Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :

Kelompok 6

ASEP SUPRIANA NIM : 4002190125


INTAN YULIA NIM : 4002190137
ELISABETH SILALAHI NIM : 4002190102
HERI SUDARYO NIM : 4002190153

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji penyusun ucapkan karena atas berkat rahmat dan hidayah_Nya
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan sebagai salah
satu tugas mata kuliah keperawatan keluarga.dengan judul asuhan keperawatan
keluarga dengan tuberkulosis paru.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Kritik dan saran sangat penyusun
butuhkan guna perbaikan dalam pembuatan mahalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat umumnya bagi pembaca khususnya bagi
penyusun. Amiin.

Bandung, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi................................................................................................... 3
B. Fisiologi ................................................................................................ 3
C. Etiologi................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis.................................................................................. 6
E. Klasifikasi.............................................................................................. 7
F. Patofisiologi .......................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan..................................................................................... 9
H. Analisa Data........................................................................................... 15
I. Diagnosa keperawatan .......................................................................... 16
J. Rencana ................................................................................................ 17
K. Pelaksanaan ........................................................................................... 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUBERKULOSIS PARU 21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 39
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah sebagai suatu sistem sosial kecil yang terbuka yang terdiri
atas suatu rangkaian bagian yang sangat saling bergantung dan dipengaruhi baik
oleh struktur internal maupun lingkungan eksternal. Mendefinisikan keluarga
adalah bagian sub sistem dalam masyarakat memiliki karakteristik yang unik dalam
kehidupan keluarga tersebut. Keluarga berperan penting dalam menciptakan hidup
sehat yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan pada keluarga (Susanto, 2012).
Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga merupakan
sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan
pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan individu.
Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak pada satu atau lebih
anggota keluarga atau keseluruhan keluarga. Adanya hubungan yang kuat antara
keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, sangat memerlukan peran
keluarga pada saat menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga (Komang Ayu,
2010).
Masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tidak dari lepas tugas keluarga
dalam pemeliharan fisik keluarga dan para anggotanya. Keluarga sebagai kelompok
yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah
kesehatan yang ada. Kondisi lingkungan yang tidak terjaga, pola hidup keluarga
yang tidak sehat, kondisi keuangan yang tidak stabil, stress dalam keluarga
berkepanjangan masalah ini dapat timbul dalam keluarga yang menyebabkan
masalah kesehatan. Semua hal tersebut dapat memicu timbulnya penyakit, salah satu
penyakit dapat timbul yaitu penyakit tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pencernaan (GI) dan luka
terbuka pada kulit. Terapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari
orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Nurarif, 2015).

1
Menurunnya daya tahan tubuh menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi
bakteri tuberkulosis yang menyerang system pernapasan. Masalah keperawatan
yang dapat muncul pada penderita tuberculosis yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas. Salah satu intervensi keperawatan dari
ketidakefektifan bersiahan jalan napas adalah fisioterapi dada. (NANDA
Internasional, 2015).
Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas. (NANDA Internasional, 2015).
Peran perawat dalam keperawatan keluarga adalah memberikan asuhan
kepererawatan keluarga melalui pengenalan kesehatan, memberi pelayanan
kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit maupun sehat, pendidikan kesehatan,
penyuluhan, dan konseling khususnya pada keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
“Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru”.

B. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga Dengan
Tuberkulosis Paru.
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan Keluarga Dengan
Tuberkulosis Paru.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tuberkulosis Paru


1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2014).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2013).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat
merupakan organisme patogen atau saprofit. Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Bruner dan Suddart. 2014).

2. Fisiologi
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a.    Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b.     Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga
dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a.       Ventilasi

3
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1)   Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2)   Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3)   Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1)      Luasnya permukaan paru-paru.
2)      Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3)      Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
4)      Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

c.       Transportasi gas


Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1)      curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2)      kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

3. Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil

4
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada
udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat
bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman
ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru
lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru
lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan
paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk
kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

5
4. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana

0
badan dapat mencapai 40-41 Celsius. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah
terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis
masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradagan
menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk
darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
3. Sesak bernafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4. Nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang

6
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

5. Malaise dan kelelahan


Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi
kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.

5. Klasifikasi
Adapun klasifikasi TB paru berdasarkan petogenesisnya yaitu:
Kelas Tipe Keterangan
0 Tidak ada pejanan TB. Tidak ada riwayat terpajan.
Tidak terinfeksi Reaksi terhadap tes tuberculin
negative.
1 Terpajan TB Riwayat terpajan
Tidak ada bukti infeksi Reaksi tes kulit tuberkulin negative

2 Ada infeksi TB Reaksi tes kulit tuberculin positif


Tidak timbul penyakit Pemeriksaan bakteri negative (bila
dilakukan)
Tidak ada bukti klinis, bakteriologik
atau radiografik Tb aktif

3 TB, aktif secara klinis Biakan M. Tuberkulosis


(bila dilakukan).
Sekarang terdapat bukti klinis,
bakteriologik, rsdiografik penyakit
4 TB, Tidak aktif secara Riwayat episode TB atau
klinis Ditemukan radiografi yang abnormal
atau tidak berubah;reaksi tes kulit
tuberkulin positif dan tidak ada bukti
klinis atau radiografik penyakit
sekarang
5 Tersangka TB Diagnosa ditunda
(Price, 2013)

7
6. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab
dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas
atau paru- paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel
T) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan
limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung
tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
(Dannenberg, 1981). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atas paru- paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh
organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh
makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui
getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini

8
butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju
yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel
yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa
kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan
perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini
dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran
darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan
lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh
sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.

7. Penatalaksanaan

9
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di
masyarakat. b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 –
3 bulan.
* Streptomisin injeksi 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18
bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat
yang diberikan dengan jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama
pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila

10
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis
obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di
samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang
direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang
memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya
dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

11
Efek Samping OAT :
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.adapun efek samping OAT antara lain yaitu:
1. Isoniazid (INH)
 Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf
tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau
dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat
diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin
(syndrom pellagra).
 Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat
timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas
obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman
TB pada keadaan khusus.
2. Rifampisin
 Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya
memerlukan pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa
demam, menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut,
mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit
seperti gatal-gatal kemerahan
 Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus

12
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera
dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
- Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal
ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam
urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari
atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan
akan kembali normal
dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan
meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala

13
efek samping yang
terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba- tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping
sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan
telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi
ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr.
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh
diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
(http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf)

14
8. Analisa Data

No Data Subjektif/Data Objektif Penyebab Masalah


1 Ds : Pasien mengatakan sesak Mycobacterium TB Bersihan jalan
Do : Terdengar suara tambahan ▼  nafas tidak efektif
whezing px tampak lemas Infeksi saluran nafas
terdapat penarikan intercosta.  ▼
TTV: Filtrasi sel radang
TD : 110/60 mmHg  ▼
RR : 32x/menit Penumpukan sputum pada
S : 38,4oC saluran nafas
N : 120x/menit  ▼
Penyempitan lumen indo
bronkus
 ▼
wheezing
2 Ds : Pasien mengatakan badan Infeksi saluran nafas Peningkatan suhu
terasa panas  ▼ tubuh
Do : pasien tampak lemah, kulit Filtrasi sel radang
teraba panas, mukosa kering. ▼
TTV: Gangguan termoregulasi
TD : 110/60 mmHg  ▼
RR : 32x/menit Panas
S : 38,4oC
N : 120x/menit

3 Ds : Pasien mengatakan nafsu Sesak Gangguan


makan menurun.  ▼ pemenuhan
Do : pasien tampak lemah, bibir Perubahan status kesehatan nutrisi
tampak kering.  ▼
Ancaman kematian
▼ 
Ansietas
 ▼
Cemas
 ▼
Peningkatan asam lambung

Mual/muntah
▼ 
Anoreksia
 ▼
Intake in adekuat

15
9. Perencanaan
Perencanaan perawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup
tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana
evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik ,
dapat diukur (merusable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukan
waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan
(Padila,2012).
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).
Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun
terapi koplementer pada akhirnya ditujukan untuk meningkatnkan kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan (Padila, 2012).
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon verbal, sikap atau
psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan
berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan standar antara
klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya
bisa jadi berbeda (Padila,2012).
10.Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas: ketidakefektifan bersihan jalan napas
adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Batasan
karakteristik: tidak ada batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas,
perubahan irama napas, sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara,
penurunan bunyi napas, dispnue, sputum dalam jumlah, berlebihan, batuk yang
tidak efektif, orthopnue, gelisah, mata terbuka lebar. (NANDA Internasional,
2015)
Intervensi keperawatan
a. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Tujuan

16
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan keluarga sebanyak enam kali empat puluh
lima menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga
dengan tuberkulosis paru.
2) Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan keluarga sebanyak enam kali empat puluh
lima menit, keluarga mampu:
a) Keluarga mampu mengenal masalah (menjelaskan kembali
pengertian, manfaat, tujuan dan teknik fisioterapi dada)
Evaluasi:
(1) Kriteria, keluarga mampu menjelaskan pengertian fisioterapi
dada secara mandiri, tujuan,manfaat fisioterapi.
(2) Standar
(a) Fisioterapi dada adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan.
(b) Tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas.
(c) Manfaat Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi
paru, memperkuat otot pernapasan, mengeluarkan secret dari
saluran pernapasan, klien dapat bernapas dengan bebas dan
tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.

3) Rencana
Kaji pengetahuan keluarga, diskusikan bersama keluarga tentang
pengertian fisioterapi dada, jelaskan kepada keluarga tentang
tujuan dan manfaat fisioterapi, beri kesempatan keluarga untuk
bertanya, bantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah di
jelaskan, beri pujian atas jawaban yang benar.
b) Mengambil keputusan untuk mengatasi pada anggota keluarga
dengan tuberkulosis paru.
Evaluasi :

17
Respon verbal, keluarga mampu mengambil keputusan . Standar,
keluarga mengatakan keputusan dalam mengatasi
tuberkulosis paru.
Intervensi:
Kaji penetahuan keluarga, jelaskan tindakan yang akan dilakukan
saat anggota keluarga mengalami tuberculosis paru, bimbing dan
motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam menangani
masalah tuberkulosis paru. Beri pujian atas keputusan yang
diambil untuk mengatasi masalah tuberkulosis paru.
c) Merawat anggota keluarga yang tuberkulosis paru
dengan
mendemontrasikan fisioterapi dada untuk penderia tuberkulosis paru.
Evaluasi :
Respon verbal ; keluarga mampu mendemostrasikan teknik
fisioterapi dada pada penderta tuberkulosis paru.
Intervensi :
Kaji keluarga, jelaskan kepada keluarga teknik fisioterapi dada,
memberi kesempatan kepada keluarga untuk menerapkan, beri pujian
atas tindakan yang benar.
d) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk
menunjang perawatan pada anggota keluarga dengan tuberkulosis
paru.
(1) Kriteria evaluasi : Respon verbal psikomotor
(2) Standar evaluasi
Fasilitas layanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan adalah:
(a) Puskesmas: tempat untuk konsultasi masalah kesehatan,
pengobatan
(b) Dokter praktek tempat untuk berobat
(c) Rumah sakit tempat untuk perawatan, pengobatan dan
konsultasi masalah kesehatan.
(3) Intervensi
(1) Kaji keluarga tentang penggunaan layanan kesehatan.

18
11.Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada
keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawat terhadap
keluarga mencakup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaiman membuat lingkungan
menjadi :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
12.Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan sehingga memiliki produktivitas
yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai
komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang

19
menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan apakah
tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi (Sugiarto,2012). Untuk penilaian keberhasilan tindakan
maka selanjutnya dilakukan panilaian. Tindakan - tindakan keperawatan
keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk
itu dilakukan secara bertahap, demikian halnya dengan penilaian. Penilaian
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP (subyaktif, obyektif,
analisa, dan planing)
(Padila,2012).

20
21

BAB III
PENGKAJIAN KELUARGA

A. Data Umum
Alamat dan telepon : Dusun 2 Desa Mekar Kec. Soropia
TTL/Umur : Bokori, 22 April 1958/60 tahun
Komposisi keluarga :

No Nama Hub dg TTL/ umur Pendidikan

1. Ny. R Istri KK Bokori, 20 Mei 1960/58 Tidak tamat


tahun SD
2. Tn. J Anak Bokori,10 November Tamat SMA
kandung 1989/29 tahun

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Menikah

21
22

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. G yaitu tipe keluarga inti yang terdiri
dari ayah yang bertugas mencari nafkah, dan ibu yang
mengurusi rumah tangga.
5. Suku
Semua anggota keluarga Tn. G bersuku Bajo. Kebudayaan
yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan.
6. Agama
Semua anggota keluarga Tn. G beragama islam, Ny. R
selalu melaksanakan sholat 5 waktu, keluarga selalu
berdoa untuk selalu diberikan kesehatan dan di berikan
kesembuhan pada Tn. J
7. Status Sosial Ekonomi
Tn. G bekerja sebagai nelayan dan Ny. R sebagai ibu
rumah tangga dengan penghasilan perbulan ± 1.000.000,
Ketika Tn. J berobat ke Puskesmas menggunakan jaminan
kesehatan Jamkesmas dan sekarang di ganti denga KIS.
8. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. G hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi,
dan keluarga mendapatkan sarana hiburan dari menonton
TV.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap keluarga saat ini yaitu tahap VIII ( tahap terakhir
perkembangan keluarga ini mulai pada saat pensiunan salah
satu kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir
2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Tn. J
pada saat ini belum menikah.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

22
23

a. Tn, G
Tidak ada keluhan yang dirasakan pada Tn. G
b. Ny. R
Tidak ada keluhan yang dirasakan pada Tn. G
c. An. D
Sementara Tn. J, mengeluh batuk berdahak kurang lebih
4 bulan yang lalu dan klien mengeluh susah untuk
mengeluarkan dahak,dan jumlah sputum berlebih.
Riwayat Ny.R tidak ada yang menderita tuberkulosis
paru. Ketika Tn. J batuk ia langsung membeli obat di kios
atau langsung ke puskesmas.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Tn. G dan Ny. R sudah memiliki rumah sendiri yang
lokasinya mengarah ke jalan raya, rumah Tn. G yaitu
permanen , dengan kamar 3, kamar mandi 1 dengan kondisi
jamban leher angsa dan memiliki penampungan, dapur 1,
atap sengan dan lantai dari tehel. Rumah mempunyai
ventilasi yang cukup dan sirkulasi udara yang bagus serta
pencahayaan yang baik. Sumber air keluarga yaitu air gunung
yang dialirkan melalui pipa, dengan kondisi bersih dan tidak
berbau.
2. Mobilitas Geografi Keluarga
Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor dan perahu.
Tn. J jika ingin ke Puskesmas membawa motor sendiri dan
pergi bersama ibunya, yang berjarak ≥ 3 km, Tn.J ke
puskesmas sekali sebulan untuk mengambil obat.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interkasi dengan Masyarakat
Keluarga berkumpul pada saat malam hari dan duduk di
ruang tamu sambil menonton TV, interaksi antar warga

23
24

banyak dilkukan pada saat sholat bersama di masjid dan


pada saat ada perkumpulan-perkumpulan di masyarakat
seperti arisan dan kerja bakti.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Kelurga Tn. G memiliki kelurga besar, jika ada masalah
maka kelurga yang lain akan saling membantu.
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi
Keluarga Tn. G selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu
berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, komunikasi di
lakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka
keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Cenderung bersifat efektif, sifat merubah perilaku keluarga
timbul karena ada perasaan sering peduli dan bukan paksaan.
3. Struktur Peran
Tn. G sebagai KK menjalankan tugas dengan baik. Tn. G
bekerja sebagai nelayan dan tidak melepaskan tanggung
jawab untuk mencari nafkah. Ny. R sebagai ibu rumah
tangga memiliki akdil yang cukup berpengaruh dalam
keluarga dan Tn.J membatu keluarga untuk mencari nafkah
bekerja sebagai nelayan.
4. Nilai dan Norma Budaya
Di dalam keluarga Tn. G tidak ada nilai dan norma khusus
yang mengikat anggota keluarga, untuk masalah kesehatan
keluarga juga tidak memiliki praktik yang harus dilakukan.
Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh adat dan agama.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Hubungan Tn. G dengan istri beserta anaknya terjalin dengan
baik, angota keluarga saling menghormati, memperhatikan,
menyayangi dan menyemangati.

24
25

2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan
disiplin, saling mengenal dengan masyarakat lainnya.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga belum mampu merawat masalah anggota keluarga
yang sakit keluarga tuberkulosis paru, belum mampu
memutuskan perawatan yang akan diberikan kepada Tn. J.
keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga dan
keluarga sudah mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada didesanya.

VI. Stres dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek
Stressor jangka pendek yang dialami keluarga Tn. G adalah
penyakit tuberkulosis paru yang dialami Tn. J dan Tn. J yang
masih belum mendapatkan pendamping.
2. Stressor Jangka Panjang
Keluarga takut penyakit Tn. J akan semakin parah dan di
rawat di rumah sakit
3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap masalah
Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Tn.J
harus mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi
kondisi lebih buruk lagi.
4. Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga berusaha agar tidak larut dalam menghadapi
masalah yang ada sehingga bisa dipikiran secara jernih
tindakan apa yang dilakukan.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga Tn. G tidak pernah melakukan perilaku kasar atau
kejam terhadap istrinya dan tidak pernah melakukan
ancaman dalam menjelaskan masalah.

25
26

VII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap agar diberikan kesembuhan kepada Tn. J
VIII. Pemeriksaan Fisi

Pemeriksaan
Tn. G Ny. R Tn. J
Fisik
KU Compos Compos Compos
mentis mentis mentis
kooperatif kooperatif kooperatif

TD 110/80 100/70 110/80


mmHg mmHg mmHg
Nadi 90x/menit 100x/menit 90 x/menit
Pernapsan 20x/menit 22x/menit 20 x/menit
BB
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris,
bersih, bersih, sudah bersih, rambut
sudah ada ada uban warna hitam
uban
Mata Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan, dan kanan, dan kanan,
kongjungtiv kongjungtiv kongjungtiv a
a tidak a tidak tidak anemis,
anemis, anemis, sklera tidak
sklera tidak sklera tidak ikterik
ikterik ikterik
Hidung Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan tidak
tidak ada tidak ada ada
pembesaran pembesaran pembesaran
konka, konka, konka, hidung
hidung hidung tampak bersih
tampak tampak
bersih bersih

26
27

Telinga Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri


dan kanan, dan kanan, dan kanan,
tidak ada tidak ada tidak ada
serumen, serumen, serumen,
pendengara pendengara n pendengara n
n baik baik baik

Mulut Tidak Tidak ada Tidak ada


ada stomatitis, stomatitis,
stomatitis mukosa tidak ada
, ada nya bibir caries
caries lembab
tidak ada
caries
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar
getah getah getah bening
bening bening

Paru-paru I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada

retraksi retraksi retraksi


dinding dinding dinding
dada. dada. dada.
P: P: P : pnemilus
pnemilus pnemilus kiri dan
kiri dan kiri dan kanan
kanan P : kanan P : P : sonor
sonor sonor
A : vesikular
A : vesikular A : vesikular
Abdomen I : simetris, I : simetris, I : simetris,

distensi distensi distensi

(-) (-) (-)

P : iktus P : iktus P : iktus


Kordis Kordis Kordis
teraba teraba teraba P :
P : P : pekak A:

27
28

pekak A: pekak irama


irama A: irama jantung
jantung jantung regular
reguler reguler
Ekstremitas Ekstermitas Ekstermitas Tidak ada
atas tidak atas tidak edema, CRT

oedema, oedema, < 2 detik


pergerakan pergerakan
baik, baik,
ekstermitas ekstermitas
bawah tidak bawah tidak
oedem, oedem,
varises
varises tidak
ada, turgor tidak ada,
kulit baik, turgor kulit
punggung baik,
punggung
kaki terlihat
sedikit kaki terlihat
kering, sedikit
kering.
Genitalia Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

28
29

Analisa Data

Data Masalah Penyebab


DS :
Ketidakefektifan Ketidakmapuan
1. Tn. J mengatakan batuk bersihan jalan keluarga merawat
berdahak sejak 4 bulan napas anggota keluarga
yang sakit
yang lalu dan sulit untuk
mengeluarkan dahaknya.
2. Tn. J mengatakan sedang
menjalani pengobatan 6
bulan dan beobat di
puskesmas soropia.
DO :
- Nampak batuk dan sulit
untuk mengeluarkan dahak.
- Ada suara napas tambahan
(ronkhi)
- Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
TD : 110/80 mmHg
N : 90 kali/menit
P : 20 kali/menit

Dignosa Keperawatan Keluarga

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Prioritas Masalah

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

29
30

No Kriteria Bobot Perhitung Skore Pembenaran


an
1. Sifat masalah 1 3x1/ 3 1 Masalah kurang
a. Aktual : 3 pengetahuan tentang
b. Resiko : 2 diet pada Ny. I, karena
c. Potensial : keluaarga kurang
1 pengetahuan.
2. Kemungkinan 2 2x2/2 2 Pengetahuan sumber
masalah dapat daya dan fasilitas
diubah : kesehatan tersedia dan
a. Tinggi : 2 dapat
b. Sedang : 1 dijangkau/dimanfaatkan
c. Rendah : 0
3. Potensial untuk 1 2x1/3 0,6 Hipertensi adalah
dicegah: penyakit yang tidak
a. Mudah : 3 dapat dicegah dan
b. Cukup : 2 diobati bila keluarga
c. Tidak mengetahui.
dapat : 1
4. Menonjol 1 2x1/2 1 Masalah dirasakan Ny. I
masalah dan keluarga
a. Masalah
dirasakan
dan perlu
ditangani :
2
b. Masalah
dirasakan:
1
c. Masalah
tidak
dirasakan:
0
Total skore 4,6

30
31

Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No DX Kep Tujuan Evaluasi Rencana Keperawatan


Umum Khusus Kriteria Standar
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah • Keluarga • Fisioterapi adalah • Kaji pengetahuan
berisan jalan napas dilakukan dilakukan mampu tindakan tentang fisioterapi
behubungan dengan kunjungan kunjungan menyebutkan keperawatan yang dada
defenisi dilakukan clapping • Diskusikan dengan
ketidak mampuan sebanyak 6 x 1 x 45 fisioterapi dada dan vibrating, pada keluarga tentang
keluarga merawat 45 menit menit
pasien dengan pengertian
anggota keluarga keluarga keluarga
gangguan system fisioterapi
yang sakit. mampu mampu dada dengan
pernapasan
merawat merawat menggunakan
anggota anggota leafleat.
keluarga keluarga • Keluarga • Membantu untuk • Evaluasi kembali
yang sakit yang sakit meningkatkan pengertian
mampu
dengan efisiensi pola fisioterapi dada
menyebutkan pada keluarga.
tuberkulosis tujuan pernapasan dan
paru. • Berikan pujian
fisioterapi dada membersihkan jalan
pada keluarga atas
napas jawaban yang benar
32

• Mengakaji
pengetahuan tujuan
fisioterapi dada
• Diskusikan dengan
keluarga tentang
tujuan fisioterapi
dada
• Evaluasi kembali
• Berikan pujian pada
keluarga atas
jajawaban yang
benar.
33

2. Setelah  Keluarga Keluarga member • Kaji keputusan


dilakukan mampu keputusan untuk yang diambil oleh
kunjungan tindakan keluarga
memutuskan
rumah tindakan yang keperawatan yang • Diskusikan
akan dengan keluarga
1x45 menit akan diambil
dilakukan tentang keputusan
keluarga
merawat yang telah dibuat
mampu
anggota • Evaluasi kembali
mengambi tentang keputusan
keluarga yang
l keputusan yang telah dibuat
sakit
• Berikan pujian
pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
3. Setelah  Keluarga  Keluarga • Kaji pengetahuan
dilakukan mampu merawat mengatakan keluarga tentang
kunjungan anggota mampu merawat cara merawat
anggota anggota keluarga
1x45 menit keluarga yang
keluarga yang yang sakit.
keluarga sakit. sakit • Diskusikan dengan
mampu keluarga tentang
merawat merawat anggota
keluarga keluarga yang
yang sakit sakit .
• Evaluasi kembali
tentang merawat
anggota keluarga
yang sakit.
• Berikan pujian pada
keluarga atas
jawaban yang benar.
35

3. Setelah • Keluarga • Keluarga • Kaji tentang


dilakukan mampu mempraktikkan kemampuan
kunjungan mendemontrasi teknik keluarga
1x45 menit kan fisioterapi fisioterapi dada. mendemostras
keluarga dada ikan teknik
mampu • Memanfaatkan fisioterapi 
mendemontr • Diskusikan
fasilitas
asikan teknik bersama
fisioterapi keluarga
dada mendemontras
ikan teknik
fisioterapi
• keluarga • Evaluasi kembali
mampu tentang
memanfaatkan mendemonstra
sikan
fisioterapi
dada.
• Berikan pujian
atas
keberhasilan
keluarga
dalam
melakukan
tindakan
fisioterapi.
4. Setelah
dilakukan • Kaji pengetahuan
pelayanan keluarga tentang
36

keluarga. kesehatan.
• Untuk • Evaluasi
mengetahui dan kembali
memeriksa bagaimana
masalah memanfaat
kesehatan. kan
• Sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan pada
semua anggota
pengobatan keluarga
• Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar.
37

Catatan perkembangan
Tn. j

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TT/Tgl/Waktu


Ketidakefektifan • Mengkaji pengetahuan tentang S : Keluarga dan Tn. J mengatakan sudah 19 Juli 2018/
bersihan jalan napas Fisioterapi dada. paham
berhubungan dengan 09.00 WITA
• Mendiskusikan dengan keluarga
ketidak mampuan
keluarga merawat tentang fisioterapi dada dengan dengan fisioterapi,
keluarga yang salkit. menggunakan leafleat/ lembar balik.
• Mengevaluasi kembali pengertian O : Keluarga dan Tn. J mampu 20 Juli 2018
Fisioterapi dada pada keluarga. menyebutkan pengertian, 09.00 WITA
• Memberikanerikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang benar. manfaat dan tujuan fisioterapi
dada

1. Mengkaji keputusan yang diambil oleh A : Masalah teratasi P:


keluarga
2. Mendiskusikan dengan keluarga Intervensi dilanjutkan
tentang keputusan yang telah dibuat
3. Evaluasi kembali tentang keputusan
yang telah dibuat S : Keluarga dan Tn. J bisa
4. Memberikan pujian pada keluarga atas mengambil keputusan
jawaban yang benar.
O : Tn. J tampak biasa mengambil
keputusan
A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan
38

Ketidakefektifan 1. Mengkaji keluarga tentang cara merawat S : Keluarga dan Tn. J bisa merawat 21 juli sd 24
bersihan jalan napas anggota keluarga yang sakit. anggota keluarga yang sakit 2018
berhubungan dengan 2. Mendiskusikan dengan keluarga merawat O : Keluarga danTn. J tampak paham 09.00 WITA
ketidak mampuan anggota keluarga yang sakit A : masalah teratasi
keluarga merawat 3. Mendemonstrasikan tindakan fisioterapi P : intervensi di hentikan
anggota keluarga yang dada
salkit. 4. Mengevaluasi kembali tentang merawat
anggota keluarga yang sakit.
5. Memberikan pujian pada keluarga atas
jawaban yang benar
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan
tuberculosis paru dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Desa Mekar
wilayah Kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian didapatkan Tn. J kurang lebih sejak 4 bulan yang lalu
positif terinfeksi kuman tuberkulosis paru, ada suara napas tambahan
(ronkhi), sputum dalam jumlah yang berlebihan. Pasien sedang menjalani
pengobatan 6 bulan dan pasien berobat di puskesmas soropia.
2. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data fokus dari pengkajian yaitu
ketidakefektifan berihan jalan napas berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Intervensi yang dilakukan kepada keluarga Tn. G berdasarkan diagnosa
yang telah didapatkan dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu
mengenal masalah, memutuskan tindakan, merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
4. Implementasi yang dilakukan pada Tn. J mulai tanggal 19 juli 2018 sampai
dengan 24 juli 2018 sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode, berdiskusi, demonstrasi,
dan penyuluhan.
5. Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi pada Tn. J pada tanggal 19
juli sampai dengan 24 juli 2018, mengenai tindakan keperawatan yang
telah dilakukan berdasarkan catatan SOAP.

B. Saran
39
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Puskesmas Soropia
Melalui pimpinan puskesmas dan tenaga kesehatan yang memegang
program puskesmas diharapkan hasil studi kasus ini dapat digunakan
sebagai tambahan informasi dalam mengembangkan program puskesmas
di keluarga dengan tuberkulosis paru dan mengoptimalkan asuhan
keperawatan keluarga dan melakukan kunjungan rumah sekali sebualan.
2. Bagi keluarga
Kepada keluarga Tn. G diharapkan dengan pemberian asuhan keperawatan
keluarga tentang penerapan fisioterapi dada pada Tn. G dan lebih
meningkatkan lagi fungsi perawatan pada anggota keluarga yang
mengalami masalah
kesehatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memperoleh data yang lebih
akurat dalam proses pengkajian berkaitan dengan ketidakefetifan bersihan
jalan napas dengan penerapan fisioterapi dada.

40
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan.


Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.
Dalam teks: (Komang Ayu, 2010)

Dinkes prov. Sultra. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.


Kendari

Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2013). Riset Keperawatan Dasar 2013.


http://depkes.go.id/download/riskesdas2013/hasil%20riskesdas
%202013.pdf.Diu nduh 20 Mei 2018

Nanda Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Edisi ke-10. Jakarta: ECG.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif. H, dkk. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1,2,3. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga . Yokyakarta: Nuha Medika.

Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Teori Pada
Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.

World health organization. (2012). Laporan Tuberkulosis Global. Switzerland:


WHO.

41

Anda mungkin juga menyukai