TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation,
and Tretment of High Blood Pressure (JNC) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut World Health Organization (WHO) dan
International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG) (dilihat tabel
3).17,18
b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan
daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%
wanita.16
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga
dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko
terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali
lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita
mendapatkan penyakit tersebut 60%.16
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.16
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.16
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.16
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara
asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah.16
d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang
telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti
kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara
kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari
beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ).
Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak
bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung
sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ
yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak
kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan
minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.16
f. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.16
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang yang mengalami obesitas 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.16
g. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri.16
h. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat
dipastikan.16
i. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi
belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan
karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi
hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya
pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan
meningkatkan tekanan darah perempuan.16
2.4 Patogenesis
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi
dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan
dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu
tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks.
Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut,
yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal.17,18
2.6 Diagnosis
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya
penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang
akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor
pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.16
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,
perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat
dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam
pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan
jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.16
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai alat optik, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu
tranduser yang elektif. Sel – sel batang dan kerucut di lapisan foto reseptor
mampu mengubah rangsang cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan
oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan pada akhirnya ke korteks
penglihatan.21
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat
saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula
bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang
paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion
yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari
susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan
sentral dan warna (penglihatan fototopik), sedangkan bagian retina lainnya, yang
sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk
penglihatan perifer dan malam (skotopik).21
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak dilapisan terluar yang avaskular
pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung
rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif. Rodopsin
adalah suatu glukolipid membran yang separuh terbenam di lempeng membran
lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak pada
rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di daerah
biru – hijau spektrum cahaya.21
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang.
Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam – macam nuansa
abu-abu, tetapi warna tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah berdapatasi
sepenuhnya, sensitivitas spektral retina bergeser dari puncak dominasi rodopsi
500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu benda akan berwarna
bila benda tersebut mengandung fotopigmen yang menyerap panjang gelombang
tertentu dan secara selektif memantulkan atau menyalurkan panjang gelombang
tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400 – 700 nm). Penglihatan siang hari
terutama oleh fotoreseptor kerucut, sore atau senja diperantarai oleh kombinasi sel
batang dan kerucut, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang. Warna
retina biasanya jingga.21
2.9. Pemeriksaan Funduskopi / Oftalmoskopi Retina
Stadium Karakteristik
Stadium I Penyempitan ringan, sklerosis dan hipertensi ringan,
asimptomatis.
Stadium Karakteristik
Stadium I Penciutan setempat pada pembuluh darah kecil
Stadium II Penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan kadang-
kadang penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh
darah arteri tegang, embentuk cabang keras
Stadium III Lanjutan stadium II, dengan eksudasi cotton, dengan
perdarahan yang terjadi akibat diastol di atas 120 mmHg,
kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan
Stadium IV Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star
figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan
diastol kira-kira 150 mmHg
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tidak ada perubahan
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal
Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III + papiledema
Tabel 7. Klasifikasi Retinopati Hipertensi tergantung dari berat ringannya
tanda – tanda yang terlihat pada retina.13
Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan serabut saraf
retina, maka serabut saraf akan berdegenerasi menjadi bengkak dan secara
histologi tampak seperti suatu kelompok cystoid bodies. Kelainan ini dikenal
dengan cotton wool spot (soft exudates), yang pada pemeriksaan funduskopi
terlihat sebagai area putih keabuan seperti kapas dengan batas yang tidak tegas.4
Papil edema disebabkan oleh adanya iskemia didaerah papil yang akan
menyebabkan hambatan aliran axoplasma, sehingga terjadi pembengkakan axon
di papil nervus optikus.26
Ateroskelrosis adalah proses sklerosis yang terjadi pada pembuluh darah
retina yang lebih besar. Pada ateroskelrosis sering ditemukan fibrosis dan
kalsifikasi pada tunika intima. Pada keadaan hipertensi accelerated terjadi
pembentukan plak yang besar di intra lumen yang akan menyumbat pembuluh
darah besar sehingga akan timbul komplikasi dalam bentuk oklusi cabang retina
sentralis (BRAO) atau arteri retina sentralis (CRAO).23,25
Gejala Klinik
Retinopati hipertensi merupakan penyakit yang berjalan secara kronis
sehingga gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penderita retinopati
hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.6
Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau
stadium IV oleh karena perubahan vaskularisasi akibat hipertensi seperti
perdarahan, cotton wool spot, telah mengenai makula.23
Diagnosis
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan pada anamnesis
(riwayat hipertensi), pemeriksaan fisik (tekanan darah), pemeriksaan oftalmologi
(funduskopi), dan pemeriksaan penunjang dengan angiografi fluorosens. Pada
anamnesis penglihatan yang menurun merupakan keluhan utama yang sering
diungkapkan oleh pasien. Pasien mengeluhkan buram dan seperti berbayang
apabila melihat sesuatu. Penglihatan biasanya turun secara perlahan sehingga
tidak disadari. Pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan diastol > 90
mmHg dan tekanan sistol > 140 mmHg , sudah mulai terjadi perubahan pada
pembuluh darah retina.23
Pemeriksaan tajam penglihatan dan funduskopi adalah pemeriksaan
oftalmologi paling mendasar untuk menegakkan diagnosis retinopti hipertensi.
Melalui pemeriksaan funduskopi, dapat ditemukan berbagai kelainan retina pada
pasien retinopati hipertensi. Hasil pemeriksaan dengan oftlamoskop, sebagai
berikut
Gambar 4. Funduskopi pada penderita hipertensi
B. Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah
putih)
Ket : Multipel cotton wool spot (panah putih) , perdarahan retina (panah hitam).
Gambar 8. Hard exudate
Gambar 9. Gambaran Cotton wool spot , macula star figure disertai papil
edema
Ket : Panah biru : Cotton wool spot ; Panah putih : perdarahan (blot shape) ; Panah
hijau : eksudasi retina dan macular star (star figure) ; panah hitam : papil edema
2.11. Komplikasi
Komplikasi dari retinopati hipertensi yaitu berupa oklusi arteri retina sentralis
(CRAO), oklusi arteri retina cabang (BRAO), oklusi vena retina cabang (BRVO) .2,12
Penyebab dari oklusi arteri retina paling umum akibat adanya emboli. Arteri
oftalmika merupakan cabang pertama dari arteri karotis interna. Embolus bisa berasal
dari jantung atau arteri karotis yang secara jelas mengarah langsung ke mata. Emboli
dari jantung terdiri dari empat tipe, antara lain emboli terkalsifikasi dari katup aorta
atau mitral, vegetasi dari endokarditis bakterial, trombus yang berasal dari jantung
bagian kiri, dan materi miksomatosa akibat miksoma atrial.27
Penyakit arteri karotis juga dapat menjadi sumber emboli. Emboli retina dari
arteri karotis terdiri dari tiga tipe yaitu emboli kolesterol (plak Hollenhorst), emboli
fibrinoplatelet, dan emboli terkalsifikasi.27
Gambaran klinis dari oklusi arteri retina dapat berupa oklusi arteri retina
sentral, dan oklusi arteri retina cabang.27
CRAO (oklusi arteri retina sentral) biasanya diakibatkan oleh ateroma,
meskipun hal ini dapat disebabkan akibat emboli terkalsifikasi. Keluhan yang
dialami pasien biasanya bersifat akut dan hilangnya lapang pandang. Tanda-tanda
yang dapat ditemukan berupa pupil Marcus Gunn atau amaurotik, retina tampak
putih akibat pembengkakan dan terdapat cherry-red spot. Dengan pemeriksaan
angiografi menunjukkan penundaan pengisian arteri dan karena terdapat edema
retina maka fluoresensi ke bagian koroid tertutupi.27
BRAO (oklusi arteri retina cabang) paling sering diakibatkan oleh karena
emboli. Pasien dapat mengeluh hilangnya lapang pandang secara melintang atau
sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang dapat ditemukan berupa retina menjadi
putih di area yang dialiri arteri, pembengkakan berkabut perlahan menjernih, tetapi
bagian dalam retina menjadi atrofi dan berhubungan dengan hilangnya lapang
pandang sektoral yang permanen, dan pada beberapa kasus juga dapat ditemukan
rekanalisasi arteriol yang tersumbat. Pada fluoresensi angiografi menunjukkan area
yang terlibat menunjukkan gambaran tidak adanya perfusi.27
BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada gambaran
funduskopi, dalam beberapa waktu dapat menimbulkan edema yang bersifat putih
pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu, vena yang
tersumbat akan mengalami rekanalisasi sehingga kembali terjadi reperfusi dan
berkurangnya edema. Namun, tetap terjadi kerusakan yang permanen terhadap
pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli.27
2.13. Penatalaksanaan
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat badan
dan diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya. Konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak
jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi
dan olahraga yang teratur.29
Pengawasan oleh dokter mata dilakukan untuk mengevaluasi progresivitas
retinopati hipertensi dan komplikasinya. Komplikasi yang dapat terjadi seperti oklusi
arteri retina sentralis dan oklusi cabang vena retina merupakan perburukan dari
retinopati hipertensi yang tidak terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi eksudat di
makula, KWB stadium III, dan sudah terjadi komplikasi maka fotokoagulasi laser
dapat dipertimbangkan.28
Fotokoagulasi laser merupakan salah satu terapi dalam penanganan
komplikasi tersebut. Terapi laser retina terbukti memperbaiki oksigenasi retina
bagian dalam. Fotokoagulasi pada fotoreseptor mengurangi konsumsi oksigen di
bagian luar retina dan menyebabkan oksigen lebih mudah berdifusi dari koroid ke
bagian dalam retina, sehingga meningkatkan tekanan oksigen dan mengurangi
hipoksia. Peningkatan tekanan oksigen di bagian dalam retina mengakibatkan
mekanisme autoregulasi berupa vasokonstriksi dan peningkatan tekanan arteriol,
sehingga menurunkan tekanan hidrostatik di kapiler dan venula. Menurut hukum
Starling, hal ini akan menurunkan aliran cairan dari kompartemen intravaskular ke
dalam jaringan dan menurunkan edema jaringan, bila berasumsi tekanan onkotik
konstan. Penurunan tekanan hidrostatik pada saat yang bersamaan menyebabkan
venula konstriksi dan memendek menurut hukum Laplace dan studi Kylstra dkk.31
2.14. Prognosis
2) Bahasa
3) Memori
4) Visuospasial
5) Fungsi eksekutif
2.16 Atensi
Kemampuan mempertahankan atensi dalam waktu yang cukup lama perlu
dievaluasi sebelum melakukan pemeriksaan fungsi luhur yang lebih kompleks seperti
pemeriksaan memori, bahasa, dan pemikiran abstrak. Pemeriksaan atensi
memerlukan tempat atau kondisi yang kondusif. Pemeriksaan yang dilakukan pada
tempat yang tidak kondusif, seperti ruang pemeriksaan yang bising, tidak akan
memberikan informasi yang cukup, terutama pada pasien dengan gangguan atensi.
Salah satu sumber informasi klinis yang paling valid mengenai keadaan
umum pasien perhatian dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku pasien
dan mencatat bukti gangguan atau kesulitan menghadiri ke penguji. Terdapat skala
yang mudah diaplikasikan berupa 0-5 range, namun skala ini merupakan skala
penilaian yang sangat subyektif, dimulai dari 0 (sangat teralihkan) hingga 5
(sepenuhnya perhatian) bermanfaat sebagai sarana untuk mengukur perhatian selama
ujian.32
Anatomi Atensi
Struktur anatomi yang berperan dalam mempertahankan kewaspadaan adalah
ascending reticular activating system (ARAS) dan sistem proyeksi talamus difus
(perluasan diensefalik dari formasio retikularis). Stimulasi korteks dan sistem limbik
dapat mempengaruhi sistem asendens, sehingga diperkirakan atensi terbentuk
melalui keseimbangan antara aktivasi sistem asendens (retikulokortikal), inhibisi
desendens, dan modulasi kortikal (kortikoretikular). Kemampuan selektivitas atensi
memerlukan jaringan yang tersebar luas di korteks, terutama pada regio prefrontal,
korteks parietal inferior, girus cingulata posterior, korteks oksipital atau
temporomedial.
Atensi mewakili interaksi yang kompleks antara limbik, neokortikal, dan
fungsi aktivasi asendens (Gambar 1). Kerusakan pada salah satu area otak yang
cukup luas tersebut mengakibatkan gangguan kewaspadaan. Sedangkan kerusakan
pada ARAS akan menyebabkan perubahan status kesadaran. Selain itu gangguan
atensi atau inatensi juga disebabkan oleh lesi di thalamus, kapsula interna posterior,
dan struktur subkortikal lainnya.
Penurunan atensi dan kewaspadaan pada delirium diduga disebabkan oleh
disfungsi otak difuis yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolik, intoksikasi
obat, pascabedah, atau infeksi sistemik. Selain itu inatensi dapat juga disebabkan
oleh kerusakan korteks bilateral yang luas, atrofi, infark multipel, ensefalitis, atau
trauma kepala.32
Pada lesi hemisfer kanan, akan terjadi neglect terhadap lingkungan sisi kiri
(Gambar 2). Hal ini diduga diakibatkan oleh fungsi lain hemisfer kanan yang belum
diketahui. Salah satu hipotesisnya adalah serabut retikulokortikal atau
kortikoretikular lebih padat pada hemisfer kanan, meskipun teori ini belum
dibuktikan secara patologis.
Gambar 2. Inatensi 32
Lesi pada lobus parietal, baik pada hemisfer kanan maupun kiri dapat
menyebabkan extinction atau inatensi kontralateral terhadap stimulus simultan ganda
yang berkelanjutan. Kerusakan pada jaringan di lobus parietal menyebabkan
penurunan interaksi retikulokortikal pada daerah yang terganggu sehingga terjadi
ketidakseimbangan penerimaan stimulus antara kedua hemisfer. Beberapa pasien
tanpa gangguan sensorik, tidak dapat merasakan stimulus pada salah satu sisi pada
saat kedua sisi diberikan stimulus yang sama. lstilah extinction dan spatial neglect
pada beberapa kepustakaan dianggap sama. Ada pula yang menganggap extinction
sebagai bentuk ringan dari spatial neglect. Meskipun demikian terdapat beberapa
pendapat yang menganggap extinction merupakan kondisi patologis yang berbeda
dengan spatial neglect.32
2.17 Bahasa
Pusat bahasa terdiri dari 4 area utama dan terletak pada hemisfer kiri. Empat
area tersebut meliputi 2 area reseptif (sensorik bahasa) dan 2 area eksekutif (motorik
bahasa). Seluruh area tersebut terletak pada daerah perisylvian (Gambar 3).
Proses bahasa dimulai dengan input dari sistem pendengaran yang
selanjutnya dibawa menuju area reseptif, yaitu area Wernicke (sebagai area utama),
girus Heschl (area 41 dan 42), dan girus angularis (area 39). lnformasi tersebut
kemudian dibawa menuju area eksekutif, yaitu area Broca (area 44 dan 45). Area
Broca bertanggung jawab terhadap output motorik berupa informasi pengendalian
vokalisasi yang eksekusinya terletak di korteks motorik girus presentralis. Selain area
Broca, terdapat daerah Exner yang merupakan pusat menulis. Input dari area ini juga
akan dibawa ke korteks motorik girus presentralis (Gambar 4).32
Area Broca dan Wernicke dihubungkan oleh fasikulus arkuata. Fasikulus ini
tidak termasuk dalam lingkup perisylvian dan disebut juga sebagai daerah non
perisylvian atau ekstra perisylvian. Vaskularisasi utama area bahasa disuplai oleh
arteri serebri media.32
Meskipun dominasi fungsi bahasa terletak pada hemisfer kiri, hemisfer kanan
juga memiliki peran panting. Ross (1982) mengemukakan bahwa area perisylvian
otak kanan berfungsi sebagai pusat emosi bahasa, seperti intonasi, melodi, penggalan,
dan frase, atau disebut juga prosodi. Lokasinya terletak di lobus temporal dan frontal.
Pemeriksaan
Afasia adalah gangguan yang terjadi pada domain fungsi bahasa.
Pemeriksaan fungsi bahasa tidak hanya untuk mengetahui ada tidaknya afasia tetapi
juga untuk menentukan jenis sindrom afasia yang terjadi Modalitas yang dinilai pada
penentuan gangguan bahasa meliputi, kelancaran bicara, pemahaman, repetisi,
penamaan, dan termasuk pula kemampuan menulis serta membaca (Tabel 1).
a. kelancaran berbicara
b. pemahaman
c. repetisi
d. penamaan
e. kemampuan menulis dan membaca
Pemahaman Verbal
Pemahaman verbal dapat dinilai saat pemeriksa melakukan anamnesis dengan
memperhatikan apakah pasien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan. Pemeriksa memberikan instruksi formal kepada pasien untuk menunjuk
objek yang disebutkan pemeriksa. Jika pasien mampu menunjuk objek satu persatu
seperti yang disebutkan pemeriksa, pemeriksa kemudian menyebutkan 4 objek
berurutan (misalnya: atap, pintu, lantai, meja) dan pasien harus menunjuk objek
tujuan secara berurutan sesuai penyebutan pemeriksa.
Teknik pemeriksaan lain yaitu pemeriksa menyebutkan satu pernyataan.
misalnya 'Seorang bayi lebih besar daripada seorang dewasa'. Pasien diminta untuk
menjawab apakah pernyataan tersebut benar atau salah. lndividu normal dapat
menunjuk dan menjawab dengan benar.32
Penamaan
Pemeriksa memberikan instruksi kepada pasien untuk menyebutkan nama
objek dan bagian dari objek yang akan ditunjuk oleh pemeriksa. Objek yang
ditanyakan berdasarkan kategori warna (memh, kuning. biru, hijau, hitam, ungu),
anggota tubuh (mata, ibu jari, siku, rahang, kaki), pakaian dan objek dalam ruangan
(pintu, jam, sepatu, atap/langit-langit), serta bagian dari objek (kaki kursi, jarum jam,
lensa kacamata, kantung baju, dan sol sepatu). Setiap jawaban benar diberi nilai 1.
Perlu diperhatikan adanya parafasia verbal atau semantik (mengganti Ram yang
dimaksud dengan kata lain dengan fungsi atau pengertian yang hampir sama,
misalnya: ‘sendok’ menjadi 'garpu'), dan parafasia literal atau fonemik (mengganti
kata yang dimaksud dengan kata yang mirip secara fonemik, misalnya ‘jempol’
menjadi ‘tempol').
Pengulangan (Repetisi)
Pasien diminta untuk mengulang kata dan kalimat yang disebutkan
pemeriksa. Pemeriksaan dimulai dari yang paling mudah ditingkatkan menjadi
semakin sulit. Pemeriksa memulai dari kata yang terdiri dari 2 suku kata. dilanjutkan
3 suku kata, kemudian kalimat yang terdiri dari 3 kata sampai 7 kata.32
Kata dan kalimat yang dapat digunakan:
1. Wati
2. Beruang
3. Kelompok
4. Siapa sedang sakit
5. Udaranya bagus hari ini
6. Tolong ambilkan radio besar itu
7. Dari Payakumbuh menuju ke Manado
8. Ember itu berisi banyak batu baterai besar
Terminologi Klinis
Sebagai penuntun dalam menegakkan diagnosis gangguan memori,
pemeriksa perlu mengetahui dan memahami terlebih dahulu terminologi klinis
berbagai gangguan memori. Berikut ini merupakan terminologi klinis yang sering
digunakan dalam deskripsi fungsi memori.
Tabel 2. Terminologi Klinis Memori 32
No Jenis Memori Definisi dan Keterangan
1 Memori anterograde Kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi setelah
gangguan otak organik (infeksi otak, stroke, trauma
kepala), dan ekstrakranial (gangguan sistem metabolik).
Memori anterograde merupakan representasi memori
berdurasi 5-30 menit
6 Recent memory (new Kapasitas subjek untuk mengingat peristiwa saat ini,
learning ability), kejadian hari perhari (misalnya tanggal saat ini, nama
dokter, makanan saat sarapan, atau kejadian yang baru
terjadi).
Recent memory adalah kemampuan untuk mempelajari hal
baru (new learning ability) dan mengambil kembali
(retrieve) hal baru tersebut setelah jangka waktu menit, jam
atau hari.
Anatomi visuospasial
Pada pemrosesan stimulus visual, informasi yang ditangkap oleh retina
dihantarkan melalui nervus optikus ke korteks visual primer melalui korpus
genikulatum lateralis. Sebagai tambahan, sebagian informasi visual diproyeksikan ke
kolikulus superior yang dapat membantu orientasi visual terhadap pergerakan di
dalam lapang pandang tersebut
Secara garis besar, proses visual dibagi menjadi dua sistem (Gambar 6):
1) Sistem 'What’
Sistem 'What’ (atau ventral stream) merupakan sistem untuk memproses
persepsi visual, atau bentuk yang dikenal. Sistem 'What’ dimulai dari korteks visual
primer (V1) dan diproyeksikan menuju V2, kemudian ke V3 dan ke V4. Proyeksi ini
berjalan di bagian ventral dan inferior terhadap lobus temporal inferior dan posterior:
2) Sistem 'Where'.
Sistem 'Where’ (atau dorsal stream) merupakan sistem untuk mengenali letak
stimulus. Sistem 'Where' dimulai di lobus oksipital melibatkan korteks visual primer
(area V1) menuju V2 dan V3 terproyeksi menuju area middle temporal (MT) dan
berialan di bagian dorsal dan superior terhadap area medial superior dan lobus
parietal.32
Gambar 6. Ilustrasi Proses Visual 32
B. Temporoparietaljunction;
E. Subkorteks.