Anda di halaman 1dari 32

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Danpusdikkes


PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN Nomor Kep / 51 / X / 2016
Tanggal 31 Oktober 2016

PENGANGKUTAN ORANG LUKA DAN IMPROVISASI / PIONIR KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Korban suatu pertempuran atau kecelakaan dapat saja terjadi di


sembarangan tempat dan waktu. Namun tindakan pertolongan tetap harus
diberikan sesuai standar pertolongan yang baku.

b. Pertolongan yang harus dilakukan pada setiap korban haruslah diberikan


secara cepat, tepat dan akurat sesuai kebutuhan kedaruratan yang ditemukan.
Pada keadaan – keadaan tertentu pertolongan tidaklah mungkin dilakukan di
tempat kejadian karena ancaman keamanan bagi penolong maupun korban.

c. Dalam keadaan seperti ini maka keputusan untuk memindahkan korban


secara cepat harus segera dilakukan oleh penolong. Hal yang mendasar dalam
memindahkan korban tentulah tidak boleh memperparah kondisi cederanya. Dalam
satuan kesehatan lapangan dalam melaksanakan tugasnya sering terbentur pada
masalah perangkat yang dibawanya, dimana perangkat tersebut ada kalanya tidak
dapat digunakan atau tidak mencukupi, sehingga terpaksa harus dapat
memanfaatkan bahan – bahan yang ada/improvisasi di sekitarnya sehingga tujuan
dapat tercapai.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Diktukpa Sus Tahap II Kecabangan Kesehatan.

b. Tujuan. Agar Pasis Diktukpasus mengerti dan dapat melaksanakan


pengangkutan orang luka,improvisasi dan pionir kesehatan sebagai bekal dalam
pelaksanaan tugas di satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Dasar-dasar POL.
c. POL tanpa tandu.
d. POL dengan tandu.
e. POL dalam berbagai Situasi dan Kondisi Medan.
f. Bahan – bahan yang dapat dipergunakan dalam pembuatan alat-alat
kesehatan darurat.
g. Cara – cara membuat alat pengangkutan untuk penderita.
h. Evaluasi Akhir Pelajaran.
2

i. Penutup.
4. Pengertian.
RAHASIA
a.Kata Improvisasi berasal dari :

1) Bahasa Perancis Emprever artinya merubah suatu keadaan yang


lebih baik.

2) Bahasa Inggris Improve artinya maju.

b. Improvisasi ialah dalam keadaan darurat kita dapat menggunakan bahan –


bahan / alat – alat apa saja yang ada di sekitar kita pada saat untuk mencapai
tujuan.

c. Pionir kesehatan ialah pekerjaan – pekerjaan pionir yang ada hubungan


dengan kesehatan yang dilaksanakan oleh Satuan-satuan Kesehatan (bukan Zeni)
untuk kepentingan taktis militer.

d. Pekerjaan – pekerjaan improvisasi dan pionir kesehatan senantiasa bersifat


sementara tidap tetap, sehingga memiliki ciri – ciri khusus yaitu mudah dibuat dan
dibongkar.

BAB II
DASAR – DASAR PENGANGKUTAN ORANG LUKA

5. Umum. Harapan sembuh bagi penderita dimedan tempur sangat ditentukan


melalui korban ditemukan, sampai mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat,
maka perlu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dengan cara – cara tertentu
agar tidak bertambah parah sakit / luka yang dideritanya.

6. Pengangkutan Tidak Darurat.

a. Pengangkutan tidak darurat dilakukan jika situasi dan kondisi tempat


kejadian memungkinkan untuk dilakukannya pertolongan pertama / darurat.
Pengangkutan tidak darurat ditujukan memindahkan korban menuju fasilitas
kesehatan yang lebih mampu dalam rangka mendapatkan pertolongan lanjutan.

b. Dalam pertolongan darurat di lapangan yang bersifat menyelamatkan


jiwa harus terlebih dahulu, diantaranya adalah :

1) Tidak ada masalah dengan gangguan jalan nafas dan pernafasan,


selama proses pengangkutan dilaksanakan.

2) Perdarahan terkontrol, harus sudah dikendalikan dengan


menggunakan pembalut tekan, tujuannya adalah mencegah perdarahan
yang lebih banyak agar kemungkinan penderita jatuh pada keadaan syok
dapat dicegah.
3

3) Ancaman syok sudah diantisipasi / syok teratasi, saat penderita


mengalami cedera misalnya pada perdarahan didalam rongga perut
keadaan ini antisipasi terjadinya syok harus sudah dilakukan dengan
pemasangan infus.

4) Imobilisasi pada patah tulang/kecurigaan patah tulang sangat


penting dilakukan pada saat pemindahan penderita dengan tujuan
mengurangi rasa sakit akibat gerakan – gerakan selama pemindahan dan
untuk mencegah kemungkinan komplikasi patah tulang.

5) Luka yang cukup serius telah dibalut dengan maksud


untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera lebih lanjut, perdarahan atau
infeksi selama pengangkutan.

7. Pengangkutan Darurat.

a. Pengangkutan darurat dilakukan jikasituasi dan kondisi tempat kejadian tidak


memungkinkan untuk dilakukannya pertolongan pertama / darurat, misalnya pada
daerah pertempuran dimana ancaman tembakan musuh masih tinggi, dikeramaian
lalu lintas atau ancaman runtuhan gedung atau bahaya kebakaran.

b. Keadaan lain yang mengharuskan pengangkutan darurat dilakukan adalah


keadaan dimana penderita berada pada area yang sempit dan tidak ada ruangan
yang cukup untuk melakukan tindakan pertolongan. Misalnya korban yang terjepit
di dalam kabin kendaraan, korban berada didasar jurang yang sempit dan lain –
lain.

c. Pengangkutan darurat ditujukan untuk memindahkan korban dari tempat


kejadian dalam rangka untuk memberikan pertolongan pertama. Teknik
pemindahan darurat disebut juga teknik Ekstraksi.

d. Hal yang harus dilakukan pada pemindahan darurat adalah menjaga agar
jalan nafas bebas dari sumbatan. Oleh karenaitu pada setiap pemindahan darurat
terhadap korban trauma atau penderita penyakit – penyakit tertentu penilaian jalan
nafas dan jaminan jalan nafas yang bebas mutlak dilakukan.

8. Ketentuan Dasar untuk Pengangkut. Ketentuan-ketentuan berikut adalah


pedoman bagi setiap pengangkut agar tujuan dan proses POL dapat berjalan dengan baik
tanpa menyebabkan cedera pada pengangkut atau memperburuk kondisi korban.

a. Gunakan gerakan – gerakan yang alami dari sistem tubuh, baik pada saat
b. mengangkat maupun berpindah tempat.
b. Ketahui dengan baik kemapuan dan batasan kemapuan fisik sendiri.
c. Selalu memperhatikan tumpuan kaki yang kokoh saat bergerak.
Gunakan otot – otot lengan bukan otot punggung saat mengangkat atau
menurunkan korban.
d. Pertahankan posisi punggung yang lurus dan gunakan otot lengan, bahu
dan otot paha untuk berdiri pada saat mengangkat korban.
e. Istirahat secara teratur jika memungkinkan selama mengangkut korban.
4

f. Secara prinsip senjata dan perlengkapan perorangan korban yang diangkut


tidak harus dibawa oleh pengangkut. Mintalah bantuan orang lain untuk
membawanya.

9. Keharusan Anggota POL.

a. Setiap anggota pengangkutan orang luka, harus mengetahui sungguh-


sungguh tentang peraturan – peraturan pengangkutan orang luka, hingga terdapat
keseragaman dalam pelaksanaan serta timbul kerjasama yang baik antara
anggota pengangkut.

b. Setiap anggota pengangkutan orang luka, harus memiliki ketrampilan


yang-
tinggi, yang didapat dari latihan – latihan menurut cara tertuntu. Tata cara
pengangkutan orang luka memerlukan aba – aba yang tertentu pula, karena itu
diingat betul bahwa mengangkut orang luka bukan suatu parade, agar jangan
membuat keadaan penderita menjadi buruk, semua gerakan dalam mengangkut
orang luka dilakukan bersama – sama, namun tidak patah – patah. Aba – aba
dilaksanakan lebih panjang untuk memberi kesempatan kepada pengangkut
memikirkan gerakan – gerakan yang akan dilakukan berikutnya.

c. Latihan-latihan untuk memperoleh keterampilan harus dilakukan secara


teratur dan berurutan (sistematis) supaya dapat diperoleh pengalaman dan disiplin
yang perlu bagi pengangkutan orang luka. Sudah barang tentu perlu ditekankan
bahwa sistim/cara pengangkutan yang dilakukan dalam latihan-latihan keadaan
yang sesungguhnya, setidak-tidaknya tak akan mempunyai tempo/waktu
pelaksanaan yang sama dengan keadaan yang sesungguhnya. Cara/sistim
pengangkutan adalah sekedar penolong bagi instruksi/latihan, karena gerakan-
gerakan yang tidak sama dari pada pengangkut dapat mengakibatkan tergesernya
letak si penderita dan ini dapat membahayakan.

10. Komandan POL. Untuk memperoleh gerakan-gerakan yang sama ditunjuk


seorang menjadi Komandan dari pada pengangkut (tandu) tadi. Komandan ini
memberikan petunjuk-petunjuk, aba-aba dan meneliti pelaksanaan pengangkutan supaya
gerakan-gerakan dijalankan hati-hati diberikan aba-aba peringatan dan aba-aba
pelaksanaan.

a. Aba-aba peringatan harus diucapkan dengan pendek dan jelas, bagi para
anggota pengangkut (tandu) merupakan tanda bahwa tidak lama lagi akan
menyusul aba-aba untuk melakukan gerakan tertentu.

b. Aba-aba pelaksanaan, tidak diberikan dengan suara memerintah karena


mengakibatkan suatu gerakan yang mengejutkan, yang merupakan hal-hal yang
tidak dikehendaki oleh karena itu aba-aba pelaksanaan harus diucapkan dengan
tenang dan agak panjang serta terang, supaya gerakan yang segera menyusul
akan dilakukan secara berturut-turut dan halus.
5

11. Tehnik Ekstraksi. Ekstraksi adalah pemindahan darurat penderita dari tempat
kejadian menuju tempat yang lebih aman dan memungkinkan untuk dilakukannya
pertolongan pertama/ darurat. Prinsip dari pemindahan darurat ini adalah jalan nafas
harus terbuka dan memperhatikan kemungkinan terjadinya cedera pada leher dan tulang
belakang. Contoh-contoh keadaan dimana korban tidak memungkinkan diberikan
pertolongan di tempat kejadian adalah :

a. Korban kecelakaan lalu lintas yang terjepit diantara ruang :

1) Penumpang dengan badan kendaraan atau korban berada di kolong


kendaraan.

2) Korban ledakan bom yang terhimpit reruntuhan bangunan.

3) Korban yang berada dalam tekanan tembakan musuh.

b. Ketentuan Dasar Ekstraksi.

1) Periksa dengan cepat dan teliti lokasi kejadian, temukan adanya


ancaman lingkungan yang dapat membahayakan korban maupun penolong.
Diantaranya adalah :

a) Bahaya kebakaran atau potensi kebakaran.


b) Bahaya ledakan, tembakan.
c) Bahaya runtuhnya bangunan.
d) Bahaya keracunan gas.
e) Bahaya lalu lintas.

2) Segera lakukan penilaian korban. Jika ditemukan kedaruratan yang


tidak memungkinkan diatasi di tempat kejadian karena ruangan yang tidak
memungkinkan atau adanya ancaman yang nyata, maka ekstraksi harus
segera dilakukan misalnya :

a) Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi dengan sapuan


jari atau perbaikan posisi kepala.
b) Henti jantung paru.
c) Cedera dada atau jalan nafas yang mengancam pernafasan.
d) Syok atau perdarahan yang susah dikendalikan.

c. Teknik Ekstraksi.

1) Secara tehnis cara yang terbaik untuk ekstraksi adalah dengan


menggunakan :

a) Skope Strecher.
6

b) Long Spine Board / short Spine Board.

c) Vakum Matras.

2) Tehnik Ekstraksi tanpa Tandu dilakukan jika tidak tersedia Tandu.


Cara yang digunakan adalah :

a) Menyeret dengan tarikan tangan. Cara ini dilakukan jika


didapatkan cedera pada kedua tangan korban. Kerawanan yang
terjadi adalah kemungkinan kepala korban terbentur benda keras
pada saat ditarik.

b) Menyeret dengan tarikan baju. Jika didapatkan cedera pada


kedua tangan maka tehnik menyeret dilakukan dengan tarikan pada
baju. Pergelangan tangan penolong digunakan untuk melindungi
kepala korban dari kemungkinan benturan saat ditarik.

c) Menyeret dengan menggunakan kopel. Cara ini digunakan


jika korban tidak memungkinkan untuk ditarik searah dengan posisi
tubuh korban sehingga harus ditarik menyamping.
7

d) Menyeret dengan cara menggantung.

e) Menyeret melalui anak tangga.


8

12. Evaluasi.

a. Bagaimana pengangkutan orang luka jika dalam keadaan darurat ?

b. Sebutkan ketentuan dasar untuk pengangkut !

c. Bagaimana keharusan anggota POL ?

d. Jelaskan pengertian ekstraksi !

e. Jelaskan cara teknis yang terbaik cara melakukan ekstraksi !

BAB III
PENGANGKUTAN ORANG LUKA TANPA TANDU

13. Umum. Pengangkutan korban tanpa tandu adalah cara yang paling
sederhana dan dapat dilakukan dimana saja. Oleh karena itu cara ini dikuasai dan
dipahami oleh setiap pengangkut.

a. Bukan merupakan teknik ekstraksi.


b. Mengutamakan kecepatan pemindahan, bukan kenyamanan korban.
c. Mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memperburuk cedera yang
dialami korban.
d. Sarana tandu tidak tersedia atau kondisi taktis di medan tidak
memungkinkan penggunaan tandu.
e. Jarak yang dapat ditempuh tergantung pada beberapa faktor, diantaranya :
kekuatan dan daya tahan pengangkut, berat badan korban, kondisi cedera serta
kondisi medan yang dilintasi.

14. Posisi korban. Langkah pertama dari pengangkutan korban tanpa tandu
adalah mengatur posisi korban. Pada korban yang sadar pengangkut dapat mengatakan
tentang cara dan posisi korban dalam pengangkutan, sehingga korban akan dapat
bekerja sama selama proses pengangkutannya, Pada korban yang tidak sadar seringkali
posisi korban harus digulingkan agar tertelungkup atau terlentang sesuai cara
pengangkutan yang akan dilakukan.

15. Macam – macam Pengangkutan Tanpa Tandu.

a. Pengangkutan Orang Luka oleh Satu Orang.


9

1) Menjulang.

a) Pengangkut jongkok menyisipkan tangannya di bawah ketiak


penderita, yang tidur terlentang.
b) Penderitadiberdirikansambilditarikkebelakang.
c) Pengangkut berputar kedepan korban, kemudian pengangkut
berlutut dan letakkan tulang kemaluan korban dipundak penolong,pegang
lengan tangan dan kaki korban (lihat gambar)
d) Tangan kirilkanan pengangkut bertumpu ke tanah dan mulai
berdiri
e) Betulkan letak penderita dan usahakan tulang kemaluan penderita
terletak dipundak penolong (kalau perut dipundak menimbulkan sakit
karena tekanan tersebut.

f) Mulailah berjalan.

g) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun
tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan
secara cepat

h) Kerugian
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 300 m
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang
tidak rata.

i) Larangan
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera
tulang belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan, cedera
perut dengan perdarahan hebat.
(2) Tidak boleh diiakukan pada korban dengan dugaan patah
tulang Paha.

2) Memapah.
10

a) Pengangkut berdiri disamping tungkai penderita yang sakit


sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang tungkai
penderita.
b) Satu tangan penolong memegang pergelangan tangan
penderita dirangkulkan melalui tengkuk dan dipegang.
c) Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang penderita
dari belakang.
d) Kemudian penderita disuruh berjalan, penolong mengikuti
( tidak boleh mendahului ).

e) Keuntungan.
(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
(2) Jarak tempuh relatif jauh, sesuai kemampuan korban

f) Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk pengangkutan


korban tidak sadar atau terlalu lemah sehingga tidak mampu berdiri.

g) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang Paha

3) Membopong
11

a) Penderita didudukan diatas paha penolong.


b) Pengangkut mengapunya ( tangan penolong dibawah kedua
paha penderita sedang tangan yang lain merangkul dibelakang
punggung penderita ).
c) Penderita merangkul penolong.
d) Penolong berdiri perlahan – lahan.
e) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
Maupun tidak sadar
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

f) Kerugian
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 50 meter
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada Medan
yang tidak rata.
g) Larangan. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan
dugaan cedera tulang belakang.

4) Menggendong.

a) Menggendong cara biasa. Dilakukan terhadap penderita yang


sadar dan kuat untuk memegang pengangkut, tidak ada luka dibagian
dada dengan dan tidak ada patah tulang.

b) Menggendong cara ransel.


12

(1) Gunakan dua buah kopelriem yang diperpanjang dan


disambung.
(2) Tempatkan sambungan kopelriem di bawah pahan dan
(3) punggung penderita pada posisi terlentang.
(4) Buka kedua kaki penderita secukupnya lalu penolong
terlentang di atas penderita diantara kedua kaki penderita
sambil memasukan sosok kopel ke kedua tangan penolong
seperti menggendong ransel.
(5) Pegang kedua tangan penderita dilanjutkan berguling
(6) dan bersiap tiarap sehingga posisi penderita berada di
atas tubuh penolong.
(7) Penolong berusaha untuk berdiri. (meletakkan penderita
kebalikannya).

c) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Jarak tempuh relatif jauh sampai dengan 3000 meter

d) Kerugian. Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada


medan yang tidak rata.

e) Larangan
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan
dugaan cedera tuiang belakang, cedera dada dengan
gangguan pernafasan, cedera perut dengan perdarahan hebat.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.

b. Pengangkutan Orang Luka oleh Dua Orang.

1) Memapah.

a) Pengangkut berdiri disamping tungkai penderita yang


sakit, sedangkan tungkai penolong disandarkan pada belakang
tungkai
13

penderita. Satu tangan penolong memegang pergelangan, satu


tangan penderita dirangkulkan tengkuk dan dipegang

b) Tangan pengangkut yang lain merangkul pinggang penderita


dari belakang. Kemudian penderita disuruh berjalan, penolong
mengikuti tidak boleh mendahului.

c) Keuntungan.
(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
(2) Jarak tempuh relatif jauh sesuai kemampuan korban

d) Kerugian. Tidak dapat digunakan untuk mengangkut


korban yang tidak sadar atau demikian lemahnya sehingga tidak
mampu berdiri.

e) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Patah tulang belakang.

2) Cara berbaring.

a) Penderita dalam keadaan sadar.

(1) Penderitadibaringkanterlentang
(2) Penolong berdiri bersisian pada bagian anggota tubuh
dari penderita yang kurang sakit.
(3) Aba-aba "JONGKOK" pengangkut berjongkok dengan
patokan lutut yang di atas adalah searah kepala penderita'
14

(4) Aba-aba “PEGANG" pengangkut memasukan kedua


tangannya ke bawah tubuh penderita hingga batas siku-siku.
(5) A-ba-aba "ANGKAT" penderita diangkat diletakan di
Atas paha penolong, sambil memperbaiki posisi tangan
pengangkut'
(6) Aba-aba "BERDlRl" pengangkut bersama-sama berdiri,
sambil merapatkan tubuh korban ke badan pengakut.
7) Pada aba-aba 'PEGANG" pengangkut tertua bertanya "
Stop ....? " bila tidak ada jawaban berarti sudah siap baru
penderita diangkat.

b) Penderita tidak sadar. Untuk pengangkutan penderita


tidak sadar atau pingsan dengan dua orang , cara berbaring sama
saja dengan cara pertama, hanya untuk pengangkut saling
berhadapan sehingga poisisi penderita berada diantara-kedua
pengangkut. Begitu juga untuk aba – aba sama saja dengan
pengakutan berbaring pada penderita masih sadar.

c) Keuntungan.
(1) Dapat digunakan untuk rnengangkut korban sadar
Maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

d) Kerugian.
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 400 m
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan
yang tidak rata.

e) Larangan. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan


dugaan cedera tulang belakang.

3) Mengangkut cara duduk.

a) Penderita didudukan, kedua penolong berlutut di belakang


penderita sambil kedua lutut penolong saling merapat.
b) Kedua penolong rnengangkat penderita dan mendudukannya
diatas paha penolong.
15

c) Tangan penolongyang satu saling berpegangan di bawah paha


penderita sedang satu tangan yang lain saling berpegangan
dipunggung penderita.
d) Mengangkat penderita dan mendudukannya di atas paha
penolong mengangkat penderita lalu mulai berjalan.

e) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat

f) Kerugian.
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan
yang tidak rata.

g) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.

4) Mengangkut pada lorong sempit. Cara ini dapat pula digunakan


mengangkut penderita pingsan dan penderita luka pada bagian dada.

a) Penolong menempatkan diri satu di depan dan satu dibelakang


penderita, posisi, awal penderita dalam keadaan terlentang.
b) Aba-aba "JONGKOK" pengangkut yang dibelakang jongkok
sambil mendudukan penderita, sedang penolong yang di depan
jongkok menempatkan diri diantara kedua kaki penderita.
c) Aba-aba "PEGANG" pengangkut memasukan kedua
tangannya ke bawah ketiak dan saling berpegangan di dada
penderita, sedangkan pengangkut yang lain memegang kedua kaki
penderita pada lutut penderita.
16

d) Aba-aba sangkat, pengangkut bersama-sama berdiri lalu


berjalan.
e) Berhenti : Aba-aba ini diucapkan sewaktu kaki kiri No- 2
jatuh di tanah dan ditambah 2 langkah lagi.
f) Terhadap penderita yang terluka di kaki.
Aba-aba dan pelaksanaannya seperti tersebut di atas, Perbedaannya
terletak pada No. 2 dia berdiri disamping yang tidak parah dari kaki-
kaki penderita dan menahan kaki-kaki yang luka secara hati-hati.

g) Keuntungan.
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.

h) Kerugian. Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter


i) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.

c. POL oleh Tiga Orang.

1) Berbaring. Pengangkut No. 1 berdiri disamping bahu penderita, No. 2


disamping pangkal paha dan No. 3 disamping betis dengan aba-aba dan
pelaksanaannya sebagai berikut : "JONGKOK" para pengangkut jongkok
dengan lutut pengangkut bagian yang menuju bagian kaki penderita
diletakkan di tanah (supaya pada waktu meletakkkan penderita bagian
kepalanya dapat dapat tedetak di atas paha) pengangkut No. 1. "PEGANG"
semua pengangkut menyisipkan kedua tangannya di bawah penderita
sampai batas lipatan siku-siku No. 1 di bagian tengkuk dan bawah dada No.
2 dibagian bawah pinggang dan paha. No. 3 dibawah betis. Jika penderita
dalam keadaan sadar dan kuat disuruh merangkul pengangkut No. 1.
'SELESAI ....? Jika semua pengangkut telah siap, tidak usah menyahut,
akan tetapi kalau belum siap mengucapkan'BELUM" dan menunggu
beberapa saat kemudian pertanyaan diulangi sampai tiak jawaban.
"ANGKAT" : Bediri bersama-sama sambil penderita dihimpitkan kepada
pengangkut (supaya ringan tidak mudah jatuh).
Setelah semua berdiri aba aba selanjutnya maju atau bergeser (......langkah
kesamping kanan ikiri ), Setelah sampaiditempat tandu : " BERHENTI .,
dengan diusahakan sebelumnya penderita lurus (sejajar dengan tandu ).
" JONGKOK ", jongkok bersama sama dengan penderita diletakan diatas
tandu, selanjutnya dua orang mengambil tempat pada bagian pegangan
tandu dikepala penderita, dan satu orang mengambil tempat diantara
pegangan tandu dikaki penderita.

2) Cara pingsan . Penolong No. 1 berhadapan dengan penolong No.2


dan No. 3. Penderita berada diantara No. 1 dan No. 2, 3. Aba-aba
sama dengan untuk pengangkutan orang luka bagi penderita yang sadar
hanya bila akan berpindah kesamping kanan /kiri, maka aba aba ......
17

langkah kekanan /kekiri maka untuk No. 1 pelaksanaannya berlawanan


dengan yang diucapkannya, sebab aba aba yang diberikan untuk No.2 dan
No. 3.

3) Cara duduk. Pengangkutan cara duduk ini dilakukan oleh tiga


orang pengangkut, sebelum mengambil tempat masing masing No. '1 dan
No. 2 berlutut disisi kanan /kiri penderita sedangkan No. 3 berlutut disisi kaki
penderita yang tidak sakit berat .Aba aba " JONGKOK ", semua pengangkut
mengambil sikap jongkok lalu mendudukkan penderita yang tadinya
berbaring keatas paha No. 1 dan No.2. 'PEGANG " Penderita disuruh
merangkul No. 1 dan No. 2 tangankanan/kiri disisipkan dibawah paha
penderita , sedang tangan yang lain berpegangan dipunggung penderita,
No. 3 mengempit kedua kaki penderita.

d. Pengangkutan Orang Luka oleh Empat Orang. Pengangkutan oleh


empat pengangkut lni tanpa alat hanya dengan cara berbaring. Hal ini hampir sama
dengan yang dilakukan oleh tiga orang, hanya perlu ditambah pada waktu
mengangkut diatas paha, orang yang keempat membantu No. 1 dan No. 2 dengan
berdiri berhadapan kira kira ditengah tengah.

16. Evaluasi.

a. Sebutkan ketentuan umum pengangkutan korban tanpa tandu !

b. Sebutkan cara pengangkutan oleh 1 orang !

c. Uraikan bagaimana pengangkutan oleh 1 orang dengan cara menjulang !

BAB IV
PENGANGKUTAN ORANG LUKA DENGAN TANDU

17. Umum. Pengangkutan orang luka dengan tandu adalah yang terbaik
karena mendekati kesempurnaan, karena letak penderita dapat diatur sesuai dengan
sakitnya atau lukanya.

18. Kelompok Tandu.

a. Satu tandu dilayani oleh dua, tiga atau empat orang pengangkut
dan merupakan satu kelompok tandu. Anggota yang tertua ditunjuk sebagai
DANPOK TANDU.

b. Untuk memudahkan seluruh pengangkut diberi nomor urut mulai dari


Danpok, dengan masing - rnasing tugasnya. Dalam latihan, nomor urut dapat diatur
bergantian.

19. Perlengkapan Anggota Regu Tandu. Perlengkapan perorangan Regu Tandu


adalah:
18

a. Pakaian Dinas Lapangan ll.


1) Pakaian Loreng TNl, Helm Two and One, sepatu lapangan Hitam
dengan tanda pengenal Palang Merah diatas dasar putih dilengan kiri.
2) Memiliki KTA Kesad (sesuai Konvensi Jenewa).
3) Jerat Pikul.

b. Kantong makanan yang berisi makanan dan tempat air.


c. Topeng gas dan baju gas ( bita perlu ).
d. Bila dilapangan memakaitanda Palang Merah diatas dasar putih dilengan kiri

20. Perlengkapan Kelompok Tandu.

a. Tandu, sebuah bantaldan dua atau tiga selimut.

b. Tas pertolongan pertama yang berisi pembalut cepat, kain segitiga, gunting,
pembalut serta obat - obatan, sediaan (preparat) sulfa dalam bentuk tepung
(puder) dan tablet. Tas ini (pembantu perawat set) dibawa oleh Danpok
Tandu,anggota No. 1.

21. Persenjataan Anggota Regu Tandu. Persenjataan Regu Tandu disesuaikan


dengan persenjataan dimana dia berada. Senjata ini hanya digunakan untuk membela diri
terhadap serangan binatang berbisa ( buas ) yang mengancam jiwa.

22. Cara Mengangkut Orang Luka dengan Tandu.


.
a. Pada umumnya pengangkutan orang luka dengan tandu dilakukan oleh
4 orang, hanya untuk jarak pendek diperbolehkan mengangkut oleh dua orang
dalam keadaan ini jerat pikul yang telah disiapkan sangat besar sekali faedahnya.
Pada pengangkutan dengan tandu letak keempat orang anggota pengangkut diatur
pergantian oleh Danpok Tandu yang bersangkutan ( No.1).

b. Cara mengangkut orang luka dengan tandu dapat dilakukan dalam berbagai
cara, menurut situasi.pertempuran dan kondisi lapangan / medan.

1) Mengangkut dengan tangan, jika perlu dapat dipergunakan jerat pikul.

2) Mengangkut dengan (diatas) bahu, jika perlu dapat dipergunakan


alas (bantal) dipundaknya.

3) Merangkak agar perjalanan yang dilakukan dengan kaki dan


tangan lebih cepat, jerat pikul yang diikatkan pada kaki - kaki tandu.

4) Merayap. Dalam situasi yang sulit akibat terjadinya kontak


tembak, maka untuk keamanan pengangkut dan penderita dapat dilakukan
dengan cara merayap.
19

23. Tugas Komandan Kelompok Tandu. Komandan kelompok tandu bertanggung


jawab tentang kesehatan penderita yang diangkutnya dan harus memperhatikan hal - hal
sebagai berikut:

a. Anggota badan yang lika diusahakan agar tidak banyak bergerak.


b. Penderita yang pingsan dijaga agar pernafasannya dapat berjalan
dengan lancar dan dijaga-agar kepalanya tidak tengadah kebelakang selama
pengangkutan.
c. Perhatikan bahwa anggota gerak penderita tidak sampai tergantung
kebawah, karena keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan syaraf yang hebat.
d. Perhatikan selalu sikap/letak penderita sesuai kebutuhan lukanya (lihat
pelajaran tentang berbagai luka).
e. Selalu dapat mengetahui keadaan yang diangkutnya tanpa mengganggu
perjalanan. Adakan perhatian khusus terhadap :

(1) Balutan dengan bidai (spalak) bagi penderita patah tulang.


(2) Kemungkinan bahaya gugat (shock), pada penderita yang mengalami
banyak kehilangan darah, perasan nyeri yang hebat.
(3) Bahaya terjadinya mati suri.

24. Evaluasi.

a. Sebutkan cara mengangkut orang luka dengan menurut situasi


pertempuran
dan kondisi lapangan / medan !

b. Sebutkan apa yang menjadi tugas Komandan Kelompok Tandu !


BAB V
POL DALAM BERBAGAI SITUASI DAN KONDISI MEDAN

25. Umum. Pengangkatan orang luka harus dikerjakan dengan segera dan
secepatnya tetapi sederhana rupa sehingga tidak memburukkan keadaan orang luka.
Dalam parit - parit perlindungan yang terputus, tidak dipergunakan tandu lapangan seperti
yang kita pakai di medan terbuka. Penderita harus diangkut baik dengan tandu atau
diangkut oleh pengangkut tanpa tandu.

26. Pengangkutan Orang Luka Dalam Berbagai Keadaan.

a. Luka di Dada. Pengangkutan penderita dengan luka didada lebih-


lebih jika rongga dada terluka atau penderita mengalami sesak nafas, maka
diangkut dengan Posisi setengah duduk.

b. Luka di perut. Pengangkutan penderita dengan luka diperut melintang


harus datam keadaan terlentang ½ duduk lutut diganjal dengan bantal atau
gulungan selimut sedemikian rupa sehingga posisi penderita setengah duduk
setengah berbaring.
20

c. Patah Tulang. Pengangkut penderita dengan patah tulang kaki, selalu


diusahakan bagian kaki lebih tinggi dari bagian kepala.

27. Pengangkutan Orang Luka dalam berbagai Medan.

a. Pada Jalan Menanjak / Menurun. Pengangkutan penderita dijalan


menanjak kepala penderita didepan, apabila jalan menurun pengangkut bagian
depan memikul sedangkan bagian belakang meniinjing tandu.

b. Pengangkutan Penderita di Jalan Sempit. Diangkut oleh 2, 3 dan 4


orang usahakan kepala penderita dibelakang supaya tidak bingung kecuali kalau
mendaki. Pengangkut yang tinggi - tinggi ditugaskaan dibagian kepala, untuk
maju / bergeiak langkah pertama dimulai dengan bagian luar.

1) Pengangkut oleh 2 orang berada diantara pegangan landu.


2) Pengangkut oleh 3 orang : 2 orang dibagian kepala berada disebelah
luar kaki tandu sedang satu orang dibagian belakang diantara kedua kaki
tandu.
3) Pengangkut oleh 4 orang, masing-masing berada diluar pegangan
tandu.

c. Pengangkutan Melalui Parit.

1) Tandu diletakkan dipinggir parit.


2) No. 1 melompati parit.
3) No. 2 dan 3 turun kedalam parit, No. 4 pindah antara pegangan tandu
bagian belakang.
4) No. 1 memberi aba - aba ' PEGANG " No. 1 dan 3 memegang bagian
kaki tandu. No. 4 memegang kedua pegangan bagian kepala tandu. Aba –
aba 'ANGKAT " penderita diangkat dan diberikan pada No. 1 ( No. 2 dan 3 )
tidak perlu berjalan cukup tangan-tangannya saja ynag merayap dibawah
pinggir tandu.
5) No. 1 mundur , setelah ujung tandu sampai dipinggir parit yang lain
tandu diletakkan di tanah.
6) Kemudian No. 2 dan 3 keluar dari parit dan mengambil tempat
semula demikian juga No. 4 meloncat mengambil tempat.

d. Pengangkutan melalui Pagar Tembok.

1) Tandu diletakan + 1 meter dari tembok No. 1 meloncat tembok dan


berdiri di seberang tembok Menghadap tandu.
2) No. 2 dan 3 berdiri disamping pegangan tandu depan, No.4 berdiri
diantara pegangan tandu dibelakang. Pada aba-aba "ANGKAT" penderita
diangkat dan diletakan di atas tembok (pegangan tandu bagian depan).
3) No. 2 dan 3 melompat, berdiri berhadapan.
4) Pada aba-aba "DORONG" No. 1 mundur ke belakang, No. 2 dan 3
menahan kiri-kanan tandu dengan tidak usah berjalan sampai ujung tandu
yang lain yang dipegang No. 4 sampai padanya, menerima ujung tandu dari
No. 4 dan berjalan sampai t 1 meter dari tembok lalu tandu diturunkan (tandu
bergeser pada tembok).
21

5) Kemudian No. 4 meloncat tembok dan masing-masing mengambil


tempat dan pengangkutan dilanjutkan.

e. Pengangkutan melalui Pagar Berduri. Pelaksanaaannya hampir


sama dengan pengangkutan melalui pagar tembok, perbedaannya terletak pada
pelaksanaan, disini tandu tidak diletakkan di atas pagar, tetapi setelah tandu
meluncur keseberang + 213 nya segera No. 2 dan 3 meloncat pagar dan
membantu menahan tandu untuk diturunkan.

28. Evaluasi.

a. Bagaimana cara pengangkutan tandu melalui parit ?

c. Bagaimana cara pengakutan tandu melalui pagar tembok ?

d. Bagaimanakah dan jelaskan cara pengangkatan korban patah tulang ?

BAB VI
BAHAN – BAHAN YANG DAPAT DIPERGUNAKAN DALAM PEMBUATAN
ALAT – ALAT KESEHATAN DARURAT

29. Umum. Untuk mendapatkan alat kesehatan darurat yang baik dan efisien,
diperlukan bahan – bahan improvisasi baik untuk pengangkutan penderita maupun
Longmalap, serta alat yang diperlukan sehingga dapat mempercepat proses pembuatan
alat kesehatan darurat tersebut.

30. Bahan Improvisasi.

a. Untuk Pengangkut Penderita :

1) Bambu
2) Kayu
3) Tali
4) Batang pisang
5) Ponco
6) Baju
7) Sarung / selimut
8) Jerigen
9) Dan lain – lain

b. Untuk Longmalap :

1) Baju
2) Saputangan
3) Kaos dalam
4) Selimut
5) Kaos kaki
6) Dahan / ranting
22

7) Bambu
8) Daun yang menguncup
9) Rantang
10) Batu
11) Dan lain – lain

31. Alat alat yang diperlukan :

a. Golok
b. Kampak
c. Gergaji
d. Cangkul
e. Skop
f. Martil / palu
g. Meteran
h. Katrol / puley
i. Tambang
j. Dan lain – lain

32. Dasar- dasar Tali Temali Pionir Kesehatan. Tali temali merupakan salah satu
kegiatan pionir yang sangat diperlukan untuk improvisasi alat angkut / tandu penderita,
kita kenal dengan dasar-dasar tali temali diantaranya :

a. Sosok d. Simpul hidup

b. Mata e. Simpul mati

c. Simpul f. Simpul anyam

g. Jerat tukang kayu h. Jerat kambing


23

i. Jerat pangkal

33. Evaluasi.

a. Sebutkan alat – alat yang diperlukan untuk improvisasi !

b. Sebutkan bahan – bahan untuk improvisasi pengangkut penderita !

c. Sebutkan macam- macam tali dan simpul dalam pionir !

BAB VII
CARA – CARA MEMBUAT ALAT PENGANGKUTAN PENDERITA

34. Umum. Agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat dipergunakan dengan
cepat dalam pembuatan alat pengangkut penderita, harus diperhatikan cara serta bahan
yang akan dipergunakan.

35. Tandu Darurat.

a. Tandu darurat dibuat apabila tandu yang sebenarnya tidak ada


sama sekali
atau tidak mencukupi.

b. Macam – macam Tandu Darurat :

1) Tandu darurat dari bambu / kayu dan tali


2) Tandu darurat dari bambu / kayu dan baju
3) Tandu darurat dari bambu / kayu dan karung
4) Tandu darurat dari bambu / kayu dan sarung
5) Tandu darurat dari bambu / kayu dan selimut
6) Tandu darurat dari bambu / kursi

c. Cara membuat Tandu Darurat dari Bambu / Kayu dan tali.

1) Bahan – bahan
a) Bambu panjang ± 250 Cm = 2 buah
b) Bambu pendek ± 75 Cm = 2 buah
c) Tali ± 12 m = 2 rol
24

2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang ( kalau terpaksa dapat dikerjakan oleh
1 orang.
b) Bambu dan tali disiapkan.
c) Buat kerangka tandu dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Panjang pegangan untuk memikul ± 30 Cm.


(2) Bambu pendek di bawa bambu panjang sebagai kaki
Tandu
(3) Bambu pendek pinggirnya dilebihkan ± 5 Cm sehingga
ikatan tidak mudah lepas

d) Orang pertama dan orang kedua mulai membuat 2 ikatan


silang pada persilangan bambu.
e) Kemudian masing – masing membuat beberapa jerat sauh
rangkap yang jaraknya disesuaikan dengan panjang tandu.
f) Pertemuan tali orang pertama dan orang kedua dililitkan satu
kali.
g) Hubungan tali diakhiri dengan jerat pangkal.

3) Gambar.

d. Cara membuat Tandu darurat dari Bambu / Kayu dan baju.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu / Kayu panjang ± 250 Cm = 2 buah.
b) Bambu / Kayu pendek ± 75 Cm = 2 buah.
c) Baju PDL 4 buah.
d) Tali secukupnya.

2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Baju dikencangkan, dengan kerah baju dimasukkan ke dalam
baju kemudian baju disusun 2 orang atas dan bawah.
d) Masing – masing bambu / kayu yang panjang dimasukkan ke
dalam kemudian baju melalui lengan baju ( bagian yang tidak tertutup
± 30 Cm ) untuk pegangan tandu.
e) Letakan bambu yang pendek di atas bambu yang panjang
persis di ujung baju ( pada pundak )
f) Bambu pendek pinggirnya dilebihkan ± 5 Cm sehingga ikatan
tidak mudah lepas.
g) Persilangan bambu panjang dengan bambu yang pendek
25

diikat dengan ikatan silang.


h) Kerah baju diaitkan pada bambu yang pendek dan
dikancingkan atau menggunakan peniti.
i) Tandu dicoba oleh orang yang sehat.

3) Gambar

e. Cara Membuat Tandu Darurat dari Bambu / Kayu dan Karung.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu / Kayu panjang 250 – 300 Cm = 2 buah.
b) Bambu / Kayu pendek 100 Cm = 2 buah.
c) Karung goni 2 buah.
d) Tali secukupnya.

2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Bagian sudut – sudut karung yang tertutup dipotong sehinga
berlubang.
d) Letakan karung sedemikian rupa sehingga bagian yang
terbuka saling menutup.
e) Memasukan bambu panjang kedalam karung melalui sudut
karung yang dilubangi, bambu yang tidak tertutup karung ± 30 Cm
untuk pegangan tandu.
f) Masukan bambu pendek kedalam karung melalui sudut karung
dan letakkan di bawah bambu panjang.
g) Persilangan bambu diikat dengan ikatan silang.
h) Karung dirapikan.
i) Dicoba oleh orang sehat.

3) Gambar
26

f. Cara Membuat Tandu Darurat dari Bambu / Kayu dan Sarung.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm = 2 buah.
b) Bambu / kayu panjang 200 Cm = 2 buah.
c) Bambu / kayu pendek 75 Cm = 2 buah.
d) Sarung besar 2 buah.
e) Tali secukupnya.

2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Buat kerangka tandu dan diikat dengan ikatan silang.
d) Masukan bambu yang panjangnya 200 Cm, kr dalam kedua
sarung dan dibeberkan salah satunya dimasukkan.
e) Letakkan sarung dan bambu yang sudah dibeberkan di atas
kerangka tandu dan selebihnya di lipat, kemudian bambu yang 200
Cm di ikat dengan bambu yang 75 Cm dengan ikatan silang.
f) Dicoba oleh orang yang sehat.

3) Gambar.

g. Cara Membuat Tandu Darurat dari Bambu / Kayu dan Selimut.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm.
b) Selimut.

2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan.
c) Selimut di lebarkan letakkan bambu yang 250 Cm di atas
selimut dengan jarak bambu pertama dan bambu kedua ± 40 Cm
kemudian selimut mulai di lilitkan sampai habis dilatjutkan dengan
selimut yang kedua, ujung selimut yang terkhir di letakkan di atas.
d) Dicoba oleh orang yang sehat.

3) Gambar.
27

h. Cara Membuat Tandu Darurat dari Bambu / Kursi.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm.
b) Selimut 1 buah.
c) Kursi 1 buah.
d)
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Selimut di lebarkan dan diletakkan diatas bilah bambu sebagai
atap.
d) Tiap – tiap kaki tandu diperkuat dengan bambu yang
panjangnya ± 75 Cm dengan ikatan pokok ujungnya dibuat jerat
kambing.
e) Bambu yang panjangnya 250 Cm dimasukan kedua kaki kursi
yang sudah ada jerat kambing.
f) Dicoba oleh orang yang sehat.

3) Gambar.

36. Rakit Darurat. Untuk menyeberangi sungai yang paling baik dengan
menggunakan jembatan, tetapi oleh karena situasi, jembatan yang ada tidak dapat di
gunakan, dan kita harus menyeberangi sungai maka sebagai pengganti penyeberangan
tersebut kita harus dapat membuat alat penyeberangan yang berupa rakit darurat sepert :
Rakit dari batang pisang, Rakit dari bambu, Rakit dari jerigen dan tandu dan lain – lain.

a. Rakit Darurat dari Batang Pisang.


28

1) Bahan – bahan
a) Batang pisang secukupnya.
b) Bilah dari bambu secukupnya.
c) Bambu secukupnya.
d) Tali secukupnya.

2) Pelaksanaan
a) Beberapa batang pisang di rapatkan.
b) Pangkalnya berselang seling.
c) Tusukan bilah – bilah yang tajam dan berkepala dari bambu
dengan arah selang seling.
d) Sesudah itu batang – batang pisang di potong sehingga sama
panjangnya
e) Untuk memperkuat dapat di pasang kasau bambu melintang di
atas dan di bawahnya menggunakan ikatan susut.
f) Untuk mendapat daya apung yang lebih besar disusun 2 – 3
lapis batang pisang, dengan susunan melintang ( berselang seling )
Lapisan – lapisan itu satu dengan yang lainnya dipersatukan dengan
bilah runcing.

g) Keterangan :
(1) Tiap batang pisang ( besar ) rata – rata dapat dimuati
30 – 40 orang.
(2) Rakit dari batang pisang lekas busuk dan dapat
bertahan ± 1 minggu.

3) Gambar.

b. Rakit Darurat dari Batang bambu Selapis.

1) Bahan – bahan.
a) Bambu secukupnya.
b) Tali secukupnya sebaiknya tali ijuk.

2) Pelaksanaan.
a) Bambu di potong sama panjang kemudian dirapatkan selang
seling dan bagian depan agak runcing.

b) Pada tiap – tiap 2 m di pasang rusuk melintang, kemudian tiap


batang bambu di ikatkan pada rusuk dengan ikatan silang jangan di
putus, tetapi di ikatkan terus menerus pada tiap – tiap batang bambu
sampai terikat semuanya.

c) Lapisan bambu dapat di apit oleh beberapa pasang rusuk


melintang atas dan bawah di ikat dengan ikatan sudut.
29

3) Keterangan :
a) Daya apung.
(1) Bambu besar diameter 10 – 14 Cm : 5 Kg / m.
(2) Bambu sedang diameter 5 – 9 Cm : 4 Kg / m.

b) Gunakan bambu yang baru di tebang atau bambu yang selalu


terendam air.

c) Bambu jangan di paku karena mengurangi daya apung.

d) Untuk menghindari licin di atas rakit pasang sasak / balik.

4) Gambar.

c. Rakit Darurat dari Jerigen.

1) Bahan – bahan
a) Jerigen 20 liter : 8 buah.
b) Tandu : 1 buah.
c) Tali secukupnya.

2) Pelaksanaan.
a) Jerigen di bagi menjadi 2 bagian, tiap – tiap bagian terdiri dari
4 jerigen di ikat menjadi satu melalui pegangan jerigen, mulut jerigen
berada di luar.

b) Jerigen yang sudah di rakit di susun melintang, pertengahan


jerigen lurus dengan kaki tandu.

c) Kaki tandu di ikat di atas jerigen.

Keterangan :
a) Daya apung untuk 1 – 2 orang.
b) Kelengkapan dayung dapat menggunakan skop pionir.

3) Gambar.
30

d. Rakit Darurat dari jerigen dan Bambu untuk 1 orang.

1) Bahan – bahan.
a) Jerigen 20 liter 8 buah.
b) Bambu panjang 250 – 300 Cm 2 buah.

2) Pelaksanaan.
a) Jerigen di bagi 2 bagian, tiap – tiap bagian jerigen di ikat
menjadi satu melalui pegangan jerigen, mulut jerigen berada di luar.

Gambar.

b) Buat kerangka tandu, bambu pendek di bawah bambu panjang


di ikat dengan ikatan silang.

Gambar :

c) Letakkan bambu yang panjang 100 Cm di atas kerangka tandu


pada tiga bagian.
(1) Bagian depan 1 buah.
(2) Bagian tengah 2 buah.
(3) Bagian belakang 1 buah.

Kemudian di ikat dengan ikatan silang.

Gambar
31

d) Letakkan kerangka tandu di atas jerigen dan ikat dengan


ikatan silang.

Gambar

37. Evaluasi.

a. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan tali !

b. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan baju !

c. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan sarung !

d. Jelaskan cara pembuatan rakit darurat dari bambu !

e. Jelaskan cara pembuatan ambulans darurat dari truk terbuka / tertutup !

BAB VIII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)

38. Evaluasi Akhir.

a. Sebutkan apa saja keharusan-keharusan anggota POL !


RAHASIA
b. Coba ceritakan cara mengangkut satu orang dengan cara ransel !

c. Apa perbedaan POL dua orang pada penderita yang sadar ?


d. Sebutkan perlengkapan perorangan kelompok Tandu ?

e. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan tali !

f. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan baju !

e. Sebutkan macam – macam tali dan simpul dalam pionirn !

i. Ada beberapa jerat yang pasis ketahui !


32

BAB IX
PENUTUP

39. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman
bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar Pengangkutan Orang Luka dan
Improvisasi/Pionir Kesehatan pada Diktukpa Sus Tahap II Kecabangan Kesehatan.

Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan,

dr. Untung Sunardo, M.M.,M.B.A.


Kolonel Ckm NRP 31451

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai