Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRATIKUM ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG

DAN KERJA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

HAFIZ NUGROHO TANJUNG 1713060040


IRENA MEI NANDA BR.SURBAKTI 1713060048
NIA ANGGRAINI 1713060099
WAYUDHA SHOLALUDIN 1713060043

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pratikum ini di susun sebagai hasil pratikum bagi mahasiswa Prodi Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pembangunan Panca Budi Medan yang mengambil
mata kuliah Ternak Potong dan kerja.

Mata kuliah Produksi Ternak Potong Dan Kerja


Program Studi Peternakan
Penyusun Hafiz Nugroho Tanajung
Irena Mei Nanda Br.Surbakti
Nia Anggraini
Wayudha Sholaludin

Mengetahui Medan, 20 Desember 2018


Ka.Ur.Lab.IID Pembimbing Pratikum

Najla Lubis, ST.,M.Si Ir. H. Akhmad Rifai Lubis, M.MA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul : “PRAKTIKUM
ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA”.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir.H. Akhmad Rifai Lubis, M.MA selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
produksi ternak potong dan kerja.
2. Rekan – rekan mahasiswa yang tidak bisa di sebut satu per satu yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu diharapkan adanya saran dan masukan berupa positif khususnya dari bapak
pembimbing serta dari rekan – rekan mahasiswa demi kebaikan penulisan ini nantinya.
Semoga bermanfaat bagi membacanya dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 20 Desember 2018

Penulis
PRATIKUM I
PENGENALAN BANGSA-BANGSA SAPI
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Sapi Ongole merupakan salah satu keturunan sapi liar yang dalam bangsa bos indicus, sapi
peranakan ongole ini menghasilkan daging berkualitas, sehingga banyak digunakan sebagai
hewan qurban.
Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai
produk utamanya, sementara ternak kerja adalah ternak yang dipelihara untuk diambil
tenaganya.
Ternak potong dan kerja merupakan salah satu ternak penghasil daging yang memiliki
nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan pendapatan masyarakat maka kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya.

B. Tujuan Pratikum
 Untuk mengenal bangsa-bangsa ternak sapi jantan dan betina
 Untuk mengetahui karakteristik atau performan ternak secara fisik
 Untuk mengetahui kondisi tubuh ternak
BAB II
Tinjauan Pustaka

Sapi Ongole (PO) adalah sapi persilangan antara sapi Ongole dengan sapi lokal. Sapi ini
tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto dan Saparinto, 2010).
Warna bulunya sangat bervariasi, tetapi pada umumnya putih atau putih keabu-abuan
(Siregar, 2008).
Sapi PO memiliki nilai rata-rata terkecil adalah 1,29 kali dan terbesar adalah2,23 kali, S/C
semakin mendekati angka 1 menunjukkan bahwa IB semakin bagus. Jarak beranak terpendek
adalah 13,73 bulan dan terpanjang adalah 20.30 bulan, nilai kawin setelah beranak paling
cepat 97,80 hari dan paling lambat 309,00 hari (Astuti,2003).
Sapi PO lebih toleran pada lingkungan tropis dengan temperatur yang panas dan
kelembaban yang tinggi serta pakan yang terbatas.
BAB III
Materi dan Metode Penelitian

A. Waktu dan Tempat


Tempat pratiukum dilaksanakan di Klambir V Kebun, Jln.Sedayu 2. Pada waktu 13
Oktober 2018

B. Bahan dan Alat


Bahan :
 Jas pratikum
 Sepatu kandang
 Alat tulis
 Buku pratikum
 Kamera

Alat :
 Ternak sapi jantan dan betina

C. Metode Penelitian
Pengamatan langsung oleh pratikum seputar bangsa sapi, karakteristik dan lain
sebagainya. Lalu menuliskan karakteristik kedalam tabel laporan.
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
1. Bangsa Sapi : Ongol
2. Nama Pemilik : Bapak Amin
3. Alamat : Klambir V Kebun Jln.Sedayu II

1. Jantan
Pengenalan Karakter Penotip :
No. Penotip Karakteristik
1. Tanduk Tidak ada
2. Arah Tanduk -
3. Telinga Tegak
4. Punuk Ada
5. Gelambir Kecil tipis
6. Warna Kulit Dominan Putih
7. Garis Pungung Ada
8. Warna Spesifik pada pantat Putih
9. Warna Kulit Kaki Putih
10. Ekor Panjang
11. Bentuk Scrotum Jantan Tidak normal
12. Bentuk Badan (Konformasi
Tubuh)
Segi empat

2. Betina
Pengenalam Karakter Penotop :
No. Penotip Karakteristik
1. Tanduk Tidak ada
2. Arah Tanduk Ke atas
3. Telinga Tegak
4. Punuk Ada
5. Gelambir Kecil tipis
6. Warna Kulit Dominan Putih
7. Garis Pungung Ada
8. Warna Spesifik pada pantat Putih kemerahan
9. Warna Kulit Kaki Putih
10. Ekor Panjang
11. Jumlah Puting Susu Betina Tidak normal
12. Bentuk Badan (Konformasi
Tubuh)
Segi empat

2. Pembahasan
Pada pratikum ini, hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
 Sapi jantan adalah ras sapi Ongole (PO) dengan ciri-ciri gelambir yang kecil dan
tipis, memiliki warna dominan putih,tidak memiliki tanduk. Untuk bentuk
scrotum sapi ini tidak normal, dan bentuk badan segi empat.
 Sapi betina adalah sapi ras Ongole (PO) dengan ciri-ciri tidak memiliki tanduk,
telinga tegak, memiliki warna dominan putih,memiliki ekor yang panjang, dan
bentuk badan segi empat.

BAB V
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
 Ciri-ciri sapi Ongole (jantan) yang kami amati yaitu tidak memiliki tanduk, arah
telinga keatas, dan memiliki kecacatan seperti scrotumnya tidak normal dan kurus.
 Sapi Ongole (betina) yang kami amati memiliki kecacatan dalam jumlah puting
susunya tidak normal dan kurus.

B. Saran
 Kondisi kandang agar lebih diluaskan agar sapi tidak kepanasan.
 Pemberian pakan tambahan agar meningkatkan angka pertambahan bobot badan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2003. Hubungan Kualitas Komunikasi dan Toleransi Stress dalam Perkawinan.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yulianto, P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar
Swadaya Jakarta.

PRATIKUM II
PENGENALAN BANGSA-BANGSA KAMPING
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Di  Jawa, kambing ini disebut juga
kambing jawa. Kambing kacang tidak mempunyai garis keturunan (asal-usul) yang khusus
karena sebagian besar sistem perkawinannya terjadi di tanah lapang. Ciri-ciri kambing
kacang sebagai berikut.

a.
Badan
kecil
dan
relatif
pendek.
b.
Telinga
pendek
dan
tegak.
c.
Hampir
semuan
ya (baik
betina
maupun
jantan)
bertandu
k.
d.
Leher
pendek
dan
punggun
g
meningg
i.
e. Warna bulu sangat bervariasi, ada hitam, cokelat, merah, atau belang
putih–hitam.
f. Tinggi badan jantan dewasa rata-rata 60—65 cm, sedangkan kambing
betina dewasa sekitar 56 cm.
g.
Bobot
badan
hidup
jantan
dewasa
sekitar
25 kg
dan
bobot
betina
dewasa
antara 15—20 kg.

B. Tujuan Pratikum
 Untuk mengenal bangsa-bangsa ternak kambing
 Untuk mengetahui karakteristik atau performan ternak secara fisik
 Untuk mengetahui kondisi tubuh ternak

BAB II
Tinjauan Pustaka

K
ambing
Kacang
merupak
an
kambing
asli
Indonesi
a
dengan
populasi
yang
cukup
banyak
dan
tersebar
luas di
wilayah
pedesaa
n.
Menurut
Murtidj
o
(1993),
kambing
Kacang
memilik
i
karakter
istik
sebagai
berikut:
ukuran
tubuhny
a relatif
kecil,
kepala
ringan
dan
kecil,
telinga
pendek
dan
tegak
lurus
mengara
h ke atas
depan,
memilik
i daya
adaptasi
yang
tinggi
terhadap
kondisi
alam
setempa
t dan
perform
an
reprodu
ksinya
sangat
baik.
K
ambing
Kacang
banyak
dijumpa
i juga di
Filipina,
Myanm
ar,
Thailan
d,
Malaysi
a. Salah
satu
kelebiha
n
kambing
Kacang
adalah
mampu
berprod
uksi
pada
lingkun
gan
yang
kurang
baik.
Kekuran
gan
kambing
Kacang
adalah
ukuran
tubuh
yang
relatif
kecil
dan laju
pertamb
ahan
bobot
hidup
yang
relatif
rendah
(Setiadi,
2003).
Bobot badan kambing Kacang betina pada saat mencapai dewasa tubuh sekitar 20 kg
(Devendra dan Burns, 1994). Lebih lanjut dikatakan Murtidjo (1993) bahwa kambing Kacang
memiliki warna tunggal, yakni: putih, hitam atau cokelat, serta adakalanya campuran dari
ketiga warna tersebut.

BAB III
Materi dan Metode Penelitian

A. Waktu dan Tempat


Tempat pratiukum dilaksanakan di Klambir V Kebun, Jln.Sedayu 2. Pada waktu 13
Oktober 2018
B. Bahan dan Alat
Bahan :
 Jas pratikum
 Sepatu kandang
 Alat tulis
 Buku pratikum
 Kamera

Alat :
 Teranak kambing Jantan dan Betina

C. Metode Penelitian / Prosedur


Pengamatan langsung oleh pratikum seputar bangsa kambing, karakteristik dan lain
sebagainya. Lalu menuliskan karakteristik kedalam tabel laporan.

BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Bangsa Kambing :
2. Nama Pemilik : Bapak Amin
Jenis Kelamin : Jantan/Betina
3. Alamat : Klambir V Kebun Jln.Sedayu II
1. Jantan
Pengenalan Karakteristik Penotip :
No Penotip Karakteristik
1. Bentuk muka Cembung/melengkung
2. Bentuk telinga Setengah terkulai
3. Panjang telinga Panjang
4. Jenggot Tidak ada
5. Bulu dahi Tidak lebat
6. Tanduk Panjang (tumbuh subur)
7. Bentuk tanduk Mengarah kebelakang membentuk
1
/4 lingkaran
8. Warna bulu domba Coklat kehitaman
9. Gelambir Tidak ada
10. Bulu punggung Lebat
11. Panjang bulu leher dan Tidak ada
paha
12. Bentuk ekor Mengarah keatas, normal
13. bentuk scrotum jantan Normal, 2 buah simetris

2. Betina
Pengenalan Karakteristik Penotip :
No Penotip Karakteristik
1. Bentuk muka Cekung
2. Bentuk telinga Terkulai lebar
3. Panjang telinga Panjang
4. Jenggot Tidak ada
5. Bulu dahi Tidak ada
6. Tanduk Panjang (tubuh subur)
7. Bentuk tanduk Mengarah lurus keatas,
keduanya mmbentuk huruf V
8. Warna bulu domba Coklat
9. Gelambir Tidak ada
10. Bulu punggung Tidak ada
11. Panjang bulu paha dan Tidak ada
leher belakang
12. Bentuk ekor Menjulur ke bawah
13. Jumlah puting susu betina Normal, 2 puting simetris

2. Pembahasan
K
ambing
kacang
yang
kami
amati
memilik
i kondisi
yang
bagus
dengan
kondisi
lingkar
skrotum
jantan
yang
normal
(simetris
) dan
ukuran
yang
juga
normal.
Kambin
g betina
juga
memilik
i ambing
yang
sejajar
dengan
jumlah
puting
sebanya
k 2
buah.
Bulu
yang
lebat
merupak
an ciri-
ciri
kambing
kacang
pada
umumn
ya yang
dimiliki
oleh
kedua
kambing
tersebut.
Tanduk
kambing
Kacang
terdapat
pada
kambing
jantan
maupun
betina
dan
ukurann
ya
relatif
pendek.
Janggut
tumbuh
dengan
baik dan
lebat
pada
dewasa
jantan
namun
kurang
lebat
pada
yang
betina.
Leher
pendek
dan
member
i kesan
tebal
dan
tegap.
Punggu
ng lurus,
pada
beberap
a kasus
terlihat
agak
melengk
ung dan
member
i kesan
semakin
kebelak
ang
semakin
tinggi
sampai
kebagia
n
pinggul.
karakteristik kambing Kacang sebagai berikut: profil wajah lurus, ekor kecil dan tegang,
ambing kecil dengan konformasi baik dengan puting yang relatif besar, bulu tubuh kambing
betina pendek dan kasar sedangkan pada yang jantan lebih panjang daripada betina. Kambing
Kacang mampu bertahan hidup pada berbagai kondisi lingkungan dan mampu beradaptasi
terhadap manajemen pemeliharaan yang berubah- ubah
BAB V
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
 Kambing Kacang yang kami amati memiliki kondisi fisik yang bagus dengan tidak
ada ke cacatan fisik baik skrotum pada jantan dan ambing pada betina.
 Ukuran kedua kambing relatif sama dan juga ciri fisik serta kondisinya yang juga
sama

2. Saran

 Ukuran kandang ditambah agar kambing merasa nyaman.


 Menambahkan konsentrat pada pakan
DAFTAR PUSTAKA

Mariani, U dan A. P, Frieska. 2012. Pentingkah Scaling Up Penelitian di Bidang


P
akan.
Info
Feed
Media
Pakan
Ternak.
Vol. 2
No. 4
Direktor
at Pakan
Ternak Kementrian Pertanian. Jakarta.
Syambyah dan S. R, Handoyo. 2012. Kiat Sukses Beternak Kambing Peranakan
Kacang. Lily Publisher. Yogyakarta

PRATIKUM III
PENGENALAN BANGSA-BANGSA DOMBA
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
D
omba
merupak
an jenis
ternak
yang
berukur
an
sedang
yang
banyak
dijumpa
i pada
peternak
an
Indonesi
a.
Umumn
ya
domba
memilik
i nilai
jual
berupa
daging
dan
susu. Di
negara
Belanda
atau
Eropa
lainnya
domba
juga
memilik
i nilai
jual
lainnya
yaitu
dari
bulu dan
dibuat
menjadi
benag
woll.
Ciri fisiknya pun beragam antara satu domba dengan domba lainnya. Tergantung
bangsanya, domba diklasifikasi kedalam berbagai bangsa / ras.
P
ada
praktiku
m kali
ini kami
hanya
akan
membah
as ciri
dan
kondisi
ternak
domba
saja,
tidak
menjaba
rkan
lebih
banyak
tentang
domba
ini.
B. Tujuan Pratikum
 Untuk mengenal bangsa-bangsa ternak potong
 Untuk mengetahui karakteristik atau performan ternak secara fisik
 Untuk mengetahui kondisi tubuh ternak

BAB II
Tinjauan Pustakam

Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau lokal.
Bulunya kurang mempunyai mutu baik. Jenis domba ini banyak juga diusahakan oleh
masyarakat dipedesaan sebagai sampingan saja.
Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung Indonesia adalah ukuran badan kecil,
pertumbuhannya lambat, bobot badan domba jantan 30 kg - 40 kg dan domba betina 15 kg -
20 kg, warna bulu dan tanda – tandanya sangat beragam, bulunya kasar dan agak panjang,
telinganya kecil dan pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan
bertanduk dan ekornya kecil dan pendek (Cahyono, 1998).
Ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaan yaitu
cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor, berjalan dengan jarak lebih dekat
sehingga mudah dalam pemeliharaan, pemakan rumput, kurang memilih pakan yang
diberikan dan kemampuan merasa kurang tajam. (Tomazewska, et al. 1993)

BAB III
Materi dan Metode Penelitian

A. Waktu dan Tempat


Tempat pratiukum dilaksanakan di Klambir V Kebun, Jln.Sedayu 2. Pada waktu 13
Oktober 2018

B. Bahan dan Alat


Bahan :
 Jas pratikum
 Sepatu kandang
 Alat tulis
 Buku pratikum
 Kamera

Alat :
 Ternak domba Jantan dan Betina

C. Metode Penelitian / Prosedur


Pengamatan langsung oleh pratikum seputar bangsa Domba, karakteristik dan lain
sebagainya. Lalu menuliskan karakteristik kedalam tabel laporan

BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
1. Bangsa Domba :
2. Nama Pemilik : Bapak Amin
3. Alamat : Klambir V Kebun Jln.Sedayu II

1.Jantan
Pengenalan Karakteristik Penotip
No Penotip Karakeristik
1. Bentuk muka Datar/lurus
2. Telinga Kesamping
3. Tanduk Bertanduk
4. Warna bulu dominan Putih
5. Wool Seluruh badan tertutu wool
6. Kualitas wool Sedang
7. Ekor Gemuk
8. Bentuk scrotum Nomor 2 buah testis dan simetris
jantan

2. Betina
Pengenalan Karakteristik Penotip :
No Penotip Karakeristik
1. Bentuk muka Datar/lurus
2. Telinga Kesamping
3. Tanduk Bertanduk
4. Warna bulu dominan Putih
5. Wool Seluruh badan tertutu wool
6. Kualitas wool Sedang
7. Ekor Gemuk
8. Jumlah puting susu betina Normal, 2puting yang sama
2. Pembahasan
D
omba
ekor
gemuk
merupak
an
domba
yang
relatif
lebih
besar
dari
domba
lainnya.
Di
Indonesi
a,
domba
ini
disilang
kan
dengan
domba
lokal di
masing-
masing
daerahn
ya.
Domba
yang
ada di
peternak
an Pak
Amin
adalah
domba
hasil
persilan
gan
antara
domba
Kompos
it dan
domba
lokal
sumatra.
Hasilny
a pun
lebih
mengunt
ungkan
dari
domba
lokal
Sumater
a murni.
Domba ekor gemuk jantan yang kami amati terdapat kelainan tubuh yang masih
dikategorikan wajar karena hanya pada bagian kuping / telinga yang rebah. Seharusnya
telinga tegak kesamping dan tidak terlalu kebawah. Hal ini terjadi mungkin karena komposisi
darah yang tidak sesuai dengan kriteria komposisi darah domba persilangan di kondisi
lingkungan khususnya Sumtara Utara.
Bagian tubuh betina pun tidak memilik kecacatan fisik yang mencolok karena hanya
bentuk telinga dan arahnya yang tidak sesuai dengan ciri-ciri fisik domba pada umumnya.
BAB V
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
 Domba jantan memiliki kelainan tubuh yaitu pada telinga yang seharusnya tidah
rebah atau jatuh.
 Kondisi fisik domba jantan yang lainnya normal.
 Domba betina juga hanya memiliki kelainan fisik pada bagian telinga yang
seharusnya setengah tegah dan arahnya agak sedikit kedepan.

2. Saran

 Pakan lebih ditingkatkan kualitas dan jumlahnya


 Tinggi kandang panggung ditambah agar tidak kedinginan
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. Agro Media Pustaka.


Jakarta. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
Rahmadi, D., Sunarso, J. Achmadi, E. Pangestu, A. Muktiani, M. Christiyanto,
d
an
Surono.
2003.
Diktat
Kuliah
Ruminol
ogi
Dasar.
Jurusan
Nutrisi
dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
PRATIKUM IV
PEMILIHAN BIBIT
BAB I
Pendahuluan

1.Latar Belakang

B
CS
berhubu
ngan
dengan
perform
a
reprodu
ksi dan
dapat
dipergu
nakan
untuk
membua
t suatu
keputus
an
manaje
men
pemelih
araan.
Kondisi
status
nutrisi
dan
endopar
asit
(terutam
a
cacing)
merupak
an
pengaru
h
terbesar
dalam
penampi
lan skor
kondisi
tubuh
sapi.
Penilaia
n BCS
dilakuka
n secara
regular
dengan
menggu
nakan
teknik
yang
sederha
na yang
sangat
penting
dalam
membua
t
keputus
anmnaje
men
pemelih
araan.
B
CS
dinilai
dari
angka 1
(sangat
kurus)
sampai
5
(sangat
gemuk).
Tahap
pertama
adalah
menentu
kan
bagian
tubuh
yang
sangat
penting
dalam
menentu
kan nilai
dapat
dilihat
adanya
timbuna
n lemak
pada
bagian
belakan
g,
pangkal
ekor,
pinggul,
pinggan
g, rusuk
dan
dada.

2. Tujuan Praktik
 Mengetahui kriteria BCS mulai dari sangat kurus sampai kategori sangat gemuk
 Mengamati kondisi tubuh sapi apakah sesuai dengan kriteria BCS
BAB II
Tinjauan Pustaka

F
aktor
genetik
ternak
menentu
kan
kemamp
uan
yang
dimiliki
oleh
seekor
ternak
sedang
faktor
lingkun
gan
member
kesempa
tan
kepada
ternak
untuk
menamp
ilkan
kemamp
uannya.
Ditegas
kan pula
bahwa
seekor
ternak
tidak
akan
menunju
kkan
penampi
lan yang
baik
apabila
tidak
didukun
g oleh
lingkun
gan
yang
baik
dimana
ternak
hidup
atau
dipeliha
ra,
sebalikn
ya
lingkun
gan
yang
baik
tidak
menjami
n
penampi
lan
apabila
ternak
tidak
memilik
i mutu
genetik
yang
baik
(Hardjos
ubroto,
1994).
M
enurut
William
son dan
Payne
(1993)
bangsa
sapi
mempun
yai
klasifika
si
taksono
mi yang
terdiri
atas
Phylum
:
Chordat
a, Sub
phylum
:
Vertebra
ta,
Class:
Mamali
a, Ordo:
Artiodac
tyla,
Sub
ordo:
Rumina
ntia,
Family:
Bovidae
, Genus:
Bos dan
Spesies:
Bos
Sondaic
us. Sapi
bali
merupak
an sapi
potong
asli
Indonesi
a dan
merupak
an hasil
domesti
kasi dari
Banteng
(Bibos
banteng)
(Hardjos
ubroto,
1994)
dan
merupak
an sapi
asli sapi
Pulau
Bali
(Sutan,
1988).
Sapi bali
mempun
yai ciri-
ciri
khusus
antara
lain:
warna
bulu
merah
bata,
tetapi
yang
jantan
dewasa
berubah
menjadi
hitam
(Hardjos
ubroto,
1994).
S
atu
karakter
lain
yakni
perubah
an
warna
sapi
jantan
kebirian
dari
warna
hitam
kembali
pada
warna
semula
yakni
coklat
muda
keemasa
n yang
diduga
karena
makin
tersedia
nya
hormon
testoster
on
sebagai
hasil
produk
dari sel
intersisi
al testes.

BAB III
Materi dan Metode

1. Waktu dan Tempat


Waktu yang digunakan untuk kegiatan praktikum ke-empat adalah pukul 11: 00 WIB
s/d 11:30 WIB.
Tempat dilakukannya praktikum keempat beralamat di Jln. Sedayu, Klambir V,
Medan.

2. Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan adalah modul praktikum, pulpen dan kamera handphone untuk
dokumentasi.
Bahan penelitian adalah seekor ternak sapi betina dan sapi jantan.
3.Metode Penelitian
Pengamatan langsung oleh praktikan seputar bangsa sapi, ciri-ciri dan nilai Body
Count Score

BAB IV
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan
B
erikut
hasil
pengam
atan
kami
berupa
data
skor
tubuh
sapi
berdasar
kan
kriteria
yang
telah
ditentuk
an:
I
.
Kondisi
keselur
uhan
No Jumlah Rusuk Skor Keterangan
Sapi 1 5 2 Sedang
Sapi 2 6 2 Sedang

I
I.
Kondisi
dan
jumlah
tulang (
diraba )
Jumlah Pangkal
No Punggung Skor Keterangan
Rusuk Ekor
Sapi 1 5 Rata Bagus 2 Sedang
Sapi 2 6 Rata Bagus 2 Sedang
G
ambar
Jantan

Gambar
Betina

2. Pembahasan
K
ondisi
sapi
jantan
( sapi 1)
dan sapi
betina
( sapi 2 )
memilik
i ciri-ciri
fisik
yang
sama.
Demikia
n juga
dengan
kondisi
tulang
yang
tampak
dari
luar.
Semakin
banyak
tulang
yang
menonjo
l pada
punggun
g dan
rusuk
ternak,
maka
semaikn
kecil
pula
nilai
dari
Body
Count
Score
ternak
tersebut.
Hal ini
dikarena
kan
semakin
besar
ukuran
ternak,
maka
semakin
banyak
pula
daging
yang
menutup
inya dan
akhirnya
kan
menutup
i tulang-
tulang
yang
ada di
rusukny
a
( gemuk
).
D
ari
kedua
tabel
diatas
dapat
disimpul
kan
bahwa
kedua
sapi
memilik
i skor 2
atau
sedang
dimana
masih
banyak
tulang
yang
menonjo
l pada
punggun
g terna k
sapi
tersebut.
Jumlah
ini
persis
seperti
yang
dikatego
rikan
para ahli
yang
mengata
kan jika
BCS
dari
ternak
memilik
i
kategori
sedang,
jumlah
tulang
rusuk
yang
menonjo
l adalah
5
sampai
6 buah.
BAB V
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

 Sapi jantan dan sapi betina memiliki kodisi tubuh sedang dalam ketegori Body Count
Score (BCS).
 Jumlah tulang rusuk, kondisi pangkal ekor dan kondisi punggung yang relatif
menunjukan ternak tersebut mengalami kekurangan pakan ( sedang, tapi sedikit lebih
kurus ).
.

2. Saran

 Sapi diberikan pakan tambahan berupa fermentasi jerami, SOC dan lainnya.
 Jumlah pakan hijauan ditambah 2,5 % agar sapi lebih banyak memakan dalam satu
hari
DAFTAR PUSTAKA

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemulihan Ternak di Lapangan. Gramedia. Jakarta.


Williamson, G, dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis
(Diterjemahkan oleh S.G.N.D. Darmadja). Edisi ke-1. Gajah Mada University Yogyakarta
PRATIKUM V
PEMBERIAN PAKAN TERNAK
BAB 1
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
BAB II
Materi dan Metode Penelitian
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
BAB V
Kesimpulan dan Saram
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai