. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan
farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika.
6. Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan
merencanakan usaha pengembangan apotek, meningkatkan
pelaksanaan dan kegiatan usaha di bidang manajemen apotek.
7. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM.
3.2.2 Apoteker Pendamping
Apotek Kimia Farma mempunyai satu orang Apoteker Pendamping
yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan.
Tugas dan Wewenang Phamaceutical Care, Information:
4. Melakukan Kegiatan dan Proses Dokumentasi Pelayanan (PMR,
MTM, Telefarma, dan Homecare).
5. Melaksanakan kegiatan Sharing Knowledge setiap bulan.
6. Pengadaan media informasi (kartu nama, brosur/pamflet/spanduk,
dll).
7. Sebagai PIC event tahunan Apotek Kimia Farma Batulicin.
3.2.3 Tenaga Teknis Kefarmasian
Dalam melaksanakan kegiatan di Apotek TTK bertanggung jawab
langsung kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang tenaga
teknis kefarmasian meliputi:

37
1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan
mengemas etiket) sesuai permintaan resep.
2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep, dan cara
pemakaian obat.
3. Membuat kwitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang
perlu diulang, obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang
belum diserahkan atas permintaan resep.
4. Meningkatkan kualitas informasi apotek dan pelayanan apotek
kepada customer (media sosial).
5. Meningkatkan kegiatan promosi mingguan di media sosial
(minimal 4 post per bulan).
6. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.
7. Mengontrol persediaan obat di ruang racik.
8. Mengisi buku defecta bila persediaan obat sudah hampir habis.
9. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien
dan memberikan informasi lain yang diperlukan.
10. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir,
melayani penjualan obat bebas dan menggantikan juru resep.
11. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok.
12. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan dan sanitasi atau kebersihan
di ruang peracikan.

3.3 Tata Ruang Apotek


Apotek Kimia Farma Batulicin terletak di tempat yang strategis, yaitu di
Jln. Transmigrasi Bersujud RT 11 RW 03 Desa Bersujud Kec. Simpang
Empat Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Bangunan apotek ini cukup
besar yang dilengkapi dengan tempat praktek dokter, swalayan farmasi dan
tempat parkir yang cukup luas.
Apotek Kimia Farma terdiri dari 2 lantai yang dilengkapi dengan
pendingin ruangan dan penerangan lampu yang baik. Kegiatan pelayanan di

38
apotek dilakukan di lantai 1 sedangkan lantai 2 belum digunakan untuk
kegiatan atau tempat apapun. Pada lantai 1 apotek dilengkapi dengan kamera
CCTV dimana kameranya dipasang pada beberapa titik ruang apotek. Kamera
CCTV bertujuan untuk memantau situasi atau keadaan di apotek. Pengaturan
tata ruang ini ditujukan untuk kelancaran kegiatan di apotek dan kenyamanan
pasien. Sesuai dengan standarisasi tata ruang dalam apotek dari Kimia Farma
Apotek pusat, tata ruang.
Apotek Kimia Farma Batulicin berkonsep terbuka sehingga pasien dapat
melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh para pegawai apotek.
Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara
lain :
1. Swalayan Farmasi
Swalayan farmasi terdiri dari perbekalan kesehatan yang dapat
dibeli secara bebas tanpa resep dokter. Area swalayan farmasi dapat
langsung terlihat ketika telah memasuki pintu masuk, pada sisi kiri
terdapat Floor Display yang diperuntukkan untuk memajang alat
kesehatan seperti kursi roda dan tongkat penyangga badan (kruk), dan
end gondola yang digunakan untuk menyimpan produk Kimia Farma.
Selanjutnya pada bagian tengah terdapat island gondola yang menyimpan
obat beauty care, personal care, vitamin dan mineral serta medicine.
Pada sisi kanan terdapat wall gondola yang mempunyai kategori obat
sebagai berikut: paper product & diapers, baby & child care, dan milk &
food suplement. Selanjutnya juga tersedia kulkas untuk minuman dingin
dan disamping kulkas terdapat wall rendah yang digunakan untuk
menyimpan food, drink & snack. Produk-produk ditata dan disusun
sedemikian rupa berdasarkan golongan/jenis produk agar menarik
perhatian dan memudahkan pelanggan dalam memilih produk yang
dibutuhkan.
2. Tempat Penerimaan Resep, Upaya Pelayanan Diri Sendiri (UPDS), COC
(Check Out Counter) / Kasir dan Penyerahan Obat

39
Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak
terlalu tinggi dan merupakan tempat bagi pasien yang ingin membeli obat
tanpa dengan resep dokter namun dengan pengarahan oleh apoteker
dalam pemberian informasi obat. Bagian kasir terdapat disebelah tempat
penyerahan obat yang menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat
dengan resep maupun tanpa resep. Bagian sisi kiri diperuntukkan untuk
PIO (Pemberian Informasi Obat) kepada pasien.
3. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan
Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat
penerimaan resep dan penyerahan obat. Pada ruangan ini terdapat lemari
yang terdiri dari banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa
sehingga mudah untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan,
peracikan dan pengemasan. Setiap jenis obat dimasukkan ke dalam kotak
yang berukuran sama dan tersusun rapi pada rak obat. Pada kotak diberi
label nama obat dan dilengkapi dengan kartu stok.
Penataan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan cara
pemakaian (sediaan padat; setengah padat; cair oral; cair tetes mata,
hidung, telinga; topikal; dan preparat mata). Penyusunan obat dilakukan
secara farmakologis (kelas terapi) dan alfabetis agar mempermudah
dalam pencarian dan penyimpanan obat. Khusus pada sediaan padat, tiap
kelas terapi diberi warna yang berbeda agar mudah dibedakan (misalnya
obat antibiotik diberi warna kuning dan antihipertensi diberi warna
merah). Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, produk PT.
Kimia Farma, Tbk., Narkotika & Psikotropika, dan obat-obatan yang
harus disimpan di kulkas (suhu dingin).
Ruang peracikan menyatu dengan ruang penyimpanan obat,
dilengkapi dengan fasilitas untuk peracikan seperi timbangan manual,
blender, lumpang dan alu, bahan baku, bahan pengemas seperti cangkang
kapsul, kertas perkamen, kertas pembungkus puyer, wadah plastik dan
etiket serta wastafel. Pada ruang peracikan ini dilakukan kegiatan

40
penimbangan, pencampuran, peracikan dan pengemasan obat-obat yang
dilayani berdasarkan resep dokter.

41
4. Ruang Apoteker Pengelola Apotek
Ruangan ini digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk
melaksanakan tugas kesehariannya.
5. Ruang Administrasi
Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk
menginput data pelanggan, entry barang serta menginput barang-barang
yang dikirim oleh distributor serta kegiatan adminstrasi lainnya.
6. Ruang Praktek Dokter
Ruang praktek dokter yang tersedia yaitu praktek dokter anak.
7. Ruang Penunjang Lainnya
Ruang ini terdiri atas ruang tunggu pasien, gudang penyimpanan
obat, toilet, mushala, dan ruang bermain anak. (Denah Tata Ruang
Apotek Terdapat Pada Lampiran).

