Organ kelamin betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu organ kelamin dalam
dan organ kelamin luar. Organ kelamin dalam terdiri dari ovarium, oviduct, cornu uteri,
corpus uteri, cervix, dan vagina, sedang organ kelamin luar terdiri dari vulva, clitoris,
vestibulum vaginae, dan kelenjar vestibulae. Organ kelamin dalam, kebagian dorsal
digantung oleh beberapa penggantung. Ovarium digantung oleh alat penggantung
mesovarium dan ligamentum utero ovarika. Oviduct digantung oleh mesosalpinc, sedangkan
uterus, cervix, dan sebagian vagina digantung oleh mesometrium atau sering disebut
ligamentum lata (Blakely and Bade, 1998).
Ovarium
Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon kelamin betina, yakni estrogen dan
progesteron. Estrogen terutama dihasilkan oleh sel-sel teka interna menjadi estrogen.
Progesteron terutama dihasilkan oleh sel-sel lutein besar selama metestrus, diestrus dan
kebuntingan, di samping dihasilkan pula oleh plasenta (Dellman and Brown, 1992).
1
Oviduct (Tuba fallopi)
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-kadang disebut
tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari cornu uteri ke
arah dinding lateral pelvis (Farrer, 1996). Oviduct bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku
yang menjulur dari daerah ovarium ke cornu uteri dan menyalurkan ovum, spermatozoa dan
zigot. Tiga segmen tuba uterina dapat dibedakan, yakni infundibulum (berbentuk corong
besar), ampulla (bagian berdinding tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan
isthmus (segmen berotot yang berhubungan langsung dengan uterus (Dellman and Brown,
1992).
Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, antara
rektum di belakang dan kandung kencing di dpaen. Uterus merupakan tempat implantasi
konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Uterus mengalami serangkaian
perubahan selama berahi (estrus) dan daur reproduksi. Pada kebanyakan spesies, uterus
2
terdiri dari kornua bilateral yang dihubungkan dengan tuba uterina, corpus dan cervix yang
berhubungan dengan vagina (Dellman and Brown, 1992).
Cervix
Cervix atau leher uterus berdinding tebal karena berotot dan banyak mengandung
serabut elastik. Mukosa-submukosa membentuk lipatan primer tinggi dan berlanjut dengan
lipatan sekunder dan tersier. Cervix sapi betina terdapat empat lipatan melingkar dan 15
sampai 25 lipatan memanjang, masing-masing mengandung lipatan sekunder dan tersier.
Lipatan tersebut sering memberikan kesan salah pada struktur kelenjar. Kelenjar uterus tidak
menjulur dalam cervix pada kebanyakan spesies, dan elemen kelenjar yang terdapat pada
cervix kebanyakan bersifat musigen (Dellmann and Brown, 1992).
Vagina
Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai vestibulum. Lipatan
memanjang rendah dari mukosa-submukosa terentang sepanjang vagina. Vagina sapi betina,
lipatan melingkar yang penting juga terdapat di bagian kranial vagina. Variasi daur tampak
pada tinggi serta struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir vagina selama berahi terutama
berasal dari cervix. Epitel yang mengalami kornifikasi yang meluas merupakan gejala berahi.
Proses ekstensifikasi sangat jelas pada karnivora dan rodensia, tidak terjadi secara nyata pada
ruminansia, mungkin karena pengeluaran estrogen yang rendah pada jenis ruminansia pada
umumnya (Dellmann and Brown, 1992).
Vulva
Vulva merupakan organ genitalia eksterna, yang terdiri dari vestibulum dan labia.
Vestibulum merupakan bagian dari saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai saluran
reproduksi dan urinaria. Vestibulum bergabung dengan vagina pada external urethal orifice.
Vulva dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya.
Labia terdiri atas labia mayora (lipatan luar vulva) dan labia minora (lipatan dalam vulva).
Labia minora homolog dengan praeputium pada hewan jantan dan tidak menyolok pada
hewan ternak. Labia mayora homolog dengan skrotum pada hewan jantan (Widayati et.al.,
2008).
Clitoris
Clitoris mengandung erectile tissue sehingga berereksi dan banyak mengandung ujung syaraf
perasa. Syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Clitoris bereaksi pada
hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi
estrus pada spesies (Widayati et al.,2008).
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi hewan betina dan
peralatan antara lain pisau, pita ukur, dan kertas kerja.
3
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi sa[pi betina dengan
berat ...... kg.
Metode
Organ reproduksi sapi betina diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari masing-masing
organ reproduksi betina tersebut. Masing-masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu
dilakukan pengukuran dengan seksama menggunakan pita ukur atau mistar ukur pada
masing-masing bagiannya. Semua hasil pengukuran dicatat dan di foto pada kertas kerja.
1. Ovarium ...................................................................................................
2. Oviduct ...................................................................................................
3. Uterus .....................................................................................................
4. Cerviks ....................................................................................................
5. Vagina ....................................................................................................
6. Vulva ......................................................................................................
7. Clitoris ....................................................................................................
Daptar Pustaka
4
BAB II
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN
Sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa organ reproduksi hewan jantan dapat
dibagi atas tiga komponen berupa organ kelamin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis
atau testiculus disebut juga orchis atau didymos. Sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin
pelengkap yaitu kelenjar vesikularis, prostat dan cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari
epididimis dan vas deferens dan alat kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis. Sistem
reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder dan assesoris. Organ
reproduksi primer jantan berupa testis atau gonad, organ produksi sekunder berupa saluran
sperma berupa ductus efferent, epididimis, vas deferens, ampula vas deferens, uretra dan
penis. Sedangkan kelenjar asesoris terdiri atas vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan
kelenjar cowper.
Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada jantan karena testis merupakan organ
reproduksi yang menghasilkan sperma, khususnya dibagian tubulus seminiferus dan hormon
testoteron yang dihasilkan oleh sel interstisial endokrin (sel ledig). Hal ini sesuai dengan
pendapat Toelihere (1981) bahwa testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi
yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan dan mensekresikan hormon
kelamin jantan yaitu testosteron. Testis jumlahnya sepasang dan terletak menggantung diluar
tubuh ternak dengan dibungkus oleh kulit yang disebut skrotum. Skrotum merupakan kantong
dua lobus yang membungkus testis, berlokasi dibagian inguinal yang pada kebanyakan
spesies terletak diantara dua paha.
Epididimis
Epididimis adalah saluran yang menghubungkan testis dan penis. Epididimis dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu cauda epididimis, corpus epididimis dan caput epididimis. Epididimis
terletak pada bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas
sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari bagian caput, corpus dan cauda epididimis.
Epididimis memiliki fungsi sebagai transportasi (saluran pengangkut sperma), meningkatkan
konsentrasi sperma yang awalnya encer dengan konsentrasi 25.000-350.000 sel per mm 3
menjadi lebih kental, maturasi (pematangan), deposisi (penyimpanan) tepatnya dibagian
cauda epididimis karena pada tempat ini mampu mampu mempertahankan kehidupan sperma
dan reabsorbsi cairan sperma agar lebih kental dengan penambahan konsentrasi. Blakely dan
Bade (1994) menambahkan bahwa didalam epididimis air diserapkembali guna
5
meningkatkan konsentrasi sperma. Hal tersebut didukung oleh Yusuf (2012) bahwa fungsi
epididimis yaitu transportasi, konsentrasi, maturasi, penyimpanan, dan reabsorbsi.
Vas deferens
Vas deferens adalah saluran yang menghubungkan epididimis dengan uretra untuk
menyalurkan sperma. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa fungsi vas
deferens adalah mengangkut sperma dari cauda epididimis ke uretra. Vas deferens
merupakan saluran lanjutan langsung dari epididimis yang berfungsi untuk mengalirkan
sperma. Ujung dari vas deferens membesar dan disebut ampula yang berfungsi sebagai
tempat deposisi sementara sperma yang akan diejakulasikan. Ujung vas deferens yang
membesar dekat uretra adalah ampula yang memiliki fungsi sebagai depot penyimpanan
jangka pendek untuk semen.
Kelenjar asesoris
Kelenjar asesoris merupakan organ reproduksi sekunder pada ternak jantan. Kelenjar
asesoris ada tiga macam yaitu vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper.
Kelenjar prostat menghasilkan sekreta yang bersifat alkalis yang berperan sebagai buffer
saat berada di saluran reproduksi betina yang bersifat asam dan memberikan bau yang
spesifik pada cairan semen. Kelenjar cowper atau biasa disebut dengan (kelenjar
bulbouretral) berjumlah sepasang dan terletak di belakang uretra. Kelenjar prostat adalah
salah satu kelenjar asesoris yang berfungsi menghasilkan cairan yang memberi bau khas pada
sperma. Sebelum terjadinya ejakulasi, kelenjar cowper mensekresikan mukus bening yang
6
menetralkan setiap urine asam yang masih tersisa di uretra. Sekresi dari kelenjar prostat dan
cowper berfungsi untuk membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urine dan kotoran-
kotoran lain sebelum ejakulasi. Kelenjar asesoris terdiri atas kelenjar vesikuler, kelenjar
prostat dan kelenjar bulbourethral yang berkontribusi besar terhadap volume cairan semen.
Vesikula seminalis merupakan salah satu kelenjar asesoris berjumlah sepasang yang terletak
dibelakang kantung kemih dan berfungsi menghasilkan cairan lengket dan keruh yang
mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa dan enzim yang berguna bagi sperma.
Penis
Penis merupakan organ kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan
penis. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1982) bahwa penis mempunyai dua
fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai
tempat keluarnya urin karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra. Penis adalah alat
kopulasi yang mendepositkan semen ke saluran genitalia betina. Penis mempunyai dua fungsi
utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina dan sebagai tempat
keluarnya urin. Uretra adalah saluran akhir dari sperma, yang berfungsi juga sebagai saluran
urin. Uretra yang memanjang dari vesika urinaria sampai ke ujung bebas penis sebagai
lintasan urin dan semen. Uretra adalah saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan
ampula ke ujung penis. Uretra berfungsi sebagai saluran ekskretoris baik urin maupun semen.
7
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi hewan jantan dan
peralatan antara lain pisau, pita ukur, dan kertas kerja.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi organ reproduksi sapi jantan
berat ......... kg.
Metode
Organ reproduksi sapi jantan diamati untuk kemudian diketahui fungsi dari masing-masing
organ reproduksi jantan tersebut. Masing-masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu
dilakukan pengukuran dengan seksama menggunakan pita ukur atau mistar ukur pada
masing-masing bagiannya. Semua hasil pengukuran dicatat dan di foto pada kertas kerja.
............................................................................................
Daptar Pustaka
8
BAB III
PENAMPUNGAN SEMEN DENGAN VAGINA BUATAN
1. PERSIAPAN PENAMPUNGAN
a. Persiapan ternak
Sebelum dilakukan penampungan semen maka ternak baik teaser (ternak pemancing) maupun
bull (ternak yang akan ditampung semennya) harus dimandikan dan dalam keadaan bersih.
Kandang penampungan harus selalu dalam keadaan bersih & tenang
Kandang penampungan diberi matras atau serbuk gergaji yang sedikit basah
Teaser harus dalam keadaan bersih & kering terutama dibagian belakang
Masukkan teaser kedalam kandang kawin, dengan leher dijepit
Posisi ekor teaser dibuat seolah-olah menutupi vulva dengan mengikat ujung ekor
dengan tali & ujung tali diikatkan kebagian leher melalui bagian dasar perut teaser
Bagian pantat teaser dibilas dengan desinfektan
Praeputium bull dicuci dengan air hangat & bilas dengan larutan NaCl fsiologis
hangat, kemudian dilap dengan tissue
9
Siapkan air panas suhu 50 – 55 oc, buka tutup lobang air VB kemudian isi dengan air
panas secukupnya kemudian tutup kembali.
Sebelum dipakai VB terlebih dahulu diberi pelicin steril dengan cara mengoleskan
kedalam VB (1/3 panjang VB) dengan menggunakan batang gelas
Selalu cek temperatur VB sekitar 41 – 45 oc & berikan pada saat yang tepat kepada
kolektor
e. Prosedur penampungan
Petugas pembawa pejantan membawa ternak didekatkan kebagian pantat teaser
Kolektor harus selalu siap untuk menampung, berdiri disebelah kanan dengan posisi
sejajar dengan kaki depan sapi pejantan
Pejantan akan mencium-cium pantat teaser & ber “flegmen” yaitu mengangkat
kepala sambil mencibir hingga terlihat bagian gusi atas yang tidak bergigi.
Penis mulai ber-ereksi ditandai dengan keluarnya cairan dari preputium & gland
penis muncul dari preputium
Handling/tesing yaitu pada saat pejantan menaiki teaser maka kolektor dengan
menggunakan tangan kiri yang berglove memegang bagian preputium &
mengarahkannya kesamping agar penis tidak menyentuh pantat teaser.
Biarkan pejantan menaiki teaser beberapa kali sambil di “teasing” sehingga terlihat
mukosa penis benar-benar berwarna merah
Pada saat ini kolektor memberikan aba-aba agar vagina buatan (VB) disiapkan
10
Pada saat pejantan menaiki kembali , saat itu pula arahkan ujung penis masuk
kedalam VB. Pada saat ini terjadi ejakulasi dimana pejantan akan menjepit teaser &
bergerak mendorong/ melompat
Biarkan penis tetap didalam VB & diikuti sampai pejantan turun, kemudian tarik VB
secara perlahan lepas dari penis
Putar VB membentuk angka 8 agar keseluruhan semen turun ketabung. Kemudian
buka kantong pelindung diberi label untuk kode pejantan & ditutup kembali
Semen yang tertampung berikut kantong pelindung tabung segera dibawa &
diserahkan ke petugas lab untuk dievaluasi .
TUGAS PRAKTIKAN
1. Tulis Nama Balai yang memproduksi semen, nama bull yang ditampung saat praktikum,
Ras/bangsa bull yang ditampung saat praktikum, serta kode bull yang ditampung saat
praktikum
BAB IV.
EVALUASI SEMEN SEGAR
a. Peralatan & bahan:
Mikroskop cahaya, gelas objek, cover glass, stik gelas, haemocytometer, pipet eritrosit,
counter (alat penghitung), kertas lakmus (pH 6 – 7), NaCl fisiologis, eosin, alkohol, kapas
& tissue, alat tercanggih saat ini adalah Spectophotometer
Larutan eosin 2 % : larutan yang mengandung eosin sebanyak 2 % yang akan berdifusi ke
dalam sel yang dindingnya sudah rusak
b. Prosedur pemeriksaan semen segar
SECARA MAKROSKOPIS
Baca volume semen ditabung gelas yang berskala
11
Warna semen dilihat langsung dari tabung sperma, biasanya berwarna putih susu,
krem atau kuning
Kekentalan dilihat dengan cara memiringkan tabung semen secara perlahan &
mengembalikan keposisi semula. Cairan semen encer, sedang & kental
Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas lakmus. Semen segar
memiliki pH 6,2 – 6,8
Bau semen segar dilakukan dengan cara menghirup bau disekitar mulut tabung
semen
TUGAS PRAKTIKAN
1. Setelah proses penampungan selesai, selanjutnya semen tersebut dibawa ke
laboratorium untuk diproses lebih lanjut. Tuliskankan berapa :
a. volume : ml
b. warna semen :
c. konsentrasi :
d. pH :
2. Tuliskan persyaratan-persyaratan pemeriksaan secara makroskopis yang harus
dipenuhi untuk bisa diproses lebih lanjut (pemeriksaan secara mikroskopis)
SECARA MIKROSKOPIS
Dengan menggunakan mikroskop cahaya atau elektrik dengan pembesaran 10 x 10 atau
40 x 10, yang perlu diperhatikan adalah kondisi semen segar yang diperiksa dibawah
mikroskop harus dalam keadaan hangat dengan suhu 37 – 38 oc karena standard
pemeriksaan dilakukan pada kondisi sel sel spermatozoa bergerak secara optimal. Untuk
itu perlu dijaga agar objek yang digunakan sebelumnya dalam keadaan hangat dengan
suhu 37 – 38 oc.
Pemeriksaan secara mikroskopis meliputi :
a. Gerak massa
Dengan menggunakan ose diambil semen segar satu mata ose atau dengan ujung stik
glas & diletakkan pada objek glas. Tanpa ditutup cover glass dilihat dibawah mikroskop
dengan pembesaran 10 x10 untuk melihat gerakan masa sperma, dengan cara penilaian
sbb.
o : tidak ada gerak massa sperma
1+ : gerak massa sperma lemah
2+ : gerak massa berupa gelombang awan tipis, jarang & sedang
12
3+ : gerak massa berupa gelombang awan tebal, gelap, cepat ber-pindah2 tempat
4 + : gerak massa berupa gelombang awan tebal, gelap & ber-pindah2 sangat cepat.
13
GBR. SPECTOPHOTOMETER
TUGAS PRAKTIKAN
1. Dari hasil pemeriksaan secara mikroskopis, maka tulis hasil yang didapatkan yaitu :
i. gerak massa :
ii. motilitas sperma :
iii. konsentrasi :
2. Tuliskan persyaratan minimal semen segar yang diperiksa secara mikroskopis untuk
dapat diproses lebih lanjut.
BAB V
PENGENCERAN SPERMA
Pengenceran adalah penambahan volume semen yang baru diejakulasikan dari seekor
pejantan dengan bahan pengencer agar dapat digunakan untuk menginseminasi sejumlah
ternak betina.
Semen segar dapat diencerkan 30 – 250 kali, tergantung dari konsentrasi spermatozoa,
fertilitas/motilitas semen & konsentrasi yang diinginkan pada setiap straw/kemasan/dosis
yang akan diproduksi.
Prinsip dasar pengenceran adalah selain menambah volume semen juga mampu
memperpanjang umur sel-ael spermatozoa.
Dengan kemajuan teknologi saat ini maka bahan pengencer sudah ada diproduksi yg
sudah siap pakai antar lain andromed.
BAB VI
14
PENGEMASAN SEMEN
Utk pembuatan semen beku, semen yg telah diencerkan selanjutnya dikemas dlm mini
straw. Sedangkan utk semen cair pengemasan dilakukan dgn menggunakan tabung2 10 cc
(tabung venoject) ditutup & disimpan dlm lemari es.
Pengemasan dlm mini straw dpt dilakukan dgn menggunakan mesin (filling & sealing
machine) & dpt juga secara manual.
1. Menggunakan filling & sealing machine
a. Peralatan & bahan
- filling & sealing machine (minitub atau imv)
- jarum pengisi & penghisap
- selang pengisi & penghisap
- corong plastik khusus utk tempat semen yg sdh diencerkan
- straw yg sdh diidentifikasi
- semen yg sdh diencerkan
- cool top
b. Prosedur penggunaan mesin
- proses filling & sealing dilakukan didlm cool top yg bersuhu 3 – 5o c
- memasang jarum penghisap, corong tempat semen & jarum pengisi pd tempatnya
masing2.
- memasukkan straw yg akan diisi pd tempatnya
- menjalankan mesin & mengatur letak straw
- mengatur jarum supaya bisa masuk kedlm straw
- memasukkan semen yg sdh diencerkan kedlm corong semen
- menghidupkan mesin penghisap & mesin brounson
- menghidupkan mesin filling & sealing
- mengawasi straw yg sedang diisi
- menghitung straw dgn menggunakan rak.
Filling and sealing : Salah satu tahapan proses pembuatan semen beku, yaitu pengisian
semen cair ke dalam kemasan serta penutupan kemasan sebelum dibekukan.
15
FIILING AND SEALING MACHINE
SEMI AUTOMATIC AUTOMATIC
Utk proses pembuatan semen beku (mini straw dgn konsentrasi 25 x 10 6 ) selanjutnya
dilakukan proses ekuilibrasi & pembekuan.
BAB VII
EKUILIBRASI
Straw yg sdh diisi & diseal disusun pd rak straw & diletakan pd suhu 3 – 5 o c,
didiamkan selama 2,5 – 4 jam (ekuiblirasi tercapai)
Jika rak straw terbatas, maka straw dpt disusun pd kardus tebal yg ukurannya sesuai
dgn panjang straw (straw tdk boleh ditumpuk).
EKUILIBRASI : Proses penyesuaian sperma dengan kondisi lingkungan yang
merupakan tahap persiapan sperma untuk menjalani penurunan suhu agar
kerusakan/kematian sperma akibat penurunan suhu dapat diminimalisasi.
BAB VIII
PEMBEKUAN
16
a. Peralatan & bahan
Stryofoam ukuran 40 x 60 x 40 cm, rak straw, standar besi, penggaris, conteiner
kapasitas 34 liter, nitrogen cair
b. Prosedur pre freezing
Straw yg sdh disusun diatas rak (suhu 3 – 5 o c) diletakkan diatas nitrogen cair (± 1 cm
diatas permukaan nitrogen cair) selama 9 – 15 menit atau diperkirakan suhu straw
mencapai – 140o c.
Siapkan styrofoam ukuran 40 x 60 x 40 cm, letakkan standar besi setinggi 10 cm
didlm styrofoam. isi sturofoam dgn nitrogen cair sesuai dgn ukuran yg diharapkan &
letakkan rak straw diatas standar besi, kmdn tutup styrofoam & biarkan selama 9 – 15
menit.
c. freezing (pembekuan)
Setelah proses pre freezing selesai, segera straw dimasukkan dlm goblet & direndam
dlm nitrogen cair (suhu – 196o c) dlm konteiner. beri kode/label pd ujung tangkai canister
sesuai dgn pejtn.
Semen beku
Disimpan dlm rendaman nitrogen cair pd konteiner dgn kapasitas penyimpanan sesuai
yg dibutuhkan. utk menjaga stabilitas volume nitrogen cair yg menguap maka setiap
hari perlu dikontrol & dilakukan penambahan nitrogen cair secara berkala
BAB IX
Pemeriksaan kualitas semen II (post thawing motility = PTM)
Sebelum semen cair/beku didistribusikan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
secara mikroskopis kembali thp % hidup & motilitas sel spermatozoa yg bergerak aktif maju
kedepan (progresif) dgn cara sbb :
ambil secara acak 2 dosis straw dari 1 kode batch, kmdn thawing pd air hangat suhu
37o c selama 7 detik
keringkan dgn tissue, gunting kedua ujung straw (sumbat lab & sumbat pabrik),
kmdn gunting separoh bgn straw tepat di-tengah2 shg straw dpt dilipat menjadi dua
& cairan dari dlm straw menetes
teteskan sebanyak 1 tetes pd objek glass yg telah disiapkan diatas warmer plate &
tutup dgn cover glass
lihat dibawah mikroskop dgn pembesaran 10 x 10 dari minimal 5 sudut pandang utk
menghitung % spermatozoa yg masih hidup.
17
dgn pembesaran 40 x 10 dari minimal 5 sudut pandang dinilai
gerakan sel spermatozoa yg ber-gerak aktif kedepan (progresif) dgn nilai sbb :
0 = tdk ada gerakan
1 = gerakan lambat
2 = gerakan sedang
3 = gerakan cepat
Standar minimal utk semen beku :
- % hidup utk sapi = 40 %, kerbau = 30 %
- gerakan sperma sapi & kerbau adl 2
Standar minimal utk semen cair :
- % hidup utk sapi = 70 %, kerbau = 50 %
- gerakan sperma utk sapi & kerbau adl 2–3
Penulisan hasil PTM adl sbb : misal apabila diperoleh hasil ptm 70 % persentase
hidup dgn gerakan 3, maka ditulis 70/3.
KODE-KODE PEJTN
SAPI BALI = 01 SANTA GETRUDIS = 09
SAPI ONGOLE = 02 BELMOND RED = 10
F.H = 03 AUSTRALIAN MZ = 11
F.H HONGARIA = 3 DRUOGH MASTER = 12
BRAHMAN = 04 KERBAU = 13
HEREFORD = 05 BRANGUS = 14
SIMMENTAL = 06 TAURINDICUS = 15
CHAROLAIS = 07 MADURA = 16
LIMOUSINE = 08 ANGUS = 17
ARTI KODE PEJTN :
MISAL : Bull yang akan ditampung bernomor :
60012 6 = MENUNJUKKAN PEJANTAN SIMMENTAL
00 = TAHUN LAHIR PEJTN
12 = NO. URUT PEJANTAN DI BALAI YBS
ARTI BATCH NUMBER :
MISAL P.001 ===== P = TAHUN PRODUKSI SAAT INI
001 = NO. URUT PRODUKSI PADA THN TSB.
CONTOH STRAW YG TELAH DIPRINTING:
1. BIBD SUMUT 4. SIMMENTAL
18
2. TUNGGUL 3. S.005 5. 60012
KETERANGAN :
1. NAMA PRODUSEN SEMEN BEKU
2. NAMA PEJTN
3. BATCH NUMBER
4. RAS PEJTN
5. KODE PEJTN
I SAPI POTONG
BALI MERAH
MADURA HIJAU MUDA
BRAHMAN BIRU TUA
ONGOLE BIRU MUDA
SIMMENTAL PUTIH TRANSPARAN
LIMOUSINE MERAH MUDA/PINK
BRANGUS HIJAU TUA
ANGUS SALEM
HEREFORD COKLAT TUA
CHAROLISE KUNING
DROUGH MASTER COKLAT MUDA
BELMOND RED JINGGA
SANTA GERTRUDIS HIJAU POLOS
II SAPI PERAH
F.H ABU-ABU
TAURINDICUS MERAH ANGGUR
AUSTRALIAN MZ HITAM
III KERBAU UNGU/VIOLET
IV KAMBING KUNING HITAM
V DOMBA KUNING
19
PENYIMPANAN
Tugas Praktikan :
1. Tuliskan pada suhu berapa dan bahan pengencer apa yang dipergunakan
dalam proses pengenceran semen beku !
2. Tuliskan berapa jumlah straw yang digunakan !
3. Tuliskan pada suhu berapa dilaksanakan proses filling and sealing !
4. Tuliskan pada sahu berapa dan waktu yang dipergunakan untuk
ekuilibrasi dan pre freezing !
5. Tuliskan hasil PTM (Post Thawing Motility) yang dihasilkan sewaktu
praktikum !
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat.
Penerjemah: Srigandono, B. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2000. Prosedur Tetap (Protap)
Produksi dan Distribusi Semen Beku. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Standar Minimal Balai
Inseminasi Buatan Mini di Daerah. Jakarta.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3. R.
Hartono, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Farrer, Helen. 1996. Perawatan Maternitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Feradis, 2010. Reproduksi Ternak. Alfabet. Bandung
Partodiharjo, Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Toelihere M. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa Bandung.
Widayati, Tri D., Kustono, Ismaya, Sigit Bintara. 2008. Bahan Ajar Mata
Kuliah Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
20
Zenichiro K., Herlientin, Sarastina. 2002. Instruksi Praktis Teknologi Prosesing
Semen Beku Pada Sapi. Jica-BIB Singosari.
DISUSUN :
M. WASITO 090000001
DEWANTORO 090000002
21
SUDARMINI 090000003
TRI SUTRISNO 090000004
Halaman Pengesahan
LAPORAN PRAKTIKUM BIO KIMIA
Laporan ini diajukan dan di susun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikal
test mata kuliah bio kimia di laboratorium ilmu-ilmu dasar Universitas Pembangunan Panca
Budi medan
Medan,
22
Mengetahui, Pembimbing Praktikum
Ka.Ur. Lab.IID
............................... ......................................
Kata Pengantar
Berisikan tentang pengantar laporan
23
DAFTAR ISI
1. Praktikum I
2. Praktikum II
3. Praktikum III
24
PRAKTIKUM I
UJI PROTEIN
(Kertas Warna Sebagai Pembatas)
25
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan Praktiku
Bab II
Tinjauan Pustaka
Berisikan referensi – referensi yang menguatkan kegiatan praktikum
BAB III
Materi dan Metode Penelitian
A. Waktu dan tempat
B. Bahan dan Alat
C. Metode pelitian / Prosedur
BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
26
B. Pembahasan.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
27