Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KONSERVASI GIGI

PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

Oleh :

Octaviana Widya Pangestika


NIM. 170160100111006

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Diagnosis dan Rencana Perawatan

Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan.
Diagnosis tidak boleh ditegakkan tanpa melakukan pemeriksaan sendiri. Rasa sakit gigi non
endodontik harus dijadikan diagnosis banding (differential diagnosis) karena symptomnya
sering sama.
Untuk mencegah misdiagnosa dan menghilangkan kemungkinan adanya sakit orofasial non
endodontik
 Pastikan keluhan utama
 Informasi yg lengkap mengenai riwayat kesehatan umum dan gigi
 Lakukan pemeriksaan subjektif, objektif, radiograf yang optimal
 Analisa data-data yg diperoleh
 Tegakkan diagnosa dan rencana perawatan yang tepat
Kesalahan diagnosa akan menyebabkan :
 Perawatan dilakukan pada gigi yang salah
 Membahayakan jiwa, dokter gigi dan perawat
 Perawatan yang tidak tepat
 Ketidakpercayaan pasien dokter gigi

A. DIAGNOSIS
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat diperoleh,
berupa gejala atau masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya sendiri yang
berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat datang mencari perawatan, keluhan
utama dicatat dalam bahasa apa adanya menurut pasien.
2. Riwayat Kesehatan Umum
a. Data Demografis
Data demografis untuk mengidentifikasikan karakter pasien
b. Riwayat Medis
Suatu riwayat mendis lengkap tidak hanya membantu penegakkan diagnosis, tetaoi
juga menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap
infeksi, hal-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan, dan status
emosionalnya. Perlu mencatat formulir pemeriksaan singkat yang berisi penyakit
serius atau penyakit sistemik yang sedang dan pernah diderita, cedera serta
pembedahan yang pernah dialami, pengobatan yang sedan dan pernah
dikonsumsi, alergi atau kehamilan. Bila menderita penyakit sistemik yang dapat
mengalami komplikasi selama perawatan gigi harus konsultasi dengan profesi
kesehatan lainnya terlebih dahulu.
c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit yang berhubungan dengan gigi
dan mulut yang sedang dan pernah diderita. Riwayat ini berisi informasi mengenai
sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta jenis perawatan yang
pernah dilakukan. Informasi ini selain penting dalam penegakkan diagnosis juga
dapat menjadi acuan dalam rencana perawatan selanjutnya.
3. Pemeriksaan Subjektif
a. Penyakit Saat Ini
Pemeriksaan subjektif pada pasien keluhan rasa sakit harus teliti dan dalam
suasana yangmemungkinkan pasien menceritakan semua keluhannya. Data yang
diperlukan adalah : lokasi, kapan, karakter, keparahan, spontanitas, durasi,
stimulus, obat yg sudah dipakai dan pengaruh obat tersebut terhadap rasa sakit
pasien. Pasien tanpa keluhan subjektif lanjutkan ke pemeriksaan objektif bila dokter
gigi memperkirakan adanya kelainan pulpa/periapikal.
b. Aspek Rasa Sakit
Sejumlah aspek nyeri merupakan petunjuk kuat bagi adanya penyakit pulpa
dan/atau periradikuler sehingga bisa memberi petunjuk pula bagi perawatannya
yang sesuai. Aspek-aspek ini adalah:
1) Itensitas Nyeri
Nyeri itens adalah nyeri yang belum lama terjadi, tak dapat diredakan oleh
analgesik dan membuat pasien cepat ke dokter. Nyeri itens dapat timbul dari
pulpitis irreversibel, periodontitis apikal akut atau abses apikalis simtomatik
(akut). Nyeri yang ringan sampai sedang atau diderita pasien sudah lama tidak
dapat dipakai sebagai satu satunya tanda adanya penyakit pulpa.
2) Spontanitas Nyeri
Nyeri spontan timbul tanpa adanya stimulus, jadi nyeri timbul tanpa sebab. Bila
nyeri spontan disertai nyeri itens/sangat sakit, merupakan tanda dari pulpitis
irreversible atau periradikuler yang parah.
3) Kontinuitas Nyeri
Nyeri bersifat terus menerus walaupun stimulus sudah tidak ada. Nyeri terus
menerus akibat stimulus termal biasanya menandakan pulpitis irreversible.
Nyeri terus menerus akibat tekanan atau pemakaian gigi tersebut
mengindikasikan penyakit periradikuler.
4. Pemeriksaan Objektif
Untuk meyakinkan diagnosis, operator membandingkan pemeriksaan jaringan ekstra
dan intra oral dengan ada atau tidaknya kondisi patologis.
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Indikator keadaan menyeluruh pasien, ada tidaknya demam, asimetri wajah,
pembengkakan, diskolorisasi, warna kemerahan, bekas luka ekstra oral atau sinus
tract, pembengkakkan lymph nodes fasial atau servikal.
b. Pemeriksaan Intra Oral
 Jaringan Lunak
Melakukan pemeriksaan visual dan digital pada rongga mulut. Pemeriksaan
umum terhadap bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot – otot.
Pemeriksaan perubahan warna, inflamasi, ulserasi, dan pembentukan sinus
tract pada mukosa alveolar dan attached gingiva. Adanya sinus tract biasanya
menunjukkan adanya pulpa nekrotik atau periodontitis apikalis supuratif atau
kadang-kadang abses periodontal. Cara mengetahui asal lesi yaitu
meletakkan gutta percha ke sinus tract.
 Gigi Geligi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya diskolorisasi, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain.
1) Tes Klinis
- Pemeriksaan visual, dengan menggunakan kaca mulut dan
sonde/eksplorer lain untuk memeriksa karies yang luas, karies sekunder,
terbukanya/perforasi pulpa, fraktur mahota, restorasi yang rusak, dan
kebocoran daerah korona pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya.
- Gigi kontrol, merupakan bantuan berharga dalam pengetesan pulpa dan
periapeks dengan penggunaan kontrol/pembanding dengan gigi-gigi
yang sehat, yakni memberikan respons normal.
2) Tes Periapikal
- Tes Perkusi, tujuannya untuk menentukan adanya penyakit pulpa dan
penyakit periapikal. Cara melakukan yaitu dengan mengetukkan ujung
kaca mulut yang dipegang tegak lurus terhadap mahkota pada
permukaan insisal atau oklusal mahkota. Jika nyeri subjektifnya parah,
hindarkan pengetukan gigi tetapi tekanlah gigi perlahan-lahan dengan
ujung jari telunjuk. Untuk memperoleh perbandingan, lakukan juga tes
perkusi pada gigi kontrol. Nyeri yang berada dalam kisaran ringan
sampai moderat kemungkinan adalah inflamasi periontium, sedangkan
nyeri yang sangat tajam kemungkinan adalah suatu inflamai periapikal.
- Tes Palpasi, tujuannya untuk menentukan adanya proses inflamasi yang
sudah sampai ke periapikal. Palpasi dilakukan dengan menekan mukosa
di atas apeks dengan cukup kuat menggunakan ujung jari dan
hendaknya memakai paling sedikit satu gigi pembanding. Respon positif
menandakan adanya inflamasi periapikal yang sudah mencapai tulang
dan mukosa.
3) Tes Kevitalan Pulpa
Test vitalitas gigi hanya dapat memberikan informasi bahwa masih ada
jaringan syaraf yg mengantar impuls sensori, bukan menunjukkan bahwa
pulpa masih normal. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
1. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputiaplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
a. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50°C). Aplikasi
tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan
cotton roll maupun rubber dam.
2) Mengeringkan gigi yang akan dites.
3) Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4) Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
5) Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila
tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut
non vital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu
apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva.
Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi
yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
b. Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan
terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan
yaitu gutta perca panas, compound panas, alattouch and heat dan
instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta perca
merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
1) Isolasi gigi yang akan di periksa.
2) Gutta perca dipanaskan diatas bunsen.
3) Gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi.
Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian
bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca
menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-
apa menandakan gigi sudah non vital.
2. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara
melubangi gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap
pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan
dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit, dan non vital jika tidak
ada sakit.
3. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat
karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan
nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah
nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital.
4. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan
Electronic Pulp Tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan
alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi
konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya
memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu
jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan
gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan
pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik,
keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena
beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak
atau restorasi, ak ar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai
habis.
4) Pemeriksaan periodontium
Tes ini sangat penting untuk membedakan penyakit endo dan perio
a. Probing periodontal, tujuannya untuk mengetahui destruksi tulang dan
jaringan lunak periodontal, level perlekatan jaringan periodontal, perluasan
lesi periapilal ke servikal, serta menentukan prognosis perawatan. Prognosis
baik apabila pulpa nekrosis dengan drain melaluivpoket periodontal.
Prognosa meragukan apabila pulpa vital, destruksi periodontal berat.
Prognosa buruk apabila pulpa nekrotik, penyakit periodontal berat. Caranya
yaitu dengan melakukan probing sepanjang permukaan akar dan furkasi,
diukur, dicatat dan dievaluasi. Lakukan anastesi bila sakit.
b. Tes mobilitas, tujuannya untuk menentukan status ligamen periodontal
dan prognosis bagi setiap macam perawatan. Mobiliti yang disebabkan lesi
periapikal akan berkurang setelah dirawat. Caranya yaitu dengan
menempatkan dua gagang kaca mulut pada aspek lingual/palatal dan aspek
fasial, kemudian lakukan penekanan dengan arah lingual/palatal-fasial.
Gerakan lebih dari 2-3mm menandakan bahwa harapan keberhasilan
perawatan saluran akar sangat sedikit jika penyebab utama mobilitas adalah
penyakit periodontium dan bukan patosis periapikal.
5. Pemeriksaan Radiografis
Pemeriksaan ini menjelaskan berbagai gambaran radiopak dan radiolusen pada
radiografi. Tujuannya mengidentifikasi ada tidaknya penyakit, memberikan informasi ciri
khas radiografik dan perluasan suatu penyakit diferensial diagnosis.
Namun pemeriksaan radiograf memiliki kelemahan, yaitu:
1. Hanya dapat mendeteksi kerusakan yang sudah melibatkan tulang medullari dan
kortikal.
2. Hanya menunjukkan gambaran dua dimensional.
3. Perubahan angulasi dapat merubah bentuk lesi. Periksa adanya karies, restorasi
yang buruk dan perawatan saluran akar yang sudah pernah dilakukan pada gambaran
radiografi.
Ciri-ciri lesi periapikal yang dapat terlihat pada pemeriksaan radiograf yaitu:
1. Hilangnya lamina dura di regio apikal.
2. Lesi radiolusen tetap berada di apeks gigi walaupun angulasi diubah
3. Umumnya lesi berbentuk air mata. Biasanya lesi periapikal berhubungan dengan
pulpa nekrosis. Bila lesi ditemukan pada gigi vital menunjukkan bukan lesi endodontik
dengan struktur normal.