3.4 Kegiatan Apotek


Apotek Kimia Farma memiliki jam operasional kerja setiap hari dalam
seminggu, yang setiap harinya terbagi kedalam 2 shift pembagian kerja, yaitu
pagi 08:00-15:00 dan siang 15:00-22: yang menandakan bahwa Apotek Kimia
Farma Batulicin sangat mengutamakan pelayanan yang optimal bagi
pelanggannya.
3.4.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma Batulicin
dilakukan dengan sistem grouping, artinya pembelian dilakukan secara
terpusat oleh bagian pembelian di BM (Business Manager) yang
kemudian disalurkan ke apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah
BM tersebut. Pengadaan dilakukan berdasarkan data yang tercatat pada
buku defekta dari masing-masing karyawan yang berisi data persediaan
barang yang hampir habis atau sudah habis. Bagian pengadaan dan
pembelian melakukan pemeriksaan kembali kesesuaian antara data pada
buku defekta dengan persediaan barang yang ada untuk menetukan

42
jumlah barang yang akan dipesan. Selain itu diperhatikan juga tingkat
keterjualan barang agar tidak terjadi kekosongan persediaan atau
penumpukkan barang di apotek. Kebutuhan barang yang telah
mendapat persetujuan dari manager apotek ditulis pada Bon Permintaan
Barang Apotek (BPBA).
Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma Batulicin dilakukan
melalui Business Manager Banjarmasin. Prosedur pengadaan barang
melalui BM Banjarmasin adalah:
a. Bagian pengadaan membuat daftar kebutuhan barang atau Bon
Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan buku defekta
yang sebelumnya telah diseleksi dan telah mendapat persetujuan
dari manager apotek. BPBA dilakukan seminggu sekali yang
kemudian dikirim ke bagian pembelian di Business Manager
melalui program KIS (Kimia Farma Information System).
b. Bagian pembelian di Business Manager mengumpulkan data
barang yang harus dipesan berdasarkan BPBA dari apotek
pelayanan.
c. Jika barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM
Banjarmasin, maka BM Banjarmasin akan mengantar langsung
(dropping) barang tersebut ke apotek. Jika barang yang dipesan
tidak tersedia di gudang BM Banjarmasin, maka pihak BM akan
melakukan pemesanan ke PBF atau pemasok resmi yang telah
dipilih (standarisasi pemasok).
d. Bagian pembelian Business Manager membuat surat pesanan yang
berisi nama distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang dan
potongan harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian
pembelian dan Manager Apotek Pelayanan. Surat pesanan dibuat
rangkap dua untuk dikirim ke pemasok dan untuk arsip apotek.
e. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian BM langsung
memesan barang ke pemasok. Bila ada pesanan mendadak maka

43
bagian pembelian akan melakukan pemesanan melalui telepon dan
surat pesanan akan diberikan pada saat barang diantarkan.
f. Pemasok akan mengantar langsung barang yang dipesan melalui
bagian pembelian BM ke apotek pelayanan yang bersangkutan
disertai dengan dokumen faktur dan SP (surat pesanan). Setelah
dilakukan pengecekan, faktur di entry oleh Apotek Pelayanan
kemudian dikirim ke Business Manager bagian hutang atau
pemasok mengantarkan barang ke gudang BM.
Jika ada perbekalan farmasi yang dibutuhkan segera tetapi tidak
ada persediaan (cito), apotek dapat mengadakan by pass atau
pembelian mendesak ke Banjarmasin. Perbekalan farmasi yang akan di
by pass tidak boleh terdapat pada daftar BPBA tersebut karena jumlah
permintaan menjadi ganda. Selain itu apotek dapat juga melakukan
dropping antar apotek, yaitu permintaan barang antar apotek
(pembelian intern antar apotek Kimia Farma).
Untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, terdapat formulir
khusus SP Narkotika dan Psikotropika, sedangkan untuk pengadaan
obat preskursor menggunakan SP Prekursor. Pengadaan psikotropika
dapat dipesan ke BM Banjarmasin, tetapi untuk pengadaan narkotika
pemesanan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan langsung
kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan (SP) tertentu yang
harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek.
Apotek Kimia Farma juga melakukan pengadaan dengan sistem
konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk kerjasama yang biasanya
dilakukan untuk produk atau obat-obat baru, barang promosi, alat
kesehatan, food supplement. Konsinyasi dilakukan dengan cara
menitipkan produk dari perusahaan kepada Kimia Farma, kemudian
setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak perusahaan untuk
mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini apabila
tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar
adalah barang yang terjual saja.

44
Pengadaan dengan sistem satu pintu yang dilakukan secara
terpusat oleh Business Manager ini memberikan beberapa keuntungan,
yaitu apotek tidak perlu membeli barang dalam kemasan utuh (box);
efisiensi tempat karena apotek pelayanan tidak memerlukan gudang;
efisiensi SDM karena apotek pelayanan dapat meminimalkan tenaga
kerja yang diperlukan untuk mengatur kegiatan pembelian,
penyimpanan, keuangan dan administrasi; penyediaan barang lebih
terkoordinir baik jumlah maupun sistem pembayarannya;
memungkinkan untuk mendapat diskon besar karena pembelian dalam
jumlah banyak; jika terdapat kelebihan barang tertentu dapat dialihkan
ke Apotek Kimia Farma lainnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh
apotek yang bersangkutan serta mengurangi kerugian dan mencegah
terjadinya barang sisa akibat salah peramalan dan kadaluwarsa. Selain
itu dengan sistem terpusat ini Apotek Kimia Farma dapat fokus
menjalankan perannya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan dapat
mengoptimalkan pelayanannya untuk masyarakat.
Pemesanan barang di Apotek Kimia Farma hanya dilakukan
kepada pemasok yang telah mempunyai ikatan kerjasama dengan
Kimia Farma sehingga masuknya obat palsu dapat dicegah. Pemilihan
pemasok dilakukan oleh Bussines Manager dengan
mempertimbangkan mutu barang yang ditawarkan, ketepatan waktu
pengiriman, masa kredit yang panjang, harga yang bersaing serta
potongan harga yang diberikan, serta pemasok tersebut merupakan
agen resmi yang ditunjuk oleh industri farmasi. Penggantian pemasok
yang sudah tidak kompeten harus melalui Business Manager Kimia
Farma.
3.4.2 Penerimaan Barang
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma Batulicin dapat
berasal dari dua sumber yaitu dari gudang BM dan dari distributor.
Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke apotek disertai
faktur, kemudian petugas apotek melakukan pemeriksaan terhadap

45
barang yang diterima meliputi nama, kemasan, jumlah, tanggal
kadaluwarsa, nomor batch dan kondisi barang serta dilakukan
pencocokan antara faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama,
kemasan, jumlah, harga barang, diskon serta nama distributor.
Bila sudah sesuai, penerima barang akan menandatangani,
memberi tanggal penerimaan dan nomor unit penerimaan serta stempel
apotek pada faktur asli dan copy faktur. Faktur asli diserahkan kembali
kepada petugas pengantar barang atau distributor untuk kemudian
dijadikan bukti pada saat penagihan pembayaran. Selanjutnya petugas
apotek mencatat barang yang datang dalam buku penerimaan barang
sesuai faktur. Bila barang tidak sesuai dengan SP atau terdapat
kerusakan fisik maka bagian pembelian akan membuat surat retur dan
mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk
ditukar dengan barang yang sesuai.
3.4.3 Penyimpanan Barang
a. Penyimpanan obat di ruang penyimpanan dan peracikan
Setiap obat dimasukkan dalam sebuah kotak dan disusun
secara alfabetis dalam rak penyimpanan obat. Rak penyimpanan
obat dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi, bentuk sediaan
seperti sediaan padat (tablet dan kapsul), sediaan setengah padat
(salep, krim dan gel), sediaan cair (sirup, larutan, suspensi),
sediaan tetes mata/telinga/hidung, salep mata, inhaler/spray dan
sediaan injeksi serta berdasarkan kelompok obat tertentu seperti
obat generik, antibiotika, obat narkotika dan psikotropika. Selain
itu terdapat pula lemari es untuk menyimpan obat-obat seperti
suppositoria, ovula dan insulin serta terdapat meja untuk menulis
etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum diserahkan kepada
pasien.
Tiap kotak obat diberi identitas berupa nama obat, dosis,
bentuk sediaan dan/atau nama pabrik, juga dilengkapi dengan kartu
stok masing-masing obat untuk mencatat keluar masuknya barang.

46
Setiap pemasukan dan pengeluaran obat/barang harus diinput
kedalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi
tanggal pemasukan/pengeluaran, nomor dokumen, jumlah barang
yang dimasukkan/dikeluarkan, sisa barang, tanggal kadaluarsa,
nomor batch serta paraf petugas.
Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberi penandaan
obat-obatan High Alert dan sticky note berwarna yang bertuliskan
waktu kadaluwarsa obat.
3.4.4 Penyimpanan Obat/Barang di Swalayan Farmasi
Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah
obat/barang yang dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di
swalayan farmasi ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya
beauty care, baby & child care, dll sedangkan untuk obat-obatan
diletakkan secara alfabetis berdasarkan efek farmakologi dan bentuk
sediaan.
3.4.5 Penyimpanan Dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu lima
tahun. Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan
nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila
diperlukan, baik untuk kepentingan pasien maupun untuk pemeriksaan.
Resep yang mengandung narkotika disimpan terpisah, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam pembuatan laporan
penggunaan narkotika. Setelah lima tahun, resep dapat dimusnahkan
dengan cara dibakar dan dibuatkan berita acara pemusnahan resep.

3.5 Pengelolaan Apotek


Apotek Kimia Farma Batulicin memberikan pelayanan setiap hari. Jam
kerja pegawai terbagi dalam 2 shift yaitu shift pagi dimulai dari jam 08.00-
15.00 dan shift siang jam 15.00-22.00. Sebagai apotek pelayanan, kegiatan
utama yang dilakukan meliputi kegiatan kefarmasian baik yang bersifat teknis
maupun non teknis.

47
3.5.1 Penjualan
Penjualan di Apotek Kimia Farma Batulicin meliputi pelayanan
resep dokter secara tunai maupun kredit, penjualan bebas, penjualan
OWA dan penjualan intern Kimia Farma. Untuk resep tunai maupun
kredit, semua barang yang terjual dicatat dalam Laporan Ikhtisar
Penjualan Harian (LIPH).
a. Penjualan obat dengan resep tunai
Pelayanan resep tunai merupakan penjualan obat berdasarkan
resep dokter kepada pasien melalui pembayaran langsung,
prosedurnya yaitu:

1) Resep diterima di bagian penerimaan resep, lalu diperiksa


kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.

2) Diperiksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat


yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga
dan diberitahukan kepada pasien.

3) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat


pada bagian kasir dan dilakukan pula input nama, alamat serta
nomor telepon pasien. Kasir kemudian akan memberikan struk
pembayaran yang tercantum nomor resep dan struk tersebut
juga berfungsi untuk pengambilan obat.

4) Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah


obat yang dibeli. Struk tersebut disatukan dengan salinan
resep/resep asli, kemudian diserahkan ke bagian penyiapan obat
dan peracikan.

5) Tenaga Teknis Kefarmasian di bagian peracikan atau penyiapan


obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep
dibantu oleh juru resep. Setelah obat selesai disiapkan maka
obat diberi etiket dan dikemas.

48
6) Bila resep tersebut diulang (iter) atau obat hanya ditebus
sebagian maka petugas akan membuat salinan resep untuk
pengambilan sisanya. Apabila pasien memerlukan kwitansi
maka dapat pula dibuatkan kwitansi dengan ditulis salinan
resep dibelakang kwitansi.

7) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali oleh


petugas yang berbeda meliputi nomor resep, nama pasien,
kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga dilakukan
pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran
kwitansi.

8) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep.


Pada saat obat diserahkan kepada pasien, apoteker memberikan
informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien. Pemberian layanan informasi obat ini dicatat
dalam buku Layanan Informasi Obat Untuk Pasien dengan
Resep Dokter yang terdiri dari identitas pasien, informasi yang
diberikan oleh dokter dan informasi yang diberikan apoteker.

9) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan


tanggal resep serta disimpan sekurang-kurangnya tiga
tahun.Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib
membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan pada resep
tersebut, sehingga jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung
jawabkanatas pekerjaan yang dilakukan.
b. Penjualan obat dengan resep kredit
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas
pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang
telah mengadakan kerjasama dengan apotek yang sering disebut
Ikatan Kerja Sama (IKS) instansi yang bekerjasama dengan Kimia
Farma Batulicin ialah BPJS, pembayaran dilakukan dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati

49
bersama. Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui faksimili,
telepon, selanjutnya asisten apoteker akan membuat salinan resep
atau pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan
oleh dokter perusahaan. Prosedur pelayanan resep kredit pada
dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada
pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:
1) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya
maka tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh
pasien. Pasien cukup menunjukkan kartu identitas
kepegawaiannya kepada petugas apotek dan memenuhi
administrasinya, kemudian resep langsung dikerjakan oleh
petugas apotek.
2) Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep
diberi nomor urut resep dalam lembar pemeriksaan proses
resep.
3) Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan
pasien pada lembar tanda terima obat.
4) Resep, lembar penagihan, nomor resep, nama pasien dan harga
obat dicatat dalam tanda terima kredit. Tanda terima kredit
tersebut terdiri dari tiga rangkap, masing-masing untuk arsip,
untuk pasien dan untuk penagih.
5) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian
dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan
masing-masing instansi atau perusahaan dan dibuat lembar atau
kwitansi penagihan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh
tempo pembayaran sesuai kesepakatan bersama.
c. Penjualan obat bebas
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari
dokter seperti obat OTC (Over The Counter) baik obat bebas

50
maupun obat bebas terbatas, obat herbal, vitamin dan suplemen,
kosmetika, alat kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi,
makanan dan minuman kesehatan serta produk susu. Penjualan ini
dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Konsumen dapat
memilih dan mengambil sendiri produk yang diperlukannya.
Konsumen juga dapat meminta bantuan petugas penjualan bebas
jika tidak menemukan produk yang diperlukan. Prosedur penjualan
bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pasien (konsumen) mengajukan barang yang akan dibeli tanpa
resep dokter.
2) Petugas melayani permintaan barang dari pasien dan langsung
menginformasikan harga.
3) Setelah harga disetujui, pasien langsung membayar ke kasir.
4) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti
penyerahan struk penjualan bebas.
5) Barang beserta bukti pembayaran struk pembayaran obat bebas
diserahkan kepada pasien.
6) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan
berdasarkan nomor.
d. Penjualan Obat Wajib Apotek melalui UPDS (Upaya Pengobatan
Diri Sendiri)
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras tertentu yang
dapat diserahkan apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep
dokter sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Di
Apotek Kimia Farma Batulicin, pasien yang membeli Obat Wajib
Apotek dipisahkan dalam jenis layanan UPDS (Upaya Pengobatan
Diri Sendiri). Prosedur pelayanan OWA Apotek Kimia Farma
Batulicin adalah sebagai berikut:

1) Pasien menyebutkan obat yang diinginkan.

