Anda di halaman 1dari 51

WRAP UP SKENARIO 1

BENJOLAN DI PAYUDARA
BLOK NEOPLASIA

Kelompok A17

Ketua : Inge Anjelita Syafrida (1102011126)


Sekretaris : Hanifah (1102011116)
Anggota : Keyko Septiyanti Widodo (1102010143)
Hendris Utama Citra Wahyudin (1102011117)
Hersa Firda Kartika (1102011118)
Hoiriyah (1102011119)
Husna (1102011120)
Ika Yuniarti (1102011121)
Indah Ariyanti (1102011124)
Inneke (1102009 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Skenario 1
Benjolan di Payudara
Seorang perempuan berumur 55 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik bedah
karena adanya benjolan di payudara sebelah kanan sudah setahun ini. Mula-mula sebesar biji
rambutan, kemudian sekarang sebesar bola tenis. Tidak terasa sakit, hanya kadang terasa pegal.
Pasien merasa berat badannya menurun drastis dalam empat bulan terakhir ini. Pada keluarga
terdapat riwayat penderita tumor ganas payudara, yaitu bibi pasien (adik kandung dari ibu
pasien). Bibi pasien meninggal karena penyakitnya ini. Pasien tidak mempunyai anak. Sebulan
ini timbul luka koreng berbau di kulit di atas benjolan payudara. Pasien juga merasa sesak
sebulan terakhir yang bertambah dengan aktifitas tapi tidak berkurang dengan istirahat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, BB 40 kg, vital sign dalam batas
normal. Status lokalis pada payudara kanan didapatkan massa oval lebih kurang 8x7x7cm3 di
kwadran medial atas, keras, berbenjol, melekat ke dinding dada, peau de orange, ulkus, retraksi
papilla mammae, dan nipple discharge. Teraba limfonodi aksilla 2 buah, ukuran 1cm, saling
melekat satu dengan yang lain. Pada pemeriksaan Rontgen thoraks didapatkan coin lesion di
lobus superior paru kanan disertai efusi pleura. USG abdomen tidak didapatkan nodul. Biopsy
insisi memastikan pasien menderita kanker payudara (stadium terminal) kemudian menjalani
operasi simple mastectomy dilanjutkan kemoterapi dan radioterapi. Bagaimanakah seharusnya
pasien menghadapi penyakit berat dan terminal yang dideritanya dari sisi agama Islam?
Kata – kata sulit :
1. Peau de orange : Gambaran seperti kulit jeruk yang terjadi akibat penyumbatan
aliran limfe sehingga kulit menjadi lembab dan menebal.
2. Coin lesion : Densitas pada lapang paru biasanya bentuk bulat dengan
diameter 3cm dan tidak ada tanda infeksi merupakan tanda metastase
3. Simple Mastectomy : operasi pengangkatan seluruh payudara karena kanker menyebar
pada seluruh payudara . syaratnya : belum ada metastase dan belum menempel pada m.
pectoralis

Pertanyaan:
1. Kenapa terjadi penurunan berat badan?
2. Kenapa bisa timbul ulkus?
3. Apakah ada hubungan dengan keadaan pasien yang belum punya anak?
4. Apakah usia pasien mempengaruhi?
5. Apakah ada hubungan tumor ganas pada bibi pasien?
6. Kenapa bisa terjadi peau de orange?
7. Kenapa bisa terjadi papilla mammae dan nipple discharge?
8. Kenapa terapinya menggunakan simple mastectomy?
9. Kenapa bisa terjadi efusi pleura?
10. Kenapa tidak terasa sakit hanya terasa pegal?
11. Kenapa sesak tidak berkurang saat istirahaat?

Jawaban :
1. karna pada saat stadiun promosi dimana sel benigna menjadi sel premaligna selama 6
bulan membutuhkan nutrisi. Sel sel kanker itu akan mengambil nutrisi yang banyak untuk
pertumbuhannya sehingga teerjadi penurunan berat badan.
2. Karna massa/benjolan tersebut mendesak vaskuler -> hipoksia -> nekrosis + bakteri
pathogen -> ulkus
3. ,4,5.
Dipengaruhi oleh beberapa factor:
a. Hormonal
b. Herediter : familiar = gen (fisiologis) dan sporadic = BRCA1(80%), BRCA2(5-
10%) dan P53)
c. Kimia
d. Radiasi
e. Virus
f. Pengobatan :contoh obat untuk estrogen, osteoporosis dan kontrasepsi oral harus
diperhatikan
g. Factor resiko: umur >30th, haid <12th, melahirkan >35th, tidak menyusui.
6. penyumbatan aliran limfe menyebabkan permukaan kulit sembab
7. cairan berasal dari secret , hyperplasia asinus. Ekstasio mammaria menyebabkan
peradangan non bakteria. Retraksi karna penarikan dari massa.
8. terapi sesuai stadium
Primer : operasi, sekunder : disesuaikan, kuratif : buang kankernya, paliatif : kurangi rasa
sakit, mastectomy : yg belum metatase, bedah : sesuai patologi.
9. metastasis -> vena -> paru ke parenkim(coin lesion) dan ke pleura (efusi pleura) dan
menjadi ca paru. Factor lainnya sel maligna menyebabkan pertumbuhan smakin besar,
terhambatnya sel pleura dan tersumbatnya limfatik
10. karna massanya tidak menekan sel saraf
11. massa paru mendesak pleura sehingga sesak nafas karna tidak diangkatnya massa
tersebut.
Hipotesa:
Hormonal
Umur
Herediter

Mutasi BRCA(uncontrolpertumbuhan) + ↑estrogen(pertumbuhan sel pada payudara)

Prolierasi tidak terkontrol

NEOPLASIA

↓BB (nutrisi yang digunakan untuk


pertumbuhan kanker)
Benjolan
Ulkus(ineksi sekunder)

Pemeriksaan fisik:
Peau de orange (sumbatan limfe)
Retraksi (desakan massa)
Massa oval(hyperplasia)
Nipple discharge (hyperplasia asinus)

Pemeriksaan Penunjang:
Rontgen (curiga metatase)
Biopsy insisi (menentukan stadium

CA MAMMAE

Terapi:
S.mastectomy
Radioteraphy
cemoteraphy
Sasaran Belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Ca Mammae
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Klasifikasi
1.4 Patofisiologi dan Pathogenesis
1.5 Manifestasi
1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.7 Tatalaksana
1.8 Komplikasi
1.9 Prognosis
1.10 Pencegahan

2. Memahami dan Menjelaskan Sabar dalam Menghadapi Cobaan


1. Memahami dan Menjelaskan Ca Mammae
1.1 Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika
benjolan itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase dapat terjadi pada kerlenjar getah bening (limfe) aksilla
ataupun di atas tulang belikat (clavicula). Selain itu, sel-sel kanker dapat pula bersarang di
tulang, paru, hati, kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Kanker payudara adalah salah satu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung
menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. (Elizabeth J.
Cowin, 2008)

1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, pada penelitian
mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, yang
meliputi:

a. Jenis kelamin.
Wanita lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Di Amerika serikat, kanker payudara
berjumlah 30% dari semua kanker invansive pada wanita dan kurang dari 1% dari kanker yang
ditemukan pada pria.

b. Usia
Sebagian besar kanker mammae ditemukan pada wanita berusia 40 tahun keatas, namun lebih
banyak ditemukan pada wanita setelah berusia 50 tahun.

c. Riwayat kanker sebelumnya, terutama kanker payudara atau tumor payudara.


Wanita yang mempunyai tumor payudara yang disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai
resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.Sedangkan pada wanita mempunyai
riwayat kanker mammae beresiko terjadi kanker mammae pada payudara di sebelahnya sebanyak
2 kali-4 kali kemungkinan terkena kanker.

d. Riwayat keluarga dengan kanker mammae dan genetik.


Resiko meningkat 2 kali- 4 kali. Jika salah satu anggota keluarga dekat kanker. Resiko akan
meningkat > 4 kali jika ada 2 orang anggota keluarga dekat yang mengidap kanker.

e. Riwayat menstruasi
Resiko payudara meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan
mengalami menopause setelah 50 tahun.Hal ini dapat dikarenakan total waktu dimana seseorang
terekspose estrogen dan progesteron pada payudaranya disertai dengan perkembangan sel dan
perubahan jaringan payudara pada setiap siklus ovulasi.
f. Riwayat reproduksi .
Keaadaan dimana anak pertama lahir setelah ibu berusia 30 tahun dapat menjadi faktor resiko
terjadi kanker payudara. Beberapa studi juga menyebutkan bahwa lamanya ibu memberikan ASI
pada anaknya dapat menurunkan resiko kanker payudara. Wanita yang tidak mempunyai anak
juga beresiko untuk terkena kanker payudara (Nulliparity) . Tidak pernah melahirkan anak
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, wanita nulipara (tidak pernah
melahirkan) memiliki kadar estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang sering
melahirkan (multipara). Hal tersebut tentunya meningkatkan proliferasi dari sel-sel epitel pada
payudara, yang dapat mengakibatkan meningkatknya insiden carcinoma mamae itu sendiri

g. Obesitas dan diet tinggi lemak


Obesitas juga menunjukan peningkatan resiko kanker payudara pada wanita post menopause.
Diperkirakan wanita dengan obesitas mengalami peningkatan sirkulasi estrogen yang dapat
mengakibatkan sel kanker mengalami ketergantungan hormon.Selain itu, obesitas dapat
menghambat diagnosa dari penyakit kanker payudara sehingga diagnosa pada wanita dengan
obesitas cenderung lebih lambat.

h. Paparan radiasi
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko
meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara sampai 2 kali lipat.
Pada saat berusia 10-14 tahun, jaringan-jaringan pada payudara sangat sensitif sehinga efek
pengrusakan dari radiasi meningkat.

i. Penggunaan hormon dari luar tubuh.


Hal ini meliputi penggunaan kontrasepsi oral maupun penggunaan therapi pengganti hormon
estrogen. Hal ini turut di pengaruhi oleh usia saat mulai menggunakan therapi, lama penggunaan
dan dosis yang digunakan. Beberapa studi menunjukan bahwa ada peningkatan resiko terhadap
kanker payudara saat hormon progestin diberi tambahan hormon estrogen maupun saat seseorang
menggunakan therapi jangkan panjang (lebih dari 5 tahun)

Beberapa faktor resiko lainnya dari insiden carcinoma mamae :


 Tinggi melebihi 170 cm
Wanita dengan tinggi lebih dari 170 cm, memiliki resiko terkena carcinoma mamae.
Hal tersebut karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat
adanya perubahan struktur genetik (DNA), pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arahh sel ganas. Berhubungan dengan tingginya kadar growth hormone.
 Pemakaian kontrasepsi oral
 Alkohol.
 DES (dietilstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah abortus memiliki resiko terkena
carcinoma mamae.
 Stress hebat
(Erik T, 2005; Rini Indriati dkk., 2005)
1.3 Klasifikasi
Berikut ini adalah klasifikasi histologi kanker payudara, bentuk histologi infiltrasi atau invasif
adalah bentuk yang paling umum mencakup 70 – 80 % kasus.
 Karsinoma duktus
1. Intraduktus ( in situ )
2. Invasif
3. Komedo
4. Inflamasi
5. Meduler dengan infiltrasi limfositik
6. Colloid
7. Papillary
8. Scirrhous
9. Tubular
 Karsinoma lobuler
1. In situ
2. Invasif
 Karsinoma nipple
1. Penyakit Paget
2. Penyakit Paget dengan karsinoma intraduktus
3. Penyakit Paget dengan karsinoma duktus invasive
 Karsinoma lainnya
1. Karsinoma tidak berdiferensiasi
2. Kistosarkoma filoides

berdasarkan American Cancer Society , dibagi menjadi :


1. Karsinoma Ductal In Situ (DCIS)
Merupakan tipe paling sering dari noninvasive breast cancer,berkisar 15% dari semua
kasus baru kanker payudara di USA.In situ berarti di tempat,sehingga duktal
karsinoma in situ berarti pertumbuhan sel tak terkontrol yang masih dalam duktus.
Oleh karena itu para pakar meyakini DCIS merupakan lesi pra cancer umumnya lesi
tunggal,terjadi dalam satu payudara tapi pasien dengan resiko DCIS resiko juga lebih
tinggi untuk menderita kanker kontralateral.

2. Karsinoma Lobular In Situ (LCIS)


Ditandai oleh adanya perubahan sel dalam lobulus atau lobus. Saat ini kebanyakan
pakar meyakini LCIS bukan lesi pramaligna. Tapi merupakan marker untuk peningkatan
resiko payudara. Yang khas pada LCIS adalah lesi multipla dan sering bilateral, sering
ditemukan insidental dari biopsi payudara. Jarang ditemukan secara klinis ataupun
mammografi (tidak ada tanda khas).

3. Karsinoma Invasif
Karsinoma payudara invasif merupakan tumor yang secara histologik heterogen.
Mayoritas tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari terminal duktus. Terdapat
lima varian histologik yang sering dari adenokarsinoma payudara, yaitu :
a) Karsinoma duktal invasive  sel tumor tersebar dalam reaksi stroma padat,
maksroskopisnya nodul keras, batas tidak beraturan, kalsifikasi atau chalky streak
Mikroskopis  sel tumor tersusun dalam bentuk tali, sarang sel padat, tubulus
b) Karsinoma lobular invasive  bilateral, kebanyakan pada wanita postmenopause
dgn terapi sulih hormon
Makro  padat, batas tidak tegas
Mikro  signet ring cell
c) Karsinoma tubular
d) Karsinoma medullar
e) Karsinoma mucinous atau koloid

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara


diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non-invasif karsinoma
 Non-invasif duktal karsinoma
 Lobular karsinoma in situ

2. Invasif karsinoma
 Invasif duktal karsinoma
 Papilobular karsinoma
 Solid-tubular karsinoma
 Scirrhous karsinoma
 Special types
 Mucinous karsinoma
 Medulare karsinoma
 Invasif lobular karsinoma
 Adenoid cystic karsinoma
 karsinoma sel squamos
 karsinoma sel spindel
 Apocrin karsinoma
 Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
 Tubular karsinoma
 Sekretori karsinoma
 Lainnya
3. Stadium
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang
dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan
bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi. Sistem TNM merupakan singkatan dari
"T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai
baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

T          : kanker primer


TX       : tumor primer tidak dapat dinilai (misal telah direseksi)
T0        : tidak ada bukti lesi primer
Tis        : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma duktal atau karsinoma lobular, penyakit
paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifilasikan menurut
ukuran nodul)
T1        : diameter tumor terbesar ≤ 2 cm
Tmic     : infiltrasi mikro ≤ 0,1 cm
T1a      : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi ≤ 0,5 cm
T1b      : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi ≤ 1 cm
T1c      : diameter terbesar > 1 cm, tapi ≤ 2 cm
T2        : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi ≤ 5 sm
T3        : diemeter tumor terbesar > 5 cm
T4        : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding thoraks atau kulit
(dinding thoraks termasuk tulang iga, m.intercostales dan m.serratus anterior, tak termasuk
m.pektoralis)
T4a      : menyebar ke dinding thoraks
T4b      : udem kulit mammae ( termasuk peau de’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit
di mammae ipsilateral
T4c      : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d      : karsinoma mammae inflamatorik
Catatan :
(1)               Lesi mikroinvasif multipel, diklasifikasikan berdasarkan massa terbesar, tidak
atas dasar tiral massa lesi multipel tersebut.
(2)               Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif dan
tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologi adalah pTx.

N         : kelenjar limfe regional


NX      : kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0       : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1       : di fosa ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile
N2       : kelenjar limfe metastatik fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a     : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b     : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3       : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a     : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral
N3b     : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c     : metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

M         : metastasis jauh


MX      : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0       : tidak ada metastasis jauh
M1       : ada metastasis jauh

Klasifikasi patologik pTNM


T - kanker primer
pT – tumor primer
Sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar spesimen harus terlihat tumur secara
makroskopik, adanya lesi ganas hanya tampak secara mikroskopik pada tepi irisan tidak
mempengaruhi klasifikasi.
Catatan : jika tumor mengandung dua unsur yaitu karsinoma in situ dan karsinoma invasif,
ukuran tumor untuk klasifikasi didasarkan atas ukuran karsinoma invasif.

N – kelenjar limfe regional


pNx  : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat
sebelumnya)
pN0  : secara histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC).
Catatan : ITC adalah satu sel atau sekumpulan sel berdiameter ≤ 0,2 mm. ITC biasanya
ditemukan dengan pemeriksaan imunohistologis atau molekuler, tapi dapat diverifikasi
dengan pewarnaan HE.
pN0 ( i-)          : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC negatif
pN0 ( i+)        : histologis tidak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC
positif
pN0 (mol-)     : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan malekular ITC
negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+)      : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
positif (RT-PCR)
pN1mi              : mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi ≤ 2mm)
pN1                 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, atau dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1a               : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN1b               : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1c              : pN1a disertai pN1b
pN2                 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti
klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a               : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN2b               : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN3                 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis menunjukkan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar
ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa
bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatik; atau metastasis
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
pN3a               : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm; atau metastasis
kelenjar limfe infraklavikular
pN3b               : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria
interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe
aksilar metastatik
pN3c               : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh
Klasifikasi pM dan cM sama.

Stadium klinis kanker payudara


Stadiu T N M 5 year
m survival rate
0 Tis - -  
(LCIS/DCIS)
I T1 N0 M0 93%
IIA T1 N1 M0 72%
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0 72%
T3 N0 M0
IIIA T1/T2 N2 M0 41%
T3 N1/N M0  
2
IIIB T4 Any N M0 41%
IV Any T Any N M1 18%
Keterangan:
TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai
Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma)
T1 : Tumor diameter « 2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm
T3 : Tumor diameter > 5 cm
T4 : Tumor ukuran apapun invasi ke daerah sekitar (otot, kulit)
     
Nx : Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai
N0 : KGB tidak terlibat
N1 : Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan
N2 : Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar
N3 : Metastasis KGB ipsilatral KGB mammae atau ipsilateral KGB supraklavikuler
 
Mx : Metastasis tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis pada organ - organ lainnya

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
 Stadium 0: T0 N0 M0
 Stadium 1: T1 N0 M0, tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
 Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0, tumor kurang dari 5 cm, tanpa
keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan
LN
 Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0, tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
 Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0, tumor lebih besar
dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada
penyebaran jauh
 Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0, semua tumor dengan penyebaran
langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau
keterlibatan LN supraklavikular.
 Stadium III C: Tiap T N3 M0
 Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1, semua tumor dengan metastasis jauh.

Perkembangan Kanker
Stadium I (Stadium Dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke
bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar
getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30-40 %
tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan
operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan
setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.

Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya
lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie (pemberian obat
yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk
mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses
perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita
semaksimal mungkin.
Stadium IV
Sudah mengalami metastase jauh, seperti pada paru, tulang, hati ataupun otak.
1.4 Patogenesis dan Patofisiologi Carcinoma Mammae
Patogenesis

Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

 Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

 Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).

 Fase metastasis

Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara,
beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtomahiperkalsemia,
pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat
osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain
hingga meningkatkan resorpsi tulang.

Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung
kalsium dengan kristalhydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh
sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan
enzimmetaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang
memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara
dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresiVEGF. VEGF merupakan mitogen
angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif
seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui
pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi
dan membentuk tubulus.
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi sel
yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang


tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam
sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.

Patofisiologi

Gambar 3.Proses Pembentukan Sel Kanker

Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri proliferasi sel
yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak
terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari
suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel
ganas di antar sel-sel normal.

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal.
Mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel – sel ini akan
berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.

Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis.

Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah.

Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki mutasi
dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom 17q21.3). Pola keturunan
adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui garis maternal maupun paternal.
Sindrom kanker payudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13, yang
disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam
perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika
kedua alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh
sel somatik berikutnya.

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (noninvasif) dan
kanker yang sudah menembus membran basal (invasif).

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun


Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan mungkin
memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat
karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase in situ: 1-5 tahun


Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan
di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.

3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke jaringan
sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara
beberpa minggu sampai beberapa tahun.

4. Fase diseminasi: 1-5 tahun


Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.
Metastasis di parenkim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesion yang
multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis ini seperti pula mengenai pleura
yang dapat mengakibatkan pleural effusion. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada
gambaran rontgen sebagai gambaran osteolitik atau destruksi yang dapat pula menimbulkan
fraktur patologis berupa fraktur kompresi.

Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :


A. Metastasis melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan terjadinya metastasis
ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara
langsung melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v. Interkostalis dimana v. Interkostalis ini
akan bermuara ke dalam v. Vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastasis
tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena,

B. Metastasis melalui sistem limfe


Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke kelenjar getah bening aksila.
Pada stadium tertentu, biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang terkena.
 Metastasis ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah bening sentral
ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastasis.
Menurut beberapa penyelidikan hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila
adalah ke kelenjar getah bening sentral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ini
adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah
bening aksila lainnya.
 Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastase
ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini masih belum jelas.
Bila metastase tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke
aksila akan mengenai payudara kontralateral terlebih dahulu. Padahal
pernah ditemukan kasus dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila
kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan
metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah
payudara kontralateral melalui kolateral limfatik.
 Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila metastasis
karsinoma mammae telah sampai ke kelnjar getah bening subklavicula, ini
berarti bahw metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus
yang terletak dekat pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna.
Bila sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus
telah terkena metastasis, dapat terjadi stasis aliran limfe. Sehingga bisa
terjadi aliran membalik, menuju ke kelenjar getah bening supraklavicula
dan terjadi metastasis ke kelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai
penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelanjar
supraklavicula secara langsung dari kelenjar subklavicula tanpa melalui
sentinel nodes.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih
sering dari yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di
sentral dan kuadran medial. Dan biasanya terjadi setelah metastasis ke
aksila.
 Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi
metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika
superior. Bila terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi
stasis aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi
metastasis hepar.
 Metastasis ke tulang belakang. Jika metastase tulang yaitu ke tulang
belakang mungkin terjadi kompresi medula spinalis, metastase otak,
limfedema kronis jika tumor kambuh lagi pada aksila.
 Metastasis ke otak. Metastasis jenis ini mempunyai gejala yaitu, nyeri
kepala dan tidak ditemukan adanya rasa mual.

Sel, gen-gen atau produk-produk yang berperan dalam pertumbuhan tumor pada ca mammae
diantaranya (Brashers, 2008) :

1. Lob 1
 Lob 1 mengandung banyak ssel tidak berdiferensiasi dengan tingkat proliferasi tinggi
dan sangat sensitif terhadap karsinogen
 Kehamilan dan menyusui mengurangi jumlah Lob 1 di payudara

2. BRCA 1
 Normalnya gen BRCA1 menghasilkan produk sebagai inhibitor pertumbuhan yang
mengontrol proliferasi sel payudara
 Produk gen ini hilang ketika gen mengalami mutasi, lokasi mutasi biasanya pada
kromosom 17 lengan panjmutasi pada gen ini menyebabkan kanker payudara pada
54% wanita usia 60tahun

3. Mutasi p53
 Normalnya, gen ini merupakan regulator transkripsi, penstabil genom, berperan
dalam repair DNA dan fasilitatorapoptosis sel yang rusak
 Mutasi sel ini sering menyebabkan ca mammae

4. Reseptor estrogen (ER)


 Normalnya, ER terdapat dalam nukleus sel payudara normal, diperlukan dalam
fungsi sel payudara normal
 Penurunan estrogen pada orang menopause misalnya dapat mengakibatkan apoptosis
sel payudara
 Pada sel neoplastik, stimulasi ER menyebabkan over ekspresi produksi faktor
pertumbuhan dan ataureseptor mengakibatkan proliferasi sel tidak terkontrol
 60% tumor primer dianggap ER positif
 Tumor ER negatif terjadi akibat metilasi (penambahan radikal metil) DNA (secara
ekperimental penghambatan metilasi DNA dapat mengembalikan reseptor ER) dan
mampu menstimulasi autokrin estrogen secara mandiri, sehingga resisten terhadap
terapi endokrin dan cenderung menjadi tumr yang lebih agresif

5. Faktor pertumbuhan epidermal peningkatan mitposis dan resistensi terhadap


tamoksifen

6. Molekul adhesi
 Sel tumor melepaskan diri dari molekul adhesi di membran basal sel normal sehingga
dapat menginvasi
 Untuk di payudara molekul adhesi yang penting adalah E-cadherin yang diatur secara
lambat di dalam kanker payudara

7. Gen resistensi obat ganda / multidrug resistance gene, MDR1  menurunkan konsentrasi
agen anti kanker intrasel

8. Metaloproteinase matriks dan cathepsin  kanker payudara mengandung proteinase


ekstra sel yang mengatur interaksi membran basal sel dan dapat menghancurkan
membran sehingga memungkinkan invasi dan metastasis.

1.5 Manifestasi Klinik


a. Nyeri
 Berubah dengan daur haid : penyebab fisiologis, misalnya pada tegangan pra-
menstruasi atau penyakit fibrokistik.
 Tidak tergantung daur haid: tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi haid.

b. Benjolan di payudara
 Keras : permukaan licin pada fibroadenoma atau kista permukaan kasar,
berbenjol, atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif.
 Kenyal : kelainan fibrokistik.
 Lunak : lipoma.

c. Perubahan kulit
 Bercawak : mengarah ke karsinoma.
 Kelihatan benjolan : kista, karsinoma, fibroadenoma besar.
 Peau de orange : tanda khas kanker.
 Hiperemis : infeksi (jika terasa panas).
 Ulkus : kanker lama (terutama pada pasien geriatri).

d. Kelainan puting/areola
 Retraksi : fibrosis karena kanker.
 Inversi baru: retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus).
 Eksema : unilateral  penyakit paget (tanda khas kanker).

e. Nipple discharge
 Putih susu : kehamilan atau laktasi.
 Jernih : normal.
 Hijau : (peri)menopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik.
 Hemoragik : karsinoma, papiloma intraduktus.

Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri.Sering kali ditemukan
secara tidak sengaja.Lokasi bias di kuadran mana saja dengan konsistensi agak keras,batas tidak
tegas,permukaan tidak licin,mobilitas kurang.

Perubahan kulit
a. Tanda lesung : ketika tumor mengenai ligament glandula mammae,ligament itu memendek
hingga kulit setempat menjadi cekung disebut ‘tanda cekung’
b. Perubahan kulit jeruk (peau d’orange) : ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker,hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,folikel rambut tenggelam ke
bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
c. Nodul satelit kulit : ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing masing
membentuk nodul metastasis,disekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul
tersebar,secara klinis disebut tanda satelit.
d. Invasi,ulserasi kulit : ketika tumor menginvasi kulit,yerlihat tanda berwarna kemerahan atau
gelap.lokasi dapat berubah menjadi iskemik,ulserasi membentuk bunga terbalik.
e. Perubahan inflamatorik : tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah
bengkak,mirip peradangan,dapat disebut juga “tanda peradangan”.Tipe ini sering pada
kanker mammae waktu hamil atau laktasi.

Perubahan papilla mammae


a. Retraksi,distorsi papilla mammae : umumnya akibat tumor menginvasi jaringan sub papilar
b. Secret papilar : sering karna karsinoma dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus
besar.
c. Perubahan eksematoid : merupakan manifestasi spesifik (paget) klinis tampak aerola,papilla
mammae tererosi,berkusta,secret,deskuamasi sangat mirip eksim.
Perubahan kelenjar limfe regional
Pembesaran kelenjar limf yg biasa disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.

Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah.

Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu.

Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk.


Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam (retraksi).

1.6 Diagnosis
I. Prosedur Diagnostik
A. Pemeriksaan klinis
1. Anamnesis
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya
 Benjolan
 Kecepatan tumbuh
 Rasa sakit
 Nipple discharge
 Nipple retraction dan sejak kapan
 Krusta pada areola
 Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
 Perubahan warna kulit
 Benjolan di ketiak
 Edema lengan
b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasia, antara lain:
 Nyeri tulang (vertebra, femur)
 Rasa penuh di ulu hati
 Batuk
 Sesak
 Sakit kepala hebat

2. Pemeriksan fisik
a. Status generalis, performance status
2,5
Tabel 3. Skala Karnofsky
Kategori Umum Indeks Kriteria Spesifik
Dapat melakukan 100 Normal, tanpa keluhan
aktivitas normal, bukti penyakit
tanpa memerlukan 90 Dapat melakukan
perawatan khusus aktivitas normal, tanda
atau keluhan minor
penyakit
80 Melakukan aktivias
normal dengan usaha,
beberapa tanda dan
keluhan penyakit
Tidak dapat bekerja, 70 Merawat diri sendiri,
mampu tinggal di tidak dapat melakukan
rumah dan aktivitas normal atau
membutuhkan melakukan pekerjaan
perawatan untuk 60 Kadang-kadang
sebagian besar memerlukan bantuan dari
kebutuhan pribadi orang lain, tetapi dapat
memerlukan bantuan merawat keperluan
dalam kadar yang sehari-hari
bervariasi 50 Memerlukan bantuan
yang cukup besar dari
orang lain dan seringkali
memerlukan perawatan
medis
Tidak dapat merawat 40 Tidak mampu, memerlukan
diri sendiri, perawatan dan bantuan
membutuhkan khusus
perawatan institusi 30 Sangant tidak mapu,
rumah sakit atau dianjurkan dirawat di
sejenisnya penyakit rumah sakit, kematian tidak
mungkin berkembang mengancam.
dengan pesat 20 Sangat sakit perlu
perawatan di RS;
memerlukan perawatan
suportif aktif
10 Sekarat
0 Meninggal

b. Status Lokalis:
 Payudara kanan atau kiri harus diperiksa
 Masa tumor:
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Permukaan
- Bentuk dan batas tumor
- Jumlah tumor
- Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar
payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding
dada
 Perubahan kulit
- Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
- Peau d’orange, ulserasi
 Nipple
Tertarik, erosi, krusta, discharge

 Status Kelenjar Getah Bening


- KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar.
- KGB infraklavikula: idem
- KGB supraklavikula: idem
 Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis:
Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik/ Imaging :
1. Diharuskan (recommended)
a. USG payudara dan mamografi untuk tumor
diameter 3 cm
b. Foto thoraks
c. USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
a. Bone scanning dan atau bone survey (bilamana
sitologi dan atau klinis sangat mencurigai pada
lesi >5cm).
b. CT scan

C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy dan sitologi


Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas. Catatan: belum
merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa triple diagnostic.
D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan atau parafin. Bahan
pemeriksaan hitopatologi diambil melalui:
1. Core biopsi
2. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
3. Biopsi insisional untuk tumor:
a. operabel ukuran >3 sebelum operasi definif
b. inoperabel
4. Spesimen masektomi disertai dengan pemeriksaan
KGB
5. Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb-2
(HER-2 neu / human epidermal growth factor
receptor-2 ), cathepsin-D, p53 (situasional)
6. Biopsi aspirasi.
7. True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum
ukuran besar).
8. Biopsi terbuka
Merupakan prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil, eksisi maupun insisi
yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun durante operationam.

E. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan darah sesuai dengan perkiraan
metastasis.

II. Screening
Metode Deteksi Dini :
Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor penting
dalammenanggulangi kanker payudara. Oleh karena kanker payudara merupakan jenis
kanker yang mudah dideteksi.

Untuk menemukan kanker pada stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan medis antara
lain :

a. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).


Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir
b. Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).
c. Pemeriksaan mammografi

Adalah foto payudara dengan alat khusus.


1. Wanita di atas 35-50 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan ini
setiap 2 tahun
2. Pada wanita di atas 50 tahun setiap 1 tahun
Catatan: Pada daerah yang tidak ada mammografi/USG untuk deteksi dini dilakukan
dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.
Diagnosisi pasti
a. Eksisional biopsi
 Untuk stadium dini
 Dilakukan pemeriksaan PA
 Keakuratan 97,65% (Muchlis, 2002)
 Tidak ada false positive

b. Insisional biopsi  untuk stadium ganas atau lanjut


c. FNAB
d. Needle core biposy pada Jarum Silevermann

Bila pada pemeriksaan klinis maupun penunjang tidak ada kelainan di payudara
dianjurkan untuk mengadakan pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. bila hanya termogram dan
USG yang mencurigakan, lakukan pemeriksaan ulang 6 bulan lagi
Diagnosis banding
Diagnosis Banding Kelainan-kelainan Payudara (Michaelson, 2003)

a. Fibroadenoma mamae (FAM)


o Pada usia 15—30 tahun
o Padat kenyal, mobile, bulet lonjong, berbatas tegas
o Pertumbuhan lambat,tidak nyeri
o Tidak ada perubahan kulit
o Pengobatan eksisi tumor

b. Fibrokista
o Gejala nyeri timbul menjelang haid
o Ukurannya dipengaruhi pada saat menstruasi
o Ditemukan pada usia pertengahan usia

c. Kistasarkoma filoides
o Tidak bermetastase
o Bentuk haid lonjong permukaan berbenjol
o Batas tegas, ukuran 20-30 cm
o Pengobatan simple mastektomi

d. Galactocele
o Bukan neoplasia, tapi massa berisi asi mengental yang terjadi karena adanya
sumbatan duktus laktiferus
o Biasanya terjadi pada ibu yang sedang / baru selesai masa laktasi

e. Mastitis  infeksi kelenjar payudara biasanya pada ibu menyusui


f. Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai dengan penarikan kulit.
g. Lipoma, merupakan tumor pada jaringan lemak dengan batas tegas, lunak, tidak nyeri
tekan, dan dapat digerakkan.
h. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses, biasanya terdapat pada ibu yang menyusui.

1.7 Penatalaksanaan Carcinoma Mamae


Terapi
Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan harapan hidup
yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker meliputi 2 tujuan, yaitu :
a. Terapi Kuratif
Terapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker untuk
menghilangkan kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi pada pasien kanker tidak
dapat mempertahankan asas primum non nocere karena dalam pemberian terapi kuratif,
akan diberikan sejumlah terrtentu zat kemoterapi atau radiasi yang bersifat toksik
terhadap bagian tubuh lain yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat berupa bedah
radikal, kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi dari keempat modalitas tersebut.
b. Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak tercapai, Tujuan
terapi paliatif adalah untuk mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan kanker pada pasien yang tidak mungkin sembuh. Ketika tujuan terapi adalah
sebagai paliatif, maka efek toksisitas kemoterapi atau radiasi harus diminimalisir.

Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun jenis-jenis


terapinya adalah:
1. Pembedahan
Pada stadium I, II dan III terapi bersifat kuratif. Semakin dini terapi dimulai,
semakin tinggi akurasinya. Pengobatan pada stadium I, II, dan III adalah operasi
primer, sedangkan terapi lain bersifat adjuvant.
Untuk stadium I dan II, pengobatan adalah radikal mastektomi atau radikal
mastektomi modifikasi dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant. Terapi
radiasi dan sitostatika adjuvant diberikan jika kelenjar getah bening aksila
mengandung metastasis.

 Mastektomi Radikal
Pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2 cm di
sekitarnya, glandula mammae (seluruh payudara), fasia M. pectoralis mayor, M.
pectoralis mayor, M. pectoralis minor disertai dengan diseksi aksila. Diseksi aksila
adalah pengangkatan semua isi rongga aksila kecuali arteri, vena dan saraf yang
bermakna. Teknik operasi ini dapat pula di modifikasi menjadi mastektomi radikal
modifikasi Madden, dimana M. pektoralis mayor tidak diangkat.
Operasi ini bersifat kuratif dan dilakukan untuk tumor yang berada pada
stadium operable yaitu stadium I, II dan III awal. Mastektomi radikal dapat diikuti
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant tergantung dari keadaan KGB
aksila (berdasarkan protokol di RSCM atau FKUI)
 Mastektomi radikal modifikasi

Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m. Pektoralis mayor
dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m. Pektoralis mayor, mereseksi
m. Pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini mempunyai kelebihan antara lain
memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar
superior.

 Mastektomi Sederhana atau Simple Mastectomy


Pengangkatan puting dan areola, serta kulit di atas tumor dan 2 cm di
sekitarnya, dan glandula mammae. Pada stadium IIIa, operasi berupa mastektomi
sederhana. Teknik operasi ini hampir sama dengan teknik pada operasi mastektomi
radikal, namun pada teknik ini tidak dilakukan diseksi aksila. Setiap mastektomi
sederhana harus diikuti oleh radiasi (radioterapi) untuk mengatasi mikrometastasis
atau metastasis ke kelenjar getah bening. Kombinasi mastektomi sederhana dengan
radiasi mempunyai efektivitas yang sama dengan mastektomi radikal.
 Lumpectomy atau sayatan lebar
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal
di sekitarnya.  Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan sedikit area
bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di
kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re-
excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).

 Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini, dokter
akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan dengan
lumpektomi.
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan
jaringan konektif (breast fascia). Dokter juga akan melakukan prosedur terpisah untuk
mengangkat beberapa atau seluruh simpul limfe, dengan  axillary node dissection atau
sentinel node biopsy.

2. Breast Conservating Treatment


Yaitu pengangkatan tumor dengan batas sayatan bebas (tumorektomi,
segmentektomi, atau kwadrantektomi) dan diseksi aksila diikuti dengan radiasi
kuratif. Operasi ini dilakukan untuk tumor stadium dini yaitu stadium I dan II dengan
ukuran tumor 3 cm; untuk yang lebih besar belum dikerjakan dan mempunyai
prognosis lebih buruk dari terapi radikal.
3. Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan
pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi, yang bersifat
adjuvant.
Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah bersifat
sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal. Radiasi kadang
diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang yang mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang dapat
dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian klinis. Karena terapi
sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan toksisitas yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespons terhadap agen kemoterapi, antara lain
anthrasikin, agen alkilasi, taxane, dan antimetabolit. Kombinasi dari agen tersebut
dapat memperbaiki respon namun hanya memilki efek yang sedikit untuk
meningkatkan survival rate. Pemilihan kombinasi agen kemoterapi tergantung pada
kemoterapi adjuvant yang telah diberikan dan jenisnya. Jika pasien telah mendapat
kemoterapi adjuvant dengan agen Cyclophosphamide, Methotrexat dan 5-
Fluorouracil (CMF), maka pasien ini tidak mendapat agen yang sama dengan yang
didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi intravena
(IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung pada jenis obat.

Adapun jenis-jenis kombinasi kemoterapi yang diberikan adalah :


 FEC (Fluorourasil, Eprubisin, Cyclophosphamide)
o Indikasi
Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada kanker payudara yang sudah
metastasis.
o Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit jantung,
sebelum kemoterapi harus dilakukan pemeriksaan echocardiogram atau
multiple gated acquisition test of cardiac output (MUGA) untuk menjamin
bahwa fungsi ventrikel kiri masih baik.
- Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, maka dosis 5-FU di kurangi.
- Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis epirubisin dikurangi.
- Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil < 1500/mm 3, atau AT <
100.000/mm3, maka kemoterapi ditunda.
- Berikan antiemetik yang kuat sebelum kemoterapi.
- Kontrol dosis epirubisin, untuk menghindari kardiotoksisitas bila dosis
kumulatif epirubisin >900 mg/m2
- Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut dapat rontok akibat kemoterapi.
o Dosis
- 5-FU 500 mg/m2 pada hari 1.
- Epirubisin 60 mg/m2 pada hari 1
- Siklofosfamid 500 mg/m2
o Cara Pemberian
- 5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-pelan atau dilarutkan
dalam NaCl 0,9% 100 ml dan diinfuskan dalam 10-20 menit.
- Epirubisin disuntikan lewat selang infus salin.
o Siklus dan Jumlah siklus
- Lama siklus 21 hari
- Jumlah siklus 6
o Efek Samping
- Mielosupresi
- Alopesia
- Mual dan muntah
- Mukositis
- Kardiomiopati
- Sistitis hemoragik, bila dosis siklofosfamid tinggi
4. Radiasi
Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb (locally
advanced),dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal dan kemoterapi.
Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi di daerah tulang weight bearing yang
mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difus dan berbau yang
mengganggu sekitarnya.
Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel kanker yang
berada pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan DNA dan menyebabkan
terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat merusak membran, protein, dan
organel sel. Tingkat keparahan radiasi tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia
akan lebih resisten terhadap radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal
ini terjadi karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal dari
oksigen. Oleh karena itu, pemberian oksigen dapat meningkatkan sensitivitas radiasi.

Radioterapi dapat diberikan dengan tiga cara, yaitu :


a) Teleteraphy
Teknik ini berupa pemberian sinar radiasi yang memiliki jarak yang cukup jauh dari
tumor. Teknik ini dapat digunakan sendirian atau kombinasi dengan kemoterapi
untuk memberikan kesembuhan terhadap tumor atau kanker yang lokal dan
mengkontrol tumor primer. Teleterapi paling sering digunakan dalam radioterapi.
b) Bachytherapy
Teknik ini berupa implantasi sumber radiasi ke dalam jaringan kanker atau jaringan
disekitarnya.
c) Systemic therapy
Teknik ini berupa pemberian radionuklida ke dalam masa tumor atau kanker.

5. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi
ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker.
Ketika berikatan dengan ligand, reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan
menginduksi apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara primer
atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor dengan reseptor estrogen
tanpa ada reseptor progesteron memiliki respon sebesar 30%, sedangkan jika
memiliki reseptor estrogen dan progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas dan
ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa inhibitor aromatase.
Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang positif, respon terhadap inhibitor
aromatase lebih besar dibandingkan dengan tamoxifen.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada perempuan
dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan tamoxifen harus
diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker payudara yang telah
metastasis, lebih sering digunakan inhibitor aromatase. Namun, bagi pasien yang
yang memburuk setelah mendapat inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan
manfaat. Selain itu, tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker
payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali sehari
karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain
hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan toksisitas retina, walaupun tidak
mengancam penglihatan. Efek samping yang harus diperhatikan adalah bahwa
tamoxifen dapat menyebabkan penurunan densitas tulang pada wanita premenopause
dan kanker endometrium.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita menurut status
menstruasi:
o Premenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral oopharektomi.
o Postmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti estrogen.
o 1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen. Efek estrogen positif
dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen negatif maka dilakukan pemberian
obat-obatan anti estrogen.

Preventif
Berbagai upaya harus dilakukan untuk menimbulkan kesadaran bagi para wanita
akan kesehatannya seperti melakukan deteksi dini kanker payudara dengan melakukan
SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI sangat penting karena 85% benjolan di
payudara ditemukan oleh pasien sendiri. SADARI merupakan pemeriksaan yang murah,
aman dan sederhana, sebaiknya dilakukan sejak usia 20 tahun. 7 SADARI dapat dilakukan
setelah selesai masa haid karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron rendah dan
kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya benjolan atau kelainan. Teknik SADARI :

1. Pada waktu mandi


Periksalah payudara pada waktu mandi karena perabaan tangan lebih sensitif pada
kulit yang basah. Telapak tangan digerakkan dengan lembut ke setiap bagian dari
masing-masing payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan
sebaliknya.
2. Pada waktu bercermin
Perhatikan payudara dengan lengan di samping badan. Selanjutnya angkat tangan
di atas kepala. Cari setiap perubahan bentuk dari masing-masing payudara dan papala
mammae. Kemudian letakkan telapak tangan pada pinggang dan tekan ke bawah dengan
kuat untuk memfleksikan otot dinding dada.
3. Pada waktu berbaring
Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal kecil atau handuk yang dilipat
di bawah bahu kanan. Letakkan tangan kanan anda di belakang kepala, gerakan ini akan
menyokong jaringan payudara agar lebih tinggi dari dada. Dengan tangan kiri dan posisi
jari tangan yang dirapatkan. Buatlah gerakan melingkar dengan tekanan lembut sesuai
arah jarum jam. Mulai pada bagian atas paling luar dari payudara kanan di jam 12,
kemudian digerakkan ke arah jam 1, gerakan diteruskan sampai kembali ke jam 12.
Tonjolan dari jaringan yang keras pada lengkung bawah dari masing-masing
payudara adalah normal. Lalu gerakan diteruskan ke arah sentral payudara kanan sampai
papila mamma kanan (setrifugal). Pemeriksaan gerakan melingkar ini dilakukan sampai 3
kali. Lalu periksa payudara kiri seperti pada payudara kanan. Terakhir periksa papilla
mammae, dengan memeras secara lembut. Setiap sekret, jernih atau berdarah segera
diberitahukan ke dokter. 3

1.8 Komplikasi Carcinoma Mamae


Adanya metastase ke jaringan sekitar secara limfogen dan hematogen merupakan
komplikasi pada carcinoma mamae. Metastase secara limfogen menyebar sampai ke paru,
pelura, hati dan tulang. Sedangkan metastase secara hematogen menyebar sampai ke otak.
(Arif Mansjoer dkk., 2007)

Metastasis di parenkim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin


lesion yang multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis ini seperti pula
mengenai pleura yang dapat mengakibatkan pleural effusion.

Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgen sebagai


gambaran osteolitik atau destruksi yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa
fraktur kompresi.

Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :

a. Metastasis melalui sistem vena

Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan terjadinya
metastasis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula terjadi metastasis ke
vertebra secara langsung melalui vena-vena kecil yang bermuara ke v. Interkostalis dimana
v. Interkostalis ini akan bermuara ke dalam v. Vertebralis. V. Mammaria interna
merupakan jalan utama metastasis tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem vena,
b. Metastasis melalui sistem limfe

Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke kelenjar getah
bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang terkena.
 Metastasi ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah bening sentral
ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastasis.
Menurut beberapa penyelidikan hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila
adalah ke kelenjar getah bening sentral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
 Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ini
adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah
bening aksila lainnya.
 Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastase
ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini masih belum jelas.
Bila metastase tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke
aksila akan mengenai payudara kontralateral terlebih dahulu. Padahal
pernah ditemukan kasus dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila
kontralateral tanpa metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan
metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah
payudara kontralateral melalui kolateral limfatik.
 Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila metastasis
karsinoma mammae telah sampai ke kelnjar getah bening subklavicula, ini
berarti bahw metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus
yang terletak dekat pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna.
Bila sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus
telah terkena metastasis, dapat terjadi stasis aliran limfe. Sehingga bisa
terjadi aliran membalik, menuju ke kelenjar getah bening supraklavicula
dan terjadi metastasis ke kelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai
penyebaran tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelanjar
supraklavicula secara langsung dari kelenjar subklavicula tanpa melalui
sentinel nodes.
 Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih
sering dari yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di
sentral dan kuadran medial. Dan biasanya terjadi setelah metastasis ke
aksila.
 Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi
metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika
superior. Bila terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi
stasis aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi
metastasis hepar.
1.9 Prognosis Carcinoma Mamae
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Stadium Kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
5-years survival rate
Stadium Survival rate (%)
0 99
I 98
II a 82
II b 65
III a 47
III b 44
IV 14
2. Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan invasif.
3. Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki prognosis lebih baik.

1.10 Pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat
bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara
lain berupa:

Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa
berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%

Deteksi Dini Kanker Payudara Sendiri dengan SADARI

PENGERTIAN SADARI
 Usaha atau cara pemeriksaan payudara yang secara teratur dan sistematik oleh wanita itu
sendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari program screening atau deteksi
dini. (Romauli, Suryati, 2009 : 166)

TUJUAN SADARI
 Dapat mendeteksi ketidaknormalan atau perubahan yang terjadi pada payudara.

1.Ciri-ciri Tumor Payudara


 Adanya benjolan
 Keras
 Dan mastalgia (rasa sakit) pada payudara (Nugroho, 2010)

2.Ciri-ciri Kanker Payudara


 Adanya benjolan di payudara
 Adanya borok atau luka yang tidak sembuh (Romauli, Suryati, 2009 : 165)
 Keluar cairan yang tidak normal dari putting susu, cairan berupa nanah, darah, cairan
encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak hamil dan menyusui
 Perubahan bentuk dan besarnya payudara
 Kulit putting susu dan areola menekuk ke dalam atau berkerut
 Nyeri dipayudara (Setiati, Eni, 2009:51).

3. Penyebab kanker payudara


 Pola makan yang tidak baik atau mengkonsumsi lemak terlalu banyak
 Merokok
 Minum minuman alcohol
 Tidak menyusui (ibu menyusui yang ASInya tidak disusukan)
 Faktor keturunan

4. Fungsi payudara: Suatu organ tambahan yang ada pada perempuan yang fungsinya sebagai
produksi susu setelah melahirkan
WAKTU MELAKUKAN SADARI
 Dengan mengikuti cara yang sama setiap bulan, sekitar 1 minggu sesudah menstruasi
terhitung sejak hari pertama pada waktu payudara dalam keadaan tidak membengkak.
Pada wanita yang umurnya lebih dari 20 tahun, melakukan SADARI tiap 3 bulan sekali.
(Saryono, 2009)
 Beberapa cara melakukan pijatan payudara
A.Ke atas kebawah (Up and Down)
B.Pijatan menuju puting (Wedge)
C.Pijatan melingkar (Circular)

SADARI (Indonesian Breast Self Examination, 2003)

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya
bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan
bisa disembhan jika masih pada stadium dini.SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan
mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara
dini.

Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko
kanker payudara, yaitu tamoxifen dan raloksifen.Keduanya adalah anti estrogen di dalam
jaringan payudara.tamoxifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada
penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada
wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara
dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko
sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita
yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen
p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

2. Memahami dan Menjelaskan Sabar dalam Menghadapi Cobaan


Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat
kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan).

Hakikat Istighfar dan Taubat :

Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan : “Dalam istilah syara', taubat


adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah
dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa
yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat
taubatnya telah sempurna”. (Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata ” tauba”
hal. 76)
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : “Para ulama
berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu
antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia
maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia
harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak
mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat.
Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak
orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus
mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus
memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika
berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf”. (Riyadhus Shalihin, hal.
41-42)
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani
adalah “Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan”. Dan firman Allah.

“Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun“.


(Nuh : 10)

Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan


lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon
ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan
para pendusta”. (Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata “ghafara” hal. 362)
Allah mengajarkan kita cara bertobat sebagaimana tercantum dalam Alquran, "Ya
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak
mengampuni kami, niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S.
al A'raaf [7] :23).

Sesungguhan kita bertobat insya Allah menjadi bagian dari rezeki yang besar
dari Allah SWT. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga..." (Q.S. Ali Imran [3]:133).

Ciri-ciri tobat nasuha.

2. Menyesal.
Adanya penyesalan setelah melumuri diri dengan dosa dan
kenistaan; adanya penyesalan setelah berbicara kotor; penyesalan
ketika mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika menyakiti
orang, adalah sikap-sikap yang menunjukkan adanya
kecenderungan tobat nasuha. Orang yang tidak menyesal, tidak
termasuk tobat. Orang yang bangga pada dosa-dosa yang pernah
dilakukannya, menunjukkan bahwa dia belum sungguh-sungguh
bertobat.

3. Memohon ampun kepada Allah.


Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan dengan cara
mengucapkan istigfar sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Adam
as dan Nabi Yunus as di dalam Alquran. Di samping itu, memohon
ampun harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang
paling dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-
sungguh dalam tobatnya. Begitu pula dengan ungkapan sedih,
derai air mata, dan menggigilnya perasaan adalah ekspresi dari
penyesalan yang mendalam.

4. Gigih untuk tidak mengulangi.


Bukan sekadar tidak berbuat dosa, berpikir ke arah sana saja tidak
boleh. Memang, kita dikaruniai kecenderungan untuk berbuat hal-
hal yang negatif. Akan tetapi, bukan berarti harus dituruti. Namun,
untuk dihindari, karena itulah yang akan membuat kita
mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini.
Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata
yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM
Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut
oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jika disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema
berikut:
1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)
‫َوت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,

2. Larangan bertawakal selain kepada Allah


(menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)
‫َاب َو َج َع ْلنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِ ْس َرائِي َل أَالَّ تَتَّ ِخ ُذوا ِم ْن دُونِي‬
َ ‫َو ِكيالً َوآتَ ْينَا ُمو َسى ْال ِكت‬
Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku,

3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia


bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :
َ‫َو َعلَى هَّللا ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ْال ُم ْؤ ِمنُون‬
Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.
Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.

5. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca;


keingingan/ ambisi positif yang kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)
َ‫فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِين‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
6. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal
(pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)
‫َوقَالُوا َح ْسبُنَا هَّللا ُ َونِ ْع َم ْال َو ِكي ُل‬
“Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik Pelindung."
Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.

7. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari


Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49):
ِ ‫َو َم ْن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَإ ِ َّن هَّللا َ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬
"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Lihat juga QS.17:65.

8. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)


Allah berfirman (QS. 16: 41-42):
َ‫اآلخ َر ِة أَ ْكبَ ُر لَوْ َكانُوا يَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫*والَّ ِذينَ هَا َجرُوا فِي هَّللا ِ ِم ْن بَ ْع ِد َما ظُلِ ُموا لَنُبَ ِّوئَنَّهُ ْم فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوألَجْ ُر‬ 
َ
َ َ‫الَّ ِذين‬
َ‫صبَرُوا َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُون‬
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti
Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,
(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka
bertawakkal.
Lihat juga QS.29:58-59.

1. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.


Allah berfirman (QS. 65:3):
‫ْث الَ يَحْ تَ ِسبُ َو َم ْن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَهُ َو َح ْسبُهُ إِ َّن هَّللا َ بَالِ ُغ أَ ْم ِر ِه قَ ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ْدرًا‬
ُ ‫َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)
Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan


masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
َّ ِ‫ي َو َم َع¬ هُ الرُّ هَ ْي¬طُ َوالنَّب‬
‫ي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬ُ ‫ي األُ َم ُم فَ َرأَي‬ َّ َ‫ت َعل‬ ْ ‫ض‬ َ ‫ُر‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ع‬ َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعبَّا‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬ َ ‫يل لِي هَ َذا ُمو َسى‬ َ ِ‫ت أَنَّهُ ْم أُ َّمتِي فَق‬ ِ ‫ْس َم َعهُ أَ َح ٌد إِ ْذ ُرفِ َع لِي َس َوا ٌد ع‬
ُ ‫َظي ٌم فَظَنَ ْن‬ َ ‫ي لَي‬ َّ ِ‫َو َم َعهُ ال َّر ُج ُل َوال َّر ُجالَ ِن َوالنَّب‬
‫¬ق اآلخَ¬ ِر فَ¬إ ِ َذا َس¬ َوا ٌد َع ِظي ٌم‬ ِ ¬ُ‫ت فَإ ِ َذا َس َوا ٌد َع ِظي ٌم فَقِي َل لِي ا ْنظُرْ إِلَى األُف‬ ُ ْ‫ق فَنَظَر‬ ِ ُ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوقَوْ ُمهُ َولَ ِك ْن ا ْنظُرْ ِإلَى األُف‬
‫اض النَّاسُ فِي‬ َ ¬َ‫ض فَ َد َخ َل َم ْن ِزلَهُ فَخ‬ َ َ‫ب ثُ َّم نَه‬ ٍ ‫ب َوالَ َع َذا‬ ٍ ‫ك َو َم َعهُ ْم َس ْبعُونَ أَ ْلفًا يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ بِ َغي ِْر ِح َسا‬ َ ُ‫يل لِي هَ ِذ ِه أُ َّمت‬ َ ِ‫فَق‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ص ِحبُوا َرس‬ َ َ‫ضهُ ْم فَلَ َعلَّهُ ْم الَّ ِذين‬ ٍ ‫ب َوالَ َع َذا‬
ُ ‫ب فَقَا َل بَ ْع‬ ٍ ‫أُولَئِكَ الَّ ِذينَ يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ بِ َغي ِْر ِح َسا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَيْ¬¬ ِه‬ َ ِ ‫اإل ْسالَ ِم َولَ ْم يُ ْش ِر ُكوا بِاهَّلل ِ َو َذ َكرُوا أَ ْشيَا َء فَخَ َر َج َعلَ ْي ِه ْم َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ضهُ ْم فَلَ َعلَّهُ ْم الَّ ِذينَ ُولِدُوا فِي‬ ُ ‫َوقَا َل بَ ْع‬
‫¬ال هُ ْم الَّ ِذينَ الَ يَرْ قُ¬¬ونَ َوالَ يَ ْس¬¬تَرْ قُونَ َوالَ يَتَطَيَّرُونَ َو َعلَى َربِّ ِه ْم‬ َ ¬َ‫وض ¬ونَ فِي ¬ ِه فَ¬¬أ َ ْخبَرُوهُ فَق‬ ُ ‫َو َس¬¬لَّ َم فَقَ¬¬ا َل َم¬¬ا الَّ ِذي تَ ُخ‬
‫ع هَّللا َ أَ ْن‬ ُ ‫ع هَّللا َ أَ ْن يَجْ َعلَنِي ِم ْنهُ ْم فَقَ¬ا َل أَ ْنتَ ِم ْنهُ ْم ثُ َّم قَ¬ا َم َرجُ¬ ٌل آخَ¬ ُر فَقَ¬ا َل ا ْد‬ ُ ‫ص¬ ٍن فَقَ¬ا َل ا ْد‬ َ ْ‫اش¬ةُ بْنُ ِمح‬ َ ‫يَت ََو َّكلُونَ فَقَا َم ُع َّك‬
)‫ال َسبَقَكَ بِهَا ُع َّكا َشةُ (رواه مسلم‬ َ َ‫يَجْ َعلَنِي ِم ْنهُ ْم فَق‬

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkan
kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan
rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang,
bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihat padaku rombongan yang
besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan
kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan
kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan
yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka
ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itu nabi
bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan
mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat;
mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang
berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah
mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain yang mereka sebut.
Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang
sedang kalian bicarakan?’. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka.
Beliau bersabda, ‘ Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka
menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka
bertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW
doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab,
‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata,
‘doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah
SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).

2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.


Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada Allah
SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa
mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:
ُ ‫¬و َّك ْل‬
‫ت‬ َ ¬َ‫ك ت‬َ ¬‫ت َو َعلَ ْي‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس¬لَّ َم َك¬¬انَ يَقُ¬¬و ُل اللَّهُ َّم لَ¬¬كَ أَ ْس¬لَ ْم‬
ُ ‫ت َوبِ¬¬كَ آ َم ْن‬ َ ِ ‫س أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ٍ ‫ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
ِ ‫¬وت َو ْال ِج ُّن َو‬
ُ‫اإل ْنس‬ ُ ¬‫ضلَّنِي أَ ْنتَ ْال َح ُّي الَّ ِذي الَ يَ ُم‬ ِ ُ‫ت اللَّهُ َّم إِنِّي أَعُو ُذ بِ ِع َّزتِكَ الَ إِلَهَ إِالَّ أَ ْنتَ أَ ْن ت‬ ُ ‫ص ْم‬
َ ‫ك خَا‬ ُ ‫ك أَنَب‬
َ ِ‫ْت َوب‬ َ ‫َوإِلَ ْي‬
)‫يَ ُموتُونَ (رواه مسلم‬
Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allah hanya
kepada-Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya
kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-
Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan
kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah Engkau menyesatkanku.
Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan manusia mati. (HR.
Muslim)

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Farmakologi FKUI, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FKUI

http://www.eramuslim.com/syariah/

Kapita Selekta Kedokteran 2000. edisi 3. Jilid II, Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta : EGC

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna R.S Kanker
Dharmais 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini , edisi 1, Pustaka Obor,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai