PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel hidup. Enzim adalah
protein yang mempunyai fungsi khusus. Enzim bekerja dalam mengkatalisis
reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung didalam sel itu sendiri. Sebagai contoh
adalah enzin α-amylase (dikenal juga enzim ptyalin) yang berperan dalam
mengkatalisis reaksi pemecahan pati menjadi unsur penyusunya yang lebih
sederhana. Enzim ini di hasilkan secara alami di mulut bersam-sama dengan
ludah (saliva) (Pradana,2008)
Dalam tubuh manusia sendiri terdapat berjuta-juta enzim yang mana peran
masing-masing enzim tersebut sangat spesifik. Untuk itulah kemudian ada suatu
system penamaan enzim. Dalam tata cara penamaan enzim, biasanya diawali
dengan nama substrat dan di akhiri dengan akhiran –ase. Sebagai contoh enzim
sucrose, enzim ini berperan secara spesifik dalam menghidrolisis sukrosa. Lalu
ada lagi enzim lipase, yang berperan dalam hidrolisis lemak (lipid).
Enzim memiliki tenaga katalitik yang luar biasa, yang biasanya jauh lebih
besar dari katalisator sintetik. Spesifisistas enzim amat tinggi terhadap
substratnya, enzim mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa pembentukan
produk samping, dan molekul ini berfungsi di dalam larutan encer pada keadaan
suhu dan pH normal. Hanya sedikit katalisator non-biologi yang dilengkapi
dengan sifat-sifat ini.Enzim memberikan dampak kepada banyak bidang
pengetahuan biomedis. Pada saat sel mengalami cedera (misalnya akibat suplai
darah yang terganggu atau akibat inflamasi), enzim-enzim tertentu akan
merambas ke dalam plasma. Pengukuran aktivitas enzim tersebut dalam plasma
darah telah menjadi bagian integral tindakan diagnosis untuk penyakit-penyakit
yang penting .Berbagai faktor penting misalnya konsentrasi enzim serta substrat,
suhu, pH, dan inhibitor yang mempengaruhi pengukuran kadar aktivitas enzim.
Karena aktivitas enzim meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu, laju
berbagai proses metabolisme, akan mengalami peningkatan yang bermakna.
1. Suhu (temperature)
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi
yang menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu
rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih
tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim itu
adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif
enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim
menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan
suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan
reaksi.
Peningkatan suhu meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan
yang tidak terkatalisis dengan cara meningkatkan energi kinetic dan
frekuensi tubrukan dari besarnya molekul. Bagaimanapun energy panas
dapat meningkatkan energy kinetic dari enzim ke titik yang mana kelebihan
energy pelindung untuk dapat mengganggu interaksi non-kovalen yang
berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin polipeptida
kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan
pengurangan kecepatan dari aktivitas katalisis. Pada temperatur tertentu
sebuah enzim berada dalam keadaan stabil, konformasi,
kompetensor katalisis tergantung suhu normal sel, yang mana enzim
itu berada. Enzim pada umumnya stabil pada temperatur 45-55°C.
Sebaliknya, enzim pada mikroorganisme termofilik yang berada pada
sumber mata air panas gunung berapi, atau pada lubang hidrotermal bawah
laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100°C. (aurel.2010)
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu.
Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan
enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang disebut
denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja
enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu
antara 30° – 40°C.(e-dukasi.2010).
Inhibitor kompetitif
Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri
pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi
aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor
nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.(e-
dukasi.2010).
6. Waktu
BAB III
METODOLOGI
1.1. Alat dan bahan
3.1.1 Alat
Gelas kimia
Tabung reaksi
Pipet ukur
Hot stirrer
Pendingin
Pipet tetes
Pipet volume
3.1.2 Bahan
Larutan amylum 2 %
Saliva
Larutan iodium
Pereaksi benedict
Laruatan HCl 0,4 %
Ph 7,Ph 9,ph 1
Aquades
Larutan Na2CO3 1 %
1.2 Prosedur kerja
a. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
5 Tabung reaksi
3 tabung reaksi
tabung 1 (2 ml asam klorida), tabung
2 (aquades),tabung 3 (Na2CO3 1%)
+ 2 ml larutan amilum dan 1 ml
enzim
campur hingga homogeny diamkan
selama 15 menit
uji dengan iodium
4 tabung masing-masing
diidi : 1 ml,2 ml,4 ml,6
ml
+ 1 ml enzim amylase tiap tabung
campur biarkan selama 15 menit
Diuji dengan larutan iodium
Aziz,pradhana. 2008. Enzim dan factor-faktor yang mempengaruhi laju kerja enzim.
Biochemical experiment .
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 2007. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.