51
2) Apoteker memeriksa apakah obat yang diminta pasien
termasuk dalam daftar OWA atau tidak.

3) Bila obat termasuk dalam daftar OWA maka Apoteker akan


mencatat nama, alamat atau nomor telepon pasien pada
formulir permintaan OWA (sistem pencatatn ini sekarang tidak
berjalan sehinggan pasien hanya diminta nama dan nomor
telepon untuk data pelanggan). Kasir akan memberi harga dan
pasien membayar harga obat di kasir, kemudian Apoteker akan
menyiapkan dan mengemas obat.

4) Setelah obat disiapkan, Apoteker menyerahkan obat disertai


pemberian informasi tentang obat tersebut.

5) Formulir permintaan OWA dikumpulkan dan digabung dengan


arsip resep tunai setelah dicatat dalam buku khusus.
3.5.2 Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok
untuk masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran barang
selain dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis dalam kartu
stok masing-masing obat. Dari dua data tersebut dapat dicek kecepatan
perputaran barang dan jika ada barang yang hilang. Serta dilakukan uji
petik yaitu uji ambil acak (barang yang paling sering keluar) dilakukan
setiap hari per 10 item untuk mencegah selisih obat antara stok
dikomputer dengan stok fisik obat juga mencegah kehilangan obat,
dengan adanya uji petik dapat ditelusuri lebih awal jika terjadi
kehilangan obat sebelum dilakukan stock opname.
Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberikan penandaan
dengan sticky note berwarna dicatat waktu kadaluwarsa obat dan
dilakukan stock opname setiap tiga bulan sekali dengan cara
menghitung jumlah fisik obat untuk masing-masing item kemudian
dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas, kehilangan

52
barang, barang kadaluwarsa, barang fast moving atau slow moving,
demikian juga barang yang tidak laku.
3.5.3Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma Batulicin meliputi:
a. Pemesanan narkotika
Pemesanan sediaan narkotika dilakukan oleh masing-masing
apotek pelayanan dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan
membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap
empat, yang masing-masing diserahkan kepada Pedagang Besar
Farmasi yang bersangkutan (Surat Pesanan asli dan 2 lembar copy
Surat Pesanan), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. Surat
Pesanan Narkotika ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, nama dan
alamat apotek, nama dan alamat distributor serta stempel apotek.
Satu lembar Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis
narkotika.
b. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau
TTK dengan mencantumkan nomor SIK pada faktur setelah
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika
yang dipesan.
c. Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam
lemari yang terbuat dari kayu yang kuat dan mempunyai kunci
ganda yang dipegang oleh TTK penanggung jawab yang diberi
kuasa oleh APA.
d. Pelayanan narkotika

53
Apotek Kimia Farma Batulicin hanya melayani resep
narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek
Kimia Farma Batulicin sendiri yang belum diambil sama sekali
atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani resep narkotik
yang mencantumkan iter (pengulangan resep).
e. Pelaporan narkotika
Laporan pemakaian narkotika di Apotek KimiaFarma No. 48
Matraman dilakukan setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10
bulan berikutnya. Laporan dibuat rangkap empat dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, SIK,
SIA, alamat apotek dan stempel apotek, kemudian dikirimkan
kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Madya Jakarta Timur
dengan tembusan kepada:
1) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.
2) Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk.
3) Arsip Apotek.
f. Pemusnahan narkotika
Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan atas izin
direksi kemudian mengajukan surat permohonan tentang
pemusnahan narkotika kepada Badan POM. Setelah ijin keluar,
maka dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari seorang
apoteker, asisten apoteker dan petugas dari Badan POM. Kemudian
tanggal pemusnahan tersebut ditentukan dan dibuat berita acara
yang memuat:
1) Nama jelas, sifat dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
2) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun
dilakukan pemusnahan.
3) Nama apoteker pengelola apotek.
4) Nama saksi dari pemerintah dan dari apotek (masing-masing 1
orang).

54
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan dan identitas apotek pengelola apotek dan saksi-
saksi
Selanjutnya berita acara ini dikirim kepada:
1) Badan POM .
2) Balai Besar POM.
3) Kantor Dinas Kesehatan Propinsi.
Acara pemusnahan disaksikan oleh:
1) Satu saksi dari Badan POM.
2) Apoteker Pengelola Apotek setempat.
3) TTK setempat 1 orang.
3.5.4Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma Batulicin
meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika di Apotek Kimia Farma Batulicin
dilakukan ke PBF Kimia Farma atau PBF lain dengan
menggunakan surat pesanan psikotropika yang ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas,
nomor SIK, nomor SIPA dan stempel apotek. Setiap surat pesanan
dapat berlaku untuk lebih dari satu item psikotropika. Surat
pesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke
Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan dan sebagai arsip di
apotek.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma
Batulicin diletakkan di dalam lemari khusus yang terpisah dari
sediaan lain dan terkunci.
c. Pelayanan Psikotropika

55
Apotek Kimia Farma Batulicin hanya melayani resep psikotropika
dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia
Farma Batulicin sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
psikotropika tanpa resep.
d. Pelaporan Psikotropika
Pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma
Batulicin dibuat setiap bulan. Laporan psikotropika memuat nama
apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah
pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan
ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor
surat ijin kerja (SIK), serta stempel apotek dengan tembusan
kepada:
1) Kepala Kantor Dinas Kesehatan.
2) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.
3) Arsip Apotek.
3.5.5Pemusnahan Resep
Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia disebutkan tentang resep sebagai
berikut:
1) Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal
dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-
kurangnya selama 5 tahun.
2) Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan.
3) Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara
lain oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama-sama dengan
sekurang-kurangnya petugas apotek. Berita acara pemusnahan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota.

56
3.6 Pelayanan Non Teknis Kefarmasian
Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia
Farma Batulicin hanya berupa administrasi harian dalam bentuk :
a. Administrasi Resep
Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan kwitansi
dan salinan resep.
b. Administrasi Non Resep
1) Administrasi keuangan
Secara berkala Apotek Kimia Farma Batulicin mempunyai
kewajiban untuk melaporkan Bukti Setoran Kas (BSK) Dibuat oleh
kasir sebagai tanda teri54ma dari APA atas hasil penjualan tunai
pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh
APA.
2) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk
pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah
penjualan OTC, UPDS, HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan
divalidasi oleh APA. Khusus untuk laporan konsinyasi dibuat
terpisah dan dicetak per supplier serta direkap tiap bulan.
3) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)
Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas
kecil (petty cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya
untuk pembayaran listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain.
Laporan ini dibuat oleh bagian administrasi yang ditunjuk dan
diketahui oleh APA, biasanya laporan ini divalidasi tiap 2
minggu.
4) Administrasi barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen
pembelian (faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA), Surat Pesanan (terutama narkotika dan
psikotropika), kartu stok, laporan stock opname dan lain-lain.

57
5) Administrasi SDM
Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan
jadwal kerja, absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja,
cuti dan lain-lain.

3.7 Pelayanan Personalia


Pelayanan ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung dari pasien.
Biasanya terdiri dari obat-obat wajib apotek yang dapat diberikan tanpa
resep dokter atau obat-obat Untuk Pengobatan Diri Sendiri (UPDS),
asisten apoteker terlebih dahulu akan menanyakan keluhan, gejala
penyakit, lama gejala, tindakan pengobatan yang telah dilakukan dan juga
menanyakan nama, umur serta alamat pasien. Pada print-out
pembayarannya ditempelkan formulir UPDS yang kemudian dikumpulkan
dan di arsipkan setiap hari.
1. Tugas dan Wewenang Technical Coordinatory
a. Melakukan Proses Pemesanan Barang Sesuai DKO dan Perhitungan
Kualitas Stok (PSO).
b. Pemenuhan Barang kebutuhan BPJS sesuai Dafar Fornas PRB.
c. Melakukan evaluasi dan laporan Setiap Bulan kepada Pharmacy
Manager Terkait Pengadaan SKU baru dan perputaran barang
terhadap SKU baru minimal 3 bulan setelah pengadaan barang
dilakukan.
d. Pelaporan barang pasif, rusak,dan ED setiap bulan kepada PhM.
e. Pelaporan setiap barang masuk dan keluar (Dropping) atas
sepengetahuan PhM
f. Melakukan laporan mingguan kepada PhM terkait selisih dana
Transaksi
g. Melakukan kontrol terhadap jadwal dinas Karyawan dan Perhitungan
lembur secara akurat.
2. Tugas Wewenang Logistic, Inventory & Merchandising
a. Melakukan proses kontrol dan pencatatan keluar masuk barang.

58
b. Melaporkan data bulanan terkait kendala ketersediaan barang dagang
(termasuk barang pendingan apotek).
c. Menyediakan segala kebutuhan inventaris (apotek dan klinik/praktek
dokter spesialis).
d. Memastikan Apotek selalu dalam keadaan bersih dan nyaman
e. Kontrol terhadap display barang sesuai MQD (Minimum Quantity
Display) apotek.
3. Tugas dan Wewenang Cash & Cashflow
a. Melakukan pencatatan setiap transaksi keuangan apotek.
b. Kontrol dan pelaporan terhadap setiap data keuangan apotek (petty
cash, kas apotek, pendingan transaksi, jasa medik/klinik, dan mini
lab).
c. Melaksanakan entryan voucher biaya apotek setiap minggu yang
diketahui oleh PhM.

59
3.8 Pengenalan Tempat Obat
Penyimpanan obat disusun sesuai alfabetis dan berdasarkan
penggolongan berikut:
1. Berdasarkan bentuk sediaan, meliputi tablet atau kapsul, sirup, obat
tetes, inhaler, sediaan semi solid (salep, krim dan gel) dan obat suntik.
Untuk bahan baku dibedakan menjadi bentuk padat dan bentuk cair.
2. Berdasarkan masa perputaran barang, yaitu:
a. Golongan fast moving, yaitu obat-obat yang paling cepat terjual dan
frekuensi perputarannya cepat.
b. Golongan slow moving, yaitu obat-obat yang frekuensi
perputarannya lambat.
c. Golongan obat tidak laku, yaitu obat-obat yang dalam jangka waktu
enam bulan tidak mengalami perputaran (penjualan atau pembelian).
3. Berdasarkan jenis obat, yaitu:
a. Golongan obat generik berlogo, yang diletakkan di rak tersendiri
untuk memudahkan pengambilan.
b. Golongan obat bebas terbatas, penyimpanannya sebagian lagi
diletakkan di rak obat dalam.
c. Golongan obat keras tertentu, yang diletakkan di lemari khusus yang
tekunci.
d. Golongan obat narkotika, yang diletakkan di lemari khusus yang
terbuat dari kayu dengan ukuran minimal 40x800x100 cm. jika
ukurannya kurang kurang dari ketentuan di atas, maka lemari
tersebut harus menempel pada dinding atau alasnya ditanam di
lantai. Lemari tersebut mempunyai 2 sekat dan masing-masing sekat
harus mempunyai kunci m tersendiri, bagian pertama untuk
menyimpan morfin dan petidin serta garam-garamnya, sedangkan
pada bagian lain untuk menyimpan obat narkotika lain dan untuk
pemakaian sehari-hari.

60
4. Berdasarkan aktivitas farmakologi, yaitu:
a. Golongan obat antibiotika, yang diletakkan di rak tersendiri untuk
memudahkan pengambilan.
b. Golongan obat antidiabetes, yang diletakkan di rak tersendiri untuk
memudahkan pengambilan.
c. Golongan obat antihipertensi dan antiangina, yang diletakkan di rak
tersendiri untuk memudahkan pengambilan.
d. Berdasarkan kestabilan obat atau golongan obat-obat termolabil,
tempat penyimpanannya dalam lemari pendingin dan suhu lemari
pendingin harus selalu dicek.
e. Untuk obat-obat bebas dan alat-alat kesehatan disimpan berdasarkan
kegunaanya di tempat penjualan (swalayan farmasi) yang berada di
dekat kasir dan ditata secara rapi, serta menarik.

61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi dan Lay Out


Apotek Kimia Farma Batulicin adalah apotek yang berada di Jalan
Transmigrasi Bersujud RT 11 RW 03 Desa Bersujud Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Tanah Bumbu. Dilihat dari lokasinya Apotek Kimia Farma
Batulicin terletak di lokasi yang strategis dan mudah diakses karena terletak
di tepi jalan besar yang memiliki dua arah, cukup ramai, banyak dilalui oleh
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Tidak hanya strategis dari segi
letaknya yang berada di tepi jalan raya, kemudahan akses menuju apotek
merupakan faktor penting sehingga pelanggan mudah untuk datang ke
apotek. Lokasi Apotek Kimia Farma ini diperjelas dalam keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang sarana dan prasarana menurut
standar pelayanan kefarmasian di apotek, dalam keputusan menteri ini
disebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenal dan
dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Lay out apotek secara umum, sarana yang terdapat di Apotek Kimia
Farma Batulicin sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek
dimana apotek terdiri atas dua lantai yang dilengkapi dengan tempat parkir
yang cukup luas. Lantai I merupakan apotek sebagai sarana farmasi dan
lantai II yang belum digunakan untuk fasilitas lainnya. Lay out apotek terdiri
dari pelayanan depan dan belakang. Pelayanan depan terdapat swalayan
farmasi. Pelayanan belakang merupakan tempat praktek dokter anak, kantor
Pharmacy Manager (PhM) serta sarana lainnya seperti musholla, toilet,
gudang penyimpanan obat, ruang tunggu pasien, serta sarana bermain anak-
anak. Pelayanan di bilik racik apotek terdapat ruangan persediaan obat, ruang
peracikan, ruang penyerahan obat, dan ruang KIE. Bagian pelayanan depan
dengan mudah dilihat oleh konsumen yang datang, swalayan farmasi dan non

62
farmasi dengan mudah dilihat. Tata letak pada swalayan farmasi disusun
sedemikian rupa berdasarkan kategori tertentu seperti beauty care, personal
care, medicine, vitamin and mineral, topical, first aid, paper produk and
diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement. Pada
setiap kategori yang telah ditentukan tersebut produk juga disusun
berdasarkan jenis produk dan abjad dari produk itu sendiri. Penyusunan
barang menurut kategori ini dimaksudkan untuk memudahkan konsumen
dalam mencari dalam mencari dan memilih barang yang diperlukan atau
yang akan dibeli.
Swalayan farmasi berisi obat-obat OTC, suplemen, kosmetik,
vitamin, susu serta gula rendah kalori, food and snack. Produk-produk yang
dipajang pada swalayan farmasi terutama nya pada end gondola merupakan
produk-produk kimia farma sedangkan pada wall gondola 1, 2 dan 3
merupakan produk yang sedang dalam masa promosi atau produk-produk
yang melakukan kerja sama (konsinyasi) dengan Kimia Farma Apotek
seperti produk Wellness, nutri health, sea-quill, dan Nutrimax. Namun pada
beberapa produk ini tidak diberi label harga, sehingga agak menyulitkan
konsumen untuk mengetahui harga barang-barang tersebut. Selain itu,
kehilangan atau ketidaksesuain jumlah stok barang yang diletakkan di
gondola swalayan pada sistem POS juga kerap terjadi. Apotek Kimia Farma
Batulicin tidak hanya melayani penjualan obat-obat OTC tetapi juga
melayani pelayanan resep dokter, resep tunai, resep kredit berupa BPJS
(PRB), dan swamedikasi yang dikenal sebagai Upaya Penyembuhan Diri
Sendiri (UPDS). Pasien yang ingin menebus resep obat dapat menyerahkan
resepnya pada apoteker ataupun tenaga teknis kefarmasian, kemudian
apoteker ataupun tenaga teknis kefarmasian akan melakukan pengecekan
ketersediaan obat dan harga obat-obat tersebut. Apabila pasien setuju dengan
harga yang diinformasikan oleh kasir maka penyiapan obat baru akan
dilakukan. Bagian ini tampak jelas dan mudah terlihat karena diberi penanda
“Penerimaan Resep” di bagian atasnya. Sudut lain dari meja kasir yang
berbentuk L terdapat meja khusus yang digunakan apoteker untuk melayani

63
konseling obat kepada pasien. Namun, adanya keterbatasan sumber daya
manusia maka pelayanan konseling di Apotek Kimia Farma Batulicin saat ini
belum terlaksana karena baru memiliki dua orang apoteker pendamping dan
dua orang tenaga teknis kefarmasian yang bekerja shiff, yaitu pagi dan siang
secara bergantian jadwal, sehingga pasien tidak dapat berkonsultasi kepada
apoteker setiap saat.

Gambar 4.1 Area Swalayan

Area swalayan dan ethical dibatasi oleh meja kasir dan meja
konsultasi apoteker. Area ini berada paling belakang dari pintu masuk apotek
sehingga konsumen yang datang untuk menebus resep akan melewati area
swalayan terlebih dahulu sebelum masuk area ethical. Area ethical dibuat
lebih kecil daripada area swalayan karena tidak memerlukan pemajangan
yang luas. Pada area ini juga terdapat tempat peracikan obat. Tempat
peracikan terletak di bagian samping tempat penyimpanan obat. Ruangan
peracikan obat dilengkapi dengan rak-rak yang digunakan untuk menyimpan
obat, timbangan, blender, lumpang dan alu, bahan baku, dan alat-alat lainnya
yang digunakan untuk meracik. Wastafel terletak di sudut ruangan digunakan

64
untuk mencuci peralatan meracik yang telah digunakan. Pada area ethical,
terdapat lemari penyimpanan obat. Obat-obatan yang disimpan dalam lemari
ini disusun berdasarkan pareto, kelas terapi atau farmakologi, bentuk sediaan,
golongan obat yang kemudian diberi label yang berbeda ditandai dengan
perbedaan warna dari pareto, tiap kelas terapi atau farmakologi, tiap bentuk
sediaan, serta golongan obatnya. Kemudian obat-obat yang berada dalam
penyimpanan yang sesuai dasar penyusunannya diurutkan secara alfabetis
dan berdasarkan kekuatan obat tersebut. Hal ini juga dimaksudkan agar
apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan resep
dapat dengan mudah mencari dan mengambil obat-obat yang dibeli oleh
pasien, sehingga dapat lebih mengefisienkan waktu pelayanan.
Obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan di lemari khusus
yang selalu terkunci, obat golongan ini hanya dapat ditebus oleh pasien yang
memiliki resep asli serta fotocopy KTP. Transaksi pembelian dan penyerahan
obat golongan narkotika dan psikotropika terdokumentasi dengan baik dan
dilaporkan secara berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melalui
pelaporan SIPNAP yang harus dilaporkan sebelum tanggal 10 tiap bulannya.

Gambar 4. Lemari Penyimpanan Obat Narkotik & Psikotropik

Pengelompokan produk pada Apotek Kimia Farma Batulicin telah


dilakukan dengan baik. Setiap produk dipajang pada sarana display yang
tepat dan sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek. Produk yang ada
di apotek telah disusun berdasarkan jenis dan kategori produknya, baik itu

65
produk obat-obatan, alat kesehatan, maupun produk lainnya. Penyusunan
pada tiap kategori juga telah dilakukan dengan baik seperti penyusunan
produk yang diurutkan berdasarkan abjad dan bentuk sediaan.
Penandaan obat-obat yang tersedia di Apotek Kimia Farma juga
meliputi kategori dan tahun kadaluarsa obat. Penandaan ini dilakukan dengan
penempelan stiker tiap tahunnya, untuk tahun yang mendekati masa
ekspaired. Penandaan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa obat yang
diserahkan kepada pasien memenuhi persyaratan. Tempat peracikan terletak
di bagian samping tempat penyimpanan obat. Ruangan peracikan obat
dilengkapi dengan rak-rak yang digunakan untuk menyimpan timbangan,
blender, mortir dan stamper, dan alat-alat lainnya yang digunakan untuk
meracik. Wastafel terletak di sudut ruangan digunakan untuk mencuci
peralatan meracik yang telah digunakan. Bagian atas meja peracikan terdapat
rak-rak yang digunakan untuk menyimpan buku standar apotek seperti ISO,
Farmakope, serta penyimpanan berkas-berkas pelaporan lainnya.

4.2 Sumber Daya Manusia


Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek Kimia Farma
Batulicin, APA dibantu oleh dua orang apoteker pendamping, dan dua orang
tenaga teknis kefarmasian. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian juga telah
memenuhi persyaratan pada kriteria-kriteria pelayanan yang baik meliputi:
persyaratan administrasi seperti memiliki STRA dan STRTTK, SIPA dan
SIPTTK, sertifikat kompetensi yang masih berlaku; berpenampilan
profesional, sehat, bersih, rapi; menggunakan atribut praktik seperti baju
praktik, tanda pengenal, dan bersepatu yang mana semuanya telah tercantum
pada standar operasional prosedur (SOP) yang ada di Apotek Kimia Farma
Batulicin. Apotek Kimia Farma Batulicin buka selama 15 jam setiap harinya,
dari hari senin sampai minggu. Sumber daya manusia di apotek dibagi dalam
dua shiff jam kerja, yaitu shiff I pada jam 08.00- 15.00 WITA, dan shiff II
pada jam 15.00-22.00 WITA.

66
67
4.3 Sarana dan Prasarana Apotek
Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian yang ada di Apotek
Kimia Farma Batulicin sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sarana dan prasarana Apotek Kimia Farma Batulicin
terdiri dari sarana pelayanan berupa ruang praktek dokter, ruang penerimaan
resep dan penyerahan obat, ruang konseling dan ruang administrasi. Sarana
penyimpanan berupa ruang penympanan obat, gudang obat, ruang
penyimpanan berkas pencatatan dan pelaporan, ruang penyimpanan buku
standar yang berhubugan dengan apotek seperti ISO, MIMS, dan DPHO serta
alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan
resep. Sarana peracikan serta sarana pengemasan kembali. ruang tunggu,
wastafel tempat pencucian obat, musholla dan toilet yang dilengkapi dengan
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, CCTV
ruangan, media informasi seperti pada televisi dan poster yang ditampilkan
pada sisi ruangan, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi
syarat higienis serta memiliki penandaan yang jelas atau spesifik, serta setiap
keamanan dan kebersihan ruangan dilakukan dengan penetapan standar
operasional apotek (SOP) yang ditempel pada tiap sisi ruangan tertentu.
Apotek Kimia Farma Batulicin juga memiliki papan nama yang memuat
nama apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA, alamat
dan nomor telepon apotek.
Selain bangunan yang memenuhi syarat, Apotek Kimia Farma
Batulicin juga memiliki perlengkapan antara lain alat pengolahan dan
peracikan seperti timbangan, mortar dan stamper, gelas ukur, blender,
perlengkapan penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari
pendingin, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, buku
standar yang berhubugan dengan apotek seperti ISO, MIMS, dan
FARMAKOPE INDONESIA serta alat administrasi seperti blanko pesanan
obat, faktur, kuitansi, etiket dan salinan resep. Tempat penympanan obat
terletak di bagian belakang counter penerimaan resep dan penyerahan obat.
Dalam ruangan ini terdapat rak-rak kayu yang di dalamnya terdapat obat-obat

68
yang disusun menurut abjad dan dikelompokkan menurut bentuk sediaan
serta kelompok sub terapinya. Untuk obat pareto dan obat kimia farma
diletakkan di rak terpisah dengan obat yang lain dan diletakkan dekat dengan
bagian counter karena obat-obat tersebut perputarannya yang cepat,
sedangkan untuk obat narkotik dan psikotropika diletakkan di lemari khusus
sesuai dengan persyaratan yang dipasang pada dinding, namun pada lemari
terebut juga menyimpan obat-obat tertentu atau prekursor, terdapat pula
lemari pendingin untuk menyimpan obat obat seperti ovula dan insulin serta
terdapat meja untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum
diserahkan kepada pasien. Di bagian meja ini terdapat rak untuk meletakkan
buku defekta, blanko bon permintaan barang apotek, salinan resep, kuitansi,
buku pemesanan, buku dropping masuk dan keluar, dan buku-buku tertentu.
Suhu dan kelembaban ruang juga dijaga sangat baik di Apotek Kimia Farma
Batulicin agar tidak mempengaruhi stabilitas obat serta menjagan kenyaman
pelayanan pada pasien.

4.4 Pengelolaan Apotek


Berbagai kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan di sarana pelayanan kesehatan pada Apotek Kimia Farma
Batulicin, meliputi :
4.4.1 Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan
Perencanaan pengadaan barang di apotek ini dilakukan
berdasarkan buku defekta dari bagian pelayanan resep dan penjualan
OTC atau swalayan farmasi. Perencanaan ini dilakukan setiap sabtu
dengan mencatatnya di buku defekta dan menuliskannya kembali
pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang kemudian
dikirimkan pada unit BM Banjarmasin. Perencanaan bertujuan untuk
menentukan jenis, jumlah, dan waktu pemesanan sehingga mencegah
terjadinya kekosongan, kekurangan, atau kelebihan persediaan
farmasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan perencanaan
persediaan farmasi di Apotek Kimia Farma Batulicin persediaan

69
barang atau stok, harga barang, pola konsumsi masyarakat, pola
penyakit, sistem pareto, dan pola penulisan resep oleh dokter. Data-
data historis tersebut dapat dirujuk berdasarkan data penjualan di
sistem POS setiap produk pada bulan sebelumnya. Persediaan farmasi
yang sudah atau akan habis diperiksa tiap minggunya dan dicatat
dalam buku defekta untuk kemudian diproses dan segera dilakukan
pengadaan.
Pada siklus pengadaan antara lain, meliputi : pengkajian
seleksi obat, menentukan jumlah yang dibutuhkan, menyesuaikan
kebutuhan dengan dana, memilih metode pengadaan, memilih
distributor, menetapkan persyaratan kontrak, memonitor pesanan,
menerima dan memeriksa obat-obatan, pembayaran, mendistribusikan
dan laporan pemakaian. Pengadaan barang di Apotek mengikuti
sistem yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek melalui
Bisnis Manajer (BM). Pemesanan barang untuk Apotek Kimia Farma
Batulicin dilakukan melalui BM Banjarmasin. BM berfungsi
melaksanakan pengadaan, dan pendistribusian barang untuk outlet-
outlet yang berada di wilayahnya. Sistem tersebut akan meningkatkan
efisiensi dalam hal pengadaan barang dan dapat memberikan
keuntungan dari potongan harga yang diperoleh dari distributor
karena pengambilan barang dalam jumlah besar.
Barang-barang yang dibutuhkan oleh apotek dicatat dalam buku
defecta kemudian disalin dalam Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA). Bagian gudang BM Banjarmasin akan memeriksa
persediaan barang. Jika barang yang dipesan oleh apotek pelayanan
tersedia, akan dilakukan dropping barang tersebut oleh BM ke apotek
yang bersangkutan. Jika barang yang dibutuhkan oleh apotek tidak
tersedia, bagian pembelian BM akan melakukan pemesanan ke
distributor. Pemesanan barang tersebut diproses kurang lebih 1
minggu setelah pemesanan. Dengan adanya koordinasi antara apotek
Pelayanan Kimia Farma, maka jumlah daftar penolakan resep pasien

70
karena tidak tersedianya obat dapat diminimalkan. Untuk pengadaan
narkotika dan psikotropika serta OOT dan Preskursor, apotek Kimia
Farma Batulicin melakukan pemesanan melalui BM yang ditujukan
kepada PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pemesanan
khusus narkotika yang ditandatangani oleh APA yang bertugas di
Apotek Kimia Farma Batulicin. Barang yang tidak sesuai dengan SP
(surat pesanan) atau terdapat kerusakan fidik maka bagian pembelian
akan membuat surat retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF
ynag bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai. Teknis
pengadaan merupakan penentu utama dari ketersediaan obat dan total
biaya kesehatan.
4.4.2 Penerimaan dan Penyimpanan
Penerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan
atau penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan
menggunakan “chrecklist” yang sudah disiapkan untuk produk.
Setelah barang datang di apotek, petugas Apotek Kimia Farma
Batulicin akan terlebih dahulu mencek pada surat jalan untuk
mengetahui tujuan barang pengiriman tersebut, kemudian melakukan
pengecekan berupa kebenaran jumlah kemasan, kondisi kemasan,
jumlah satuan dalam tiap kemasan yang tidak bersegel, tidak terlihat
tanda-tanda kerusakan, nomor batch, serta jangka waktu kadaluarsa,
jika sudah sesuai selanjutnya barang akan dimasukkan ke rak
penyimpanan masing-masing. Kemudian faktur akan di entry
dicocokkan pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dan
kemudian di entry pada sistem oleh bagian technical coordinatory.
Pengadaan barang yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma
Batulicin telah dilakukan dengan cukup baik, namun adakalanya tetap
terjadi kekosongan barang di apotek yang menyebabkan konsumen
tidak bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan. Penyimpanan
harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Metode penyimpanan pada Apotek Kimia Farma Batulicin

