Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS SARJANA WIYATA TAMANSISWA

MAGISTER PENDIDIKAN

JL.Kusumanegara 157 Telp.(0274) 564369,Fax.564369 Yogyakarta

Website:www.ustjogja.ac.id E-mail: www.info@ustjogja.ac.id

ACADEMIC PAPER

UAS - 3 AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen : Prof. Dr.Gunawan,M.Pd.

Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

Nama : Antonia Sri Dwihartati

NIM : 2013 083 023


UAS- 3 AJARAN KI HAJAR DEWANTARA DARI 10 AJARAN KHD

A. PENDAHULUAN

Siapa yang tidak mengenal Ki Hajar Dewantara? Ki Hajar Dewantara dikenal


sebagai Bapak Pendidikan Bangsa Indonesia sekaligus pemimpin yang tangguh.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama
kecil Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Maka tgl lahir beliau, 2 Mei dijadikan
sebagai Hari Pendidikan Nasional sebagai penghormatan atas jasa-jasa Ki Hajar
Dewantara pada dunia pendidikan di Indonesia. 10 ajaran Ki hajar Dewantara
yang terkenal yaitu:

1. Tri Pusat Pendidikan : keluarga, sekolah, masyarakat


2. Tri hayu : memayu hayuning sarira, bangsa, bawana/manungsa
3. Trilogi kepemimpinan: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
Tut wuri handayani
4. Tri saksi jiwa : Cipta, Rasa ,Karsa
5. Tri nga : ngerti, ngrasa, nglakoni
6. Tri N : Niteni, Nirokke, Nambahi
7. Tri Pantangan: Pantang menyalahgunakan kekuasaan/wewenang, Pantang
menyalahgunakan keuangan, Pantang melanggar kesusilaan
8. Tri Juang : berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan
9. Ning-neng-nung-nang : Hening, Meneng, Hanung/teguh, Menang
10. Ngandel-Kendel- Bandel-Kandel : Ngandel(percaya pada Tuhan/percaya
diri),kendel- berani karena benar, bandel-tidak mudah putus asa, kandel-
tebal imannya.

B. PEMBAHASAN
Ajaran Ki hajar Dewantara, jika kita gali dan cermati sungguh luar biasa.
Namun, penulis memilih 3 ajaran beliau untuk dibahas dalam akademik
paper ini.
1. Tri Pusat Pendidikan
2. Tri Logi Kepemimpinan
3. Tri Pantangan
Tri Pusat Pendidikan, 3 pusat pendidikan yaitu pendidikan dalam Keluarga,
Pendidikan di Sekolah dan Pendidikan dalam Masyarakat.
Keluarga sebagai tempat paling utama tumbuh kembangnya seorang anak,
tentu peran orang tua sangatlah penting. Anak mengenal dunia, diawali dari
dalam suatu keluarga. Peran seorang ibu dalam pendidikan seorang anak
sangatlah besar, terlebih sejak dari dalam kandungan seorang ibu bisa mulai
mendidik anaknya dengan komunikasi/ mengajak bicara anak dalam
kandungan, maupun dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam
hidupnya selama masa kehamilan.
Apalagi ketika seorang anak telah lahir di dunia, pelajaran pertama yang
didapatkan seorang anak juga dari dalam lingkungan keluarga, dari ibu dan
ayahnya. Jika seorang anak dididik dengan baik, sopan dari dalam keluarga
oleh ibu dan ayahnya, maka iapun akan terbiasa sopan dan bisa menjadi anak
yang baik. Pembiasaan-pembiasaan yang baik dari kelurga jika ditanamkan
terus-menerus pada si anak lama kelamaan akan mempribadi pada anak tsb.
akan menjadikan karakter baik pada anak.
Kebiasaan baik yang telah ditanamkan dari dalam keluarga, akan berkembang
semakin baik dengan ditunjang pendidikan yang diberikan secara formal di
sekolah. Dengan dilandasi kepribadian yang baik didikan dari keluarga,
ditambah dengan pendidkan formal disekolah yang mengembangkan
kemampuan kognitif, psikomotor dan affektif diharapkan pertumbuhan
seorang anak bisa semakin optimal. Pendidikan di sekolah membekali anak
ketrampilan untuk terjun kedunia kerja, ditambahkan pendidikan budi pekerti
dan kemampuan berpikir untuk menambah wawasan yang lebih luas. Namun
pendidikan keluarga dan pendidikan formal yang diterima di sekolah masih
belum lengkap ketika seorang anak hidup ditengah tengah masyarakat diapun
harus belajar bermasyarakat. Bagaimana anak bisa memiliki rasa toleransi
pada orang lain, bisa bekerja sama dengan orang lain, memiliki rasa empati
dengan yang menderita,bisa menghargai keberadaan orang lain sehingga bisa
hidup rukun berdampingan dalam masyarakat adalah pembelajaran yang
diterima anak ketika hidup terjun bermasyarakat.
Dengan segala sapek pendidikan yang didapatkan dari keluarga, sekolah
maupun masyarakat diharapkan keberadaan anak akan bisa bermakna bagi
sesamanya. Hidup bukan untuk dirinya sendiri dan keluarga saja, tapi hidup
yang punya kontribusi bagi masyarakat luas, hidup yang berguna bagi banyak
orang.
Ajaran Ki Hajar Dewantara berikutnya adalah Tri Logi Kepemimpinan: Ing
Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Sebagai seorang guru, saya adalah pemimpin anak didik saya. Saya juga
pemimpin diri saya sendiri. Semua manusia adalah pemimpin dirinya sendiri.
Ing Ngarso = didepan. Sun berasal dari kata Ingsun= saya. Tulodho =
tauladan/contoh yang baik.
Yang berarti bahwa sebagai guru/pemimpin anak didik, saya harus bisa
memberikan contoh yang baik bagi anak didik , dan juga bagi orang –orang
yang ada disekitar saya.
Pemimpin harus bisa memberikan inspirasi bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Maka jika seorang pemimpin tidak bisa memberikan suri
tauladan dia tidak pantas disebut pemimpin.
Ing Madyo = ditengah-tengah. Mangun=menggugah/membangkitkan.
Karso=kemauan, niat.Seorang pemimpin juga harus berada ditengah-tengah
orang yang dipimpinnya untuk menggugah/membangkitkan semangat
sehingga bisa menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif bagi yang
dipimpinnya.
Tut Wuri= mengikuti dari belakang. Handayani = memberi dorongan
moral/dorongan semangat. Ketika ada di belakang, seorang pemimpin juga
harus bisa memberikan dorongan semangat dan moral bagi yang
dipimpinnya. Dorongan dan semangat moral ini diharapkan menjadikan
kemandirian dan tidak bergantung pada orang lain.
Makna ajaran, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani adalah seorang pemimpin harus bisa memberikan suri
tauladan dan mau membaur bersama dengan yang dipimpin untuk
memberikan dorongan, semangat , motivasi dan kemandirian dengan rasa
aman nyaman.

Ajaran Ki Hajar Dewantara yang ke-3, Tri Pantangan : Pantang menyalah


gunakan kekuasaan/wewenang, pantang menyalah gunakan keuangan,
pantang melanggar kesusilaan.
Seorang pemimpin yang amanah sudah semestinya pantang
menyalahgunakan kekuasaan untuk mencari keuntungan diri sendiri maupun
kelompoknya. Dia harus selalu ingat bahwa jabatan dan kekusaan yang dia
terima harus bisa berguna bagi keadilan dan kesejahteraan hidup orang
banyak bukan untuk segelintir orang saja.
Pantang menyalah gunakan keuangan. Sekalipun ada kesempatan, seorang
pemimpin tidak seharusnya memperkaya diri sendiri dengan uang yang tidak
halal, uang yang bukan haknya, maupun memperkaya kelompoknya.
Pantang melanggar kesusilaan. Selain 2 pantangan diatas, seorang pemimpin
juga harus menjaga etika moralnya dengan pantang melanggar susila.
Menjaga nama baik dengan sungguh-sungguh menjaga perilaku, dengan
tingkah laku yang baik dan sopan dalam kehidupan masyarakat. Kalau ajaran
Ki Hajar Dewantara ini sungguh sungguh kita pahami dan kita laksanakan
maka akan sejahteralah masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, ajaran ke-3 Ki Hajar Dewantara ini sungguh sangat jauh bertolak
belakang dengan fakta yang sering terjadi dalam masyarakat dewasa ini.
Sering kita baca di koran, maupun kita lihat dan dengar di dunia elektronik,
banyak pejabat-pejabat negara yang ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) karena tidak melakukan ajaran Ki Hjar Dewantara ini.Beberapa
pejabat sering menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya untuk mencari
keuntungan sendiri maupun kelompoknya.Karena jabatan yang diemban,
seorang pejabat justru leluasa mempermainkan peraturan untuk tujuan
tertentu yang tidak sesuai dengan keadilan dan kebenaran. Sebagai contoh,
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akhil Muchtar, yang tertangkap tangan
KPK menerima suap pemenangan Pemilu Pilkada di beberapa Daerah.
Dengan jabatan sebagai Ketua MK , Akhil punya kewenangan siapa yang
dijadikan pemenang pemilu Pilkada setelah disuap orang-orang tertentu.
Posisi sebagai Ketua Mk pun semakin berat karena banyaknya iming-iming
uang yang ditawarkan banyak pihak yang menginginkan perkaranya
dimenangkan dalam MK. Sehingga bukan hal aneh jika terjadi
penyalahgunaan keuangan karena jabatan seorang pemimpin. Jabatn yang
tinggi, uang yang banyak semakin mendorong seseorang bersikap tingkah
laku yang aneh-aneh, dengan memiliki istri simpanan, misalnya. Sehingga
dorongan untuk melanggar kesusilaan semakin terbuka lebar.

Jabatan, keuangan dan kesusilaan adalah 3 hal yang semakin memprihatinkan


dewasa ini. Ketika manusia cenderung ingin menduduki jabatan tertentu,
ambisi pribadi yang tak terkontrol menumbuhkan dorongan menghalalkan
segala cara.
Ketika jabatan sudah terpegang, keinginan untuk memperkaya diri sendiri
pun muncul, sehingga menimbulkan korupsi. Ketika sudah ada banyak uang,
timbul keinginan yang lain, memperbanyak istri, sehingga terjadi pelanggaran
kesusilaan dengan memiliki istri simpanan.
C. KESIMPULAN
Ajaran Ki hajar Dewantara yang sungguh mulia sudah seharusnya
dipahami oleh semua guru Indonesia, sehingga dalam mendidik ajaran-
ajaran mulia tsb bisa ditanamkan pada anak didik kita.Jika generasi muda
Indonesia mendapatkan pendidikan dan ajaran yang baik, kelak mereka
pun bisa menjadi pemimpin pemimpin yang baik bagi Bangsa ini.
Pemimpin yang beretika dan bermoral.

D. REFERENSI
educasion-compasiana.com
ebookbrowsee.net/sistem-among-menurut ki-hajar-dewantara
3 ajaran kepemimpinan ki hajar dewantara

Anda mungkin juga menyukai