Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DALAM PENURUNAN


COVID-19

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Semester Ganjil Tahun Ajaran 2020-2021

Dibimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A, M. Pd.

Disusun oleh:
1. Adienda Safira Nurmalasari (181910145)
2. Almira Oktapazia (181910147)
3. Syahla Nuranisa (181910178)

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KARAWANG


KELAS XII MIPA 5
TAHUN 2021
ABSTRAK
Tahun 2020 menjadi tahun dimana terjadi kepanikan dengan masalah pendidikan,
kesehatan, dan penurunan atau krisis ekonomi yang melanda. Hal ini terjadi karena
salah satu penyakit yang disebabkan oleh Virus yang tengah memorak porandakan
negara kita. Virus ini diketahui dapat menyebabkan sesak napas, kejang-kejang
bahkan yang paling mengerikan yaitu kematian. Kasus kematian yang terkonfirmasi
setiap harinya semakin bertambah. Virus ini diidentifikasi pertama kali pada akhir
tahun 2019 di Wuhan, China. Kekhawatiran terhadap merebaknya virus ini tentu ada,
pemerintah juga tidak tinggal diam dalam menangani kasus pandemi yang sangat
berbahaya ini, berbagai macam upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi
dan memerangi penyebaran Corona virus seperti pemberlakuan kebijakan
Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB). Pemberlakuan kebijakan Pembatasan
Sosial Berkala Besar (PSBB) tersebut menghimbau mayarakat untuk tetap berada
dirumah namun masih bisa beraktivitas akan tetapi sedikit dibatasi, dibatasi disini
seperti kegiatan diluar rumah dan tempat-tempat keramaian.
Kata Kunci: Covid-19, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

ABSTRACT
2020 is the year when there is panic with problems in education, health, and the
decline or economic crisis that hit. This happens because of a disease caused by a
virus that is ravaging our country. This virus is known to cause shortness of breath,
convulsions and even the most terrible of which is death. The number of confirmed
cases of death increases every day. This virus was first identified at the end of 2019 in
Wuhan, China. Concerns about the spread of this virus of course exist, the
government also does not remain silent in handling this very dangerous pandemic
case, various efforts have been made by the government to reduce and combat the
spread of the Corona virus such as the implementation of the Large-Periodic Social
Restriction (PSBB) policy. The implementation of the Large Periodic Social
Restriction (PSBB) policy urges the public to remain at home but still be able to carry
out activities but are slightly restricted, restricted here such as activities outside the
home and crowded places.
Keywords: Covid-19, Large-Scale Social Restrictions (PSBB).
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH

Penerapan Protokol Kesehatan Dalam Penurunan Covid-19

Nama NIS Tanda Tangan

Adienda Safira Nurmalasari 181910145 .......................


Almira Oktapazia 181910147 ..…………….
Syahla Nuranisa 181910178 ……………...

Mengetahui,

Wakasek Kurikulum, Maret 2020 Guru Pembimbing, Maret 2020

Widada, M. Pd. Drs. H. Ucu Jamaludin A., M. P


NIP 196509 198901 1 002 NIP 19650618 199802 1001

Disahkan, Maret 2020

Kepala Sekolah,

Drs. Dwi Setyono Agus., HS, M. Pd


NIP 19600815 1984132 1 003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Penerapan Protokol
Kesehatan Dalam Penurunan Covid-19” dengan penuh keyakinan serta usaha
maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif
bagi kita semua. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami ucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini
terutama kepada:

1. Bapak Drs. Dwi Setyono Agus HS, M.pd. selaku Kepala SMA Negeri 1
Karawang yang telah menyetujui dan mengesahkan makalah ini;
2. Bapak Widada M.pd. selaku wakasek kurikulum yang telah mengizinkan
penggunaan fasilitas sekolah terhadap kebutuhan dalam penyusunan dan
menyetujui hasil penyelesaian pada makalah ini;
3. Bapak H. Ucu Jamalludin Abdurohman, M.pd. yang telah membimbing dan
menyetujui dakam upaya tercapainya penyelesaian makalah ini;
4. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir, yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.

Karawang, 2020

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK/ABSTRACT..................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH....................................................................................iiiii

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ivv

DAFTAR ISI...................................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah.............................................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................2

1.4. Landasan Teori..................................................................................................................2

1.5. Hipotesis............................................................................................................................2

1.6. Manfaat.............................................................................................................................3

1.7. Sistematika Penulisan.......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................10

3.1. Berita Utama...................................................................................................................10

3.2. Sebab Terjadinya Peristiwa.............................................................................................12

3.3. Akibat Terjadinya Peristiwa............................................................................................13

BAB IV PENYELESAIAN...........................................................................................................14

Bab V PENUTUP..........................................................................................................................19

5.1. Simpulan.........................................................................................................................19

5.2. Saran................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

LAMPIRAN..................................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Namun yang
terjadi di Indonesia saat ini adalah maraknya penyakit Covid-19 yang
disebabkan oleh virus corona yang mampu mengakibatkan kematian. Virus ini
terdeteksi muncul pertama kali di Wuhan China pada bulan Desember 2019.
Virus corona merupakan virus yang menyerang saluran pernapasan dan
menyebabkan demam tinggi, batk, flu, sesak napas, serta nyeri tenggorokan.1
Penyebaran virus ini sangatlah cepat hingga memakan banyak
nyawa di berbagai negara. Awal mulanya, warga Indonesia yang positif terkena
virus corona hanya 2 orang, namun penyebaran virus ini sangat cepat sehingga
setiap hari ada orang yang terkena atau terjangkit virus ini. Hingga pemerintah
mengambil keputusan untuk mempersiapkan rumah sakit daerah sebagai rumah
sakit rujukan bagi setiap orang yang terjangkit Covid-19.
Akibat dari maraknya virus corona ini mengakibatkan berbagai hal yang
baru hampir dikerjakan dari rumah, baik sekolah, kuliah, bekerja ataupun
aktivitas yang lainnya. Bahkan tempat beribadah pun sebagian telah ditutup
demi mengurangi penyebaran virus corona ini. Berbagai cara telah dilakukan
oleh pemerintah, seperti physical distancing (jaga jarak), lock down, bahkan
di beberapa daerah pun telah diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala
besar). Namun masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan
tersebut hingga akhirnya penyebaran virus ini berjalan sangat cepat.
Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang intensif mengenai virus
corona serta cara menanggulanginya agar angka penyebaran tidak semakin
meningkat. Mengingat banyak sekali masyarakat yang masih meremehkan
adanya virus corona ini serta belum tersedianya vaksin yang dapat membantu

1
Adityo, S. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.
2020, hlm 25.
kesembuhan pasien karena masih dalam pencarian dan penelitian oleh para ahli.
Sehingga perlu untuk dikaji lebih dalam mengenai permasalahan enanggulangan
dan pencegahan Covid-19 ini.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian tersebut, masalah yang akan dijadikan fokus penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1. Mengapa protocol kesehatan dapat menjadi salah satu upaya dalam
pencegahan penularan covid-19?
1.2.2. Bagaimana protokol kesehatan berperan dalam penangangan penularan
droplet dalam penyebaran virus covid-19?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui peranan protokol kesehatan terhadap penanganan
penularan droplet dalam penyebaran virus covid-19.
1.3.2. Untuk mengetahui dampak yang diberikan oleh protokol kesehatan dalam
pencegahan penularan virus covid-19.
1.4. Landasan Teori
Beberapa teori yang dijadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah,
sebagai berikut:
1.4.1. Corona virus
1.4.2. Penyebaran virus
1.4.3. Masker
1.4.4. Mencuci tangan
1.4.5. Social distancing
1.4.6. Alasan corona virus menjadi pandemic
1.5. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang akan dijadikan fokus penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.5.1. Protocol kesehatan dapat menjadi salah satu upaya dalam pencegahan
penularan covid-19.
1.5.2. Protokol kesehatan berperan dalam penangangan penularan droplet dalam
penyebaran virus covid-19.
1.6. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1.1. Dapat menambah pengetahuan mengenai jenis penularan dan proses
penyebaran virus covid-19
1.2. Dapat mengetahui protokol kesehatan yang menjadi salah satu solusi
pencegahan penyebaran virus covid-19
1.3. Menjadi acuan bagi masyarakat terhadap pentingnya penerapam protokol
kesehatan dalam menghadapi penularan virus covid-19
1.4. Menjadi antisipasi dalam kemungkinan penyebaran virus di masa pandemi.

1.7. Sistematika Penelitian


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Landasan Teori
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Sistematika Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corona virus


2.2 Sejarah corona virus
2.3 Protokol kesehatan
2.4 Masker
2.5 Cuci tangan
2.6 Social distancing
2.7 Alasan corona virus menjadi pandemi
2.8 Penyebaran virus covid-19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Berita Utama


3.2. Sebab Terjadinya Peristiwa
3.3. Akibat Terjadinya Peristiwa

BAB IV PENYELESAIAN

4.1. Penyebab Peningkatan Klaster Covid-19 di Pekantoran DKI Jakarta


4.2. Peranan Protokol Kesehatan dalam

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Simpulan
5.2. Saran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corona virus


Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek
hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru
yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19. Penyakit ini merupakan
penyakit yang menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan.  Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal
sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak
negara di seluruh dunia.2
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV- 2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang
lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-
anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi
virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama
kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
2
Harirah, Z., & Annas, R. Merespon Nalar Kebijakan Negara Dalam Menangani Pandemi
Covid-19 di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia. 2020, hlm 42.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama,
yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS
dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan
unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus
NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute
Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).3

Gambar 1
Sumber: www.google.com

2.2 Sejarah corona virus

3
Adityo Susilo et al., “Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini,” Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia 7, no. 1 (2020): 45.
Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih
berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah
asal atau transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang
pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya belum memberikan
gambaran utuh tentang virus ini. Kesimpulan sejauh ini, analisis para ahli
menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup di daerah bersuhu rendah
dan kering walaupun virus ini juga mewabah di negara-negara dengan kondisi
suhu dan kelembaban udara yang sebaliknya. Virus ini juga lebih rentan
menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut. 4
Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh
dan seorang bayi juga meninggal karena Covid-19. Rangkaian peristiwa
pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk menemukan antivirus ini
secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum memberikan hasil sesuai
harapan. Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak
asing di telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama
kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China
melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Pada
pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di
China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang
penyebabnya tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-
paru itu terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.5
Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang
beroperasi di Pasar Ikan Huanan. Seiring waktu, penelusuran menyebutkan,
kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-
37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang
dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember. Hanya saja, informasi

4
Latip, Abdul. Peran Literasi Teknologi dan Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak Jauh di
Masa pandemi Covid-19. Jurnal Edukasi dan Teknologi Pembelajaran. 2020, hlm 109.

5
Ibid, hlm 111.
tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-negara yang memberikan
informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut.
Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis
The Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang
merawat beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi
pertama yang diketahui pada 1 Desember 2019. Informasi awal mula
munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember,
dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan
demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan
virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory
syndrome/SARS).
2.3 Protokol kesehatan
Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh
segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-
19 ini. Protokol kesehatan dibentuk dengan tujuan agar masyarakat tetap dapat
beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan keamanan atau kesehatan
orang lain. Jika masyarakat dapat mengikuti segala aturan yang tertera di
dalam protokol kesehatan, maka penularan COVID-19 dapat diminimalisir.
Protokol kesehatan terdiri dari beberapa macam, seperti pencegahan dan
pengendalian.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol kesehatan
pencegahan dan pengendalian secara spesifik melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang
Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam
Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19). Dalam protokol kesehatan tersebut, dipaparkan aturan-aturan yang perlu
dilakukan oleh segala pihak yang berada di tempat atau fasilitas umum.
Berikut adalah tempat dan fasilitas yang disebutkan:

 Pasar dan sejenisnya


 Pusat perbelanjaan/mall/pertokoan dan sejenisnya
 Hotel/penginapan/homestay/asrama dan sejenisnya
 Rumah makan/restoran dan sejenisnya
 Sarana dan kegiatan olahraga
 Moda transportasi
 Stasiun/terminal/pelabuhan/bandar udara
 Lokasi daya tarik wisata
 Jasa perawatan kecantikan/rambut dan sejenisnya
 Jasa ekonomi kreatif (arsitektur, fotografis, periklanan, penerbitan,
televisi, dan lain-lain)
 Kegiatan keagamaan di rumah ibadah
 Jasa penyelenggaraan event/pertemuan

Pada setiap lokasi tersebut, aturan-aturan protokal kesehatan


diperuntukkan bagi tiga pihak, yaitu pihak pengelola atau penyelenggara,
penjual atau pekerja, dan pengunjung atau tamu. Setiap pihak memiliki
perannya masing-masing sehingga aturan bagi tiap pihak telah disesuaikan.
Secara umum, aturan bagi tiap pihak memiliki kesamaan satu sama lain, yaitu:

1. Pihak pengelola atau penyelenggara


 Memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di
wilayahnya. Hal tersebut penting dilakukan agar segala hal penting
dapat terorganisir dan termonitor.
 Membentuk Tim Pencegahan COVID-19 di lokasi masing-masing
untuk membantu pengelola dalam penanganan COVID-19 dan
masalah kesehatan lainnya.
 Selalu menerapkan jaga jarak di lokasi masing-masing dengan
berbagai cara, seperti pengaturan jarak antrean, memberikan tanda
khusus jaga jarak yang ditempatkan di lantai, dan lain sebagainya.
 Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para penjual atau pekerja
tentang pencegahan penularan COVID-19.
2. Pihak penjual atau pekerja
 Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat
berdagang/bekerja.
 Saat perjalanan dan selama bekerja selalu menggunakan masker,
menjaga jarak dengan orang lain, dan hindari menyentuh area wajah.
Jika terpaksa akan menyentuh area wajah pastikan tangan bersih
dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau
menggunakan handsanitizer.
 Melakukan pembersihan area kerja masing-masing sebelum dan
sesudah bekerja.
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan PHBS seperti
mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari
dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam, serta
menghindari faktor risiko penyakit.
3. Pihak pengunjung atau tamu
 Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah. Jika
mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
dan/atau sesak nafas tetap di rumah.
 Wajib menggunakan masker
 Menerapkan prinsip jaga jarak
 Membawa alat pribadi termasuk peralatan ibadah sendiri seperti alat
sholat.

Poin-poin protokol di atas adalah aturan-aturan secara umum. Tempat


atau fasilitas tertentu memiliki aturan yang lebih ketat dan rumit karena
kerentanan dan kemungkinan penularan yang lebih tinggi.

2.4 Masker
Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah atau prosedur yang
datar atau memiliki lipatan; masker jenis ini dikencangkan pada kepala
dengan tali yang mengitari telinga atau kepala atau keduanya. Karakteristik
kinerjanya diuji menurut serangkaian metode uji terstandar (ASTM F2100,
EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan untuk menyeimbangkan filtrasi
yang tinggi, kemudahan bernapas yang memadai, dan (opsional) resistansi
penetrasi cairan.
Filtering facepiece respirator (respirator wajah penyaring/FFR), atau
respirator, juga memberikan keseimbangan filtrasi dan kemudahan bernapas;
namun, respirator memfiltrasi partikel padat berukuran 0,075 mikrometer,
dibandingkan masker medis yang memfiltrasi droplet berukuran 3
mikrometer. FFR Eropa, sesuai standar EN 149, dengan kinerja FFP2
menyaring setidaknya 94% partikel NaCl padat dan droplet minyak, dan US
N95 FFR, menurut NIOSH 42 CFR Part 84, menyaring setidaknya 95%
partikel NaCl.6
FFR yang tersertifikasi juga memastikan pernapasan tidak terhalang
dengan resistansi inhalasi dan ekshalasi maksimum. Perbedaan penting lain
adalah cara pengujian filtrasi; uji filtrasi masker medis dilakukan pada
penampang masker sedangkan FFR diuji filtrasi di keseluruha permukaan.
Karena itu, dibandingkan bentuk terbuka atau struktur bocor masker medis,
lapisan-lapisan bahan filtrasi dan bentuk FFR yang memastikan sisi-sisi luar
FFR menutup rapat di wajah penggunanya menjamin filtrasi sesuai yang
diklaim saat dipakai. Persyaratan lain kinerja FFR meliputi tidak melebihi
parameter-parameter tertentu untuk akumulasi CO2, total kebocoran ke
dalam, dan kekuatan tegangan talinya.
Dalam kasus COVID-19, berdasarkan rekomendasi CDC, petugas
kesehatan yang merawat pasien yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19
dapat menggunakan masker N95 standar. Masker N95 dapat menyaring 95%

6
Pakpahan, A. K. COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 20 April 2020.
partikel ukuran 300 nm meskipun penyaringan ini masih lebih besar
dibandingkan ukuran SARS-CoV-2 (120-160 nm). Studi retrospektif di China
menemukan tidak ada dari 278 staf divisi infeksi, ICU, dan respirologi yang
tertular infeksi SARS-CoV-2 dengan pemakaian N95 secara rutin dan cuci
tangan. Sementara itu, terdapat 10 dari 213 staf di departemen bedah yang
tertular SARS-CoV-2 karena di awal wabah dianggap berisiko rendah dan
tidak memakai masker apapun dalam melakukan pelayanan. Saat ini, tidak
ada penelitian yang spesifik meneliti efikasi masker N95 dibandingkan
masker bedah untuk perlindungan dari infeksi SARS-CoV-2. Metaanalisis
oleh Offeddu, dkk. pada melaporkan bahwa masker N95 memberikan proteksi
lebih baik terhadap penyakiti.
2.5 Cuci tangan
Menurut Wikipedia, Mencuci tangan adalah salah satu tindakan
sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan
air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih,
sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Mencuci
tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat
perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka
kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya
(maju). Perilaku ini dip erkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan
pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan penyediaan air
bersih dalam jumlah yang mencukupi.7
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan
alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki
gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat
ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Sabun mampu
mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik seperti lemak atau minyak.

7
Rosdiana, Yuni. dampak Covid-19 Terhadap Organisasi Perusahaan. Program Studi
Akuntansi FEB Unisba. 2020. Hlm 23.
Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat mengurangi
infektivitas virus. Oleh karena itu, membersihkan tangan dapat dilakukan
dengan hand rub berbasis alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol lebih
dipilih ketika secara kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih
ketika tangan tampak kotor.

Gambar 2: Panduan mencuci tangan


Sumber: www.google.com

2.6 Physical distancing


Menurut dokter Kevin Andrian, physical distancing merupakan salah
satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus Corona dengan
menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai dan
kontak langsung dengan orang lain. World Health Organization (WHO)
mengubah istilah pembatasan sosial (social distancing) menjadi menjaga jarak
fisik (physical distancing). Makna dari pembatasan sosial itu sendiri dapat
menyimpangkan maksud dan tujuan yang disampaikan oleh pemerintah.8

8
Sumarni, Y. Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah, 2020, hlm 51.
Dengan kata lain, tujuan perubahan istilah dimaksudkan untuk
mengklarifikasi bahwa instruksi yang disampaikan adalah untuk berdiam diri
di rumah guna memutus rantai penyebaran virus corona. Namun, bukan
berarti memutus kontak dengan kerabat secara sosial. Upaya utnuk
menghentikan penyebaran virus corona, masyarakat telah diinstruksikan untuk
memakai masker, melakukan physical distancing atau menjaga jarak antar
manusia, menghindari keramaian, menjaga ruangan dengan ventilasi yang
baik, dan mencuci tangan.9
Ketika menerapkan physical distancing, seseorang tidak
diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter
saat berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang sedang sakit
atau berisiko tinggi menderita COVID-19. Selain itu, ada beberapa contoh
penerapan physical distancing yang umum dilakukan, seperti bekerja dari
rumah dan menunda pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak.
Penularan virus corona bisa terjadi melalui berbagai hal: Droplets atau tetesan
cairan yang berasal dari batuk dan bersin, kontak pribadi seperti menyentuh
dan berjabat tangan, menyentuh benda atau permukaan dengan virus di
atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci
tangan, dan kontaminasi tinja (penularan ini jarang terjadi).
Ketika seseorang batuk atau bersin dan mengeluarkan air liur yang
mengandung virus, maka virus dapat berpotensi menyebar ke udara dan dapat
langsung masuk ke tubuh seseorang jika berada dalam posisi berdekatan.
Menurut Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van
Kerkhove, “Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian
besar melalui bersin atau batuk.”10 Para peneliti juga menemukan bahwa virus
ini dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu di udara dan menempel di
permukaan benda, bergantung pada beberapa faktor, seperti panas dan
kelembapan.
9
Ibid, hlm 52.
10
https://genbest.kompas.com/read/2020/03/18/204500165/ada-potensi-penularan-virus-corona-lewat-
udara-ini-peringatan-who- , diakses pada tanggal 2 November 2020, 19.39
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS
menyebutkan, “Jarak penyebaran cairan di udara setidaknya sejauh 2 meter
antar-manusia.” Oleh karena itu, physical distancing diyakini menjadi salah
satu cara efektif untuk menekan angka penyebaran, meski tidak dapat
menghilangkan virus. Physical distancing atau jarak fisik adalah mengambil
jarak dengan menghindari kerumunan, pertemuan publik, dan tak mendatangi
pertemuan dalam skala besar. Artinya, ada ruang yang cukup antara satu
orang dengan orang lain sehingga menghilangkan rute transmisi virus.11
2.7 Alasan corona virus menjadi pandemic
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan Virus
Corona COVID-19 sebagai pandemi pada Rabu (11/03/2020). Ini disebabkan
karena terjadi setelah wabah mirip SARS itu menjangkiti semakin banyak
orang di mana pada Kamis pagi angkanya mencapai 126.063 kasus. Dengan
total korban tewas sebanyak 4.616 orang dan sembuh sebanyak 67.071 orang,
menurut Worldometers. Dengan karakteristik penyebarannya yang sangat
cepat di antara manusia, ditambah dengan mobilitas manusia yang sangat
tinggi dan lintas batas negara, menjadikan virus ini menjadi lebih berbahaya.
Berdasarkan data dari WHO sampai pada 3 November 2020, kasus
positif akibat virus ini telah mencapai 49,5 juta di seluruh dunia dimana
Amerika Serikat, India dan Brazil menempati tiga peringkat teratas sebagai
negara dengan kasus tertinggi di dunia, meninggalkan China yang menjadi
tempat awal penyebaran virus ini.12 WHO menekankan bahwa penggunaan
istilah pandemi tidak berarti ada anjuran yang berubah. Semua negara tetap
diminta untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak, dan
mengawasi pergerakan masyarakatnya.
“Perubahan istilah tidak mengubah apapun secara praktis mengingat
beberapa pecan sebelumnya dunia telah diingatkan untuk mempersiapkan diri
menghadapi potensi pandemi,” kata Dr. Nathalie MacDermott King’s Colege
11
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/19/064600465/cara-penularan-virus-corona-dan-alasan-
pentingnya-social-distancing?page=all , diakses 2 November 2020, 19.51
12
https://covid19.who.int/table , diakses pada tanggal 3 November 2020, 21.53
London. “Namun penggunaan istilah ini menyoroti pentingnya negara-negara
di seluruh dunia untuk bekerja secara kooperatif dan terbuka satu sama lain
dan bersatu sebagai front persatuan dalam upaya untuk mengendalikan situasi
ini.”
2.8 Penyebaran virus covid 19
Covid-19 ini menyebar selama kontak dekat, seringkali oleh tetesan
kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan,
dan menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak
dekat (1 hingga 2 meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama
bernafas, namun karena mereka relatif berat, mereka biasanya jatuh ke tanah
atau permukaan. Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak
tetesan dari pada pembicaraan normal. Sebuah penelitian di Singapura
menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat menyebabkan tetesan
mencapai 4,5 meter (15 kaki).
Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020 berpendapat
bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun
1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang
hangat di sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat
berjalan hingga 8,2 meter (27 kaki) . Setelah tetesan jatuh ke lantai atau
permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang lain, jika mereka
menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau
mulut mereka dengan tangan yang tidak dicuci.
Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari waktu ke waktu
hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara eksperimental, virus
dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya
tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama
beberapa hari). Permukaan mudah didekontaminasi dengan desinfektan rumah
tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia atau di tangan.
Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau
disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini
berbahaya atau berpotensi fatal. Dahak dan air liur membawa sejumlah besar
virus. Beberapa prosedur medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan
lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu, yang dikenal sebagai
transmisi udara. Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah
timbulnya gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari
sebelum gejala muncul (penularan secara asimptomatik) dan pada tahap
selanjutnya dari penyakit.
Setelah diteliti, virus corona termasuk jenis zoonosis, sehingga
terdapat kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia.
Pada COVID-19 belum diketahui secara pasti proses penularan dari hewan ke
manusia, tetapi data filogenetik memungkinkan COVID-19 juga merupakan
13
zoonosis. Beberapa orang telah terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan
gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa gejala.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Berita utama