71
di lakukan berdasarkan kelaas terapi, bentuk sediaan dan alfabetis
dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) disertai
sistem informasi manajemen.
4.4.3 Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan pasien. Pendistribusian obat pada Apotek
Kimia Farma Batulicin yaitu dengan Bisnis to Bisnis berupa
pelayanan Engross yang mana pihak apotek bekerjasama dengan
perusahaan dalam pembelian obat-obatan untuk didistribusikan lagi
oleh perusahan ke costumer (karyawan) dan dengan Bisnis to
Costumer yang berupa penjualan bebas (Hand Verkoop – HV) dan
pelayanan swalayan farmasi seperti obat bebas, obat bebas terbatas,
perlengkapan bayi, kosmetik, alat kesehatan, suplemen, vitamin, susu,
perawatan kulit, kosmetik, herbal health care, alat kontrasepsi,
perlengkapan laboratorium dan perbekalan farmasi lainnya yang
dapat dibeli tanpa resep dokter, pelayanan Obat Wajib Apotek melalui
UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) juga melakukan pelayanan
resep kredit berupa BPJS pada program Pasien Rujuk Balik (PRB)
dan resep dokter praktek, bukan hanya itu, diapotek Kimia Farma
Batulicin juga melakukan pelayanan resep narkotika dan psikotropika.
Dimana pada pelayanan resep narkotika dan psikotropika sebagai
tenaga teknis kefarmasian harus memperhatikan resep yang
diserahkan oleh pasien dan memastikan resep tersebut adalah resep
asli dari dokter. Resep yang diterima harus mencantumkan nama
dokter, alamat, nomor SIP (Surat Izin Praktik), serta nama dan alamat
pasien secara lengkap. Pasien yang ingin mengambil obat dengan
resep tersebut wajib melampirkan ktp. Resep tersebut harus
dipisahkan penyimpanannya, dan dibawah nama obatnya harus diberi
tanda merah. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya, maka harus
dibuat salinan resepnya dan hanya dapat ditebus kembali di apotek

72
yang sama. Pengadaan dan penyerahan obat-obat narkotika harus
dilaporkan setiap bulannya.
4.4.4 Penghapusan dan Pemusnahan
Sediaan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar
yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan
sediaan farmasi harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur
pemusnahan obat hendaklah dibuat yanng mencakup pencegahan
pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di
kalangan orang yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan
dimusnahkan supaya disimpan terpisah dan dibuat daftar yanng
mencakup jumlah dan identitas produk. Penghapusan dan
pemusnahan obat baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain
harus didokumentasikan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4.4.5 Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok
untuk masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran
barang selain dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis
dalam kartu stok masing-masing rak obat. Dari dua data tersebut
dapat dicek kecepatan perputaran barang dan jika ada barang yang
hilang. Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberikan penandaan
dalam bentuk stiker berwarna untuk mengetahui waktu kadaluarsa
obat dan dilakukan stock opname setiap tiga bulan sekali dengan cara
menghitung jumlah fisik obat untuk masing-masing item kemudian
dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas, kehilangan
barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving,
demikian juga barang yang tidak laku.
4.4.6 Pencatatan dan Pelaporan
Proses administrasi di Apotek Kimia Farma Batulicin dilakukan

73
secara komputerisasi yaitu dengan sistem POS (Point Of Sale) untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan apotek. Sistem ini juga
membantu apotek untuk mencegah maupun mengatasi masalah yang
mungkin baru diketahui setelah obat diserahkan ke pasien dimana
sistem komputer pada kasir mengharuskan petugas memasukkan
nama dan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi sebelum
melakukan pencetakan struktur pembayaran. Walaupun telah
diterapkan dalam sistem komputerisasi namun masih perlu adanya
pengendalian untuk informasi jumlah persediaan obat seperti
melakukan uji petik setiap harinya minimal 10 obat yang dikatakan
paling sering keluar atau perputaran obat yang cepat. Uji petik sendiri
dilakukan secara manual, untuk menyesuaikan stok yang fisik dengan
stok pada sistem POS. Hal ini dilakukan untuk mencegah atau
mengantisipasi kesalahan pada sistem komputerisasi dan
memudahkan dalam stok opname.
Pelaporan yang dilakukan apoteker telah sesuai dengan yang
dipersyaratkan bahwa untuk narkotika dan psikotropika dilakukan
setiap akhir bulan selambat-lambatnya tanggal 10 melalui SIPNAP
dan laporan dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan setempat dan arsip Kimia Farma
Apotek.

4.5 Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No.48 terdiri dari pelayanan
penjualan bebas, resep dokter, resep tunai, resep kredit, dan swamedikasi
yang dikenal sebagai Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS). Pada
pelayanan resep kredit, untuk pembelian dan pembayarannya berdasarkan
kerjasama serta perjanjian yang disetujui antara apotek dengan instansi atau
perusahaan tertentu. Namun pada Apotek Kimia Farma Batulicin belum ada
pelayanan pelayanan resep kredit tersebut melainkan Apotek Kimia Farma

74
Batulicin melayani resep BPJS dengan Program Rujuk Balik (PRB). Alur
resep yang datang di Apotek Kimia Farma Batulicin yaitu resep yang dibawa
oleh pasien diterima apoteker atau tenaga teknis kefarmasian, kemudian
resep di skrinning untuk melihat persyaratan administrasi berupa nama
dokter, alamat praktek dokter, paraf dokter, nama pasien, umur, obat yang
diminta, signa dan lain-lain, kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk
sediaan, dosis, potensi dan lain-lain, dan pertimbangan klinis yang meliputi
interaksi, alergi, efek samping dan lain-lain. Setelah dinyatakan resep sah dan
lengkap, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap persediaan obat dan
dihargai, kemudian apoteker atau tenaga teknis kefarmasian menanyakan
kepada pasien terkait harga yang harus dibayar jika pasien telah setuju, maka
obat langsung disiapkan. Guna memperkecil kesalahan dalam pelayanan
resep maka dilakukan proses pemeriksaan obat sebelum diserahkan ke
pasien. Pengecekan ini dilakukan lebih dari 1 orang bertujuan untuk
menghilangkan kesalahan penyerahan obat. Pemeriksaan tersebut meliputi
pemeriksaan terhadap nama obat, jumlah, penandaan etiket, permintaan
salinan resep dan kuitansi sehingga pasien menerima obat sesuai dengan
yang diresepkan baik jenis, sediaan, jumlah, maupun aturan penggunaannya.
Tahap selanjutnya adalah penyerahan obat oleh apoteker bersamaan dengan
informasi obat berupa obat yang diberikan, aturan pakai, waktu minum,
durasi, efek samping, interaksi obat dan waktu penyimpanan obat.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di Apotek Kimia Farma Batulicin
ini masih kurang optimal, hal ini disebabkan adanya keterbatasan tenaga dan
waktu apoteker yang tersedia. Pada umumnya, petugas yang bekerja sudah
melayani dengan baik, ramah, sigap dan mau membantu mengatasi kesulitan
pelanggan. Selain itu, petugas juga cukup informatif dalam melayani
pelanggan, berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan cepat
tanggap dalam mengatasi keluhan konsumen. Keadaan ini harus terus
dipertahankan dan jika mungkin ditingkatkan.

75
76

Anda mungkin juga menyukai