Anda di halaman 1dari 4

Museum Dewantara Kirti Griya

Nama:Andi rohmansyah

NIM   :2014006045

                                                          Museum Dewantara Kirti Griya

Museum Dewantara Kirti (bahasa Jawa: Hanacaraka, ) merupakan museum


peniggalan dari tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara yang berupa
rumah dan pendapa. Selain itu museum juga menampilkan koleksi peninggalan
barang-barang yang dipakai oleh Ki Hadjar Dewantara beserta keluarga

Sejaraah bangunan rumah keluarga ki hadjar dewantara


Bangunan rumah yang berdiri di atas tanah seluas 5.594 m2 tersebut dibeli atas nama Ki
Hadjar Dewantara, Ki Sudaminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada tanggal 14
Agustus 1935. Konon bangunan rumah tersebut didirikan pada tahun 1925 dengan gaya Jawa.
Bangunan tercatat dalam buku register Kraton Ngayogyakarta tertanggal 26 Mei 1926,
dengan nomor Angka 1383 / l.H (2). Pada tanggal 18 Desember 1951, pembelian tersebut
dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa.

Tanggal November 1957, bertepatan dengan kawin emas Ki Hadjar Dewantara, beliau
menerima persembahan bakti dari para pecinta Taman Siswa berupa rumah tinggal yang
diberi nama Padepokan Ki Hadjar Dewantara, berlokasi di Jl. Kusumanegara 131
Yogyakarta. Tahun 1958, pada kesempatan rapat pamong Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara
mengajukan permintaan kepada sidang agar rumah bekas tempat tinggalnya yang berada di
komplek perguruan Tamansiswa, Jl. Tamansiswa 31 dijadikan museum. Permintaan tersebut
ditanggapi dengan baik dan dilaksanakan setelah beliau wafat. Ki Hadjar Dewantara wafat
pada tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Mulai tahun 1960,
Taman Siswa berusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum Ki Hadjar Dewantara.

Pada suatu kesempatan Drs. Moh. Amil Sutaarga yang bertugas di Museum Nasional Jakarta,
dan beliau adalah keluarga dekat Tamansiswa, bersedia datang ke Yogyakarta untuk
memberikan pengetahuan dasar tentang permuseuman kepada Kepala Museum Sonobudoyo,
Kepala Museum TNI AD, dan calon petugas museum Tamansiswa, yang dilaksanakan di
Museum Perjuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1963 dibentuklah panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari

1. Keluarga Ki Hadjar Dewantara.


2. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
3. Sejarawan.
4. Keluarga Besar Taman Siswa.

Sampai pertengahan tahun 1969, rancangan adanya museum belum juga terwujud,walaupun
sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial.

Pada tanggal 11 Oktober 1969 Ki Nayono menerima surat dari Nyi Hadjar Dewantara
(pribadi). Dengan adanya surat tersebut, Ki Nayono tergugah untuk segera meminta perhatian
kepada Majelis Luhur agar bekas tempat tinggal Ki Hadjar yang sudah dinyatakan sebagai
Dewantara Memorial segera dijadikan museum.

Pada tanggal 2 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, museum diresmikan
dan dibuka untuk umum oleh Nyi Hadjar Dewantara sebagai pemimpin umum Taman Siswa.
Museum diberi nama Dewantara Kirti Griya, nama tersebut pemberian dari Bapak
Hadiwidjono (EYD : Hadiwijoyo) seorang ahli bahasa Jawa. Adapun keterangannya sebagai
berikut. Dewantara, diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara. Kirti, artinya pekerjaan
(Sansekerta). Griya, berarti rumah. Dengan demikian arti lengkapnya adalah rumah yang
berisi hasil kerja Ki HadjarDewantara. Peresmian museum ditandai dengan candrasengkala
Miyat Ngaluhur Trusing Budi yang menunjukkan angka tahun 1902 Jawa atau tanggal 2
Mei 1970 Masehi.

Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan makna dan tujuan memorial
yakni, dengan melalui museum diharapkan para pengunjung khususnya generasi muda akan
dapat mempelajari, memahami dan kemudian dapat mewujudkan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, kedalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di museum ini pula awal lahirnya Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY tahun 1971,
yang dipimpin Mayor Supandi (alm.) sebagai ketua I dan selanjutnya Barahmus DIY
beralamat di Jl. Taman Siswa hingga 2 Mei 2007, kemudian pindah ke Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta

Pendapa Agung Taman Siswa

Mortil yang pernah ditembakan oleh Belanda mengarah ke pendapa Taman Siswa.

Perguruan Tamansiswa berdiri 3 Juli 1922. Saat berdiri memiliki 25 anak didik. Itupun hanya
di bagian Taman Indra (TK). Karena setiap tahun meningkat maka tempat kelahiran
Tamansiswa yang bertempat di Jl. Gajah Mada Yogyakarta dipindahkan di Jl. Tamansiswa no
31 dan 33.

Ki Hadjar Dewantara beserta keluarga belum berkenan pindah. Beliau menginginkan


kepindahannya akan dilakukan bersamaan waktunya dengan terwujudnya sebuah pendapa
dalam komplek baru. Bagi Tamansiswa pendapa adalah sebuah tempat yang diliputi suasana
keluhuran budi.
Untuk mewujudkan gagasan Ki Hadjar Dewantara membentuk komisi dengan struktur
sebagai berikut :

Ketua : Ki R. Roedjito (EYD : R. Rujito) (OLMij 1922)[1]


Wakil Ketua : B.P.H Soejodiningrat (EYD : B.P.H Suryodiningrat)
Perencana : G.P.H Tedjokoesoemo (EYD : G.P.H Tejokusumo)
Pembantu : Katri Kartisoeseno (EYD : Katri Kartisuseno)
Pelaksana : R. Sindoetomo (EYD : R. Sindutomo) (Arsitek)

Dana pembanguan Dana pembangunan pendapa yang diperkirakan menghabiskan dana f.


4000,00 (empat ribu gulden)

Sumber dana antara lain :

1. Para siswa setanah air dengan Gerakan Sebenggolan tiap siswa menyumbang satu
benggol = dua setengah sen = satu per empat puluh gulden, setiap bulan.
2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia melakukan penarikan pertandingan
sepakbola di berbagai tempat dan uang seluruhnya diserahkan kepada Tamansiswa.
3. Hasil penjualan pekerjaan tangan Wisma Rini yang pada waktu itu pengasuhnya
adalah Ni Koema Ratih Wonobojo.

Minggu, 10 Juli 1938 Masehi atau 12 Jumadil Awal 1869 Jawa atau 1357 Hijriyah
merupakan peletakan batu pertama pendapa oleh Raden Ajeng Soetartinah atau yang lebih
dikenal sebagai Nyi Hadjar Dewantara dengan ditandai candra sengkala Ambuka Paras
Angesti Widji.(2)

Pada hari Selasa, 27 September 1938 diadakan upacara pemasangan molo[2] dengan
penacapan paku emas yang dipasang oleh B.P.H Soerjodiningrat. Pada tanggal 16 November
1938 pendapa dibuka resmi. Setelah upacara pembukaan dilanjut dengan Rapat Besar Umum
(kongres) Taman Siswa. Rapat berlangsung hingga tanggal 22 November 1938 di Pendapa
Agung Tamansiswa. Bersamaan dengan resminya pendapa maka Ki Hadjar Dewantara
berkenan pindah di rumah Jl. Tamansiswa no 31.

Bentuk Bangunan Pendapa Agung Tamansiswa


Pendapa ini bergaya Jawa Yogyakarta dengan ukuran 17 m x 17 m. Sedangkan lantai
pendapa lebih tinggi satu meter dari lantai tanah dan tinggi pendapa 12 meter. Pada tahun
1952 pendapa diperluas dengan penambahan sayap kanan kiri pendapa dan tempat
penyimpanan gamelan.

Patung Ki Hadjar Dewantara


Patung ini terletak di depan pendapa. Patung yang
terbuat dari perunggu. Di bagian depan patung tertulis
TUT WURI HANDAYANI dan di bagian belakang
patung tertulis pembuat patung yaitu Ki Hendrojasmoro
yang merupakan bekas Pamong Tamansiswa cabang
Kebumen. Diresmikan pada hari Selasa 16 Desember
1975 oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Cagar Budaya
Museum Dewantara Kirti Griya dan Pendapa Agung Tamansiswa sebagai Monumen
Persatuan Tamansiswa. Telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) dengan
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor : PM.25/PW.007/MKP/2007.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Maret 2007.

. - Kamar keluarga ki hajar dewantara

  - Baju  keluarga ki hajar dewantara

  - Perpustakaan ki hajar deantara

  -  Perpusatan ki hajar dewantara

  - Foto dari keluarga ki hajar dewantara

  -Ruangan - rungan ki hajar dewantara

  -Buku - buku pusaka ki hajar dewantara 

      Sekian dan terimakasih . mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak benar , dan
pada musium ki hajar dewantara kurang lengkap .  SALAM DAN BAHAGIA

Anda mungkin juga menyukai