Oleh
NURHUDA
00320040
BATUBULI
A. Defenisi
Batu buli disebut juga batu vesika, vesical calculi, vesical stone, bledder stone.
Batu buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas
material mineral dan protein yang terdapat dalam urin. Batu saluran kemih pada
dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih banyak pada bagian
penampung yang terakhir. Pada orang dewasa batu saluran kencing banyak mengenai
sistem saluran bagian atas ( ginjal, pyelum) sedang pada anak-anak sering mengenai
sistem bagian bawah ( buli-buli ). Komponen terbanyak penyusun batu buli adalah
garam calsium. Pada awalnya yang berbentuk sebesar biji padi lalu berkembang
menjadi yang lebih besar, kadangkala juga merupakan batu multiple.
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarus. ( ginjal, ureter, atau
kandung kemih) yang membentuk kristal: kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam
urat dan magnesium.
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih
yang mengandung komponen krital dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari
atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium
oksalat atau fosfat.
Vesikolitiasis atau batu buli adalah penyumbatan saluran kemih khususnya
pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu, penyakit ini disebut juga batu
kandung kemih.
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba
akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
B. Etilogi
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu buli-buli yaity
faktor intrinsik yang terdiri dari herediter ( keturunan ) penyakit ini di duga di turunkan dari
orang tuanya, umur, serta jenis kelamin. Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
Sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari keadaan geografi, iklim, temperatur, asupan
air, diet dan pekerjaan. Geografi kebanyakan di deerah pegunungan, padang pasir, dan daerah
tropis. Iklim, individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar
ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3
( memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat). sehingga insiden batu saluran kemih
akan meningkat. Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet, obat sitostatik
untuk penderita kanker juga memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat
sitostik bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh, diet banyak purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. Dan pekerjaan, penyakit ini sering
dijumpai pada orang yang pekerjaan nya banyak duduk atau kurang beraktivitas.
Batu buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada orang yang dengan gangguan miksi
atau terdapat benda asing di buli-buli yang aktivitasnya sebagai imti batu. Gangguan miksi
terjadi pada pasien-pasien dengan hiperplasia prostat, striktura uretra, divertikal buli-buli dan
buli-buli neurogenik.
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadinya pembentukan
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari calsium atau struvit. Pada pasien yang
mempunyai predisposisi dilakukan evaluasi ada tidaknya hal yang memicu statisnya urine,
misalnya BPH. Pada perempuan yang memakai celana ketat dan cystocele.
C. Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbantuk dalam buli-buli, tetapi dalam beberapa kasus
batu buli-buli terbentuk di dalam ginjal lalu turun ke buli-buli, kemudian terjadi penambahan
deposisi batu untuk berkembang menjadi lebih besar. Batu buli yang turun dari ginjal pada
umumnya berukuran kecil sehingga dapat turun melalui ureter, batu buli-buli secara teoritis
pada umum nya dapat terbentuk di seluruhb saluran kemih terutama yang sering mengalami
hambatan aliran urine (statise urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya
kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretre- pelvis ), divertikal, obstruksi intravesika
kronis seperti pada hyperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan
keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu. Batu terdiri daru kristal-kristal yang
tersusun dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-
kristal tersebut tetap dalam keadaan metastable (tetap terlarut ) dalam urine jika tidak ada
keadaan tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya prepitasi kristal. Kristal-kristal yang
saling prepitasi membentuk inti batu ( nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregasi kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu
saluran kecil. Untuk itu agregat kristal meneple pada epitel saluran kemih ( membentu retensi
kristal) , dan dari sini bahan-bahan lain diendapkanpada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi metastable dipengaruhi oleh
PH larutan, adanya koloid didalam urine, konsentrasi solude didalam urine, laju aliran urine
didalam saluran kemih, atau adanya korus alineum didalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. Lebih datri 80% batu saluran kemih terdiri dari batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan batu
fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat
( batu infeksi ), batu xanthyn, batu sistein dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis
pembentukan batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam didalam saluran kemih yang
memungkinkan pembentukan batu ini tidaklah sama. Dalam hal ini batu asam urat terbentuk
dalam asam, sedangkan matu magnesiumammonium fosfat terbentuk dalam basa.
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra / spinal injury,
adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/ ca fosfat. Batu buli-buli dapat bersifat
singe ataupun multiple dan sering berlokasi pada divertrikal pada ventrikal buli-buli dan
biasanya berukuran besar ataupun kecil sehingga mengganggu kerja dari vesika. Gambar fisik
batu dapat halus maupun keras. Batu pada vesika umumnya mobile, tetapi ada batu yang
melekat pada dinding vesika yaitu batu yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan
tumor intra vesika.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis batu buli-buli pada orang dewasa biasanya baru akan terasa apabila batu
sudah menyumbat saluran urine atau melukai dinding kandung kemih. Gejalanya antara lain:
1. Rasa nyeri saat buang air kecil
2. Darah dalam urine
3. Urine terlihat lebih pekat
4. Kesulitan buang air kecil
5. Keinginan buang air kecil lebih sering
6. Buang air kecil tidak lancar atu tersendat-sendat
7. Perut bagian bawah terasa nyeri
8. Penis terasa tidak nyaman.
Sedangkan pada anak-anak ada dua gejala batu kandung kemih lainnya yang
bisa menyertai yaitu ereksi kuat dan menyakitkan tidak ada hubungannya dengan
rangsangan seksual pada anak laki-laki dan mengompol.
Umumnya batu kandung kemih yang cukup kecil dapat keluar dengan
sendirinya bersamaan dengan urine, sehingga gejalanya kadang tidak muncul namun
kadangb disertai dengan perubahan frekuensi buang air kecil, darah dalam urine dan
rasa sakit yang kuat pada bagian perut bawah.
E. Pathway
Urea
Sedimen dan kristalisasi hiperkalsiuri
Pengendapan urine
PH urine basa
Proses kristalisasi
Batu buli-buli
Pembedahan
Pasca pembedahan
G. Pemeriksaan Penunjang
2. Urografi ekskretori : untuk menentukan atau mengetahui ukuran dan lokasi batu
3. Kimia urine : didapatkan urine yang asam atau alkalis, piuria, proteinuria, hematuria,
5. Pengumpulan urine 24 jam : terdapat peningkatan asam urat, oksalat, kalsium, fosfor,
kreatinin
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat kesehatan
saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi
keluarga.
c. Keluhan Utama
kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri
apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi
S: Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
T: Siftanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
Dikaji bagaimana asupan nutrisi dan pola makan pasien, serta nafsu
makan pasien.
3. Pola Eliminasi
perawatan.
7. Pola persepsi dan konsep diri dikaji, bagaimana emosi pasien selama
perawatan.
8. Pola peran dan hubungan, kaji bagaimana peran pasien dalam keluarga
perawatan.
11. Pola keyakinan
yg dideritanya.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. Intervensi Keperawatan
F. Referensi
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Konsensus_-Infeksi_-Saluran.pdf.pdf
Dr. Leonardo paskah suciadi, Kesehatan ginjal dan saluran kemih ( 2010)