B. RENCANA PERAWATAN
Indikasi perawatan bergantung pada diagnosis dan situasi individual. Variasi atau
perubahan opsi perawatan yang spesifik ditentukan oleh keadaan dan waktunya.
1. Diagnosis Pulpa
a. Pulpa Normal atau Pulpitis Reversible. Pasien dengan pulpitis reversible
biasanya ditangani dengan membuang penyebabnya kemudian diikuti dengan
restorasi. Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi. Tidakan lain adalah
membuang semua dentin yang karies, kemudian diatas dentin yang tersisa
diberikan pelapik yang biokompatibel, perawatan ini dinamakan pulp capping. Pulp
capping terbagi menjadi dua yaitu pulp capping indirect dan direct. Indikasi
perawatan pulp capping indirect yaitu pembuangan jaringan dentin yang karies
namun masih menyisakan 1-2mm dentin atau diperkirakan tidak begitu merusak
seperti terbukanya pulpa. Indikasi pulp capping direct yaitu terbukanya pulpa
secara mekanis (tidak sengaja) yang dapat terjadi pada saat preparasi kavitas
namun jaringan pulpanya masih normal. Pulp capping indirect dilakukan apabila
kurang dari 24 jam setelah terbukanya pulpa.
b. Pulpitis Irreversible. Pada kasus ini biasanya diperlukan perawatan saluran akar,
pulpotomi, pulpektomi sebagian (parsial), atau pencabutan. Yang paling tepat
adalah pembuangan seluruh jaringan pulpa, karena upaya mempertahankan pulpa
yang telah rusak kemudian melakukan pulp capping dalam jangka panjang akhirnya
sering gagal. Jaringan pulpa akan terbuang smeua hanya jika prosedur
pembersihan dan pembentukan saluran akar telah benar-benar selesai.
c. Nekrosis. Pada kasus ini yang dapat dilakukan adalah perawatan saluran akar
atau pencabutan. Seluruh debris nekrosis dapat dikeluarkan pada kunjungan
pertama, termasuk penentuan panjang kerja dan pembersihan serta pembentukan
yang sempurna. Instrumentasi yang cermat dan irigasi yang banyak penting
dilakukan.
2. Diagnosis Periapikal
a. Normal. Pada keadaan normal tidak diperlukan perawatan khusus.
b. Periodontitis Apikalis Akut. Karena kasus ini adalah lesi inflamasi kecil tapi
sangat nyeri, perawatan khusus biasanya tidak diperlukan. Penting untuk
membuang jaringan pulpa yang terinflamasi atau debris nekrosis dan iritan lainnya.
Nyeri diakibatkan oleh tekanan cairan eksudat, akan berkurang dan membantu
meredakan nyeri dengan dilepasnya sejumlah eksudat ke dalam ruang saluran akar
ketika dilakukan open bur. Setelah itu, guna menghambat bakteri pada pulpa yang
nekrosis, dapat diberikan hidroksida kalsium di dalam saluran akar dan aksesnya
ditutup dengan pelet kapas dan tumpatan sementara.
c. Periodontitis Apikalis Kronis. Lesi ini disebabkan oleh pulpa yang nekrosis. Yang
dipakai sebagai medikamen intrakanal adalah hidroksida kalsium yang diletakkan di
dalam saluran akar dan aksesnya ditutup dengan pelet kapas dan tumpatan
sementara.
d. Abses Apikalis Akut. Karena lesi ini disertai dengan nyeri dan/atau
pembengkakan, diperlukan cara perawatan yang berbeda. Yang paling penting
adalah debridement iritan dari ruang saluran akar, oleh karena itu diperlukan
pembersihan dan pembentukan saluran akar yang sempurna disertai dengan irigasi
yang mencukupi dan hati-hati. Urutan kedua yang penting adalah drainae melalui
gigi atau jaringan lunak. Perawatan yang dilakukan (insisi dan drainase) bervariasi
bergantung pada ada tidaknya pembengkakan, luas daerah yang terkena, dan
faktor-faktor lain.
e. Periodontitis Apikalis Supuratif (Abses Apikalis Kronis). Lesi ini biasanya
asimtomatik berkat adanya abses intra maupun ekstra oral. Oleh karena itu, tidak
diperlukan upaya perawatan yang khusus. Namun kunci keberhasilannya adalah
debridement. Pada umumnya saluran akar akan menutup dalam beberapa hari
atau satu bulan jika debridement dan pengisian saluran akarmya dilakukan dengan
baik. Hidroksida kalsium diletakkan dalam saluran akar dan kavitas akses, yang
kemudian ditutup dengan pelet kapas dan tumpatan sementara sampai menunggu
kunjungan berikutnya.

Daftar Pustaka
1. Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek,
edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
2. Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai