Anda di halaman 1dari 6

1.

Dilihat dari pelaku usaha, korban terbesar dari terjadinya pandemi Covid-19 di
Indonesia adalah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Terangkan
bagaimana dilihat dari perbankan syariah dapat membantu beban berat yang
dihadapi oleh UMKM tersebut ?
Solusi perbankan syariah untuk UMKM yang terdampak pandemi Covid 19
adalah dengan memberikan bantuan modal usaha unggulan saat krisis. Keberadaan
UMKM sebagai kelompok non-muzakki adalah kelompok yang sangat rentan untuk jatuh
ke dalam jurang kemiskinan dan kebangkrutan karena goncangan atau hantaman
ekonomi. Oleh karena itu, pemberian modal pada usaha dijadikan sebagai sarana
mengurangi dampak krisis. Pemberian modal ini dapat dilakukan dengan beberapa
alternatif kebijakan, seperti pemberian stimulasi tambahan relaksasi perbankan syariah
dan restrukturisasi atau penangguhan pembayaran kredit/pembiayaan syariah selama
beberapa bulan ke depan. Pemberian permodalan dari perbankan/lembaga keuangan
syariah ini perlu didukung dan dikuatkan dengan pendampingan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.

Permodalan usaha di atas juga diikuti dengan dengan pinjaman qardhul hasan.
Qardhul hasan adalah pinjaman yang tidak mengambil manfaat (keuntungan) apapun
namun tetap ditekankan untuk dibayarkan kembali. Produk/skema ini merupakan salah
satu produk/skema sistem keuangan syariah yang sangat penting dalam mendukung
pemulihan atau menopang perekonomian.

Selanjutnya dengan mengembangkan teknologi finansial syariah untuk


memperlancar likuiditas pelaku pasar daring secara syariah, dimana pada saat yang
bersamaan juga diupayakan peningkatan fokus pada social finance (zakat, infak, sedekah
dan wakaf) di samping commercial finance. Termasuk pengembangan market place
untuk mengumpulkan pasar tradisional dan UMKM yang berjumlah hampir 60 juta saat
ini, dengan tujuan mempertemukan permintaan dan penawaran baik di dalam negeri
maupun luar negeri.

2. Beberapa kalangan menyebutkan potensi Zakat pada tahun 2020 mencapai


sekitar Rp 330 triliuan, akan tetapi BAZNAS sebagai lembaga resmi pengelola
Zakat pada tahun 2020 hanya mentargetkan sebesar Rp 12 Triliun. Melihat
besarnya potensi tersebut dan realisasinya yang mempunyai jeda (gap) demikian
besar, maka bagaimana caranya agar pengumpulan dan pengelolaan Zakat
semakin mendekati pada potensi yang ada ?
Ada beberapa langkah dan strategi yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan
penerimaan dan pengelolaan zakat di Indonesia, yaitu:

a) Mendorong hadirnya regulasi dan kebijakan yang mendukung perbaikan tata kelola
zakat nasional. Perlu direview kembali Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengeloaan Zakat untuk mempelajari kemungkinan perbaikan sekaligus tambahan
pengaturan dalam tata kelola zakat nasional.
b) Memanfaatkan teknologi untuk mobilisasi dan penyaluran zakat. Diperlukan
rekening zakat untuk menampung dana zakat dari nasabah perbankan, sehingga dari
penghasilan nasabah yang telah mencapai nishab (batas terendah harta dikenai zakat)
dapat secara otomatis disisihkan ke rekening. Perlu juga dikembangkan platform
teknologi yang memudahkan muzakki dalam membayarkan zakat ataupun menerima
bantuan zakat.
c) Mendorong pemanfaatan zakat yang mendukung pengurangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan. Pengelola zakat harus menyalurkan dana zakat pada
kegiatan-kegiatan yang memiliki korelasi yang jelas dengan upaya mengatasi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan mustahik. Perlu indeks yang dapat
mengukur tingkat dampak zakat dalam mengatasi kemiskinan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan para muzakki kepada pengelola zakat.
d) Mewujudkan data base zakat nasional yang terintegrasi. Dengan data base yang
terintegrasi dapat diperoleh data muzakki, mustahik, pengelola zakat, jumlah zakat
terkumpul, jumlah mustahik yang terbantu dengan zakat, ataupun jumlah mustahik
yang berubah menjadi muzakki. Hal ini juga mencegah penumpukan bantuan zakat di
suatu daerah, sekaligus menyeleraskan program pembangunan nasional untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.
e) Memanfaatkan zakat untuk mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan
syariah. Zakat sebagai salah satu komponen penting dalam arsitektur keuangan
syariah harus terintegrasi dengan pengembangan keuangan dan ekonomi syariah.
Beberapa kebijakan yang perlu dikembangkan antara lain adalah penggunaan
rekening syariah dalam penerimaan dan penyaluran zakat. Jika semua pengelola
zakat menggunakan rekening bank syariah, maka mau tidak mau setiap muzakki akan
membayarkan zakat melalui rekening syariah. Begitu pula semua mustahik akan
membuka rekening zakat, maka semua penyaluran bantuan zakat juga akan melalui
rekening syariah. Selain itu, dana zakat juga dapat digunakan untuk membantu UKM
yang menjual produk halal dan menggunakan instrumen keuangan syariah dalam
mengembangkan usahanya. Dengan demikian, pemanfaatan zakat juga mendukung
industri halal di Indonesia.

3. Masalah ketahanan pangan bahkan kedaulatan pangan di Indonesia pada masa


sekarang dan masa depan begitu pentingnya. Bagaimana caranya dari sudut
pandangan ekonomi Islam ( khususnya dari segi lembaga yang kaya filantropis),
dapat membantu mengatasi masalah pangan ?

Ekonomi Islam memberikan solusi dengan yaitu dengan adanya ketentuan wakaf.
Wakaf berdasarkan UU No 41 Tahun 2204 tentang Wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah. Wakif adalah pihak
yang mewakafkan harta benda miliknya.

Tentu saja pengelolaan harta wakaf ini harus dilakukan secara produktif agar
manfaatnya terus berkelanjutan. Beberapa inovasi wakaf untuk mengatasi permasalahan
pangan di Indonesia, yaitu:

a. Wakaf lahan. Alih fungsi lahan sawah di Indonesia termasuk tinggi yaitu sekitar
40.000 hektar per tahun. Perubahan fungsi lahan ini menjadikan produksi pangan di
Indonesia menurun. Yang jika dibiarkan terus menerus akan mengancam ketahanan
pangan Indonesia. Wakaf lahan ini bisa menjadi solusi untuk masalah ini karena sifat
wakaf dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
b. Wakaf hutan. Alih fungsi hutan di Indonesia juga termasuk tinggi. Deforestasi ini
menyebabkan masalah yang serius bagi lingkungan termasuk hal itu pemanasan
global, terancamnya ekosistem flora dan fauna di dalamnya, serta hilangnya air tanah
karena kehilangan penyerapnya. Wakaf hutan adalah sebuah konsep yang
memanfaatkan aset wakaf berupa tanah dan mengelolanya menjadi hutan. Dengan
adanya konsep wakaf hutan bisa untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
keberlangsungan ekosistem.
c. Wakaf infrastruktur. Wakaf ini bisa berupa sarana dan prasarana penunjang pertanian
seperti bendungan, dam, infratruktur irigasi, alat-alat pertanian, maupun pasar sebagai
tempat jual beli hasil pertanian.
Wakaf produktif ini harus disosialisasikan oleh berbagai pihak mengingat
manfaatnya bagi keberlangsungan dan keberlanjutan masalah pangan di Indonesia.

4. Pemerintah dalam mengatasi masalah pandemi Covid-19 dilakukan melalui


jaring pengaman sosial dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Melihat besarnya beban yang harus ditanggung Pemerintah, maka baik dalam
RAPBN tahun 2020 dan 2021 akan mengalami defisit. Bagaimana semestinya
perangkat keuangan Islam dapat membantu beban yang dihadapi Pemerintah
tersebut ?

Di antara solusi yang dapat ditawarkan dalam kerangka konsep dan sistem
Ekonomi dan Keuangan Sosial Islam adalah:

a. Penyaluran bantuan langsung tunai yang berasal dari zakat, infak dan sedekah.
Khusus untuk zakat yang ditunaikan, penyalurannya dapat difokuskan kepada orang
miskin yang terdampak COVID-19 secara langsung, sebagai salah satu yang berhak
menerimanya (mustahik). Poin ini adalah skema filantropi Ekonomi Islam yang
memiliki potensi besar bagi perekonomian masyarakat. 
b. Penguatan wakaf uang. Badan Wakaf Indonesia (BWI) perlu bekerja sama dengan
lembaga keuangan syariah untuk mempromosikan skema wakaf ini agar dapat
digunakan sebagian untuk pembangunan berbagai infrastruktur berbasis wakaf.
Manajemen wakaf harus dilakukan secara profesional, sehingga wakaf dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. 
c. Bantuan modal usaha unggulan saat krisis. Di tengah-tengah krisis, tidak sedikit
sektor usaha atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berjuang agar tetap
eksis. Usaha ini seringkali sulit bertahan karena keterbatasan permodalan.
d. Permodalan usaha dengan pinjaman qardhul hasan. Diantara pilihan penyaluran yang
dapat dilakukan adalah melalui: (1) Lembaga Keuangan Mikro Syariah; (2) pinjaman
langsung tanpa margin baik untuk usaha maupun konsumsi yang disalurkan oleh
perusahaan (swasta atau BUMN/BUMD) kepada karyawan atau mitranya.
e. Sebagian dana yang dikumpulkan oleh unit-unit atau organisasi pengumpul zakat,
dapat digunakan untuk memperkuat usaha UMKM. Menyelamatkan kelompok
UMKM yang krisis atau terancam bangkrut karena terkena dampak ekonomi dari
wabah COVID-19, dapat dikategorikan sebagai golongan asnaf (penerima zakat),
yaitu sebagai kelompok miskin, berjuang di jalan Allah (fii sabilillah), atau orang
yang berhutang (gharimin).
f. Pengembangan teknologi finansial syariah untuk memperlancar likuiditas pelaku
pasar daring secara syariah, dimana pada saat yang bersamaan juga diupayakan
peningkatan fokus pada social finance (zakat, infak, sedekah dan wakaf) di samping
commercial finance.

5. Terangkan bagaimana hubungannya antara Pajak dan Zakat di negara


Indonesia, dan bandingkanlah dengan berbagai negara lainnya !
a. Indonesia. Menurut PP No. 60 Tahun 2010, zakat dapat mengurangi penghasilan kena
pajak. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, zakat yang
bersifat wajib dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat dibayar melalui
badan/lembaga penerima zakat yang dibentuk dan disahkan pemerintah.
b. Malaysia. Di malaysia zakat menjadi pengurang pajak 100% bagi wajib pajak
individu. Zakat di Malaysia diatur dalam Hukum Federal 1986 dan setiap negara
memiliki hukum zakat sendiri.
c. Brunei Darussalam. Pembayaran zakat dan pajak tidak terkait satu sama lain. Bahkan, pajak
individu tidak dikenai di Brunei Darussalam hanya pajak korporasi. Zakat diatur dalam revisi
edisi tahun 1984 dari Undang-undang Dewan Agama Islam dan Undang-undang Kadi
Pengadilan (Bab 77).
d. Arab Saudi. Pengaturan zakat di Saudi Arab dimulai tahun 1951 berdasarkan pada
Keputusan Raja (Royal Court) No. 17/2/28/8634 yang menetapkan sistem wajib
zakat. Keputusan tertanggal 7 April 1951 ini berbunyi: “Zakat syar’i yang sesuai
dengan ketentuan syariah Islamiyah diwajibkan kepada individu dan perusahaan yang
memiliki kewarganegaraan Saudi.” Dalam keputusan tersebut, zakat diwajibkan
sesuai prinsip syariah Islam kepada individual dan perusahaan yang
berkewarganegaraan Arab Saudi. Menurut Keputusan Raja ini, zakat tidak dikenakan
atas nonwarga Arab Saudi, sehingga nonwarga hanya dikenakan pajak pendapatan.
Sebaliknya, warga Arab Saudi tidak dikenakan pajak dan zakat diperlakukan sebagai
pengganti pajak.
e. Sudan. Undang-undang zakat di negara Sudan mengalami beberapa tahapan
perubahan dan yang terbaru adalah UU Zakat Tahun 2001. Zakat diwajibkan bagi
setiap muslim tapi tidak perlu membayar pajak. Dalam UU zakat disebutkan bahwa
zakat adalah wajib bukan sukarela. Barangsiapa yang tidak membayar zakat, menolak
atau menghindari pembayaran zakat akan dikenakan sanksi dengan denda maksimal
dua kali lipat zakat yang harus ditunaikan apabila semua bentuk penolakan dilakukan
sengaja dan melawan hukum. Sedangkan hukuman satu tahun bagi yang menolak
dengan sengaja pengisian barang yang dilakukan oleh Dewan Zakat kepada si
Muzaki.
f. Pakistan. Aturan zakat diatur dalam Odinansi Zakat dan ‘Usyr 1980. Undang-undang
ini menegaskan prak tik pengelolaan zakat hanya dilakukan oleh pemerintah. Menurut
UU ini, zakat atau pajak kekayaan sebesar 2,5 persen dinilai setiap tahun atas seluruh
pendapatan atau kekayaan yang mencapai 2.000 rupe (kira-kira 200 dolar AS) dan
dipotong langsung dari rekening bak dan aset keuangan lainnya, se perti saham
investasi, tunjangan, dan asuransi. Warga muslim membayar zakat sedangkan warga
non muslim membayar ‘Usyr.

Anda mungkin juga menyukai