Disusun Oleh:
Olivia Winata (201620001)
Aileen Primalia (2016620009)
Stefani Neysa (2016620013)
Alexander William P. (2016620045)
Ivana Hasjem (2016620065)
Arvin Stefanus (2016620085)
Jessica Wirianti B. (2016620099)
Kelas E / Kelompok 2
1. LCA memprediksi dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan, sehingga pada tiga pilar
keberlangsungan (lingkungan, ekonomi, dan sosial), apabila lingkungan terdampak maka
dapat pula diprediksi dampak yang terjadi pada pilar-pilar yang lain, sehingga dapat
memberikan gambaran lebih luas mengenai dampak positif dan negatif sepanjang siklus
hidup produk.
2. LCA dapat mengidentifikasi kelemahan dan memungkinkan perbaikan lebih lanjut pada
siklus produk, sehingga memungkinkan industri untuk memperhitungan dampak yang
diakibatkan oleh produk sehingga dapat mencetuskan inovasi-inovasi baru untuk
memperbaiki dampak yang dihasilkan.
3. LCA dapat memprediksi sumber daya atau bahan baku yang digunakan dan dampak
positif dan negatif yang dihasilkan.
4. LCA dapat membantu mengambil keputusan dalam memiliki teknologi dan produk yang
berkelanjutan melalui prediksi dampak yang dihasilkan (model penentu green
technology).
5. LCA dapat membantu industri dalam menentukan produk yang hemat biaya, ramah
lingkungan, dan bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan.
6. LCA dapat membuat lingkungan lebih baik seperti contohnya mengurangi emisi gas
buangan, sehingga ekonomi dan sosial pun lebih baik.
7. LCA dapat mengestimasi energi yang digunakan.
IV. ANALISIS
Dalam melakukan life cycle analysis (LCA), terdapat 12 kriteria yang harus dianalis is.
Terdapat 4 skenario yang ditawarkan, yaitu skenario 1 (100% batu bara), skenario 2 (90% batu
bara dan 10% biomassa), skenario 3 (50% batu bara dan 50% biomassa), dan skenario 4 (100%
biomassa). Analisis LCA telah dilakukan pada keempat skenario dan yang dipilih adalah skenario
3 dengan hasil analisis yang lebih lengkap dijabarkan sebagai berikut.
- Perubahan Iklim
Analisis LCA merupakan analisis yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
dampak perubahan iklim. Dalam menganalisis dampak perubahan iklim, perlu untuk mengetahui
bagaimana emisi bahan bakar ke udara, yang terdiri dari emisi karbon dioksida, karbon monoksida,
nitrogen dioksida, sulfur dioksida, metana, SPM, dan NMVOC. Dari hasil analisis masing- mas ing
emisi tersebut ke udara, skenario 3 memiliki nilai emisi kedua terkecil dibandingkan skenario
lainnya. Selain itu dampak global warming dari skenario 3 adalah sebesar 742 kg CO 2 eq.
Umumnya, dampak perubahan iklim secara spesifik menghitung kg CO 2 yang diemisi ke udara.
Harjanto, dkk (2012) telah melakukan analisis terhadap perubahan iklim yang dinyatakan dalam
satuan kg CO 2 eq sebagai satuan unit dari kategori karakterisasi dampak global warming dan efek
yang ditimbulkan adalah perubahan iklim secara global. Skenario 3 memiliki nilai sebesar 742 kg
CO2 eq, yang merupakan nilai kedua terendah setelah skenario 4.
- Ekotoksisitas
Ekotoksisitas terbagi menjadi dua, yaitu akuatik dan terestrial (daratan). Skenario 3
memiliki nilai sebesar 4,15 x 105 kg TEG water dan 392 kg TEG soil. Kedua nilai tersebut
merupakan nilai terendah dibandingkan penggunaan bahan bakar batu bara lainnya, namun masih
lebih tinggi dibandingkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar. Nilai ini juga ditunjukka n
oleh nilai kualitas ekosistem yang sebesar 47,4 PDF*m2 *yr (Harjanto dkk, 2012).
- Pembentukan Fotooksidasi
Menurut KBBI, fotooksidasi merupakan reaksi oksidasi yang ditimbulkan oleh cahaya.
Dari data yang tersedia tidak terdapat hasil analisis terhadap dampak pembentukan fotooksidasi.
- Remediasi Nutrisi
Dampak remediasi nutrisi dapat diketahui dari nilai terrestrial acid/nutria karena remediasi
nutrisi berhubungan dengan nutrisi tanah. Dengan demikian remediasi nutrisi skenario 3 lebih kecil
dibandingkan skenario 1 dan 2.
- Karakteristik Tanah
Tanah yang dibutuhkan untuk skenario 3 adalah yang terkecil dibandingkan skenario
lainnya, kecuali skenario 1 yang tidak membutuhkan tanah. Adapun kebutuhan tanah dari skenario
3 adalah 4,96 x 102 m2 org.arable (Harjanto dkk, 2012).
- Manajemen Limbah
Sama seperti beberapa karakteristik lainnya, manajemen limbah juga tidak dilampirka n
dari data yang tersedia.
Dari hasil analisis LCA terhadap skenario 3 dapat disimpulkan bahwa skenario 3 memilik i
dampak terhadap lingkungan yang tidak terlalu besar, dan mampu menurunkan dampak
lingkungan dari penggunaan batu bara. Sementara itu, jika dibandingkan dengan skenario 4, tidak
terdapat perbedaan yang terlalu signifikan jika dilihat dari perbandingan kontribusi tiap proses
terhadap lingkungan pada pabrik semen.
V. PENJELASAN
Berdasarkan pertimbangan yang telah dilakukan oleh kelompok kami, kelompok kami
setuju terhadap pemilihan skenario 3 oleh tim UGM. Skenario ke 3 dipilih dikarenakan sudah
menerapkan prinsip life cycle analysis cradle to gate dimana pada skenario tersebut
dipertimbangkan aspek dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat selama proses produksi
sehingga kandungan batu bara pada bahan bakar dikurangi. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara pada penggunaan bahan
bakar dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. dapat dilihat
bahwa terdapat pengurangan komposisi batu bara pada skenario 1-4. Terdapat alasan skenario 4
tidak dipilih, dikarenakan menurut berbagai sumber yaitu referensi dari PT Indocement,
penggantian bahan bakar tidak bisa 100% menggunakan biomassa. Selain itu, disebutkan pada
salah satu jurnal pembuatan semen di PT. Semen Tonasa Unit III, salah satu proses paling penting
dalam pembuatan semen adalah pada tahapan pembuatan klinker. Pada tahap tersebut raw meal
akan dibakar pada suhu 1450⁰C menggunakan panas yang berasal dari bahan bakar. Pada Industri
produksi semen, batu bara tidak hanya digunakan sebagai bahan bakar saja, tetapi abu hasil
pembakaran batu bara sangat mempengaruhi dan diperlukan untuk membuat klinker yang menjadi
bahan pembuatan semen.
Berdasarkan sumber terpercaya yang telah disebutkan, penggunaan batu bara pada
pembuatan semen sangat diperlukan, sehingga penggantian bahan bakar dengan 100% biomassa
tidak dapat dilakukan. Maka daripada itu skenario 3 (50% batu bara, 50% rumput mischantus)
dipilih oleh kelompok 2.
Teknologi co-processing juga memiliki aspek negatif yang harus diperhatikan agar bisa
dimimalkan. Aspek negatif tersebur antara lain :
1. Komposisi kimia dari limbah yang bervariasi dapat mempengaruhi hasil pencampuran
yang telah dirancang.
2. Ukuran dan bentuk limbah yang bervariasi akan mempengaruhi tingkat kesulitan dalam
transportasi dan pengumpanan.
3. Variasi kadar air dan zat pengotor dapat mempengaruhi kestabilan operasi dan kualitas
produk.
4. Khusus kandungan sulfur, alkali dan chlorine yang berlebih di dalam limbah dapat
mempercepat tumbuhnya coating pada dinding kiln dan suspension preheater.
Cara meminimalkan aspek negatif tersebut adalah dengan menerapkan sistem optimasi
pretreatment untuk limbah yang datang dari waste generator.
DAFTAR PUSTAKA
Baumann, H., & Tillman, A.-M., 2004. The hitchhiker’s guide to LCA: An orientation in life cycle
assessment methodology and application. Lund: Studentlitteratur.
Brata, A.K., (2018), Analisis Penilaian Daur Hidup Produksi Bahan Bakar Kendaraan pada Tahap
Pengolahan (Studi Kasus di PT. Pertamina Persero RU V Balikpapan), Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Campos-Guzman, Veronica, M. Socorro Garcia-Cascales, Nieves Espinosa, dan Antonio Urbina,
(2019), Life Cycle Analysis with Multi-Criteria Decision Making: A review of approaches
for the sustainability evaluation of renewable energy technologies, Renewable and
Sustainability Energy Reviews, 104:343-366.
Dahliar, N., Widodo, S., dan Tonggiroh, A., 2014, “Pengaruh Komposisi Ash Batubara terhadap
Kualitas Klinker Portland Cement pada Semen Tonasa Unit III”, Geosains, 10, pp. 58-67
Fae, F. A., 2018, “Optimasi Pembelian Batubara untuk Pemenuhan Standar Kualitas Batubara”,
Skripsi Universitas Andalas
GaBi, 2011. Handbook for Life Cycle Assessment (LCA) Using the GaBi Software, PE
International, Leinfelden-Echterdingen Germany.
Harjanto, 2012, Life Cycle Assessment Pabrik Semen PT Holcim Indonesia Tbk. Pabrik Cilacap :
Komparasi antara Bahan Bakar Batubara dengan Biomassa,jurnal Rekayasa Proses, Vol.6
No,2, hlm. 51-58.
Kerkhof, A., 2012, LCA Standards and Guidelines: A Recent Overview.
Pamungkas, Yulius, 2010, Teknologi Co-processing : Solusi Alternatif Mereduksi Bahan Bakar
Fosil dan Gas CO2 di Industri Semen Indonesia, Jurnal Rekayasa Proses, Vol.4 No.2, hlm
45-50