Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) 2

TEKS NEGOSIASI

Kelas : X IPS-2
Hari, Tanggal : Jumat, 22 Januari 2021
Nama Siswa (Nomor Urut) :
- Muhammad Hayyan Anggaraksa (31)
- Nadhira Dhiya Mumtaza (32)

Kompetensi Dasar:
3.5 Mengevaluasi pengajuan, penawaran, dan persetujuan dalam teks negosiasi lisan maupun tertulis.
4.5 Menyampaikan pengajuan, penawaran, persetujuan, dan penutup dalam teks negosiasi secara lisan atau
tulis.

Tujuan pembelajaran:
Peserta didik dapat mengevaluasi dan menyampaikan pengajuan, penawaran, dan persetujuan dalam teks
negosiasi lisan maupun tertulis dengan tepat dan penuh semangat.

Petunjuk Pengerjaan:
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 2 orang seperti yang telah ditentukan!
2. Teks negosiasi pada LKPD ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:
- teks negosiasi bagian A untuk siswa bernomor urut 1-2, 3-4, 5-6, 7-8, 9-10, 11-12, 13-14, 15-16,
17-18, 19-20
- teks negosiasi bagian B untuk siswa bernomor urut 21-22, 23-24, 25-26, 27-28, 29-30, 31-32, 33-
34, 35-36, 37-38, 39-40
3. Analisislah struktur teks negosiasi pada masing-masing teks yang sudah disediakan (sesuai bagian)!
4. Setelah selesai menganalisis, buatlah sebuah teks negosiasi berdasarkan topik yang telah disediakan!
5. Kerjakan secara berkelompok (2 orang) pada Ms. Word ini!
6. WAJIB save as nama file dengan format 2Nego_Nama Siswa_Kelas. Contohnya: 2Nego_Abigail
dan Abu_X IPS 1.
7. Selanjutnya file dengan format nama tersebut dikirimkan ke classroom oleh salah satu anggota
saja.
8. LKPD ini WAJIB dikerjakan saat jam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
9. DILARANG untuk COPY PASTE jawaban teman! Kerjakan dengan jujur berdasarkan hasil belajar
kelompok masing-masing! Resiko ketidakjujuran ditanggung sendiri!

SELAMAT MENGERJAKAN 
SEHAT, SEMANGAT, DAN SUKSES UNTUKMU NAK 
BAGIAN A
(UNTUK NOMOR URUT 1-2, 3-4, 5-6, 7-8, 9-10, 11-12, 13-14, 15-16, 17-18, 19-20)

1. Bacalah teks berikut ini!


2. Analisis dan tandai struktur teks negosiasinya (orientasi, pengajuan, penawaran, kesepakatan,
dan penutup)!
NEGOSIASI WARGA DENGAN INVESTOR

Edy : “Silakan duduk Bapak dan Ibu. Selamat pagi. Boleh saya tahu Bapak dan Ibu ini
berasal dari mana?”
Kepala Desa : “Saya Arifin, Pak. Kepala Desa Sejahtera. Ini Bu Suci, sekretaris desa, dan satu lagi
Pak Rahmat, salah satu tokoh masyarakat yang ditunjuk mewakili warga desa kami.”
Edy : “Terima kasih atas kedatangan Bapak dan Ibu ke kantor saya. Dengan senang hati,
sebagai direktur saya akan mendengarkan aspirasi warga demi kebaikan bersama.”
Edy : “Begini Bapak dan Ibu. Dalam pertemuan dengan warga desa beberapa waktu lalu,
bukankah sudah disepakati bahwa pihak investor akan tetap melanjutkan
pembangunan hotel dan berjanji akan tetap menjaga kelestarian sumber air
Panguripan. Jadi, ada masalah apa lagi?”
Bu Suci : “Bagaimana mungkin kelestarian sumber airnya dapat dijaga, Pak? Pembangunan
hotel tepat di atas mata air tersebut pasti akan mematikan mata airnya. Awalnya,
karena pembangunan hotel tersebut akan menuntut ditebangnya pepohonan di sana,
maka daerah resapan air akan berkurang. Hal ini mengancam kelestarian mata air
kami.”
Pak Rahmat : “Sekali lagi saya tegaskan, Pak. Kami tidak akan pernah menyetujui pembangunan
hotel atau apapun di atas sumber mata air, sumber penghidupan kami itu!”
Kepala Desa : “Sabar dulu, Pak Rahmat. (Sambil memegang pundak Pak Rahmat). Benar Pak, kami
belum pernah menyetujui dan tidak akan pernah menyetujui kesepakatan itu, Pak.
Bagi kami, sumber mata air Panguripan adalah gantungan kehidupan kami. Tak
hanya untuk makan dan minum, sawah kami juga membutuhkan air.”
Pak Rahmat : “Kami selamanya akan terus menolak pembangunan hotel tersebut! Bahkan kami
akan bertindak lebih keras bila tuntutan kami tidak segera dipenuhi!”
Edy : “Bapak dan Ibu jangan khawatir. Sebenarnya, wali kota sudah mengeluarkan surat
perintah penghentian pembangunan hotel.”
Bu Suci : “Kalau begitu tunggu apalagi?”
Edy : “Masalahnya, saya masih mencari lahan pengganti. Bagaimana pun saya tidak mau
kehilangan kesempatan bisnis di kota ini.”
Kepala Desa : “Bila benar demikian, sebagai kepala desa, saya akan membantu Bapak menemukan
lahan baru yang tidak terlalu jauh dari sumber Panguripan.”
Edy : “Kalau memang Pak Lurah bisa mengusahakannya, saya akan sangat berterima kasih.
Hari ini juga saya akan memerintahkan anak buah saya menghentikan pembangunan
hotelnya.”
Kepala Desa : “Terima kasih atas kerja sama ini.”
Edy : “Saya juga berterima kasih karena Pak Lurah berhasil menghentikan demo warga.”
“Terima kasih, Pak.”

3. Buatlah teks negosiasi dengan memilih satu topik dari daftar berikut ini!
Pilihan 1A Meminta izin menginap di rumah teman
Pilihan 2A Menawar harga sewa gedung untuk kegiatan OSIS
Menuntut kepala desa untuk memberikan izin penggunaan balai RW untuk kegiatan
Pilihan 3A
karang taruna satu hari dalam seminggu
Tentukan pihak-pihak yang terlibat, konflik, solusi, dan model kesepakatannya (diterima/
ditolak)!
BAGIAN B
(UNTUK NOMOR URUT 21-22, 23-24, 25-26, 27-28, 29-30, 31-32, 33-34, 35-36, 37-38, 39-40)

1. Bacalah teks berikut ini!


2. Analisis dan tandai struktur teks negosiasinya (orientasi, pengajuan, penawaran, kesepakatan,
dan penutup)!
DEMONSTRASI

Bowo : “Selamat sore, Pak.”


Hadi Winoto : “Selamat sore. Mari, silakan duduk.”
Bowo : “Ya, terima kasih.”
Hadi WInoto : “Saya Hadi Winoto, wakil dari perusahaan. Anda siapa?
Bowo : “Saya Bowo, yang dipercaya teman-teman untuk menemui pimpinan.”
(Mereka bersalaman)
Hadi Winoto : “Sebenarnya, apa yang terjadi? Semua karyawan di perusahaan ini melakukan
demonstrasi. Kalau begini caranya, perusahaan bisa bangkrut dan karyawan
bisa di-PHK.”
Bowo : “Tidak ada apa-apa, Pak. Kami hanya ingin memperbaiki nasib dan hidup
layak.”
Hadi Winoto : “Maksudnya?”
Bowo : “Ya, pasti Bapak tahu. Kami, karyawan, sudah bekerja keras demi perusahaan.
Tetapi, kami merasa kurang mendapatkan imbalan yang pantas. Kami tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya dengan uang Rp2.000.000,00
sebulan. Paling tidak, kami menerima upah sebesar Rp3.000.000,00.”
Hadi Winoto : “Itu tidak mungkin. Perusahaan sudah menanggung beban terlalu berat. Listrik
naik, bahan bakar naik, dan biaya operasional lain juga naik. Kenaikan UMP
(upah minimum provinsi) belum bisa naik sekarang.”
Bowo : “Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja sampai tuntutan
kami dipenuhi.”
Hadi Winoto : “Tidak boleh demikian. Kita harus mencari jalan tengah.”
Bowo : “Lalu, bagaimana?”
Hadi Winoto : “Saya akan mengusulkan kenaikan tersebut kepada direksi. Perusahaan hanya
mampu menaikkan UMP hanya sampai Rp.2.400.000,00. Tidak lebih dari itu.
Anda sendiri tahu bahwa situasi global ini perusahaan mana pun mengalami
kesulitan.”
Bowo : “Tidak bisa, Pak. Ini kota Jakarta, Pak. Semua harus dibeli dengan uang. Ya,
tolong diusahakan bagaimana caranya agar kami dapat hidup layak. Paling
tidak kami menerima gaji sebesar Rp.2.800.000,00.”
Hadi Winoto : “Nanti saya akan mengusulkan ke direksi sebesar Rp.2.600.000,00.”
Bowo : “Tapi, usahakan lebih, Pak. Kami akan bekerja lebih keras lagi.”
Hadi Winoto : “Baiklah, akan saya coba. Tolong kendalikan teman-teman karyawan dan
sampaikan kepada mereka mulai besok semua karyawan harus masuk kerja
kembali. Karyawan yang mogok kerja akan kena sanksi.”
Bowo : “Baik, Pak. Terima kasih. Boleh saya keluar?”
Hadi Winoto : “Ya, silakan.”
Bowo : “Ya, terima kasih. Selamat sore.”
Hadi Winoto : “Selamat sore.”

Keterangan :
1. Warna merah : Orientasi
2. Warna biru : Permintaan
3. Warna hijau : Penawaran
4. Warna coklat : Persetujuan
5. Warna hitam : Penutup

3. Buatlah teks negosiasi dengan memilih satu topik dari daftar berikut ini!
Pilihan 1B Mengajukan permintaan kepada sekolah terkait larangan membawa sepeda motor ke
sekolah
Mengajukan penawaran kepada ketua RT tentang larangan penggunaan balai RW
Pilihan 2B
melebihi pukul 21.00 WIB
Larangan orang tua kepada anaknya untuk mengakses internet pada hari-hari
Pilihan 3B
sekolah
Tentukan pihak-pihak yang terlibat, konflik, solusi, dan model kesepakatannya (diterima/
ditolak)!

Pilihan 1B

Sepeda Motor

Orientasi:
Banyak anak yang mengeluh akibat peraturan larangan membawa motor, khususnya mereka yang jauh dari
akses transportasi umum, ditambah banyak sekali angkot atau bisa yang sering menunggu penumpang
sampai penuh (ngetem). Angga, sebagai Ketua OSIS ingin membantu teman-temannya itu agar tidak
terlambat ke sekolah.
Angga pun mencoba masuk ke ruang Kepala Sekolah.

Angga : “Selamat Pagi, Bu. Mohon maaf, apakah saya boleh masuk?”

Kepala sekolah : “Pagi, Angga. Silahkan ada yang bisa Ibu bantu?”

Pengajuan:
Angga : “Begini, Bu. Saya bermaksud untuk menyampaikan aspirasi para siswa khususnya kelas XI dan XII
yang telah memiliki SIM, terkait larangan membawa motor, apakah dapat diberikan prioritas khusus Bu?”

Penawaran:
Kepala Sekolah : “Angga, sebetulnya tujuan larangan ini adalah untuk menekan tingkat kecelakaan
berkendara oleh siswa/siswi dan juga mengikuti peraturan sekolah bahwa sebenarnya anak SMA tidak boleh
membawa motor, sebab sekolah juga memiliki tanggung jawab atas keselamatan anak didiknya, jadi ini
harus diberikan ketegasan.”

Pengajuan:
Angga : “Pada dasarkan kami sangat setuju dengan itu semua Bu, tetapi banyak anak yang sudah memiliki
SIM, ditambah banyak anak yang rumahnya cukup jauh dan susahnya akses transportasi. Bagaimana jika
khusus anak yang susah memiliki SIM diperbolehkan Bu, Karena biasanya anak kelas XI sering kali pulang
sore karena mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan juga anak-anak yang sudah kelas XII yang pulang sore
karena ada Pendalaman Materi di sekolah.

Penawaran:
Kepala Sekolah : “Apakah Angga sudah menganalisa masalah ini, misalnya saja bagaimana pihak sekolah
dapat mengenali anak-anak yang memiliki SIM?”

Pengajuan:
Angga : “Kami dan anggota OSIS lainnya akan melakukan koordinasi dan mendata anak-anak yang sudah
memiliki SIM, kemudian wajib membawanya tanpa terkecuali, ditambah mungkin dengan menempelkan
stiker khusus di bagian depan motor untuk mempermudah mengenalinya oleh siapapun termasuk Pak
Satpam. Oia Bu, sebelum masuk atau keluar motor, siswa/ siswi wajib juga diperiksa kelenggakapan surat-
suratnya, untuk mengantisipasi tindakan pemalsuan stiker.”

Persetujuan:
Kepala Sekolah : “Ibu suka dengan ide itu, segera laksanakan untuk mempermudah siswa/siswi agar tepat
waktu sampai di sekolah. Yang terpenting adalah tanggung jawab dalam berkendara, utamakan keselamatan,
jangan ugal-galan.”

Penutup :
Angga : “Terima kasih banyak, Bu. Segera akan saya koordinasikan dengan anggota OSIS terkait masalah
ini.”

Kepala Sekolah : “Sama-sama, Baiklah nak,”


Akhirnya, Angga keluar dari ruang Kepala Sekolah dan mengabarkan kepada teman-temannya terkait
masalah membawa motor ke sekolah yang sudah diizinkan oleh Kepala Sekolah.

Keterangan :
1. PIhak-pihak yang terlibat : Angga dan Kepala Sekolah.
2. Konflik : Siswa/I kelas XI dan XII ingin membawa motor ke sekolah, khususnya mereka yang jauh
dari akses transportasi umum.
3. Solusi : Kepala Sekolah mengizinkan Siswa/I membawa motor dengan syarat harus penuh tanggung
jawab dan mengutamakan keselamatan dalam berkendara.
4. Model kesepakatan : Disetujui.

Anda mungkin juga menyukai