Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Anggota kelompok :
1. Puput Rahayu (31)
2. Putri Amalia (32)
3. Ratfi Larasati (33)
4. Septi Dewi (34)
5. Shinta Nikmah (35)
6. Siti Rohmatul (36)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG
TAHUN 2020/2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
KATA PENGANTAR
i
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kelompok “ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI
PADA Nn. F dan Tn.M DI PUSKESMAS KENDAL KABUPATEN NGAWI “
laporan ini di susun dalam rangka memenuhi target asuhan kebidanan prakonsepsi
secara komprehensif di Program Studi DIV Alih Jenjang Kebidanan Kampus
Magetan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Surabaya. Penulis mengharapkan bantuan pengarahan dan bimbingan,untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dwi Purwanti, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Alih Jenjang
Kebidanan.
2. Ibu Triana Septianti S.ST, M.Keb selaku dosen pembimbing Asuhan
Kebidanan.
3. Ibu Tutik Purwati S.ST selaku Pembimbing lahan.
4. Semua pihak yang telah ikut serta membantu dan memberikan dukungan
dalam pembuatan laporan ini
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis memohon untuk kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
dalam pembuatan laporan ini.
Penulis meminta maaf atas kekurangan baik berupa kesalahan isi, penyajian
maupun penulisan. Semoga hasil dari laporan ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pada pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik .............................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................2
1.2.2 Tujuan Umum....................................................................................2
1.3 Manfaat........................................................................................................2
1.3.1 Manfaat teoritis .................................................................................2
1.3.2 Manfaat Praktis..................................................................................2
1.4 Lama Praktik................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan teori kasus......................................................................................4
2.1.1 Pengertian calon pengantin ...............................................................4
2.1.2 Pemeriksaan pra-nikah.......................................................................4
2.1.3 Manfaat pemeriksaan pra-nikah ........................................................4
2.1.4 Tahapan pemeriksaan pra-nikah........................................................5
2.1.5 Persiapan Pranikah Bagi Calon Pengantin.........................................6
2.1.6 Masalah yang sering muncul pada Pemeriksaan Pra-Nikah..............7
2.1.7 KIE pada Pemeriksaan Pra-Nikah.....................................................9
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Catin...................................................16
2.2.1 Pengkajian Data Subyektif ..............................................................16
2.2.2 Diagnosa Kebidanan .......................................................................24
2.2.3 Perencanaan ....................................................................................25
2.2.4 Pelaksanaan .....................................................................................26
2.2.5 Evaluasi ...........................................................................................26
iii
3.1.2 Data Obyektif....................................................................................31
3.2 Assesment .................................................................................................33
3.3 Penatalaksanaan ........................................................................................33
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................35
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................36
5.2 Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................37
iv
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan
sembelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan
sasaran mempermudah wanita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum hamil.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan. Salah
satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi pada wanita akan
mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit yang
kemungkinan mengganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga
keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari (Cunningham, 2012)
Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi
penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status
gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan
erat dengan outcome kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012)
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena
itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses
kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi
janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik.
Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses pembentukan
sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah
gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi
kehamilan ( Oktaria dan Juli , 2016).
Pelayanan yang diberikan puskesmas kepada calon pengantin diantaranya
yaitu pemeriksaan lab lengkap yang sudah memenuhi protokol kesehatan yaitu
wajib memakai masker, mencuci tangan/memakai handsanitizer serta menjaga
jarak antara pasien dan tenaga kesehatan.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada Calon pengantin pelayanan kesehatan
secara keseluruhan dengan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dengan
metode SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Melakukan asuhan kebidanan pada calon pengantin, meliputi: pengkajian,
merumuskan diagnose kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,
penatalaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi dan didokumentasikan dengan
metode SOAP.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta
bahan dalam penerapan asuhan kebidanan pada calon pengantin.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Kebidanan serta referensi
bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan secara
komprehensif pada calon pengantin
2. Manfaat Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapatkan secara langsung di lapangan
dalam memebrikan asuhan kebidanan pada calon pengantin. Dan dapat
mengaplikasikanmateri yang telah diberikan dalam proses perkuliahan
serta mampu memberikan asuhan kebidanan yang secara
berkesinambungan yang bermutu dan berkualitas.
3. Manfaat Bagi Pasien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai standar
pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan klien, sehingga klien apabila
terdapat komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin.
2
1.4 Lama Praktik
Lama praktik yang dilakukan yaitu 3 minggu. Mulai tanggal 23 november 2020 –
12 Desember 2020.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga
hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan pemeriksaan pra
nikah yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai
menikah(Kemenkes RI, 2018b).
2.1.3 Manfaat Pemeriksaan Pra-Nikah
Menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah)
merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah
terjadinya permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan
ke depannya. Beberapa keuntungan melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah
menurut (Kemenkes RI, 2018b), antara lain:
1. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti
penyakit thalassemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri
sendiri maupun pasangan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian
hari, khususnya bagi riwayat keturunan yang dihasilkan.
3. Membuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka, dan lebih yakin
satu sama lain mengenai riwayat kesehatan keduanya.
2.1.4 Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah
Tahapan Pemeriksaan Pra-Nikah menurut (Kemenkes RI, 2018b)adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik secara lengkap
Pemeriksaan pra nikah yang pertama terdiri atas pemeriksaan umum,
yakni uji pemeriksaan fisik secara lengkap. Hal ini dilakukan karena
umumnya status kesehatan dapat dilihat lewat tekanan darah. Umumnya,
tekanan darah tinggi dapat berbahaya bagi kandungan sebab membuat
tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat. Selain itu,
pemeriksaan pra nikah juga dapat mengetahui apakah pasangan tersebut
mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya diabetes.
5
2. Pemeriksaan penyakit hereditas
Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalnya
gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa
memproduksi hemoglobin (sel darah merah) secara normal.
3. Pemeriksaan penyakit menular
Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit menular,
diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan
tersebut penting sekali dilakukan, mengingat penyakit-penyakit menular
tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
4. Pemeriksaan organ reproduksi
Pemerikaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk
pria maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kondisi
kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan.
5. Pemeriksaan alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi
sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak
ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal.
2.1.5 Persiapan Pranikah Bagi Calon Pengantin
1. Aspek Fisik / Biologis
Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan
perkawinan yang ditulis oleh Hawari di dalam bukunya, aspek fisik dan
biologiknya, meliputi:
a. Usia yang Ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia
antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun bagi pria
adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga. Lazimnya usia
pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia relatif sifatnya.
b. Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan
untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan
fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak menghidap penyakit
(apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan.
6
2. Aspek Mental / Psikologis, meliputi:
a. Kepribadian
Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan mempengaruhi
pasangan dalam kemampuan beradaptasi antar pribadi. Pasangan yang
memiliki kematangan pribadi akan memiliki kemampuan yang baik
dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur penting dalam
berumah tangga. Kenyataannya, tidak ada orang yang memiliki
kepribadian ideal yang sempurna, tapi paling tidak masing-masing
pasangan bisa saling memahami dan menghargai kelebihan dan
kelemahan masing-masing, sehingga diharapkan akan bisa saling
mengisi dan melengkapi.
b. Pendidikan
Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan
hendaknya diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan
pria lebih tinggi dari wanita, meskipun tidak menutup kemungkinan
terjadi hal yang sebaliknya. Kalaupun hal ini terjadi, hendaknya
keduanya memiliki kemampuan adaptasi dan saling menghargai yang
cukup tinggi, karena walau bagaimanapun, laki-lakilah yang kelak
manjadi pemimpin dalam rumah tangganya, sebagai pihak yang
nantinya akan banyak mengambil keputusan penting dalam keluarga.
Karenanya, laki-laki dituntut memiliki kemampuan.
2.1.6 Masalah yang sering muncul pada Pemeriksaan Pra-Nikah
1. Catin dengan Anemia
Pada Pemeriksaan Pra-Nikah dilakukan pemeriksaan hemoglobin
untuk mengetahui anemia tidaknya pasangan catin terutama catin
wanita. Pemeriksaan hemoglobin sangat penting dilakukan, sebab
jumlah kadar haemoglobin dalam sel darah akan menentukan
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh
tubuh. WUS tidak hamil normalnya memiliki 12 g/dl hemoglobin, jika
kurang dari angka tersebut maka terjadi anemia pada WUS.
Penggolongan anemia berdasarkan WHO untuk WUS tidak hamil
7
sebagai berikut, anemia ringan dengan kadar Hb 11,0-11,9g/dl, anemia
sedang 8,0-10,9g/dl, dan anemia berat <8,0g/dl (Kemenkes RI, 2018a).
Untuk itu perlu dilakukan pemberian tablet zat besi pada catin wanita.
2. Catin dengan KEK
Kekurangan Energi Kronik /(KEK) adalah keadaan dimana LiLA
Wanita usia subur ,23,5 cm. Apabila hasil pengukuran LiLA < 23,5 cm
atau berada pada garis merah maka perempuan tersebut beresiko KEK
dan nantinya jika hamil diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (Kemenkes RI, 2018a).
Apabila ditemukan catin WUS dengan KEK maka akan diberikan
pelayanan gizi yang bertujuan meningkatkan BB melalui konseling
gizi tentang makanan dengan gizi seimbang, cara pemilihan dan
pengolahan makanan yang tepat, serta penerapan PHBS (Kemenkes
RI, 2018a).
3. Catin dengan Obesitas
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi
daripada energi yang dikeluarkan. Pola makan yang merupakan
pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas adalah mengonsumsi
makanan porsi besar (melebihi kebutuhan), makanan dengan tinggi
energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat.
Sedangkan perilaku makan yang salah adalah kebiasaan makan junk
food, makanan dalam kemasan, dan minuman ringan(Kemenkes RI,
2018a).
Untuk menghindari terjadinya obesitas dimulai dengan perubahan
pola makan, perbanyak konsumsi buah dan sayur, mengurangi
konsumsi makanan manis, mengurangi konsumsi tinggi protein dan
lemak, mengurangi mengkonsumsi junk food, serta peningkatan
aktifitas fisik (Kemenkes RI, 2018a).
4. Catin dengan IMS
IMS atau infeksi menular seksual menular melalui hubungan intim
baik secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan intim,
8
penularan juga dapat terjadi melalui tranfusi darah dan berbagai jarum
suntik dengan penderita. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu hamil
ke janin, baik selama hamil dan persalinan (Willy, 2019).
Tes IMS dilakukan pada catin jika ada keluhan keluarcairan/duh
tubuh abnormal dari kemaluan, luka/lecet di kemaluan, pembengkakan
kelenjar getah bening di pangkal paha, adanya kondiloma jengger
ayam di kemaluan, dan trasa terbakar di kemaluan. Pemeriksaan ini
dilakukan sedini mungkinbpada pasangan seksual sebelum terjadinya
kehamilan (Kemenkes RI, 2018a).
2.1.7 Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada Pemeriksaan Pra-Nikah
Beberapa KIE yang diberikan selama pemeriksaan Pra-Nikah menurut Kemenkes
RI (2018a) meliputi:
1. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat
saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya :
a. Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
b. Suami istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuh
dan pendidikan anak
c. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan
d. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
2. Hak dan kesehatan reproduksi
Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak – hak ini
menjamin setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak dan waktu memiliki anak serta
untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
9
3. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a. Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin
yang sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
b. Perencanaan kehamilan
Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan saat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak. Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah Terlalu muda
(<20 tahun), Terlalu tua (>35 tahun), Terlalu dekat jarak kehamilan
(<2tahun), Terlalu sering hamil (>3 anak).
4. Pengetahuan tentang fertilitas dan kesuburan
a. Cara menghitung masa subur
Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/ masa
subur pada wanita. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari
setelah haid hari pertama, sedangkan masa subur biasanya akan terjadi
kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah menuju puncak masa subur
tersebut.
b. Tanda-tanda masa subur
1) Perubahan lendir serviks
Jika dalam masa subur cairan ini berteksture lengket dan kental.
Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan
meningkatkan jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi
berwarna bening dan bertekstur lebih cair.
2) Dorongan seksual meningkat
Hormon kewanitaan akan meningkat dalam masa subur sehingga
berpengaruh terhadap hasrat seksual.
3) Temperature tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
Meningkatnya hormon progesterone ketika masa subur akan
memicu kenaikan suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh tersebut
hanya sedikit (±0,5oC) maka cukup sulit mengamati kenaikan masa
10
subur hanya dengan memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada
wanita. Oleh karena itu cara ini jarang digunakan sebagai acuan.
Akibat lain dari meningkatnya produksi hormon yang tinggi
menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.
c. Infertilitas
Infertilitas adalah kegagalan pasangan suami istri utnuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi
selama satu tahun. Faktor yang mempengaruhi infertilitas adalah Umur,
Lama infertilitas, Emosi, Lingkungan, Kondisi reproduksi wanita,
meliputi serviks, uterus dan sel telur, Kondisi reproduksi pria, yaitu
kualitas sperma dan seksualitas
5. Kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat menghadapi tekanan, dapat bekerja secara
produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Ciri-ciri sehat jiwa
a. Perassan sehat dan bahagia
b. Menyadari kemampuan diri
c. Merasa nyaman dengan diri sendiri
d. Dapat menrima orang lain apa adanya
e. Berasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
f. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
g. Mampu menghadapi tantangan hidup
h. Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
6. Kekerasan dalam rumah tangga
KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbunya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik seksual,
psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
malakuakan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Jenis-jenis kekerasan meliputi:
11
a. Kekerasan fisik : pemukulan dengan tangan kosong atau alat, melukai
dengan senjata tajam atau senjata api.
b. Kekerasan psikologis atau emosional : penghinaan, perselingkuhan ,
memaki-maki.
c. Kekerasan ekonomi atau penelantaran
d. Kekerasan seksual ( mulai dari pelecehan seksual hingga perkosaan)
e. Perdagangan orang
7. Kebutuhan energi dan zat gizi masa prakonsepsi
The International Federation Of Ginecology And Obstetrics (FIGO) pada
tahun 2015 mengeluarkan beberapa rekomendasi, antara lain :
a. Mengoptimalkan status gizi melalui kebiasaan pola makan dan pola
hidup yang baik sebelum kehamilan
b. Menghindari merokok, konsumsi alcohol atau penggunaan obat
penenang sebelum konsepsi.
The Reference Daily Intake (RDI) menyarankan untuk asupan harian bagi
perempuan masa prakonsepsi mengandung zat gizi asam folat sebesar 400
mcg yang dapat diperoleh dari aneka ragam sayuran, buah-buahan, biji-
bijian maupun suplementasi. Selain asam folat, ada suplementasi vitamin
A maksimal 5000 IU serta pembatasan minuman yang mengandung
alcohol selama masa prakonsepsi (Brown, 2013)
a. Protein
Protein merupakan senyawa kimia dalam bahan makanan yang
tersusun atas rantai asam amino. Protein sebagai sumber energy
menghasilkan 4 kkal dalam setiap gramnya. FIGO menyebutkan
rekomendasi kecukupan protein dalam sehari pada masa sebelum
kehamilan sebesar 60g. asupan protein yang adekuat sangat penting
sebelum hamil karena mempengaruhi komposisi tubuh ibu dan anak
serta kesehatan metabolik. Ketidakcukupan protein dalam waktu lama
dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi atau kurang energy protein
(KEP). Bahan makanan sumber protein antara lain ikan, unggas,
12
daging, telur, produk susu, kacang-kacangan serta hasil olahan seperti
tahu dan tempe.
b. Karbohidrat
Senyawa kimia didalam bahan makanan yang tersusun atas satu
molekul gula sederhana atau lebih. Setiap gram karbohidrat
mengandung energy 4 kkal (Brown, 2013) karbohidrat pada masa
prakonsepsi direkomendasikan sebesarg 130 g dalam sehari.
c. Asam folat
Asam folat dibutuhkan sebelum konsepsi dan di awal kehamilan. asam
folat berfungsi dalam perkembangan dan pembentukan 0tabung syaraf,
eritropoiesis dan perkembangan otak. Asam folat sangat diperlukan
untuk perkembangan janin karena mempengaruhi proses embrionik
pada awal kehamilan. Bhutta & Lassi (2015) juga menyebutkan
pembe0rian asam folat selama prakonsepsi berpotensi menurunkan
risiko terjadinya cacat tabung syaraf otak.
d. Zat besi
Zat besi merupakan zat gizi penting untuk fungsi organ dan sintesis
hemoglobin. Masalah gizi yang ditemukan pada perempuan usia
reproduktif adalah anemia, terutama pada Negara dengan pendapatan
rendah dan menengah. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan
sumber zat besi yang rendah serta adanya penyakit infeksi endemis
yang meningkat pada masa prakonsepsi. Pemberian intervensi yang
mengkombinasikan sumplemen zat besi dan asam folat setiap minggu
pada masa prakonsepsi secara signifikan dapat memperbaiki status zat
besi dan menurunkan anemia. Kecukupan zat besi dapat mencegah
terjadinya anemia defisiensi zat besi. Risiko terjadinya gangguan
perkembangan janin dan berat badan bayi lahir rendah secara signfikan
lebih meningkat pada keadaan anemia defisiensi zat besi (Bhutta, Z., &
Lassi, 2015).
13
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Catin
2.2.1 Pengkajian Data
1. Pengkajian Data Subyektif
a. Biodata
1) Umur
Menurut UU Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, terkait batas usia menyebutkan batas usia
perkawinan antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu
19 tahun. Usia perkawinan yang ideal menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-
laki.
2) Suku
Pernikahan antar suku memungkinkan timbulnya kesalah pahaman
dalam berkomunikasi. Kesalahpahaman ini biasanya melibatkan
seluruh anggota keluarga, baik suami, istri, anak bahkan melibatkan
seluruh anggota keluarga besar (Lusiana, 2012). Pada pernikahan
beda negara ditakutkan terjadi perbedaan rhesus antara pasangan
calon pengantin. Jika rhesus ibu negative dan rhesus ayah positif
maka jika terjadi kehamilan dapat beresiko terhada kesehatan
janin(Kemenkes RI, 2018(a)).
3) Pendidikan
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin rendah untuk
melakukan pernikahan dini (Kusumawati, 2013).
4) Status Menikah
Kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang sah
menurut adat agama, hukum dan disaksikan masyarakat. Sakral
tujuan utamanya mencapai kelanggengan dalam menempuh hidup
sampai lanjut usia. dampak hamil di luar nikah menurut Sarwono
(2001) diantaranya:
14
(a) Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas di antaranya
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan
berdosa.
(b) Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut di
antaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan
aborsi.
(c) Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang
dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
(d) Dampak fisik
Dampak fisik lainnya adalah berkembangnya penyakit menular
seksual dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual
(PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit
menular seksual dapat menyebabkan kemandulan rasa sakit
kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
5) Berapa kali menikah
Ibu menikah lebih dari 1 kali, dikhawatirkan memiliki Penyakit
Menular Seksual (PMS)(Manuaba, 2014).
b. Keluhan Utama
1) Melakukan Pemeriksaan Kesehatan
Untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan
pernikahan seseorang terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi dan genetika.
2) Skrining TT
Seorang ibu harus memiliki kekebalan tubuh ynag cukup terhadap
serangn penyakit tetanus untuk melindungi ibu dan bayi. Untuk itu
baik disaat catin atau saat hamil perlu dilakukan pemeriksaan status
15
TT, apabila belum cukup maka perlu diberikn suntikan TT sesuai
jadwal (Kemenkes RI, 2014).
……
c. Riwayat Kesehatan
Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan para pasangan yang
ingin menikah untuk menjalani tes kesehatan sebelum menikah.
Prosedur ini bertujuan memberi konsultasi kepada calon pasangan
seputar status kesehatan masing-masing, hal ini agar calon pasangan
suami istri dapat membangun keluarga yang sehat dan menghasilkan
keturunan yang sehat pula (Kemenkes RI, 2018a). Pemeriksaan
terhadap penyakit menular, diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C,
dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan,
mengingat penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan
mengancam jiwa (Kemenkes RI, 2018b).TORCH
d. Riwayat Alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi
sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak
ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal (Kemenkes RI, 2018b).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengidentifikasi
penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu. pu
Beberapa penyakit keturunan yang berbahaya misalnya hemophilia.
Mutasi genetik yang terjadi pada hemofilia mempengaruhi kromosom
X. Kelainan pada kromosom X kemudian diturunkan oleh ayah, ibu,
atau kedua orang tua kepada anak. Hemofilia yang bergejala biasanya
terjadi pada laki-laki. Anak perempuan lebih sering menjadi pembawa
(carrier) gen abnormal yang berpotensi untuk diwariskan kepada
keturunannya(Pane, 2020). Thalasemia disebabkan oleh kelainan
genetik yang memengaruhi produksi sel darah merah. Kelainan genetik
ini diturunkan dari orang tua, dan tetap dapat diturunkan walaupun
orang tua tidak mengalami gejala (Willy, 2019b). Buta warna
16
merupakan penyakit kelainan mata yang ditentukan oleh gen resesif
pada kromosom seks, khususnya terpaut pada kromosom X atau kondisi
ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya
(Riadi, 2020).
f. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat haid
Pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan tingkat kesuburan
wanita (Putri, 2020). Berikut adalah kelainan haid :
a. Hipermenorea
Kelainan yang terletak pada jumlah perdarahan lebih banyak
dan dapat disertai gumpalan darah dan lamanya perdarahan
lebih dari 8 hari. Terjadinya hipermenorea berkaitan dengan
kelainan pad rahim yaitu mioma uteri, polip endometrium dan
gangguan pelepasan endometrium. (Manuaba, 2009)
b. Hipomenorea
Siklus haid tetap, tetapi lama perdarahan memendek kurang dari
3 hari. Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan endometrium
kurang karena keadaan gizi penderita yang rendah, penyakit
menahun dan gangguan hormonal. (Manuaba, 2009)
c. Metroragia
Perdarahan diluar haid (metroragia) dapat disebabkan oleh
keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis. pada
kelainan hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus -
hipofise, ovarium dan rangsangan estrogen progesteron. pada
kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan
pada alat kelamin seperti pada mulut rahim, pada badan rahim
dan pad saluran telur yang dapat menyebabkan mioma uteri,
kehamilan dituba dan keguguran (Manuaba, 2009).
17
2) Riwayat Obstetri
Bagi Catin yang pernah menikah perlu dikaji mengenai riwayat
kehamilan, persalinan, jumlah anak, bayi yang dilahirkan,
keguguran dan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2018a).
3) Riwayat KB
WUS yang sebelumnya menggunakan KB hormonal untuk
menunda kehamilan akan mengalami terlambatnya kembali
kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
(Kristiyanasari, 2010).
2) Eliminasi
perhatikan frekuensi berkemih, apabila frekuesi berkemih >7 kali
curigai adanya resiko diabetes. apabila terdapat nyeri saat BAK dan
urin yang keluar hanya sedikit curiga resiko ISK (Infeksi Saluran
Kemih) (ADA, 2017).
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur. Orang dewasa membutuhkan waktu
tidur 7-8 jam setiap hari. para dokter menyarankan bagi mereka
yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan ini pada kebiasaan
sehari-hari (Kemenkes RI, 2018).
4) Aktivitas
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-
rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
18
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi
8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
5) Personal Hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada
organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2
kali sehari, tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut
maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke
belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun khusus
pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014).
h. Riwayat Psikososial Budaya
Kebanyakan orang Jawa mempunyai kepercayaan menggunakan
petungan untuk melakukan sesuatu seperti pernikahan, panen,
membangun rumah dan lain-lain. Di dalam petungan ada yang namanya
weton di setiap weton ada nilainya sendiri-sendiri (Faruq, 2019).
i. Riwayat Ketergantungan
Keseimbangan hormon dapat mengalami kerusakan karena adanya zat
kimia yang terkandung dalam rokok dan nikotin. Zat kimia tersebut
masuk ke bagian aliran darah melalui asap. Sehingga jika hal ini terus
dibiarkan maka akan berpengaruh pada hormon baik itu wanita maupun
pria. Pada saat hormon tubuh gangguan maka sistem reproduksi tubuh
juga akan mengalami gangguan. (Archiando, 2020)
2. Pengkajian Data Obyektif
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan normal ketika systole <120 mmHg dan
dyastole < 80 mmHg (Kemenkes RI, 2018a).
19
2) Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-100 x/menit (Kemenkes RI,
2018a).
3) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36,5-37,5 oC (Kemenkes RI,
2018a). Jika suhu tubuh lebih dari 37,5oC kemungkinan demam
tersebut disebabkan oleh penyakit seperti flu atau malaria, infeksi
pada bagian tubuh (infeksi kandung kemih atau infeksi rahim)
(Klein, S., Miller, S., & Thomson, 2015).
4) Pernafasan
Frekuensi normal pernafasan yaitu 14–20 kali per menit
(Kemenkes RI, 2018a).
b. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat Badan
Berat badan yang kurang lebih beresiko terserang penyakit infeksi.
Berat badan yang berlebihan beresiko terserang penyakit
degeneratif (Iswanto, 2007). Berat badan yang kurang dengan
standart IMT kurang dari 18 lebih beresiko terserang penyakit
infeksi. Berat badan yang berlebihan dengan standart IMT lebih
dari 27 beresiko terserang penyakit degeneratif
2) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk menapis adanya faktor
risiko, tinggi saat hamil bila < 145 cm berisiko terjadinya Cephalo
Pelvic Disproportion (CPD) (IBI, 2016: 51).
3) IMT
Calon pengantin harus memiliki status gizi yang baik. Penentuan
status gizi menggunakan cara menghitung Indeks Masa Tubuh
(IMT). IMT merupakan indicator sederhana dari korelasi antara
tinggi dan berat badan. IMT normal pada angka 18,5-25,0
(Kemenkes RI, 2018a).
20
4) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Menurut Kemenkes RI, (2018) untuk mengetahui catin perempuan
beresiko Kekurangan Energi Kronik (KEK), perlu dilakukan
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Ambang batas LiLA
pada WUS (19-49 tahun) yaitu 23,5 cm.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Kulit kepala pucat dan rambut rapuh dapat mengindikasikan
kekurangan nutrisi (Walsh, 2012). Rambut yang mudah dicabut
menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu (Romauli,
2011).
2) Mata
Konjungtiva palpebral normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. (Romauli, 2011).
3) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis
(Kemenkes RI, 2018a).
4) Dada
Melihat kelainan bentuk dada, dan pemeriksaan bunyi jantung dan
bunyi paru. Pemeriksaan bunyi jantung dan paru perlu dicermati
sehubungan dengan beberapa penyakit kronis seperti TB paru,
gangguan jantung yang dapat memberi efek pada kehamilan
(Kemenkes RI, 2018a). efek pada kehamilan seperti abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan
amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya
sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,s eperti
prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan
21
limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih
belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah
lahir. Wanita yang mengalami penyakit jantung,terjadi komplikasi
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin, bahkan dapat
membahayakan nyawa ibu dan janin (Manuaba, 2012).
5) Payudara
Perhatikan apakah kedua payudara simetris, apakah ada perubahan
warna, luka/borok, bengkak pada kulit puting menonjol/tidak
(Hastami, 2019).
6) Abdomen
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa (Betty
Suryawati dkk, 2019). Perlu diperhatikan juga mengenai nyeri
tekan abdominal, bising usus, bekas operasi, keadaan heppar/limpa
(Kemenkes RI, 2018a).
7) Genetalia
Pemeriksaan genitalia dilakukan dengan bila ada indikasi, sesuai
dengan sasaran keputihan abnormal, luka/lecet, bengkak pada
pangkal paha, adanya kondiloma, gatal/rasa terbakar (Kemenkes
RI, 2018a).
8) Ekstremitas
Sesuai indikasi, periksa apakah ada deformitas/kelainan bentuk,
keterbatasan gerak, nyeri tekan (Kemenkes RI, 2018a).
9) Kulit
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis,
icterus, edema, pucat, turgor kulit dan kelembapan kulit. Kulit
pucat dapat menunjukkan adanya anemia (Kemenkes RI, 2018a).
22
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan Darah dan Rhesus
Golongan darah wajib diketahui karena dapat mencegah resiko
kesehatan, dan terjadinya perbedaan rhesus antara catin perempuan
dan laki laki, dimana jika perempuan mempunyai rhesus negataif
sementara laki laki rhesus positif bila terjadi kehamilan dapat
beresiko terhadap janin yang dikandung (Kemenkes RI, 2018a).
2) Status TT
Status TT diperlukan karena, seorang ibu harus memiliki
kekebalan tubuh ynag cukup terhadap serangn penyakit tetanus
untuk melindungi ibu dan bayi. Untuk itu baik disaat catin atau saat
hamil perlu dilakukan pemeriksaan status TT, apabila belum cukup
maka perlu diberikan suntikan TT sesuai jadwal (Kemenkes RI,
2014). Status imunisasi tetanus dapat ditentukan melalui skrining
status TT pada catin perempuan dari riwayat imunisasi tetanus
yang didapat sejak masa balita, anak dan remaja. apabila catin
belum t5 dilakukan penyuntikan imunisasi tetanus dengan interval
waktu 4 minggu, 6 bulan, 1 tahun dan 1 tahun. (Kemenkes RI,
2018a)
3) Hemoglobin
Pemeriksaan haemoglobin diperlukan untuk mengetahui anemia
atau tidaknya catin. Kadar HB normal untuk catin wanita 12 gr/dl,
untuk laki-laki 13 gr/dl (Kemenkes RI, 2018a). Pemeriksaan
haemoglobin diperlukan untuk mengetahui anemia atau tidaknya
catin. Jika anemia terjadi sejak masa usia subur, akan berdampak
pada rendahnya cadangan besi yang dimiliki sehingga akan
menimbulkan dampak negatif pada kehamilan, kelahiran, bahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
23
4) HIV/AIDS
Pemeriksaan HIV dilakukan pada catin dan PUS di daerah
terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV. Apabila
hasil tes HIV positif, segera rujuk (Kemenkes RI, 2018a).
5) HbsAg
Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh (sperma
dan cairan vagina) melalui kontak seksual dengan penderita
Hepatitis B, berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B ,
dan juga pada ibu hamil yang menderita hepatitis B pada saat
persalinan. Bila hasil pemeriksaan HbsAg poitif maka organ hati
sudah terinfeksi virus ini (Kemenkes RI, 2018a).
6) Urine
Pemeriksaan urin rutin dilakukan unuk mengetahui dan memantau
kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih
(ISK) dan mendeteksi penyakit metabolic, dan kadar HCG pada
catin perempuan (Kemenkes RI, 2018a).
3. Analisa Data
Analisa merupakan langkah awal untuk perumusan masalah dalam
menentukan diagnosa kebidanan yang ditegakkan. Analisis data
berpedoman pada data subyektif dan data obyektif yang bersifat utama
(mayor) dan penunjang (minor) (Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Diagnosa Kebidanan
Menurut Kemenkes RI (2011), bidan merencanakan asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa atau masalah, tindakan segera dan tindakan antisipatif.
Diagnosa Kebidanan : Calon Pengantin Usia… dengan Pra-Konsepsi… Bulan,
KU baik, Pronosa baik. Dengan masalah Anemia, KEK, Obesitas, Status TT
kurang, kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2018a).
2.2.3 Perencanaan Asuhan Kebidanan Masa Prakonsepsi
1. Diagnosa kebidanan: Calon Pengantin Usia… dengan Pra-Konsepsi…
Bulan, KU baik, Pronosa baik. Dengan masalah Anemia, KEK, Obesitas,
Status TT kurang, kesehatan jiwa (Kemenkes RI, 2018a).
24
Tujuan : Merupakan sebuah tindakan pencegahan yang wajib
dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan
kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan
ke depannya(Kemenkes RI, 2018b).
Kriteria hasil : catin dalam keadaan sehat dan dapat mempersiapkan masa
sebelum hamil dengan baik (Kemenkes RI, 2018a).
Intervensi :
a. Memberitahu hasil pemeriksaan
Rasional : catin mengetahui keadaan dirinya
b. Memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
mengenai penerapan dan kesetraan gender pada pernikahan, hak
dan kesehatan reproduksi, kehamilan dan perencanaan
kehamilan, pengetahuan tentang fertilitas dan kesuburan,
kesehatan jiwa, dan kekerasan dalam rumah tangga (Kemenkes
RI, 2018a).
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan
kepedulian sehingga catin dapat melaksanakan fungsi dan
perilaku reproduksiyang sehat dan aman (Kemenkes RI, 2018a).
c. Memberikan Pelayanan Gizi (Kemenkes RI, 2018a)
Rasional : Untuk mencegah dan mengobati jika Catin
mengalami Anemia dan KEK dan untuk persiapan gizi
kehamilan (Kemenkes RI, 2018a).
d. Skrining dan Imunisasi Tetanus (Kemenkes RI, 2018a).
Rasional : mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit
tetanus sehingga memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus (Kemenkes RI, 2018a).
e. Mendokumentasikan kegiatan
Rasional : mencatat kegiatan dalam buku register catin.
2. Masalah 1 : Catin dengan Anemia
Tujuan : Catin dapat mempersiapkan masa kehamilan
dengan baik (Kemenkes RI, 2018a).
25
Kriteria Hasil : kadar hb dalam batas normal yaitu untuk WUS
sebesar 12 g/dl(Kemenkes RI, 2018a).
a. Memberikan KIE mengenai pemenuhan gizi terutama untuk
pemenuhan zat besi, pemilihan dan pengolahan makanan yang
tepat (Kemenkes RI, 2018a).
Rasional : agar kadar zat besi bisa diperoleh melalu pemenuhan
gizi makanan (Kemenkes RI, 2018a).
b. Pemberian suplemen zat besi (Kemenkes RI, 2018a).
Raional : Pemberian intervensi yang mengkombinasikan
sumplemen zat besi setiap minggu pada masa prakonsepsi
secara signifikan dapat memperbaiki status zat besi dan
menurunkan anemia (Bhutta, Z., & Lassi, 2015).
2.2.4 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pra Nikah
Menurut (Kemenkes RI, 2011), Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidance
based kepada klien dalm upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatis.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan dari masa hamil bersalin, nifas, neonatus dan KB.
2.2.5 Evaluasi Asuhan Kebidanan Pra Nikah
Menurut Kemenkes RI (2011) bidan melakukan evaluasi secara sistimatis
dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan dari masa hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien. Evaluasi ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu
sebagai berikut :
26
S : Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.
Petugas
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
2. Keluhan Utama :
Nn. F dan Tn. M datang ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
sebagai syarat untuk menikah
Nn. F dan Tn. M merencanakan pernikahan pada tanggal 20 Januari 2021.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat ini calon pengantin pria dan wanita dalam keadaan sehat tidak ada
keluhan dalam masalah kesehatan. Calon pengantin tidak ada gejala
demam, batuk, pilek, mual muntah yang berkaitan dengan covid 19.
28
Calon pengantin pria dan wanita tidak memiliki riwayat penyakit
seperti jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, diabetes mellitus,
hipertensi, epilepsi, dan penyakit lainnya. Calon pegantin tidak
mempunyai riwayat alergi, riwayat operasi, riwayat trauma fisik, dan
tidak ada riwayat penyakit kelenjar parotis.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga Nn. F dan Tn. M tidak ada yang menderita penyakit
menurun, tidak ada riwayat keturunan kembar dan tidak ada riwayat
cacat bawaan.
d. Riwayat kesehatan obstetric dan ginekologi
Calon pengantin wanita tidak memilki riwayat menderita penyakit
organ reproduksi seperti myoma uteri dan kista ovarium.
4. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Calon pengantin menarch usia 14 tahun, siklus 30 hari, teratur, lama
5-7 hari, warna merah segar. Hari pertama dan kedua biasa mengalami
nyeri haid dengan konsistensi encer tidak bergumpal.
a. Rencana kehamilan dan Riwayat Imunisasi TT
Calon pengantin pria dan wanita sepakat tidak menunda kehamilan.
Catin wanita tahun kelahiran 1999 rutin mengikuti imunisasi saat kecil.
Status TT 5 lengkap.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Calon pengantin makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, buah, dan
sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada pantangan / alergi
makanan.
b. Eliminasi
Calon Pengantin BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kecoklatan. BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jerami. Tidak ada
keluhan BAB dan BAK.
c. Istirahat
29
Calon pengantin tidur malam 7-8 jam. Istirahat siang ± 1 jam. Tidak
ada keluhan pola istirahat.
d. Aktivitas
Nn F Kerja sejak pukul 08.30 WIB sampai ± pukul 13.00 WIB.
Jogging setiap hari minggu ± 30 menit, tidak pernah melakukan
aktivitas berat.
Tn M Kerja sejak pukul 10.00 WIB sampai Pukul 22.00 WIB. Jarang
melakukan aktifitas berat. Aktifitas berat yang dilakukan terkadang
mengangkat bahan dapur untuk kafe.
6. Riwayat Ketergantungan
Tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, konsusmsi makanan berlemak,
konsumsi alkohol dan NAPZA. Calon pengantin wanita tidak suka
mengkonsumsi jamu, kopi dan minuman bersoda.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir calon pengantin wanita dan pria adalah SMA bekerja
sebagai pemilik salon dan pemilik cafe di Surabaya, tidak pernah terpapar
panas diarea organ reproduksi baik dari pekerjaan maupun perilakunya.
Setelah menikah suami yang akan bekerja, istri juga tetap bekerjadi salon
dan mengurus rumah, jika nantinya istri sudah hamil maka suami ingin
istri istirahat dari kerjaannya.
8. Riwayat seksual
Calon pengantin wanita dan pria tidak pernah melakukan hubungan
seksual pranikah atau perilaku seksual berisiko, tidak pernah melakukan
kekerasan seksual, tidak menderita IMS/HIV.
9. Psikologi catin
Pasangan catin saling setuju dalam pernikahan dan tidak ada paksaan dari
pihak manapun. Pasangan catin mengungkapkan siap untuk berumah
tangga dan bersiap menjadi orang tua.
Deteksi dini masalah kejiwaan SRQ-20
Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa yaitu SRQ-20
Pertanyaan T
30
o Apakah anda sering menderita sakit kepala ?
o Apakah anda kehilangan nafsu makan ?
o Apakah tidur anda tidak lelap ?
o Apakah anda mudah jadi takut ?
o Apakah anda merasa cemas, tegang dan khwatir ?
o Apakah tangan anda gemetar ?
o Apakah anda mengalami gangguan pencernaan ?
o Apakah anda merasa sulit berpikir jernih ?
o Apakah anda tidak bahagia ?
o Apakah anda sering menangis ?
o Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari
– hari ?
o Apakah anda mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan ?
o Apakah aktivitas/tugas sehari – hari anda terbengkalai ?
o Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam
kehidupan ini ?
o Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak hal ?
o Apakah anda merasa tidak berharga ?
o Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup
anda ?
o Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?
o Apakah anda merasa tidak enak di perut ?
o Apakah anda mudah lelah ?
Interprestasi Hasil:
Hasil pemeriksaan SRQ-20 dari calon pengantin wanita dan pengantin pria
dari 20 pertanyaan jawaban Y=0, T=20 yang beararti tidak menunjukkan
adanya penyimpangan masalah kejiwaan
10. Pengetahuan catin mengenai kesehatan prakonsepsi
Catin hanya mengetahui pemeriksaan kesehatan di puskesmas berfungsi
untuk suntik TT, dan pemeriksaan darah.
31
Nn.F
T : 120/70 mmHg N : 80 x/menit
S : 36,5oC R : 20 x/menit
Tn.M
T : 110/80 mmHg N : 84 x/menit
S : 36,9oC R : 23 x/menit
3. Anthropomethri :
Nn.F
BB : 59 kg TB : 160 cm Lingkar Panggul Luar : 85cm
IMT : 23 (Normal) LILA : 24,5 cm
Tn. M
BB : 63 Kg TB : 174 cm
IMT : 20,8 (Normal)
4. Pemeriksaan fisik Nn. F
Muka :Tidak sembab, tidak pucat, tidak berjerawat.
Mata :Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebrae merah muda,
penglihatan normal.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
Mulut : Bersih, mukosa bibir berwarna merah muda, dan tidak ada
stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid,
tidak ada pembendungan vena jugularis.
Dada : bunyi jantung dan paru-paru normal, simetris, tidak ada
pernapasan retraksi intercostalis.
Payudara : tidak terkaji
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa, tidak
teraba ballotement.
Genetalia : tidak terkaji
Ekstremitas
Atas :normal, tidak oedema, kuku tidak pucat.
Bawah :normal, tidak oedema, tidak ada varices,.
32
Pemeriksaan Fisik Tn. M
Muka :Tidak sembab, tidak pucat, tidak berjerawat.
Mata :Simetris, sclera putih, konjungtiva palpebrae merah muda,
penglihatan normal.
Telinga : Simetris, fungsi pendengaran baik
Mulut : Bersih, mukosa bibir berwarna merah muda,
Dada : bunyi jantung dan paru-paru normal, simetris, tidak ada
pernapasan retraksi intercostalis.
Abdomen : tidak terkaji
Genetalia : tidak terkaji
Ekstremitas
Atas :normal, tidak oedema, kuku tidak pucat.
Bawah :normal, tidak oedema,
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 8 Desember 2020
Nn. F Tn. S
Hb : 11.2 Golda : O+
Golda : B+ HIV : NR
HIV : NR HbSAg : Negatif
HbSAg : Negatif
HCG : Negatif
3.2 Assesment
Calon pengantin Nn.F dan Tn. M usia 21 dan 23 tahun dengan prakonsepsi
satu bulan tidak ada masalah KU baik prognosa baik.
3.3 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan calon pengantin pria dan
wanita dalam keadaan sehat. Hanya2 saja Hb catin wanita termasuk anemia
ringan karena jumlah Hb hanya 11.2 g/dl. Catin mengerti.
2. Memberikan KIE mengenai kebutuhan zat besi, dan menganjurkan catin
wanita mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti
sayuran hijau,daging, hati ayam. Catin mengerti dan akan menerapkan di
rumah.
33
3. Memberikan konseling tentang pemeriksaan kesehatan menjelang pernikahan.
Catin mengerti dan bersedia dilakukan pemeriksaan
4. Memberikan konseling tentang pemenuhan gizi seimbang meliputi
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin
dengan seimbang. Konsumsi tablet tambah darah dan asam folat secara rutin
untuk persiapan kehamilan. Catin mengerti dan bersedia melaksanakan
anjuran bidan.
5. Memberikan KIE tentang:
a. Kesehatan reproduksi
b. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
c. Kesehatan jiwa
d. Pengetahuan tentang fertilitas
e. Kesetaraan gender
f. Pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (kdrt)
6. Memberitahu kepada calon pengantin mengenai skrining status imunisasi T.
a. Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit Tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis Imunisasi Tetanus untuk mencapai
kekebalan penuh.
Evaluasi :catin mengerti
b. Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus untuk mencegah dan
melindungi diri terhadap penyakit Tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit
Tetanus.
Evaluasi :catin mengerti
c. Untuk menentukan status imunisasi Tetanus, harus dilakukan skrining
status imunisasi Tetanus pada catin perempuan.
Evaluasi :catin mengerti
7. Memberikan SKD (Surat Keterangan Dokter) untuk Catin.
8. Mendokumentasikan tindakan pada buku register catin.
9. Menganjurkan pasangan calon pengantin untuk datang lagi jika ada keluhan
atau ada hal yang perlu ditanyakan
34
Ratfi,Septi,Shinta,S.rohmatul, Puput, Put ri Amalia
35
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang asuhan kebidanan prakonsepsi pada Nn. F
21 tahun dan Tn. M 23 tahun di Puskesmas Kendal Kabupaten Ngawi yang
dilakukan pada tanggal 8 Desember 2020 dengan menggunakan standar asuhan
kebidanan dalam bentuk SOAP. Berdasarkan hasil asuhan prakonsepsi pada Nn. F
21 tahun dan Tn. M 23 tahun terdapat beberapa kesamaan dan kesenjangan antara
teori dan praktik, diantaranya adalah sebagai berikut :
Pada teori disebutkan bahwa pemeriksaan pra nikah disarankan 6 bulan
sebelum pernikahan dilaksanakan, namun Pada praktiknya pemeriksaan Pra Nikah
dilakukan 1 bulan sebelum pernikahan dilaksanakan. Untuk usia menikah sesuai
dengan teori yaitu lebih dari . 19 tahun menurut undang-undang republik
indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan. Pada pelaksanaan di puskesmas, pada
pemeriksaan kejiwaan pranikah puskesmas tidak memberikan skrining deteksi
dini masalah kejiwaan (SRQ 20), namun mahasiswa tetap memberikan screening
tersebut. Pada penatalaksanaan mengenai anemia ringan, catin wanita tidak
diberikan supplement zat besi, hanya diberikan konseling mengenai pemenuhan
gizi terutama zat besi. Pada saat pemeriksaan catin tetap mematuhi protokol
kesehatan saat pandemic yaitu memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak
dengan petugas kesehatan. Catin sudah melakukan Rapid Test dengan hasil NR.
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi pada Nn.F 21 tahun dan Tn.M 23
tahun dengan prakonsepsi satu bulan di puskesmas Kendal yang dilakukan
pada tanggal 8 Desember 2020 dengan hasil Catin dengan keadaan baik
dengan masalah pada catin wanita dengan anemia ringan dan sudah
diberikan KIE mengenai pemenuhan zat besi. Pada asuhan kebidanan
prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara
perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya yang berguna untuk
mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk
mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan
memiliki bayi yang sehat.
5.2 Saran
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada masa prakonsepsi dengan prinsip menganggap
seluruh pasien mempunyai risiko yang sama, sehingga kesiapan dalam
masa sebelum hamil dapat dilakukan dengan tepat. Masyarakat diharapkan
dapat melakukan pemeriksaan Pranikah sessuai dengan anjuran yaitu 6
bulan sebelum menikah atau minimal 3 bulan sebelum menikah.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ada. (2017). American Diabetes Association Standards Of Medical Care In
Diabetes. Supplement 1, Volume 40.
Bhutta, Z., & Lassi, Z. (2015). Preconception Care And Nutrition Interventions In
Low- And Middle-Income Countries. Global Epidemiology And Risk
Factors, 15–26.
Iswanto. (2007). Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Sunda Kelapa Pustaka.
Klein, S., Miller, S., & Thomson, F. (2015). Buku Bidan Asuhan Pada
Kehamilan, Kelahiran, & Kesehatan Wanita. Egc.
38
Kusumawati, R. D. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian
Pernikahan Dini Pada Wanita Dibawah Umur 21 Tahun Di Desa Keboromo
Kec Tayu Kab Pati 2013. Stikes Aisyiah Yogyakarta.
Paratmanitya, Y., & Hadi, H. (2012). Citra Tubuh, Asupan Makan Dan Status
Gizi Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 126–134.
Walsh, L. (2012). Buku Ajar Kebidanan Komunitas, Alih Bahasa: Wilda Eka.
Egc.
Manuaba. (2012).. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2015).. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon Pengantin
Febliany, I., Fitriyah, N., & Paselle, E. (2014). Efektivitas Pelayanan Terpadu
Satu Pintu terhadap Penyerapan Investasi di Kalimantan Timur (Studi pada
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi
KalimantanTimur).
39
40