Jakarta adalah ibu kota yang juga merupakan sentral bisnis dan
perkantoran di Indonesia, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
menanggulangi dan mencegah penularan COVID-19. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Pemprov DKI adalah dengan memberlakukan PSBB di DKI
Jakarta dan disusul dengan PSBB transisi sejak 4 Juli 2020 lalu. Pada masa PSBB
transisi cluster baru di DKI Jakarta dengan jumlah kasus paling banyak pertama
berasal dari pemukiman hasil contact tracing sebanyak 283 cluster dengan 1,178
kasus. Kedua adalah perkantoran terdapat 90 cluster dengan 459 kasus. Kemudian
diikuti dengan pasar sebanyak 107 cluster, fasilitas kesehatan sebanyak 124

13
Peter D.O. Davies, “Multi-Drug Resistant Tuberculosis,” CPD Infection 3, no. 1 (2002): 9–12.
cluster, dan rumah ibadah sebanyak 9 cluster dengan total 114 kasus yang berada
di Gereja, Masjid, Asrama pendeta, Pesantren, bahkan Tahlilan.14
Cluster perkantoran di DKI Jakarta sampai dengan tanggal 28 Juli 2020
ditemukan 90 cluster dengan total kasus 459. Angka tersebut bertambah 10 kali
lipat pada masa PSBB transisi. Kantor yang menjadi cluster pun beragam mulai
dari kementerian, lembaga/badan, BUMN, kepolisian, kantor di lingkungan
Pemda DKI Jakarta sampai dengan swasta. Tim pakar satuan tugas penanganan
COVID-19, Dewi Nur Aisyah merekomendasikan bagi sektor perkantoran selain
kebijakan Work From Home (WFH), pembagian jam kerja serta pengawasan
tetap harus ditingkatkan. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap orang yang
berada di lingkungan perkantoran dapat melakukan protokol kesehatan guna
mencegah penularan COVID-19. Jika suatu perusahaan masih bisa melakukan
WFH, maka lebih baik WFH. Jika tidak memungkinkan WFH maka kapasitas
kantor maksimal 50 persen dan membuat shift dengan jeda satu setengah sampai
dua jam agar tidak terjadi penumpukan pada saat kedatangan, kepulangan, dan
jam makan siang.

Gambar 3: Suasana kota masa pandemi

14
Tim COVID-19 IDAI. Protokol Tatalaksana Covid-19. 1. 2020.
Sumber: www.google.com

3.2 Sebab Terjadinya Peristiwa


Tingginya angka kasus penambahan baru serta kemunculan klaster
perkantoran di Jakarta telah mendapat perhatian besar dari berbagai kalangan
masyarakat. Menanggapi fenomena tersebut, Tim pakar satuan tugas penanganan
COVID-19, Dewi Nur Aisyah turut angkat bicara. Ia menjelaskan, Pemerintah
DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi dan
mencegah penularan COVID-19 salah satunya melalui pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) transisi yang diberlakukan sejak 4 Juni 2020. Menurutnya tinggi
nya angka kasus dan ditemukannya klaster perkantoran akibat masif nya Tim
Surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan tes dan
penyelidikan epidemiologi (active case finding & contact tracing) sejak 4 Juni
2020 hingga 26 Juli 2020.
“Jadi ini betul-betul kita (Tim Surveilans) yang menghampiri lalu
melakukan tes apakah positif atau tidak. Jadi hasil angka ini adalah bentuk
aktifnya surveilans berjalan, contact tracing dan active case finding juga berjalan.
Kemudian dari seluruh kasus kita lihat jadi kontribusinya berasal dari cluster-
cluster mana saja” jelas Dewi di Jakarta (29/7). Dewi menjelaskan bahwa melalui
tracing tersebut, ditemukan bahwa sebanyak 3,567 kasus atau sebanyak 28 persen
merupakan hasil dari active case finding atau aktif dicari oleh Tim Surveilans
DKI Jakarta dengan turun ke pasar, wilayah perkantoran, hingga rumah ibadah
yang kemudian dilakukan tes untuk menunjukan tertular COVID-19 atau tidak.
Temuan lainnya adalah hasil dari contact tracing, sehingga apabila ditemukan
pasien positif, kemudian ditelusuri lagi dengan siapa pasien berkontak erat dan
menyumbangkan kasus sebesar 29 persen.
“Hingga saat ini, pasien rumah sakit masih menempati peringkat pertama
sekitar 42 persen, kemudian pasien di komunitas di peringkat kedua berdasarkan
hasil contact tracing, dengan angka yang cukup besar sekitar 39 persen,” ujar
Dewi. Selanjutnya untuk cluster Anak Buah Kapal (ABK) dan Pekerja Migran
Indonesia (PMI) sekitar 5,8 persen. Kemudian pasar di peringkat keempat sekitar
4, 3 persen, diikuti dengan cluster perkantoran sekitar 3,6 persen dan sisanya
adalah pegawai tenaga kesehatan dari Rumah sakit, Puskesmas, Rutan, dan Panti
yang turut menyumbang kasus positif di DKI Jakarta.
3.3 Akibat Terjadinya Peristiwa
Dewi mengungkapkan kasus-kasus tersebut dapat diketahui karena Tim
Surveilans DKI Jakarta yang aktif dalam melakukan pemeriksaan terhadap
warganya bahkan melebihi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 1000
per 1.000.000 penduduk dalam waktu satu minggu. “Jadi kalau DKI Jakarta kita
ambil angka bulat 10 juta, maka satu minggunya dilakukan pemeriksaan
standarnya adalah 10.000. Angka pemeriksaan Jakarta ternyata dari 4-10 Juni
sudah 21 ribu per minggu. Jadi sudah melebihi ekspektasinya WHO kemudian
bertambah lagi 27 ribu dan di pekan terakhir ini meningkat sampai 40 ribu
pemeriksaan dalam waktu satu minggu” ungkap Dewi.
Pada masa PSBB transisi, Dewi menjelaskan cluster baru di DKI Jakarta
dengan jumlah kasus paling banyak adalah lokal transmisi yang berasal dari
pemukiman hasil contact tracing sebanyak 283 cluster dengan 1,178 kasus. Kedua
adalah perkantoran terdapat 90 cluster dengan 459 kasus. Kemudian diikuti
dengan pasar sebanyak 107 cluster, fasilitas kesehatan sebanyak 124 cluster, dan
rumah ibadah sebanyak 9 cluster dengan total 114 kasus yang berada di Gereja,
Masjid, Asrama pendeta, Pesantren, bahkan Tahlilan. Dewi juga mengingatkan
apabila ada kegiatan sosial seperti berkumpul bersama, harus tetap
mengutamakan protokol kesehatan.“Protokol kesehatan harus tetap diterapkan,
jangan sampai lengah dan menjadi tidak waspada terhadap penularan COVID-
19,” tambahnya. Cluster perkantoran di DKI Jakarta sampai dengan tanggal 28
Juli 2020 ditemukan 90 cluster dengan total kasus 459. Angka tersebut bertambah
10 kali lipat pada masa PSBB transisi. kantor yang menjadi cluster pun beragam
mulai dari Kementerian, lembaga/badan, BUMN, kepolisian, kantor di
lingkungan Pemda DKI Jakarta sampai swasta.15

BAB IV
PENYELESAIAN

4.1 Penyebab Kenaikan Klaster Covid-19 di Pekantoran DKI Jakarta


Kenaikan klaster COVID-19 di perkantoran DKI Jakarta tidak akan terjadi
tanpa adanya beberapa hal yang mendukung faktor tersebut. Hal yang menjadi
penyebabnya, antara lain.
1. Penyebaran virus melalui udara
Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI, Nurul Taufiqu
Rochman, menjelaskan, COVID-19 pada kasus tertentu dapat menimbulkan
penyakit berat pada manusia seperti pneumonia, gagal ginjal hingga sindrom

15
Yunus, N. R., & Rezki, A. Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi
Penyebaran Corona Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran
Corona Virus Covid-19 . Salam: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 2020, hlm 229.
pernapasan akut yang menyebabkan kematian. "Hal itu bisa terjadi dari
penularan droplet dan aerosol yang mengandung virus pada hidung atau mulut
dari orang yang terjangkit melalui udara, saat ia batuk atau bersin," ujarnya.16
Hasil dari droplet yang mengandung virus, mampu menempel pada
permukaan benda dan bertahan selama 2-3 hari. Namun, partikel aerosol yang
berukuran kurang dari 5 mikro mampu menyebar di udara dalam waktu
sekitar 3-8 jam. Dengan demikian, orang yang rentan dapat terinfeksi bila
menghirup aerosol yang mengandung virus. Lingkungan kerja atau ruang
kerja di perkantoran merupakan ruangan tertutup, tidak ada ventilasi yang
baik, tidak cukup cahaya matahari, dan dilengkapi dengan AC. Hal ini
membuat aerosol yang mengandung virus terperangkap di ruangan tersebut.
Berbeda lain halnya dengan lingkungan kerja di luar ruangan, di mana
sirkulasi udara berlangsung lebih baik.
2. Kurangnya kewaspadaan dalam menjaga jarak kontak fisik
Masih banyak orang yang merasa aman saat berada di dalam ruangan
dan bercengkerama, termasuk saat berada di kantor. Karena rasa aman
tersebut yang menyebabkan sikap abai dalam menerapkan jaga jarak dan
memakai masker. Hal ini terjadi karena banyak orang berpikir, kerabat yang
dikenal tidak akan menularkan virus Corona. Pada kenyataannya, bukan tak
mungkin kerabat terdekat merupakan orang tanpa gejala (OTG) yang tanpa
sadar dapat menularkan Covid-19 pada siapa pun. Dengan adanya fakta
bahwa Indonesia memiliki banyak kasus positif Covid-19 yang tidak memiliki
gejala, kemungkinan tersebut dapat sepenuhnya terjadi.
3. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan masker
Para ahli hingga saat ini masih menekankan, bahwa masker adalah
'vaksin' terbaik yang bisa dipergunakan untuk saat ini. Penggunaan masker
merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan untuk mencegah penyebaran
Covid-19. Namun, masih banyak orang yang melepaskan makernya

16
https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/27/133000923/3-faktor-pemicu-meningkatnya-
kasus-covid-19-di-klaster-perkantoran?page=all , diakses pada tanggal 3 November 2020, 22.34
bercengkrama dengan rekan kerja. Padahal, bukan tidak mungkin adanya
aerosol berterbangan di ruang kantor, droplet yang menempel di benda-benda
yang dipegang atau tersentuh, maupun droplet yang menyebar saat berbicara
dengan rekan kerja di kantor. Pasalnya, meski tanpa gejala, tetap
memungkinkan mengandung virus SARS-CoV-2 dengan ukuran partikel
mencapai 0,1-5 mikron kecilnya.
Dalam penggunaannya masih banyak yang lalai dalam pemosisian
pemakaian masker. Pemakaian masker yang benar yaitu menutup hidung dan
mulut dengan mengamankannya pada daerah bawah dagu. Memakai masker
dengan ukuran yang pas juga menjadi factor penting dalam pemakaiannya.
Namun, masih banyak orang yang terlihat lalai dalam penggunaan masker,
seperti, melingkarkan masker di daerah leher, kening, menurunkan masker di
mengeluarkan hidung, dan lain sebagainya.
4. Kelalaian dalam mencuci tangan
Beberapa orang masih berpikir bahwa mencuci tangan sesering
mungkin akan membuang waktu mereka. Padahal, sejumlah virus dan bakteri
dapat hidup di permukaan benda dalam waktu yang lama. Inilah penyebab
cuci tangan menjadi penting dilakukan. Meski tangan tampak bersih, tetap ada
kemungkinan untuk tertular penyakit. Virus, bakteri, dan parasit adalah
organisme mikroskopik yang tidak kasat mata. Maka, tidak akan pernah tahu
jelas terhadap kondisi tangan kita dikarenakan organisme ini hanya bias
dilihat melalui alat tertentu.
Mikroorganisme ini dapat tersebar di mana-mana. Termasuk dalam
benda-benda terdekat yang kemungkinan besar sudah terkontaminasi. Baik
handphone, laptop, meja, sepatu, ataupun tas. Jadi, kuman penyakit dapat
menyebar di dalam suatu lingkup apabila tidak adanya kedisiplinan dalam
mencuci tangan diantara sesama. Proses berpindahnya bakteri atai virus
penyakit dapat berlangsung dengan cepat, baik dari orang ke orang lainnya
atau dari benda yang sudah terkontaminasi. Untuk itu, mencuci tangan
menjadi faktor penting juga hal yang masih disepelekan beberapa orang dalam
pencegahan penularan COVID-19.

4.2 Peranan Protokol Kesehatan dalam Penurunan Covid-19


Peranan protokol kesehatan dalam keseharian sangatlah penting. Akan ada
banyak aspek yang ikut terpengaruh jika protokol kesehatan terlaksana dengan
baik. Dalam hal yang sangat utama adalah menjadi proteksi diri. Jika protokol
kesehatan dapat menjadi proteksi diri, tentu akan berdampak pada orang-orang di
sekitar. Mematuhi protokol yang telah ditetapkan dapat mengurangi kemungkinan
membawa virus. Covid 19 menuntut untuk melakukan perubahan, baik dalam hal
cara berpikir, cara berperilaku, dan cara bekerja. Tantangan selanjutnya adalah
cara berpikir dan cara berperilaku yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan tangguh terhadap ancaman penyakit termasuk dari penyakit hari
esok. Dalam menanggulangi pandemi COVID-19 (coronavirus) tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah semata tetapi juga peran masyarakat untuk jaga jarak
dan tinggal di rumah menjadi penentu keberhasilan dalam mengakhiri Pandemi
ini di Indonesia.

Kekhawatiran terhadap merebaknya virus ini tentu ada, pemerintah juga


tidak tinggal diam dalam menangani kasus pandemi yang sangat berbahaya ini,
berbagai macam upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi dan
memerangi penyebaran Corona virus seperti pemberlakuan kebijakan Pembatasan
Sosial Berkala Besar (PSBB). Pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial
Berkala Besar (PSBB) tersebut menghimbau mayarakat untuk tetap berada
dirumah namun masih bisa beraktivitas akan tetapi sedikit dibatasi, dibatasi disini
seperti kegiatan diluar rumah dan tempat-tempat keramaian. PSBB ini tidak
dicabut namun dibuat kebijakan baru yaitu new normal tetapi masih mengikuti
sebagaimana protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Pemerintah juga tidak
tinggal diam dalam menangani kasus pandemi yang sangat berbahaya ini,
berbagai macam uapaya pemerintah dalam mengurangi penyebaran Corona virus
seperti pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB)
(Harirah, Z., & Rizaldi, 2020).

PSBB dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2020.


Aturan tersebut menghimbau kepada masyarakat pelaksanaan ibadah, bekerja dan
belajar harus dilakukan dirumah dan masyarakat dihimbau untuk menghindari
kerumunan masa. Selain itu kebijakan tersebut melarang dilaksanakannya
kegiatan yang sifatnya dapat mengundang berkumpulnya masa (Yunus, N. R., &
Rezki, 2020). Kebijakan lockdown ini berarti mengunci akses keluar masuk pada
negara untuk memerangi dan mencengah penyebaran Covid-19. Peraturan-
peraturan yang ditetapkan seperti dilarang berada dikeramaian, dengan
menghindari dari berkumpul tempat-tempat umum yang sangat memungkinkan
penyebaran Virus ini semakin cepat terjadi. Upaya yang sedang dilakukan
pemerintah adalah upaya untuk meminimalkan kasus, oleh karena itu himbauan
yang telah disampaikan pemerintah sudah sepatutnya kita jalankan.

Dalam masa pandemi tentu masyarakat dihimbau untuk melakukan


komunikasi jarak jauh. Media massa menjadi indikator penunjang yang sangat
berpengaruh dalam komunikasi jarak jauh. Penggunaan internet sebagai jalan
tengah dalam hal mengatasi Covid-19 memang sudah sangat benar dan memiliki
kelebihan bisa dikerjakan dan dilakukan kapan saja dan dimana saja, namun
dibalik itu tetap terdapat kekurangan dari penggunaan media massa yang tidak
bisa mencakup semua aspek kehidupan manusia.

Sesuai dengan nilai Pancasila, yaitu pada sila ke-3 yang berbunyi
“Persatuan Indonesia” dimana kita sebagai masyarakat Indonesia tidak
mementingkan kepentingan pribadi saja. Namun, dapat saling membantu saudara
kita yang terkena damapak dari Covid-19 baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Dalam kondisi ini, sesuai sila ke-4 masyarakat harus bisa tunduk
kepada pemimpin yangsudah dipercayakan dan dapat disiplin mengikuti protokol
kesehatan dan peraturan pemerintah yang sudah ditetapkan. Sesuai sila ke-5,
peran pemerintah adalah memberikan perlindungan dan penanganan yang merata
dan adil kepada seluruh masyarakat yang terdampak, karena setiap manusia
berhak untuk mendapatkan perlakuan yang adil.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh
segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-19
ini. Protokol kesehatan dibentuk dengan tujuan agar masyarakat tetap dapat
beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan keamanan atau kesehatan
orang lain. Jika masyarakat dapat mengikuti segala aturan yang tertera di dalam
protokol kesehatan, maka penularan COVID-19 dapat diminimalisir.

Peran protokol kesehatan memberikan dampak penting dalam penurunan


angka COVID-19. Di setiap protokol kesehatan memiliki fungsi yang berbeda
namun tujuan yang sama. Seperti mencuci tangan untuk sanitasi diri, penggunaan
masker sebagai proteksi penularan melalui udara, dan menjaga jarak fisik untuk
menghindari penularan droplet. Namun, ketiga protokol kesehatan tersebut tetap
memiliki tujuan yang sama, yaitu, memutus rantai penyebaran dalam upaya
penuruna angka kasus COVID-19.

5.2 Saran

Terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan penulis dalam penelitian


ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penulis menyadari bahwa kajian ini bersifat amatir, sehingga butuh dikaji
lebih dalam lagi.

2. Seluruh pembaca diharapkan untuk lebih memperhatikan lagi tentang


pengaruh protokol kesehatan terhadap penurunan corona virus.

3. Diharapkan untuk meningkatkan protokol kesehatan sehingga pandemic


corona virus ini dapat mengalami penurunan.

4. Diharapkan untuk protokol kesehatan dilaksanakan dan di kembangkan.

5. Penelitian yang akan dating sebaiknya dilengkapi dengan lebih banyak


fakta-fakta yang mendukung kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adityo, S. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal


Penyakit Dalam Indonesia. 7(1), 23-45.
Habibi, Andrian. (2020). Normal Baru Pasca Covid-19. Buletin Hukum dan Keadilan.
4 (1): 197-204.
Harirah, Z., & Annas, R. (2020). Merespon Nalar Kebijakan Negara Dalam
Menangani Pandemi Covid-19 di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Publik Indonesia. 7 (1): 36-53.
Latip, Abdul. (2020). Peran Literasi Teknologi dan Komunikasi Pada Pembelajaran
Jarak Jauh di Masa pandemi Covid-19. Jurnal Edukasi dan Teknologi
Pembelajaran. 1 (2): 106-115.
Pakpahan, A. K. (2020). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 20(April).

Rosdiana, Yuni. (2020). dampak Covid-19 Terhadap Organisasi Perusahaan. Program


Studi Akuntansi FEB Unisba.

Sumarni, Y. (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Jurnal


Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 6(2), 46–58.

Tim COVID-19 IDAI. (2020). Protokol Tatalaksana Covid-19. 1.

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19 . Salam: Jurnal Sosial Dan
Budaya Syar-I, 7(3)(April), 227-238.

https://www.industry.co.id/read/76327/aksi-demonstrasi-dan-kerumunan-perpanjang-
masa-pandemik-sampai-dua-bulan

https://tirto.id/apakah-yang-dimaksud-protokol-kesehatan-covid-19-f3W3

https://warnamediabali.pikiran-rakyat.com/nasional/amp/pr-27642160/meningkatnya-
cluster-covid-19-di-pe

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/19/064600465/cara-penularan-virus-
corona-dan-alasan-pentingnya-social-distancing?page=all
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200401-
sitrep-72-covid-19.pdf?sfvrsn=3dd8971b_2#:~:text=Social%20and%20physical
%20distancing%20measures,within%20families%20and%20communities

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai