Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

LENGKAP
PRAKTIKUM
MEKANIKA
MOMEN INERSIA

Nama : Athirah Nur Azizah

NIM : 1905036011

Prodi : Pendidikan Fisika

Kelas : Reguler A

Kelompok : I (Satu)

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
0
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
MOMEN INERSIA

A. Dasar Teori
Sebuah benda tegar (rigid object) adalah benda yang memiliki bentuk yang
tertentu (definite) dan tidak berubah, sehingga partikel-partikel yang
membentuk benda tersebut selalu berada pada posisi yang tetap relatif terhadap
satu sama lainnya. Setiap benda nyata dapat bergetar atau mengalami
perubahan bentuk (defarmasi) bila dikenakan suatu gaya.
Gerak sebuah benda tegar dapat dianalisis sebagai gerak translasi pusat
massa benda tersebut, ditambah gerak rotasi yang berlangsung mengelilingi
pusat massa itu. Istilah gerak rotasi murni disini diartikan bahwa semua titik
pada benda yang bersangkutan bergerak dalam lintasan-lintasan lingkaran.
Seperti halnya titik p pada roda dalam Gambar 5.1, dan bahwa titik pusat
lingkaran-lingkaran ini berada pada satu garis lurus yang disebut sumbu rotasi
(axis of rotation). Dalam gambar 5.1, sumbu rotasi tegak lurus terhadap bidang
halaman buku dan melewati titik O. Untuk menunjukkan posisi sudut sebuah
benda yang berotasi, atau seberapa jauh benda itu telah berotasi.

Gambar 2.1 Posisi sudut terhadap benda yang berotasi

1
Kita menuliskan ∑ T untuk mengingatkan kita bahwa adalah torgue neto
(resultan dari semua torgue yang bekerja pada benda) yang menghasilkan
percepatan ∝. Hal ini bersesuaian dengan hukum kedua newton untuk
translansi, a = ∝ ∑ F. Dalam kasus gerak linear, percepatan tidak hanya
sebanding dengan gaya netto, namun juga berbanding terbalik dengan inersia
benda yang bersangkutann, yang kita sebut sebagai massa benda itu, m.
Sehingga, kita dapat menuliskan a = ∑ F⁄m. Kita akan membutikan secara
lebih jelas bahwa hubungan a = ∝ ∑ T memang diturunkan langsung dari
hukum kedua newton, ∑ F = m.a
Sebuah partikel bermassa m berotasi dalam sebuah lintasan lingkaran
berjari-jari r, diujung seutas tali atau benang yang massanya dapat diabaikan
bila dibandingkan dengan m. Sebuah gaya F bekerja pada m tegak lurus
terhadap lingkaran, sebagaiman dilukiskan dalam gambar. Torgue yang
menghasilkan percepatan sudut adalah T = r F. Jika kita menggunakan hukum
kedua Newton untuk besaran-besaran linear (gerak translasi), ∑ F = m.a,
menghubungkan percepatan sudut dengan percepatan linear tangensial, atau
r . a , maka kita mendapatkan
F = m.a
=mr∝
Bila kita mengalikan kedua sisi persamaan diatas dengan r, kita akan
mendapatkan bahwa Torgue
T = r F = r (mr∝),
atau
T = m r2 x (5.1)
Kita telah memiliki sebuah hubungan langsung antara percepatan sudut
dan Torgue neto T. Besaran mr2 dalam hubungan ini mempresentasikan inersia
gerak rotasi pada partikel dimaksud, dan besaran itu disebut momen inersia.
Jumlah ∑ mr2 mempresentasikan jumlah dari massa tiap-tiap partikel pada
benda dikalikan kuadrat jarakpartikel yang bersangkutan ke sumbu putar. Jika
kita memberikan nomor (1, 2, 3,....) bagi tiap-tiap partikel pada benda, maka

2
∑ m r2 = m1 r1 2 + m2 r2 2 +… Besaran ini disebut momen inersia (momen of
inertia) atau inersia gerak rotasi (rotational inertia), i. Pada benda tersebut.
I = ∑ m r2 = m1 r1 2 + m2 r2 2 +… (5.2)
Dengan menggunakan persamaan 5.1 dan 5.2, bagi kita dapat menuliskan
:

∑ T =I ∝

Kita dapat menyimpulkan disini bahwa momen inersia I, yang merupakan


ukuran bagu kelebaman ( inersia ) sebuah benda yang berotasi, memainkan
peran yang sama dengan massa dalam gerak translasi.

Tabel 2.1 momen inersia benda


No. Benda Lokasi Sumbu Momen Inersia
1 Gelang tipis Melewati titik pusat 𝑀𝑅 2
Jari-jari R
2 Gelang tipis Melewati jari-jari 1 1
𝑀𝑅 2 + 𝑀𝑊 2
Jari-jari R, tebal W bagian tengah 2 12

3 Silinder pejal Melewati titik pusat 1


𝑀𝑅 2
Jari-jari R 2

4 Silinder berongga Melewati titik pusat 1


𝑀(𝑅1 2 + 𝑅2 2 )
Jari-jari dalam R1 2

Jari-jari luar R2
5 Bola homogen Melewati titik pusat 2
𝑀𝑅 2
Jari-jari R 5

6 Batang panjang Melewati titik pusat 1


𝑀𝑙 2
homogen 12

Panjang l
7 Batang panjang Melewati salah satu 1 2
𝑀𝑙
homogen ujung 3

Panjang l

3
8 Pelat persegi-empat Melewati titik pusat 1
𝑀(𝑙 2 + 𝑊 2 )
tipis 12

Panjang l, lebar W

Benda tegar yang berotasi dari massa yang bergerak sehingga memiliki
energi kinetik . Kita dapat menyatakan energi kinetik dalam bentuk kecepatan
sudut benda dan sebuah besaran baru yang disebut momen inersia. Kita
bayangkan sebuah benda yang terdiri dari sejumlah besar partikel dengan
massa m1 , m2 , m3 … , pada jarak r1 , r2 , r3 …, dari sumbu putar . kita beri nama
masing-masing partikel dengan subskrip i : massa partikel ke – i adalah mi , dan
jaraknya dari sumbu putar adalah ri . Partikel tidak harus seluruhnya berada
pada satu bidang, sehingga kita dapat menunjukkan bahwa ri adalah jarak tegak
lurus dari sumbu terhadap partikel ke-i .

Ketika benda tegar berotasi disekitar sebuah sumbu tetap, laju vi dari
partikel ke –i , vi = ri wi , dimana w adalah laju sudut benda. Setiap partikel
memiliki nilai r yang berbeda, tetap w yang sama untuk semua (kalau tidak,
benda tidak akan tegar).

Kita dapat menjumlahkan energi kinetik benda secara keseluruhan .


dengan cara ini kita bisa memperoleh, untuk energi kinetik benda yang
berotasi.

Energi kinetik untuk partikel ke-i dinyatakan sebagai :

1 1
mi vi 2 = mi vi 2 w2 … (5.3)
2 2

1 1 1
K= 2 m1 v1 2 + m2 v2 2 + m3 v3 2 +…
2 2

1
= ∑ 2 mi vi 2

Dimana mi adalah massa partikel ke-1 dan vi adalah lajunya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh massa cakram terhadap momen inersia?
2. Bagaimana pengaruh letak massa identik terhadap periode?

C. Hipotesis
1. Semakin besar massa benda maka semakin besar pula nilai momen inersia.
2. Semakin jauh massa identik dari pusat tali maka semakin besar pula
periodenya.

D. Uji Variabel
1. Variabel
a. Variabel Bebas : massa cakram, dan massa identik
b. Variabel Kontrol : banyaknya osilasi (n), dan panjang kawat
c. Variabel Terikat : waktu, periode, dan momen inersia
2. Definisi Operasional
a. Massa cakram adalah nilai dari banyaknya materi yang terdapat dalam
cakram yang akan dicari hubungannya dengan momen inersia.
b. Waktu adalah seluruh rangkaian saat proses berlangsung.
c. Periode adalah waktu yang diperlukan cakram dalam melakukan
osilasi dalam jumlah yang telah ditentukan.
d. Momen inersia adalah ukuran kelembaman dari cakram yang akan
dicari nilainya dalam percobaan.
3. Definisi Konsepsional
a. Massa cakram adalah banyaknya materi yang terkandung dalam
cakram.
b. Waktu adalah rangkaian saat proses silinder bergetar selama 20 kali.
c. Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali
getaran.
d. Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk
terhadap porosnya.

5
E. Alat dan Bahan
1. Laptop atau perangkat sejenis
2. Akses URL aplikasi :
https://vlab.amrita.edu/index.php?sub=1&brch=280&sim=194&cnt=1

6
F. Prosedur Percobaan
1. Jari-jari kawat suspensi diukur menggunakan mikrometer sekrup.
2. Panjang kawat suspensi disesuaikan dengan nilai yang sesuai seperti 0,3
m, 0,4 m, 0,5 m, ..... 0,9 m, 1 m dll.
3. Piringan diatur dalam osilasi. Carilah waktu untuk 20 osilasi dua kali dan
tentukan periode rata-rata 'T0'.
4. Dua massa identik ditempatkan secara simetris di kedua sisi kabel
suspensi sedekat mungkin ke pusat piringan, dan ukur d1 yang
merupakan jarak antara pusat-pusat piringan dan salah satu massa
identik.
5. Cari waktu untuk 20 osilasi dua kali dan tentukan periode rata-rata osilasi
'T1'.
6. Dua massa yang identik ditempatkan secara simetris di kedua sisi kabel
suspensi sejauh mungkin ke pusat piringan, dan ukur d2 yang merupakan
jarak antara pusat-pusat disk dan salah satu yang identik massa.
7. Cari waktu untuk 20 osilasi dua kali dan tentukan periode rata-rata osilasi
'T2'.
8. Temukan momen inersia dari pembahasan persamaan yang diberikan.

7
G. Tabel Pengamatan
Waktu untuk 20 osilasi dalam detik Periode
Pa osilasi (s)
nja Dengan massa Dengan massa
ng Tanpa massa
pada d1 pada d2
sus 2 Rat 1 2 Rat 1 2 Rat T0 T1 T2
1

(𝑇2 2 − 𝑇1 2 )

(𝑇2 2 − 𝑇1 2 )
pen a- a- a-

(𝑚 𝑠 2 )
𝑇0 2
si rat rat rat


𝐼
pad a a a
a
ka
wat
"l"
(m)
81, 81, 81, 83, 83, 83, 84, 84, 84, 4, 4, 4, 32,2 0,98
0,5
37 20 28 62 14 39 81 43 62 0 1 2 3
1 5 9 2 0 6 3 6 7 3
4 0 1
89, 89, 89, 90, 90, 90, 91, 90, 91, 4, 4, 4, 32,4 0,81
0,5
52 84 68 23 63 43 27 77 02 4 5 5 5
1 3 2 0 3 2 7 2 5 8 2 9
4 2 0
10 10 10 10 10 10 10 10 10 5, 5, 5, 38,3 0,76
0,5
0,8 0,4 0,6 0,9 0,7 0,8 2,8 1,6 2,2 0 0 1 8
17 96 57 01 57 29 1 01 06 3 4 1
3 5 0
10 10 10 11 11 11 11 11 11 5, 5, 5, 42,1 0,72
0,5
7,7 7,7 7,7 0,2 0,7 0,4 1,6 1,7 1,7 3 5 5 5
19 84 52 12 22 67 41 63 02 8 2 8
8 3 5
11 11 11 11 11 11 11 11 11 5, 5, 5, 33,4 0,51
0,5
4,2 4,6 4,4 5,4 5,6 5,5 7,5 6,9 7,2 7 7 8 9
43 69 56 98 66 81 28 91 60 2 7 6
3 9 3

8
Gambar Percobaan :
Data 1
Tanpa massa identik
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

9
Dengan massa identik terdekat dari kawat
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terjauh dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

10
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Data 2
Tanpa massa identik
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

11
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terdekat dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

12
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terjauh dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

13
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Data 3
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

14
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terdekat dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

15
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terjauh dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

16
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Data 4
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

17
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terdekat dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

18
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terjauh dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

19
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Data 5
Tanpa massa identik
1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

20
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terdekat dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

21
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

Dengan massa identik terjauh dari kawat


1. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (1)

22
2. Waktu untuk 20 osilasi dalam detik (2)

23
H. Data dan Perhitungan
Jenis kawat : Aluminium
Panjang kabel suspensi = 50 cm = 0,5m
Jari-jari kabel suspensi = 0,05 cm = 0,0005 m
Massa beban identik = 15 gram = 0,015 kg
Jari-jari disc = 6,5 cm = 0,065m
Data 1
Massa piringan = 1 kg
d1 = 0,015 m
d12 = 0,000225 m2
d2 = 0,055 m
d22 = 0,003025 m2

Mencari I
1
I= mR2
2
1
I= (1,0 kg)(0,065 m)2
2
1
I= (1,0 kg)(0,004225 m2 )
2
I = 0,0021125 kg m2

Menghitung T0 (tanpa beban)


t1 = 81,37 s
t2 = 81,201 s
t1 + t2
t̅ =
2
81,37 s + 81,201 s
t̅ =
2
t ̅ = 81,285 𝑠

T0 =
20

24
81,285 s
T0 =
20
T0 = 4,064 s

Menghitung T1 (d1 )
t1 = 83,629 s
t2 = 83,142 s
t1 + t 2
t̅ =
2
83,629 s + 83,142 s
t̅ =
2
t ̅ = 83,39 s

T1 =
20
83,39 s
T1 =
20
T1 = 4,170 s

Menghitung T2 (d2 )
t1 = 84,810 s
t2 = 84,436 s
t1 + t2
t̅ =
2
84,810 s + 84,436 s
t̅ =
2
t ̅ = 84,623 s

T2 =
20
84,623 s
T2 =
20
T2 = 4,231 s

Menghitung I0

25
T0 2
I0 = 2m(d2 2 - d1 2 )
(T2 2 - T1 2 )

(4,064 s)2
I0 = 2(0,015 kg)(0,003025 - 0,000225)m2
((4,231 s)2 - (4,170 s)2 )

2
16,5161 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
(17,9013 s2 - 17,3889 s2 )

16,5161 s2
2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
0,5124 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )(32,233)
I0 = 0,0027 kg m2

Data 2

Massa piringan = 1,2 kg


d1 = 0,015 m
d12 = 0,000225 m2
d2 = 0,055 m
d22 = 0,003025 m2

Mencari I :
1
I= mR2
2
1
I= (1,2 kg)(0,065 m)2
2
1
I= (1,2 kg)(0,004225 m2 )
2
I = 0,002535 kg m2

Menghitung T0 (tanpa beban)


t1 = 89,521 s
t2 = 89,843 s

26
t1 + t2
t̅ =
2
89,521 s + 89,843 s
t̅ =
2
t ̅ = 89,682 s

T0 =
20
89,682 s
T0 =
20
T0 = 4,484 s

Menghitung T1 (d1 )
t1 = 90,629 s
t2 = 90,633 s
t1 + t2
t̅ =
2
90,629 s + 90,633 s
t̅ =
2
t ̅ = 90,432 s

T1 =
20
90,432 s
T1 =
20
T1 = 4,522 s

Menghitung T2 (d2 )
t1 = 91,277 s
t2 = 90,772 s
t1 + t2
t̅ =
2
91,277 s + 90,772 s
t̅ =
2
t ̅ = 91,025 s

T2 =
20

27
91,025 s
T2 =
20
T2 = 4,590 s

Menghitung I0

2 2 T0 2
I0 = 2m(d2 - d1 )
(T2 2 - T1 2 )

2
(4,484 s)2
I0 = 2(0,015 kg)(0,003025 - 0,000225)m
((4,590 s)2 - (4,522 s)2 )

2
20,1063 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
(21,0681 s2 - 20,4484 s2 )

20,1063 s2
2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
0,6197 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )(32,445)
I0 = 0,0027 kg m2

Data 3

Massa piringan = 1,5 kg


d1 = 0,015 m
d12 = 0,000225 m2
d2 = 0,055 m
d22 = 0,003025 m2

Mencari I :
1
I= mR2
2
1
I= (1,5 kg)(0,065 m)2
2
1
I= (1,5 kg)(0,004225 m2 )
2
I = 0,0031688 kg m2

28
Menghitung T0 (tanpa beban)
t1 = 100,817 s
t2 = 100,496 s
t1 + t2
t̅ =
2
100,817 s + 100,496 s
t̅ =
2
t ̅ = 100,657 s

T0 =
20
100,657 s
T0 =
20
T0 = 5,033 s

Menghitung T1 (d1 )
t1 = 100,901 s
t2 = 100,757 s
t1 + t2
t̅ =
2
100,901 s + 100,757 s
t̅ =
2
t ̅ = 100,829 s

T1 =
20
100,829 s
T1 =
20
T1 = 5,041 s

Menghitung T2 (d2 )
t1 = 102,810 s
t2 = 101,601 s
t1 + t2
t̅ =
2

29
102,810 s + 101,601 s
t̅ =
2
t ̅ = 102,206 s

T2 =
20
102,206 s
T2 =
20
T2 = 5,110 s

Menghitung I0
T0 2
I0 = 2m(d2 2 - d1 2 )
(T2 2 - T1 2 )

(5,033 s)2
I0 = 2(0,015 kg)(0,003025 - 0,000225)m2
((5,110 s)2 - (5,041 s)2 )

25,3311 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )
(26,1121 s2 - 25,4117 s2 )

25,3311 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )
0,7004 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )(36,167)
I0 = 0,0030 kg m2

Data 4
Massa piringan = 1,8 kg
d1 = 0,015 m
d1 2 = 0,000225 m2
d2 = 0,055 m
d2 2 = 0,003025 m2

Mencari I :
1
I= mR2
2

30
1
I= (1,8 kg)(0,065 m)2
2
1
I = (1,8 kg)(0,004225 m2 )
2
I = 0,0038025 kg.m2

Mencari T0 (tanpa beban)


t1 = 107,719 s
t2 = 107,784 s
t1 + t2
t̅ =
2
107,719 s + 107,784 s
t̅ =
2
t ̅ = 107,752 s

T0 =
n
107,752 s
T0 =
20
T0 = 5,388 s

Mencari T1 (d1 )
t1 = 110,212 s
t2 = 110,722 s
t1 + t2
t̅ =
2
110,212 s + 110,722 s
t̅ =
2
t ̅ = 110,467 s

T1 =
n
110,467 s
T1 =
20
T1 = 5,523 s

31
Mencari T2 (d2 )
t1 = 111,641 s
t2 = 111,763 s
t1 + t2
t̅ =
2
111,641 s + 111,763 s
t̅ =
2
t ̅ = 111,702 s

T2 =
n
111,702 s
T2 =
20
T2 = 5,585 s

Mencari I0 :
T0 2
I0 = 2m(d2 2 - d1 2 )
T2 2 - T1 2
(5,388 s)2
I0 = 2(0,015 kg)(0,003025 m2 -0,000225 m2 )
(5,585 s)2 - (5,523 s)2

2
29,030 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
(31,192 s2 - 30,503 s2 )

29,030 s2
I0 = 2(0,015 kg)( 0,0028 m2 )
0,689 s2

I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 ) (42,13)

I0 = 0,003538 kg.m2

Data 5

Massa piringan = 1,2 kg


d1 = 0,015 m

32
d12 = 0,000225 m2
d2 = 0,055 m
d22 = 0,003025 m2

Mencari I :
1
I= mR2
2
1
I= (2,0 kg)(0,065 m)2
2
1
I= (2,0 kg)(0,004225 m2 )
2
I = 0,004225 kg m2

Menghitung T0 (tanpa beban)


t1 = 114,243 s
t2 = 114,669 s
t1 + t2
t̅ =
2
114,243 s + 114,669 s
t̅ =
2
t ̅ = 114,456 s

T0 =
20
114,456 s
T0 =
20
T0 = 5,723 s

Menghitung T1 (d1 )
t1 = 115,498 s
t2 = 115,666 s
t1 + t2
t̅ =
2

33
115,498 s + 115,666 s
t̅ =
2
t ̅ = 115,581 s

T1 =
20
115,581 s
T1 =
20
T1 = 5,779 s

Menghitung T2 (d2 )
t1 = 117,528 s
t2 = 116,991 s
t1 + t2
t̅ =
2
117,528 s + 116,991 s
t̅ =
2
t ̅ = 117,260 s

T2 =
20
117,260 s
T2 =
20
T2 = 5,863 s

Mencari I0 :

T0 2
I0 = 2m(d2 2 - d1 2 )
(T2 2 - T1 2 )

(5,723 s)2
I0 = 2(0,015 kg)(0,003025 - 0,000225)m2
((5,863 s)2 - (5,779 s)2 )

32,7572 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )
(34,3748 s2 - 33,368 s2 )

32,7572 s2
2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m )
1,0068 s2
I0 = 2(0,015 kg)(0,0028 m2 )(32,531)

34
I0 = 0,0027 kg m2

35
I. Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul Momen Inersia, dimana momen inersia adalah
adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya.
Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika
dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan
sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Jadi,
tujuaan dari percobaan momen inersia ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh massa cakram terhadap momen inersia dan pengaruh letak massa
identik terhadap periode.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan selama percobaan adalah yang
pertama yaitu membuka akses link yang telah diberikan oleh asisten dan masuk
kedalam aplikasi praktikum online. Setelah itu, diukur jari-jari kawat suspensi
menggunakan mikrometer sekrup. Kemudian, panjang kawat suspensi
disesuaikan dengan nilai yang sudah ditentukan oleh asisten yaitu 50 cm atau
sama dengan 0,5 m. Lalu, piringan diatur untuk melakukan osilasi dan dicarilah
waktu untuk 20 osilasi dua kali dan tentukan periode rata-rata 'T0'. Kemudian,
dua massa identik yang nilainya telah ditentukan oleh asisten yaitu 15 gram
atau sama dengan 0,015 kg ditempatkan secara simetris di kedua sisi kabel
suspensi sedekat mungkin ke pusat piringan, dan ukur d1 yang merupakan jarak
antara pusat-pusat piringan dan salah satu massa identik dan dicari waktu untuk
20 osilasi dua kali dan tentukan periode rata-rata osilasi 'T1'. Kemudian, dua
massa yang identik ditempatkan secara simetris di kedua sisi kabel suspensi
sejauh mungkin ke pusat piringan, dan ukur d2 yang merupakan jarak antara
pusat-pusat disk dan salah satu yang identik massa dan dicari waktu untuk 20
osilasi dua kali dan tentukan periode rata-rata osilasi 'T2'. Dan yang terakhir,
dihitung momen inersia dari pembahasan persamaan yang telah diberikan.
Adapun data-data yang telah didapat selama melakukan percobaan yaitu,
Data 1 dengan t rata-rata tanpa massa sebesar 81,285 s, t rata-rata dengan massa
pada d1 sebesar 83,39 s dan t rata-rata dengan massa pada d2 sebesar 84,623 s
didapat periode osilasi T0 yaitu 4,064 s; T1 yaitu 4,170 s; dan T2 yaitu 4,231 s.
Data 2 dengan t rata-rata tanpa massa sebesar 89,682 s, t rata-rata dengan massa

36
pada d1 sebesar 90,432 s dan t rata-rata dengan massa pada d2 sebesar 91,025 s
didapat periode osilasi T0 yaitu 4,484 s; T1 yaitu 4,522 s; dan T2 yaitu 4,590 s.
Data 3 dengan t rata-rata tanpa massa sebesar 100,657 s, t rata-rata dengan
massa pada d1 sebesar 100,829 s dan t rata-rata dengan massa pada d2 sebesar
102,206 s didapat periode osilasi T0 yaitu 5,033 s; T1 yaitu 5,045 s; dan T2 yaitu
5,110 s. Data 4 dengan t rata-rata tanpa massa sebesar 107,752 s, t rata-rata
dengan massa pada d1 sebesar 110,467 s dan t rata-rata dengan massa pada d2
sebesar 111,702 s didapat periode osilasi T0 yaitu 5,388 s; T1 yaitu 5,523 s; dan
T2 yaitu 5,585 s. Data 5 dengan t rata-rata tanpa massa sebesar 114,456 s, t rata-
rata dengan massa pada d1 sebesar 115,581 s dan t rata-rata dengan massa pada
d2 sebesar 117,260 s didapat periode osilasi T0 yaitu 5,723 s; T1 yaitu 5,779 s;
dan T2 yaitu 5,863 s.
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa semakin besar massa disk maka
semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan osilasi dan
otomatis nilai dari periodenya juga akan semakin tinggi seiring bertambahnya
massa disk. Lalu, terdapat perbedaan antara hasil perhitungan dan hasil
percobaan tetapi tidak terlalu signifikan.
Contoh penerapan momen inersia dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada
gasing yang berputar dengan simbang, karena telah didesain dengan
sedemikian rupa sehingga massa gasing tepat berada ditenga-tengah gasing.
Contoh lain penerapan momen inersia pada roda sepeda yang berputar.
Gerakan berputar seorang penari balet juga termasuk contoh penerapan momen
inersia.

37
J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan data serta perhitungan
yang didapatkan bahwa hipotesis kami yang berbunyi :
1. Semakin besar massa benda maka semakin besar pula nilai momen inersia.
2. Semakin jauh massa identik dari pusat tali maka semakin besar pula
periodenya.
dapat diterima karena sesuai dengan data dan perhitungan yang telah
didapatkan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Hal.
248-249 dan 261-263

Halliday, David, dkk. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Hal. 272

Young, Hugh, dkk. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. Ha.l 273-274
LEMBAR PENGESAHAN

Balikpapan, 18 Mei 2020


Asisten Praktikum Praktikan

M. Zulkifli Okta Ananda Athirah Nur Azizah


NIM. 1805035011 NIM. 1905036011

Anda mungkin juga menyukai