Anda di halaman 1dari 39

TUGAS TUTORIAL

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS


SKENARIO 3 “STATUS GIZI dan PHBS”

Oleh :
KELOMPOK B-13

Ketua:
Wemdi priya prasetya 1102009296
Sekretaris:
Puspita sari 1102009226
Anggota:
Latifahni 1102009156
Silvia octa roza 1102008325
Sakinah 1102009257
Lingga lilianie 1102009163
Puput indah pratiwi 1102009224
RA nurafrilya fitria s 1102009230
Rhezza imam M 1102009242
Opialeta putri 1102009214
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2011/2012
SKENARIO 3

STATUS GIZI dan PHBS

Kasus gizi buruk di sejumlah daerah masih sering terjadi,baru-baru ini terjadi ledakkan kasus gizi
buruk di beberapa daerah seperti NTB ,NTT,Aceh dan Lampung, Pemerintah dinilai belum serius
menangani masalah tersebut . walaupun angka prevalensi kasus gizi buruk pada balita di indoneisa
terjadi penurunan 8,8 persen pada tahun 2005 menjadi 5,4 persen pada tahun 2007 (riskesdas
2007), akan tetapi pada sebagian besar provinsi di indonesia mempunyai prevalensi gizi buruk lebih
dari 5,4 persen. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi anak dilakukan pemeriksaan
antopometri.

Salah satu cara menurunkan kasus gizi buruk adalah dengan pemberian maknan tambahan (PMT)
kepada para balita. PMT dapat dilakukan di posyandu-posyandu melalui program revitalisasi
posyandu.

Selain itu peran kesehatan lingkungan amatlah penting. Lingkungan tempat tinggal harus memenuhi
syarat hidup sehat dan perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Diharapkan masyarakat sekitar dapat menggalakkan kepedulian sosial sesuai dengan syariah islam
jihad (jihad sosial)
Kata Sulit :

Pemeriksaan antopometri : pengukuran untuk menilai BB, TB,LLA,lingkar kepala,lingkar perut

Gizi buruk : keadaan kurang asupan gizi

Program revalitisasi : program untuk meningkatkan pelayanan posyandu

Posyandu : tempat pelayanan dimana ada kegiatan imunisasi,KB dan kesehatan

ibu dan anak

PMT : upaya untuk perbaikkan gizi

PHBS : tindakkan yg dilakukan atas kesadaran sehingga dapat

melakukan,menolong diri sendiri di bidang kesehatan

MDG 2015 ,bertujuan : 1. Menanggulangi kelaparan

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

3. menyetarakan gender dan pemberdayaan semua

4. menurunkan angka kematian anak

5. meningkatkan kesehatan ibu

6. memerangi HIV,AIDS,Malaria dan penyakit menular lain nya

7. memastikan kelestarian lingkungan hidup

8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

MDG 2015 : merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan PBB yang mulai dijalanakan pada
september 2000

Pertanyaan :

1. Apa saja kriteria gizi buruk ?


2. Apa tujuan MDG 2015 berjalan dengan lancar ?
3. Apa penyebab gizi buruk ?
4. Apa indikator PHBS ?
5. Apa saja program PMT ?
6. Apa syarat rumah,lingkungan dan perilaku sehat ?
7. Bagaimana Cara pemeriksaan antopometri ?
8. Apa kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam penanganan gizi buruk ?
Jawab :

1. TB,BB,LLA,lingkar kepala tidak sesuai standar


2. Sedang berjalan
3. Intake makanan kurang,tidak mendapat asi eksklusiv,ekonomi, dan pendidikan
4. Mandi 2X sehari, cuci tangan sebelum makan, Asi eksklusiv,tidak merokok,tersedia air bersih
5. Pemberian vitamin A,kacang hijau,dan susu
6. Ventilasi, cukup sinar matahari, jarak toilet dan sumur, dan penyediaan air bersih
7. Cara langsung dn tidak langsung
8. Distribusi, dana , SDM

Hipotesis

Tingginya angka gizi buruk, sehingga timbul program pemerintah seperti PMT,PHBS, MDG 2015,
yang bertujuan untuk meningkatkan kwalitas hidup sehat .
TIU 1. PENILAIAN STATUS GIZI ANAK

1.1. Status gizi

Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar
baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas
klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan
(mikrotoise)

Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB,
kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada
sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12
bulan.

Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB)
induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al,
dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :

NIS  NMBR
Skor Baku Rujukan 
NSBR

NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb

Untuk BB/U

Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD

Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD

Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD

TB/U

Pendek Bila SSB < -2 SD


Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD

Tinggi Bila SBB > +2 SD

BB/TB

Kurus Bila SSB < -2 SD

Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD

Gemuk Bila SSB > +2 SD

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004).
Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3

Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal


Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah

Normal Normal Normal Normal


Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi

Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal


Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004

Metode penilaian status gizi


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas
secara umum sebagai berikut.

Antropometri
1. Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Klinis

1. Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2. Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys).
Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.

Blokimia

1. Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
2. Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan
kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

Biofisik

1. Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
2. Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan
sebagai berikut:

Survei Konsumsi Makanan


1. Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak lang¬sung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
2. Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang kon¬sumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Statistik Vital
1. Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2. Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.

Faktor Ekologi

1. Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
2. Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi
di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw,
1964). Secara ringkas, penilani status gizi
FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE
PENILAIAN STATUS GIZI

Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan
dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode,
maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode.
Penggunaan satu metode akan memberikan baran yang kurang komprehensif tentang suatu
keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mengunakan metode adalah
sebagai berikut.

Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat
fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status
vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.

Unit Sampel yang Akan Diukur


Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengamhi metode penilaian status
gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individi rumah tangga/keluarga dan
kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang diukur adalah kelompok atau masyarakat
yang rawan gizi secara keseluruhan sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena
metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.

Jenis Informasi Yang Dibutuhkan


Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis info yang diberikan.
Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan berat dan badan, tingkat hemoglobin dan
situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka
metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui
tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi
tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode
antropometri. Begitu apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi
sebaiknya gunakan pengukuran faktor ekologi.

Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan


Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan rasi yang
berbeda-beda. Contoh penggunaan metode Idinis dalam menilai tinkat pembesaran kelenjar
gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini tenaga medis dan paramedis yang sangat
terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian
secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi, Oleh karena itu
apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi
dengan biokimia sangat dianjurkan.
Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas
tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya
fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif
lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri
dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal
dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.

Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi peng-gunaan
metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status
gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.
Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena
menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang hams dikuasai. Berbeda dengan
penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut
cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya. Kader gizi di Posyandu
adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
walaupun disana-sini masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan
pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta umur anak. Setelah
mendapatkan data, mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat
menginterpretasi data tersebut
Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga kesehatan
lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak spesifik untuk
keadaan tertentu. Stomatitis angular, sering tidak benar di-interpretasikan sebagai kekurangan
riboflavin. Keadaan ini di India diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah
pinang yang banyak mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir.

Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan
digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin
menilai status gizi di suatu raasyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya
dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode
biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga,
biaya dan peralatan yang memadai.

Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status
gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode
lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian
status gizi.
Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi hams selalu mempertimbangkan faktor tersebut
di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena
itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan
dan mencennati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.
(http://statusgizi.blogspot.com/2009/01/psg-secara-langsung.html)

1.2. klasifikasi status gizi anak berdasarkan antropometri

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Umur.

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan
berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS

Indeks yang Batas


No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk


  - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
  - 2 s/d +2 SD Gizi baik
  > +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek


- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus


- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni
persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart
Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi


Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal


Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal


Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR


Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar
Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan
berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.

Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut

Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS
hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS

Age Standard Deviations


Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS

Stature Standard Deviations


cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS

Stature Standard Deviations


Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Jadi untuk indeks BB/U adalah

= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah

= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD

TIU.2.Definisi gizi buruk


Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi
dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila
berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak
disertai tanda-tanda bahaya.

Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:

Kwashiorkor memiliki ciri:


1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
2) pandangan mata sayu
3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit
dan mudah rontok
4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5) terjadi pembesaran hati
6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8 ) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9) anemia dan diare

Sedangkan ciri-ciri marasmus :


1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gambang
7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8 ) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis


kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

2.1 Penyebab gizi buruk


A. Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
 Penyapihan yang terlalu dini
 Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
 Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung
atau metabolisme lainnya.
B. Penyebab tidak langsung:
 Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
 Lingkungan rumah yang kurang baik
 Pengetahuan gizi kurang
 Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
C. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
 Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa
terhambat.
 Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
 Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

2.2 Pencegahan gizi buruk

Menurut Menteri Kesehatan RI, tanggung jawab pemerintah Pusat dalam hal ini Depkes
adalah merencanakan dan menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui Jaminan
Kesehatan Masyarakat, membuat standar pelayanan, buku pedoman serta melakukan
pembinaan dan supervisi program ke provinsi, kabupaten dan kota.5 Dalam kaitannya dengan
gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN)
Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009.Menkes menambahkan,
pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu
melalui penambahan anggaran penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk menjadi Rp. 600
milyar pada tahun 2007 dari yang sebelumnya 63 milyar pada tahun 2001.7 Anggaran
tersebut ditujukan untuk:

1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di
posyandu

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan
rumah tangga

3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang


gizi dari keluarga miskin

4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada
anak (ASI/MP-ASI)

5. Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita

Adapun strategi dan kegiatan Depkes dan organ-organnya, untuk memenuhi tujuan-tujuan
tersebut antara lain9:

Strategi:

1. Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan

2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok
potensial lainnya.

3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi


buruk

4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)

5. Menyediakan dan melakukan KIE


6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

Kegiatan:

 Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu


 Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)
 Orientasi kader
 Menyediakan biaya operasional
 Menyediakan materi KIE
 Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A

2.3 Tatalaksana kasus gizi buruk


a. Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS
(biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
b. Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS
c. Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan
d. Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

Pencegahan gizi buruk

 Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin


yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang
 Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu
 Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan
pertumbuhan

Surveilen gizi buruk

 Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)


 Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk

Pemantauan status gizi (PSG)

 Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk


 Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan
masyarakat)
 Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif
 Manajemen program:
 Pelatihan petugas
 Bimbingan teknis

http://rizkisaputro.files.wordpress.com/2008/03/luthfi-gizi-buruk-di-indonesia.pdf
TIU 3. Posyandu
3.1 Definisi, sasaran dan tujuan posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu,yaitu merupakan
wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan
kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA,Imunisasi dan penanggulangan diare.

Adapun pengertian mengenai posyandu bayak para ahli mengemukakan sangat berpariasi
tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara sederhana yang di maksud dengan
posyandu adalah: “pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh
pelayanan Kb-kesehatan”.
Dari aspek prosesnya maka pengertiannya adalah sebagai berikut: “merupakan salah satu
wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan
menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal”.
Posyandu apabila dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan, adalah: “forum
yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang
propesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
agar dapat hidup sehat”.

Tujuan penyelenggara Posyandu… 


1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,
melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Menurut Depkes tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk:


1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan NKKBS.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatankegiatan kesehatan
dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.
 
Pengelola Posyandu.
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
             
Kegiatan Pokok Posyandu :
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.

Pembentukan Posyandu.
a. Langkah – langkah pembentukan :
1)      Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2)     Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan teknis unsur
kesehatan dan KB .
3)     Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana dan
prasarana posyandu, biaya posyandu
4)     Pemilihan kader Posyandu.
5)     Pelatihan kader Posyandu.
6)     Pembinaan.
 
b. Kriteria pembentukan Pos syandu.
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100
balita.
c. Kriteria kader Posyandu :
1)      Dapat membaca dan menulis.
2)     Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3)     Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4)     Mempunyai waktu yang cukup.
5)     Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6)     Berpenampilan ramah dan simpatik.
7)     Diterima masyarakat setempat.

d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.


1. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim Penggerak PKK
Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas, dilakukan pelayanan
masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
Penyelenggaraan dilakukan dengan “pola lima meja” sebagaimana diuraikan
antara lain:
Meja 1: pendaftaran
Meja 2: penimbangan bayi dan anak balita
Meja 3: pengisian KMS (kartu menuju sehat)
Meja 4: peyuluhan perorangan
- Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak naik, diikuti
dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A dosis tinggi.
- Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi.
- Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian kondom,
pil ulangan atau tablet busa.
Meja 5: Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat. 
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan
meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

      2.  Sasaran Posyandu :


Bayi/Balita.
Ibu hamil/ibu menyusui.
WUS dan PUS.

e.       Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :


1) Kesehatan ibu dan anak :
Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii dan Agustus)
PMT
Imunisasi.
Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui
pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik
pada kartu KMS setiap bulan.
 
2)  Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3)  Pemberian Oralit dan pengobatan.
4)   Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan
dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan
ibu hamil. Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN
S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.

Keberhasilan Posyandu berdasarkan :


1 ) D / S : baik/kurangnya peran serta masyarakat
 
2) N / D : Berhasil tidaknyaProgram posyandu
 
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja V merupakan
meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat clan Petugas KB)
f. Dana.
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan
kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak
mengikat yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.

 
3.2 Stratifikasi posyandu
STRATA POSYANDU dikelompokkan menjadi 4 :
1. Posyandu Pratama  :
 belum mantap.
 kegiatan belum rutin.
 kader terbatas.
2. Posyandu Madya  :
 kegiatan lebih teratur
 Jumlah kader 5 orang
3. Posyandu Purnama  :
 kegiatan sudah teratur.
 cakupan program/kegiatannya baik.
 jumlah kader 5 orang
 mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri  :
 kegiatan secara terahir dan mantap
 cakupan program/kegiatan baik.
 • memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.
5. Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang
antar strata Posyandu adalah :
 Jumlah buka Posyandu pertahun
 Jumlah kader yang bertugas.
 Cakupan kegiatan.
 Program tambahan.
 Dana sehat/JPKM.
Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada kemampuan,
keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK, LPM sebagai pengelola
dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.

Jenis posyandu :
Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi sebagai
berikut :
1.  Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya
belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’
sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu
ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
2.  Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu
kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
a.   Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi
dengan metoda simulasi.
b.   Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan
masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program
tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.  
3.  Posyandu purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program
utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program
tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi
pada posyandu di tingkat ini adalah :
a.     Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat
menetukan sendiri pengembangan program di posyandu
b.     Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat
dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
4.  Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu
diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
TIU.4 Pemberian Makanan Tambahan
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada

kelompok usia balita perlu diselenggarakan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan

bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan,

bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.

PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal

dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi

setempat.

Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan

anggaran untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT

Pemulihan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK).

Dengan adanya dana BOK di setiap puskesmas, kegiatan

PMT Pemulihan bagi anak balita usia 6 – 59 bulan diharapkan

dapat didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya.

Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam

melaksanakan kegiatan dimaksud, maka disusun Panduan

Penyelenggaraan PMT Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang.

Tujuan

Tujuan Umum :

Sebagai acuan dalam pelaksanaan PMT Pemulihan berbasis

bahan makanan lokal bagi balita gizi kurang usia 6-59

bulan.

Tujuan Khusus :

1. Memberikan informasi tentang Prinsip Dasar PMT

Pemulihan
2. Memberikan informasi tentang penyelenggaraan PMT

Pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi balita

gizi kurang 6 – 59 bulan.

Cara Penentuan Sasaran :

Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di Posyandu

dengan urutan prioritas dan kriteria sebagai berikut :

1. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk di

TFC/Pusat Pemulihan Gizi/Puskesmas Perawatan atau RS

2. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali berturutturut (2 T)

3. Balita kurus

4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi

kepada Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas,

guna menentukan sasaran penerima PMT Pemulihan.

PRINSIP DASAR PMT PEMULIHAN

A. Prinsip

1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan

atau bahan makanan lokal dan tidak diberikan dalam

bentuk uang.

2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap

makanan yang dikonsumsi oleh balita sasaran seharihari, bukan sebagai pengganti makanan
utama.

3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita sasaran sekaligus sebagai proses

pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari

balita sasaran.
4. PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar gedung

puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan

lintas program dan sektor terkait lainnya.

5. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat

dibiayai dari bantuan lainnya seperti partisipasi

masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.

Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan

1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis

bahan makanan atau makanan lokal. Jika bahan makanan

lokal terbatas, dapat digunakan makanan pabrikan yang

tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan

kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan

pangan.

2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk

memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran.

3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan

untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan

keluarga.

4. Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa

sumber protein hewani maupun nabati (misalnya telur/

ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar)

serta sumber vitamin dan mineral yang terutama berasal

dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90


hari berturut-turut.

6. Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan

/makanan lokal ada 2 jenis yaitu berupa:

a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita

usia 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

7. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan

kepada balita dapat disesuaikan dengan pola makanan

Komposisi PMT
Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003) bahwa prasyarat
pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar 200
– 300 kalori dan protein 5 – 8 gram, PMT berupa makanan selingan atau makanan lengkap
(porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani,
mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas
dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian makanan
tambahan (PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100 – 160 hari.

Pelaksanaan

Penyelenggaraan PMT Pemulihan lokal perlu didukung

dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

oleh tenaga kesehatan dan kader kepada keluarga sasaran.

Dalam pelaksanaan PMT pemulihan, perlu dipertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Apabila memungkinkan, hari masak penyelenggaraan PMT

Pemulihan dilakukan setiap hari di tempat tertentu yang

disepakati bersama.

2. Bila hari masak setiap hari tidak memungkinkan, maka hari

masak sebaiknya dilakukan 2 kali seminggu.

3. Bagi daerah yang kondisi geografisnya sulit, hari masak

dapat dilakukan sekali seminggu


TIU 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

5.1 Indikator PBHS


A. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan
kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
(SPM) bidang kesehatan. Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator
perilaku dan 4 indikator lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut :
a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya
c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)
d. Anggota keluarga tidak merokok
e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur
f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)
g. Tersedia air bersih
h. Tersedia Jamban
i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
j. Lantai rumah bukan dari tanah
B. Indikator PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan
kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah
Dasar negeri maupun swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan
adalah sekolah dan siswa dengan indikator :
a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa
b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan
serasi
d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
g. Siswa tidak merokok
h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal
10 orang)

5.2. Pentingnya dan Manfaat PHBS

A. PENTINGNYA PHBS

1. Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi
manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja
guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatakan bahwa “Sehat memang
bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti”. Karena itu
kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak. 2. Oleh karena itu pada tanggal 1 Maret 1999 Presiden RI
mencanangkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan yang artinya setiap sektor
harus mempertimbangkan dampak pembangunan terhadap kesehatan

3. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga

4. Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai profil PHBS Propinsi
Sulawesi Selatan tahun 2004 hanya kurang lebih 14 %

5. Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada keinginan,
kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS
menjadi program prioritas dan menjadi salah satu

agenda pembangunan di Kabupaten/Kota, serta didukung oleh masyarakat.

B. MANFAAT PHBS

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga

3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan
dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga

4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota dibidang
kesehatan

5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan

6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

3.3 Lingkungan perumahan dan rumah yang memenuhi syarat kesehatan

Rumah dan pemukiman adalah sebuah subject kata yang sangat tidak asing bagi siapa
saja, dari golongan mana saja ia berasal, kaya atau miskin, kulit berwarna atau kulit
putih, warga desa atau masyarakat kota membutuhkan rumah sebagai tempat berteduh
maupun pemukiman sebagai tempat bersosialisasi sebagai actualisasinya sebagai
anggota sebuah masyarakat.
Tentunya banyak syarat dan ketentuan untuk sebuah rumah dan kemukiman dapat
disebut baik, sehat dan layak ditinggali.
Berikut beberapa pembahasan berbagai rumah dan pemukiman sehat dari kacamata
Ilmu Kesehatan Masyarakat :
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Pemukiman

Fisik
Penggunungan/pantai
Iklim tropis/subtropis/dingin
Padang/gurun/banjir/pasang

Biologis
Ada binatang buas

Tingkat perekonomian rakyat


Pendapatan
Tersedianya bahan bangunan
Kemajuan teknologi
Terutama teknik bangunan
Kebijaksanaan pemerintah
Tata guna tanah/ tata ruang

Penyebab Timbulnya Pemukiman


1.  Adanya sumber
Tepi sungai/danau
Sumur yang baik

2.  Tempat Mencari nafkah


Dekat pabrik, perkebunan dan pantai

3.    Tersedianya sarana yang dibutuhkan


pendidikan, pusat kesehatan, pusat perbelanjaan, dll
4.    Adanya faktor keamanan yang menjamin
5.     Kepadatan penduduk ditempat dia berasal sebelumnya

Persyaratan Umum Perumahan (menurut APHA&Winslow)

1.     Memenuhi persyaratan physiologis

Pencahayaan

Ventilasi yang cukup

Tidak bising (45-55 dB)

Lapangan rekreasi untuk anak

Temperatur menyenangkan

2.    Memenuhi persyaratan psychologis

1.    Cukup aman dan nyaman bagi masing2 penghuni

Contoh :
Jarak antara t4 tidur minimal 90 cm

Ukuran ruang tidur anak yang berumur 5 tahun 4,5 m3

Ukuran ruang tidur anak yang berumur diatas 5 tahun 9 m3

Memilih t4 tinggal , sebaiknya disekitar tetangga yang mempunyai ekonomi yang sama

2.     Penataan perabot harus rapi

Contoh :

Rak dapur jangan terlalu tinggi

Dlm meletakkan meja kursi di ruangan jgn sampai menghalangi lalu lintas di ruangan

3.     Tidak over crowding

Contoh :

Anak berumur 2 tahun masih diperbolehkan 1 kamar tidur dengan ayah dan ibu

Anak diatas 10 thn laki2 dan perempuan tidak boleh ditempatkan dalam 1 ruang tidur

Anak 17 tahun sebaiknya mempunyai kamar tidur sendiri

4.     Privacy, kebersihan dan bermasyarakat

Contoh :

Untuk rumah-rumah yg berdekatan sebaiknya dihindarkan kemungkinan dpt melihat lgsung

Adanya ruangan khusus untuk istirahat/ ruang tidur bagi masing2 penghuni

Halaman dihiasi dengan tanaman serbaguna, dll

3.    Mencegah penularan penyakit

Sumber air sehat dan cukup

Fasilitas pembuangan kotoran

Perlindungan terhadap kontaminasi makanan dan minuman

Fasilitas pembuangan sampah

Fasilitas pembuangan limbah

Tidak menjadi sarang tikus,nyamuk dan kecoa

4.     Mencegah terjadinya kecelakaan

Konstruksi harus kuat


Terhindar dari bahaya kebakaran

Mencegah terjatuh/lantai tidak licin

Mencegah elektrik shock

Mencegah keracunan gas

Mencegah bahaya lalu lintas

Tangga tidak terlalu curam,ada peganggan tangga/ tidak licin

Jadi sebuah rumah sehat meliputi beberapa persyaratan sebagai berikut :

Sistem pengadaan air baik

Fasilitas untuk mandi baik

Sistem pembuangan limbah baik

Sistem pembuangan tinja baik

Tidak over crowded

Ventilasi

Pencahayaan

Kebisingan

Kekuatan bangunan

Letak rumah

Berbicara tentang letak sebuah rumah yang sehat, maka harus termsuk di dalamnya beberapa
persyaratan dibawah ini :

a.    Permukaan tanah

Tanah rendah

Tanah ideal adalah tanah yang kering

Tanah timbun yang kurang padat juga tidak baik

Letak rumah harus ideal dengan permukaan bangunan lainnya

b.    Arah Rumah

Matahari terbit
Sebaiknya daerah terbuka

Jangan menghadap daerah dengan hempasan angin yang kuat

Dalam membuat sebuah rumah pasti dibutuhkan adanya sebuah design, Adapun manfaat
adanya design adalah :

Pemilik tahu pasti bentuk rumah yang akan dibangun

Kontraktor tahu pasti sesuai dengan persetujuan pemilik

Penguasa dapat mencek apakah tidak melanggar peraturan

Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut


Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah :

1.  Lokasi

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah
longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll

Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan
penerbangan

2.    Kualitas udara

Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3

Debu mak 350 mm3/m2 perhari

3.    Kebisingan dan Getaran

Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A

Tingkat getaran mak 10 mm/ detik

Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus memenuhi persyaratan berikut:

Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg

Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg

Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg

Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg

Prasarana dan Sarana Lingkungan Pemukiman:


Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi kel dengan konstruksi yang aman dari
kecelakaan

Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit

Memiliki sarana jln lingk dengan ketentuan konstruksi jln tidak menganggu kes, konstruksi
trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyadang cacat, jembatan harus memiliki
pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata

Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan
kesehatan

Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan

Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah RT harus memenuhi syarat kesehatan

Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kes, kom, t4 kerja, t4 hiburan, t4 pendidikan,
kesenian, dll

Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

Tempat pengelolaan makanan harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yg dapat
menimbulkan keracunan

Adapun Persyaratan Rumah Tinggal Menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999


adalah:

1.    Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepapaskan bahan yang dapat membahayakan kes,
antara lain: debu total kurang dari 150 ug/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam,
plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan bekembangnya mikroorganisme
patogen

2.    Komponen dan Penataan Ruang

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

Dinding rumah memiliki ventilasi, dikamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan

Langit2 rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

Ada penangkal petir

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap


3.     Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/ atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan 60 lux dan tidak menyilaukan mata

4.    Kualitas udara

Suhu udara nyamannya 18-30 0 c

Kelembaban udara 40-70 %

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam

Pertukaran udara
TIU.6 MDG 2015
Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium Development Goals atau
disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai
dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.
Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai
dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147
kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut
menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani
Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG),
sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan
kemiskinan.Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin
dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan
jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan
mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun
2015.

Tujuan

o 1.1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan


o 1.2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua

o 1.3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

o 1.4 Menurunkan angka kematian anak

o 1.5 Meningkatkan kesehatan ibu

o 1.6 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

o 1.7 Memastikan kelestarian lingkungan hidup

o 1.8 Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan


TIU 7. Kepedulian sosial sesuai syariah islam

Pada hakikatnya setiap orang mempunyai hak yang sama, tetapi tidak semua orang
mendapatkan rezeki yang sama. Ini berarti Allah SWT hendak menguji kita, supaya manusia
saling peduli satu sama lain. Islam mengajarkan kepedulian terhadap sesama, terutama
terhadap mereka yang lemah atau dalam kesulitan materi. Firman Allah SWT yang
mengajarkan kepedulian sosial, di antaranya: “Tahukah kamu orang yang mendustakan
agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin. [QS Al Maa’uun (107): 1-3].

Ayat tersebut menjelaskan, jika kita menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin, maka berarti kita mendustakan agama. Mendustakan adalah
kata lain dari berbohong atau tidak jujur. Berarti sebagai orang-orang yang mengaku beriman,
kita sedang dalam ujian apakah kita benar-benar beriman atau munafik. 

Dalam Hadis disebutkan: “Orang dermawan, dekat dengan Allah, dekat dengan manusia,
dan dekat dengan surga, sedangkan orang bakhil, jauh dari Allah, jauh dari manusia dan
dekat dengan neraka. Sungguh Allah SWT lebih mencintai hambanya yang bodoh tetapi
dermawan, dibandingkan dengan ahli ibadah tetapi bakhil”. [HR Abu Hurairah].Demikian
peringatan Rasulullah SAW bagi orang-orang yang berada, tetapi tidak membelanjakan
hartanya di jalan Allah. 

Dalam sistem perekonomian modern, kita mengenal pajak. Menurut definisi keuangan, pajak
adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak yang harus disetorkan kepada negara
sesuai ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum dan untuk merealisasikan sebagian tujuan ekonomi dan
sosial, termasuk – tetapi tidak spesifik – untuk mengentaskan kemiskinan. Bagi penggelap
pajak, sanksinya dikenakan hukuman pidana.

Islam sebagai ajaran yang sempurna mewajibkan zakat, dan menyerukan memberikan infaq
dan shadaqah, sebagai pengejawantahan kepedulian sosial. Zakat dikeluarkan seseorang
kepada fakir miskin sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT. Dinamakan zakat karena
di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya
dengan pelbagai kebajikan. Tidak membayar zakat, sanksinya adalah dosa, yang dapat
mengurangi kualitas ibadah. Dari sudut pandang agama Islam, kedudukan zakat lebih tinggi
daripada pajak.
Kewajiban membayar zakat disebutkan dalam firman-firman Allah SWT antara lain dalam
[QS Al Baqarah (2): 43], [QS Al Baqarah (2): 254], [QS Al Baqarah (2): 277], [QS Ali Imran
(3): 180], dan [QS At Taubah (9): 18].
Mengenai zakat, para akhli fiqih menganalogikan besarnya zakat emas adalah minimal
sebesar dua setengah persen (2,5%), sebagaimana Hadis: “Tak ada kewajibanmu (yakni
mengenai emas) sampai kamu memiliki dua puluh dinar. Jika milikmu sudah sampai dua
puluh dinar dan cukup masa satu tahun, maka zakatnya setengah (dinar). Dan kelebihannya
diperhitungkan seperti itu, dan tidak wajib zakat pada sesuatu harta sampai menjalani masa
satu tahun. [HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dinyatakan sah oleh Bukhari].

Meskipun demikian, pengeluaran zakat yang sekecil itu masih belum membudaya di
kalangan ummat Islam, yang mengklaim memiliki ajaran kepedulian sosial yang tinggi. Zakat
itu diwajibkan kepada setiap Muslim yang merdeka, memiliki nishab dari salah satu jenis
harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kekayaan yang dikenakan zakat hanyalah
kekayaan usaha atau simpanan. Adapun syarat nishab adalah; 1) Melebihi kebutuhan-
kebutuhan penting bagi seseorang seperti makan, pakaian, tempat kediaman, kendaraan, dan
sarana untuk mencari nafkah. 2) Nishab berlangsung selama satu tahun (Hijriah).
Permulaannya dihitung mulai dari saat memiliki nishab dan harus genap satu tahun penuh.

Sebagian kaum Muslimin menganggap jika sudah membayar pajak, berarti sudah membayar
zakat, sehingga membayar zakat ‘ala kadarnya’ saja. Hal ini merupakan argumentasi yang
mencoba untuk mengingkari kewajiban membayar zakat. Allah SWT
memperingatkan: “Ketahuilah sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas.
Karena ia melihat dirinya serba cukup [QS Al ‘Ala (96): 6-7].

Seruan untuk membayar zakat, sudah menjadi semacam konvensi yang terus-menerus
dikumandangkan. Hal itu wajar, karena secara normatif teologis, Islam mewajibkan kepada
kalangan yang mampu untuk peduli dan membantu sesamanya yang kekurangan melalui
konsep zakat itu. Islam tidak hanya mengajarkan kepada pemeluknya untuk mementingkan
diri sendiri menuju jalan Allah, melainkan melalui jalan sosial kemanusiaan, sebagaimana
tercermin dalam ajaran zakat. Artinya, zakat mestinya menjadi bagian dari kesadaran dan
kebutuhan untuk mendekatkan manusia kepada Allah SWT, melalui pembebasan manusia
dari kemiskinan.

Jihad

"Jihaad" yang terdiri dari tiga huruf akar kata "j-h-d" diartikan dalam bentuk kata benda
sebagai: usaha, upaya dan karya; penggunaan, penyelenggaraan, pemerasan dan pengerahan
tenaga; kegiatan dan semangat; kerajinan dan ketekunan, penderitaan dan kesusahan). Khusus
untuk kata jadian (derivatif) "jihad" dan Mujaahadat" diartikan: berjuang melawan kesulitan-
kesulitan; memerangi orang-orang kafir. Dari segi bahasa secara garis besarnya, jihad dapat
diartikan sebagai: Penyeruan (ad dakwah), menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar), Penyerangan (ghazwah), pembunuhan (qital),
peperangan (harb), penaklukan (siyar) menahan hawa nafsu (jihad an-nafs), dan lain yang
semakna dengannya ataupun yang mendekati (Hilmi 2001,131).

Jihad dapat digolongkan dalam dua golongan yang disebut:


1. Jihad besar atau Al Akbar, dan
2. Jihad kecil atau Al Asghar.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI, Angka Kecukupan Gizi Yang

Dianjurkan, Departemen Kesehatan RI, 2005.

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pemberian Makanan

Pendamping ASI Lokal, Departemen Kesehatan RI 2006

Institute Danone, Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang,

Kompas Gramedia 2010

Kementerian Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Bantuan Operasional

Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, 2011

Badan PBB untuk Program Pembangunan: Informasi Dasar Tujuan Pembangunan


Milenium

 Situs PBB untuk Tujuan Pembangunan Milenium

Indonesia Progress Report on the Millenium Development Goals, 2004

Situs Bappenas Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia

Anda mungkin juga menyukai