BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Diktukpa Sus Tahap II Kecabangan Kesehatan.
a. Pendahuluan.
b. Dasar-dasar POL.
c. POL tanpa tandu.
d. POL dengan tandu.
e. POL dalam berbagai Situasi dan Kondisi Medan.
f. Bahan – bahan yang dapat dipergunakan dalam pembuatan alat-alat
kesehatan darurat.
g. Cara – cara membuat alat pengangkutan untuk penderita.
h. Evaluasi Akhir Pelajaran.
2
i. Penutup.
4. Pengertian.
RAHASIA
a.Kata Improvisasi berasal dari :
BAB II
DASAR – DASAR PENGANGKUTAN ORANG LUKA
7. Pengangkutan Darurat.
d. Hal yang harus dilakukan pada pemindahan darurat adalah menjaga agar
jalan nafas bebas dari sumbatan. Oleh karenaitu pada setiap pemindahan darurat
terhadap korban trauma atau penderita penyakit – penyakit tertentu penilaian jalan
nafas dan jaminan jalan nafas yang bebas mutlak dilakukan.
a. Gunakan gerakan – gerakan yang alami dari sistem tubuh, baik pada saat
b. mengangkat maupun berpindah tempat.
b. Ketahui dengan baik kemapuan dan batasan kemapuan fisik sendiri.
c. Selalu memperhatikan tumpuan kaki yang kokoh saat bergerak.
Gunakan otot – otot lengan bukan otot punggung saat mengangkat atau
menurunkan korban.
d. Pertahankan posisi punggung yang lurus dan gunakan otot lengan, bahu
dan otot paha untuk berdiri pada saat mengangkat korban.
e. Istirahat secara teratur jika memungkinkan selama mengangkut korban.
4
a. Aba-aba peringatan harus diucapkan dengan pendek dan jelas, bagi para
anggota pengangkut (tandu) merupakan tanda bahwa tidak lama lagi akan
menyusul aba-aba untuk melakukan gerakan tertentu.
11. Tehnik Ekstraksi. Ekstraksi adalah pemindahan darurat penderita dari tempat
kejadian menuju tempat yang lebih aman dan memungkinkan untuk dilakukannya
pertolongan pertama/ darurat. Prinsip dari pemindahan darurat ini adalah jalan nafas
harus terbuka dan memperhatikan kemungkinan terjadinya cedera pada leher dan tulang
belakang. Contoh-contoh keadaan dimana korban tidak memungkinkan diberikan
pertolongan di tempat kejadian adalah :
c. Teknik Ekstraksi.
a) Skope Strecher.
6
c) Vakum Matras.
12. Evaluasi.
BAB III
PENGANGKUTAN ORANG LUKA TANPA TANDU
13. Umum. Pengangkutan korban tanpa tandu adalah cara yang paling
sederhana dan dapat dilakukan dimana saja. Oleh karena itu cara ini dikuasai dan
dipahami oleh setiap pengangkut.
14. Posisi korban. Langkah pertama dari pengangkutan korban tanpa tandu
adalah mengatur posisi korban. Pada korban yang sadar pengangkut dapat mengatakan
tentang cara dan posisi korban dalam pengangkutan, sehingga korban akan dapat
bekerja sama selama proses pengangkutannya, Pada korban yang tidak sadar seringkali
posisi korban harus digulingkan agar tertelungkup atau terlentang sesuai cara
pengangkutan yang akan dilakukan.
1) Menjulang.
f) Mulailah berjalan.
g) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar maupun
tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat digunakan
secara cepat
h) Kerugian
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 300 m
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan yang
tidak rata.
i) Larangan
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan cedera
tulang belakang, cedera dada dengan gangguan pernafasan, cedera
perut dengan perdarahan hebat.
(2) Tidak boleh diiakukan pada korban dengan dugaan patah
tulang Paha.
2) Memapah.
10
e) Keuntungan.
(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
(2) Jarak tempuh relatif jauh, sesuai kemampuan korban
g) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang Paha
3) Membopong
11
f) Kerugian
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 50 meter
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada Medan
yang tidak rata.
g) Larangan. Tidak boleh dilakukan pada korban dengan
dugaan cedera tulang belakang.
4) Menggendong.
c) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Jarak tempuh relatif jauh sampai dengan 3000 meter
e) Larangan
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan
dugaan cedera tuiang belakang, cedera dada dengan
gangguan pernafasan, cedera perut dengan perdarahan hebat.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.
1) Memapah.
c) Keuntungan.
(1) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
(2) Jarak tempuh relatif jauh sesuai kemampuan korban
e) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
Patah tulang belakang.
2) Cara berbaring.
(1) Penderitadibaringkanterlentang
(2) Penolong berdiri bersisian pada bagian anggota tubuh
dari penderita yang kurang sakit.
(3) Aba-aba "JONGKOK" pengangkut berjongkok dengan
patokan lutut yang di atas adalah searah kepala penderita'
14
c) Keuntungan.
(1) Dapat digunakan untuk rnengangkut korban sadar
Maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
d) Kerugian.
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 400 m
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan
yang tidak rata.
e) Keuntungan
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat
f) Kerugian.
(1) Jarak tempuh terbatas sampai dengan 1000 meter
(2) Rawan cedera bagi pengangkut terutama pada medan
yang tidak rata.
g) Larangan.
(1) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
cedera tulang belakang.
(2) Tidak boleh dilakukan pada korban dengan dugaan
patah tulang paha.
g) Keuntungan.
(1) Dapat digunakan untuk mengangkut korban sadar
maupun tidak sadar.
(2) Prosedur pengangkutan sederhana, sehingga dapat
digunakan secara cepat.
16. Evaluasi.
BAB IV
PENGANGKUTAN ORANG LUKA DENGAN TANDU
17. Umum. Pengangkutan orang luka dengan tandu adalah yang terbaik
karena mendekati kesempurnaan, karena letak penderita dapat diatur sesuai dengan
sakitnya atau lukanya.
a. Satu tandu dilayani oleh dua, tiga atau empat orang pengangkut
dan merupakan satu kelompok tandu. Anggota yang tertua ditunjuk sebagai
DANPOK TANDU.
b. Tas pertolongan pertama yang berisi pembalut cepat, kain segitiga, gunting,
pembalut serta obat - obatan, sediaan (preparat) sulfa dalam bentuk tepung
(puder) dan tablet. Tas ini (pembantu perawat set) dibawa oleh Danpok
Tandu,anggota No. 1.
b. Cara mengangkut orang luka dengan tandu dapat dilakukan dalam berbagai
cara, menurut situasi.pertempuran dan kondisi lapangan / medan.
24. Evaluasi.
25. Umum. Pengangkatan orang luka harus dikerjakan dengan segera dan
secepatnya tetapi sederhana rupa sehingga tidak memburukkan keadaan orang luka.
Dalam parit - parit perlindungan yang terputus, tidak dipergunakan tandu lapangan seperti
yang kita pakai di medan terbuka. Penderita harus diangkut baik dengan tandu atau
diangkut oleh pengangkut tanpa tandu.
28. Evaluasi.
BAB VI
BAHAN – BAHAN YANG DAPAT DIPERGUNAKAN DALAM PEMBUATAN
ALAT – ALAT KESEHATAN DARURAT
29. Umum. Untuk mendapatkan alat kesehatan darurat yang baik dan efisien,
diperlukan bahan – bahan improvisasi baik untuk pengangkutan penderita maupun
Longmalap, serta alat yang diperlukan sehingga dapat mempercepat proses pembuatan
alat kesehatan darurat tersebut.
1) Bambu
2) Kayu
3) Tali
4) Batang pisang
5) Ponco
6) Baju
7) Sarung / selimut
8) Jerigen
9) Dan lain – lain
b. Untuk Longmalap :
1) Baju
2) Saputangan
3) Kaos dalam
4) Selimut
5) Kaos kaki
6) Dahan / ranting
22
7) Bambu
8) Daun yang menguncup
9) Rantang
10) Batu
11) Dan lain – lain
a. Golok
b. Kampak
c. Gergaji
d. Cangkul
e. Skop
f. Martil / palu
g. Meteran
h. Katrol / puley
i. Tambang
j. Dan lain – lain
32. Dasar- dasar Tali Temali Pionir Kesehatan. Tali temali merupakan salah satu
kegiatan pionir yang sangat diperlukan untuk improvisasi alat angkut / tandu penderita,
kita kenal dengan dasar-dasar tali temali diantaranya :
i. Jerat pangkal
33. Evaluasi.
BAB VII
CARA – CARA MEMBUAT ALAT PENGANGKUTAN PENDERITA
34. Umum. Agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat dipergunakan dengan
cepat dalam pembuatan alat pengangkut penderita, harus diperhatikan cara serta bahan
yang akan dipergunakan.
1) Bahan – bahan
a) Bambu panjang ± 250 Cm = 2 buah
b) Bambu pendek ± 75 Cm = 2 buah
c) Tali ± 12 m = 2 rol
24
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang ( kalau terpaksa dapat dikerjakan oleh
1 orang.
b) Bambu dan tali disiapkan.
c) Buat kerangka tandu dengan ketentuan sebagai berikut :
3) Gambar.
1) Bahan – bahan.
a) Bambu / Kayu panjang ± 250 Cm = 2 buah.
b) Bambu / Kayu pendek ± 75 Cm = 2 buah.
c) Baju PDL 4 buah.
d) Tali secukupnya.
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Baju dikencangkan, dengan kerah baju dimasukkan ke dalam
baju kemudian baju disusun 2 orang atas dan bawah.
d) Masing – masing bambu / kayu yang panjang dimasukkan ke
dalam kemudian baju melalui lengan baju ( bagian yang tidak tertutup
± 30 Cm ) untuk pegangan tandu.
e) Letakan bambu yang pendek di atas bambu yang panjang
persis di ujung baju ( pada pundak )
f) Bambu pendek pinggirnya dilebihkan ± 5 Cm sehingga ikatan
tidak mudah lepas.
g) Persilangan bambu panjang dengan bambu yang pendek
25
3) Gambar
1) Bahan – bahan.
a) Bambu / Kayu panjang 250 – 300 Cm = 2 buah.
b) Bambu / Kayu pendek 100 Cm = 2 buah.
c) Karung goni 2 buah.
d) Tali secukupnya.
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Bagian sudut – sudut karung yang tertutup dipotong sehinga
berlubang.
d) Letakan karung sedemikian rupa sehingga bagian yang
terbuka saling menutup.
e) Memasukan bambu panjang kedalam karung melalui sudut
karung yang dilubangi, bambu yang tidak tertutup karung ± 30 Cm
untuk pegangan tandu.
f) Masukan bambu pendek kedalam karung melalui sudut karung
dan letakkan di bawah bambu panjang.
g) Persilangan bambu diikat dengan ikatan silang.
h) Karung dirapikan.
i) Dicoba oleh orang sehat.
3) Gambar
26
1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm = 2 buah.
b) Bambu / kayu panjang 200 Cm = 2 buah.
c) Bambu / kayu pendek 75 Cm = 2 buah.
d) Sarung besar 2 buah.
e) Tali secukupnya.
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Buat kerangka tandu dan diikat dengan ikatan silang.
d) Masukan bambu yang panjangnya 200 Cm, kr dalam kedua
sarung dan dibeberkan salah satunya dimasukkan.
e) Letakkan sarung dan bambu yang sudah dibeberkan di atas
kerangka tandu dan selebihnya di lipat, kemudian bambu yang 200
Cm di ikat dengan bambu yang 75 Cm dengan ikatan silang.
f) Dicoba oleh orang yang sehat.
3) Gambar.
1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm.
b) Selimut.
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan.
c) Selimut di lebarkan letakkan bambu yang 250 Cm di atas
selimut dengan jarak bambu pertama dan bambu kedua ± 40 Cm
kemudian selimut mulai di lilitkan sampai habis dilatjutkan dengan
selimut yang kedua, ujung selimut yang terkhir di letakkan di atas.
d) Dicoba oleh orang yang sehat.
3) Gambar.
27
1) Bahan – bahan.
a) Bambu / kayu panjang 250 Cm.
b) Selimut 1 buah.
c) Kursi 1 buah.
d)
2) Pelaksanaan.
a) Dikerjakan oleh 2 orang.
b) Bahan – bahan disiapkan.
c) Selimut di lebarkan dan diletakkan diatas bilah bambu sebagai
atap.
d) Tiap – tiap kaki tandu diperkuat dengan bambu yang
panjangnya ± 75 Cm dengan ikatan pokok ujungnya dibuat jerat
kambing.
e) Bambu yang panjangnya 250 Cm dimasukan kedua kaki kursi
yang sudah ada jerat kambing.
f) Dicoba oleh orang yang sehat.
3) Gambar.
36. Rakit Darurat. Untuk menyeberangi sungai yang paling baik dengan
menggunakan jembatan, tetapi oleh karena situasi, jembatan yang ada tidak dapat di
gunakan, dan kita harus menyeberangi sungai maka sebagai pengganti penyeberangan
tersebut kita harus dapat membuat alat penyeberangan yang berupa rakit darurat sepert :
Rakit dari batang pisang, Rakit dari bambu, Rakit dari jerigen dan tandu dan lain – lain.
1) Bahan – bahan
a) Batang pisang secukupnya.
b) Bilah dari bambu secukupnya.
c) Bambu secukupnya.
d) Tali secukupnya.
2) Pelaksanaan
a) Beberapa batang pisang di rapatkan.
b) Pangkalnya berselang seling.
c) Tusukan bilah – bilah yang tajam dan berkepala dari bambu
dengan arah selang seling.
d) Sesudah itu batang – batang pisang di potong sehingga sama
panjangnya
e) Untuk memperkuat dapat di pasang kasau bambu melintang di
atas dan di bawahnya menggunakan ikatan susut.
f) Untuk mendapat daya apung yang lebih besar disusun 2 – 3
lapis batang pisang, dengan susunan melintang ( berselang seling )
Lapisan – lapisan itu satu dengan yang lainnya dipersatukan dengan
bilah runcing.
g) Keterangan :
(1) Tiap batang pisang ( besar ) rata – rata dapat dimuati
30 – 40 orang.
(2) Rakit dari batang pisang lekas busuk dan dapat
bertahan ± 1 minggu.
3) Gambar.
1) Bahan – bahan.
a) Bambu secukupnya.
b) Tali secukupnya sebaiknya tali ijuk.
2) Pelaksanaan.
a) Bambu di potong sama panjang kemudian dirapatkan selang
seling dan bagian depan agak runcing.
3) Keterangan :
a) Daya apung.
(1) Bambu besar diameter 10 – 14 Cm : 5 Kg / m.
(2) Bambu sedang diameter 5 – 9 Cm : 4 Kg / m.
4) Gambar.
1) Bahan – bahan
a) Jerigen 20 liter : 8 buah.
b) Tandu : 1 buah.
c) Tali secukupnya.
2) Pelaksanaan.
a) Jerigen di bagi menjadi 2 bagian, tiap – tiap bagian terdiri dari
4 jerigen di ikat menjadi satu melalui pegangan jerigen, mulut jerigen
berada di luar.
Keterangan :
a) Daya apung untuk 1 – 2 orang.
b) Kelengkapan dayung dapat menggunakan skop pionir.
3) Gambar.
30
1) Bahan – bahan.
a) Jerigen 20 liter 8 buah.
b) Bambu panjang 250 – 300 Cm 2 buah.
2) Pelaksanaan.
a) Jerigen di bagi 2 bagian, tiap – tiap bagian jerigen di ikat
menjadi satu melalui pegangan jerigen, mulut jerigen berada di luar.
Gambar.
Gambar :
Gambar
31
Gambar
37. Evaluasi.
a. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan tali !
b. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan baju !
c. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan sarung !
BAB VIII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)
e. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan tali !
f. Jelaskan cara pembuatan tandu darurat dari bambu / kayu dan baju !
BAB IX
PENUTUP
39. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman
bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar Pengangkutan Orang Luka dan
Improvisasi/Pionir Kesehatan pada Diktukpa Sus Tahap II Kecabangan Kesehatan.
RAHASIA