OLEH :
2. Caterina M. Walten
3. Anmelinda N. Tiwery
4. Vijay Tandra
5. Marselino N. Mangar
6. Yusuf M. Darakay
KATA PENGANTAR
Lumpur bor merupakan bahan yang paling penting perannya selama masih
berlangsungnya operasi pengeboran. Kegunaan pokok antara lain adalah menahan supaya
dinding sumur tidak rontok, mengangkat serbuk-serbuk bor ke permukaan mendinginkan mata
pahat dan menahan tekanan gas dari formasi supaya tidak terjadi “blow aut” atau semburan gas
liar yang mengakibatkan kebakaran dan kehancuran perlantan bor atau korban jiwa ( Basalim,
2009).
Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan medium pendingin untuk pipa pemboran dan mata
bor. Lumpur merupakan komponen penting dalam pengendalian sumur ( well-control), karena
tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah fluida formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur
juga digunakan untuk mengontrol fluida yang hilang ke dalam formasi ( fluid-loss).
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rasa keingintahuan mahasiswa tentang apa itu lumpur pemboran, apa saja yang jenisnya,
apa fungsi dari lumpur pemboran, sifat yang dimiliki lumpur pemboran, komposisi lumpur
pemboran, factor utama dalam pemilihan lumpur pemboran, pemakaian polimer pada lumpur
dasar air tawar, kandungan garam, kontaminasi lumpur bo, system lumpur non disperse
dengan padatan rendah, system lumpur disperse, dan keuntungan juga kerugian system fluida
pemboran disperse. Dalam proses belajar mengajar dosen memberikan tugas agar
mendorong, membimbing, dan member fasilitas kepada mahasiswa untuk mencapai tujuan.
2. Rumusan Masalah
g. Kandungan garam?
Agar mahasiswa dapat memahami tentang lumpur pemboran. Dan juga dosen dapat
mengetahui kemampuan mahasiswa. Dan juga diharapkan untuk dapat mencapai tujuan yang
ingin di capai.
BAB II
PEMBAHASAN
Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan-cairan berbusa,
gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran dengan membersihkan
dasar lubang dari serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan, dengan demikian pemboran
dapat berjalan dengan lancar. Lumpur pemboran yang digunakan sekarang pada mulanya berasal
dari pengembangan penggunaan air untuk mengangkat serbuk bor. Kemudian dengan
Pada awal penggunaan pemboran berputar, fungsi utama fluida pemboran hanyalah
mengangkat serpih dari dasar sumur ke permukaan. Tetapi saat ini fungsi utama lumpur
pemboran adalah:
Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan dengan adanya pengaruh
gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya sirkulasi dan kekentalan lumpur.
Dalam melakukan pemboran serbuk bor (cutting) dihasilkan dari pengikisan formasi oleh pahat,
harus dikeluarkan dari dalam lubang bor. Hal ini berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya
lumpur untuk mengangkat serbuk bor. Apabila serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan
terjadi penumpukan serbuk bor didasar lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah
Kemampuan serbuk bor untuk terangkat hingga kepermukaan tergantung yield point lumpur itu
sendiri. Jika lumpur sudah memiliki yield point yang memadai maka dengan melakukan sirkulasi
serbuk bor dapat terangkat keluar bersama–sama dengan lumpur untuk dibuang melalui alat
pengontrol solid (Solid Control Equipment) berupa shale shaker, desander, mud cleaner, dan
centrifuge.
Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas itu harus
dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan. Semakin besar
dibutuhkan. Kemampuanmelumasidanmendinginkanpahatdapatditingkatkandenganmenambahka
serbukbatokkelapabahkanbentonitejugaberfungsisebagaipelincirkarenadapatmengurangigesekana
ntaradindingdanrangkaian bor.
Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot pahat (bit
nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan ujung–ujung pahat
menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor. Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan
Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur yang kuat kedasar
lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan kekuatan formasi atau
daya kemudahan formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau laju sembur terlalu besar
pada formasi yang lunak, dan akan mengakibatkan pembesaran lubang (hole enlargement)
karena kikisan semburan. Sedangkan pada formasi keras akan terjadi pengikisan pahat dan
Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake) pada dinding lubang
sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalang-halangi masuknya fluida (filtrat) kedalam
formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari lumpur bertambah, misalnya
dengan menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat meningkatkan pendispersian
padatan. Dapat pula dengan menambahkan zat–zat poliner sehingga viskositas dari filtrat (air
tapisan) meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi akan
berkurang.
Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari kolom lumpur
yang terdiri dari fase air, partikel–partikel padat lainnya cukup memadai untuk mengimbangi
tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi
pemberat khusus (misal : XCD-polimer) yang mempunyai berat jenis tinggi untuk menaikkan
tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga tekanan formasi.
Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi kolom
dimana :
6. Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak ada
sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu sifat fluida
thixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika didiamkan (static
condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk atau digerak–gerakkan. Sifat pengapungan atau
penahan serpih didalam lumpur sangat diinginkan untuk mencegah turunnya serpih kedasar
lubang atau menumpuk di anulus yang akan memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit.
Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur tidak
Data-data dari sumur yang diselesaikan sangat penting untuk dasar evaluasi sumur yang
bersangkutan, juga penting untuk dasar pembuatan program dan evaluasi sumur-sumur yang
akan di bor selanjutnya. Data-data tersebut diatas didapat dari analisa cutting dan pengukuran
langsung dengan wire logging. Untuk itu lubang bor harus bersih dari cutting.
Makin dalam pengeboran, maka berarti makin panjang pula rangkain pipa atau casing, sehingga
beban yang harus ditahan menara rig akan bertambah besar, dengan adanya bouyancy effect dari
lumpur akan menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil sehingga dengan kemampuan yang
ada mampu melakukan pengeboran yang lebih dalam. Faktor yang mempengaruhi dalam hal ini
lubang. Daya hidrolika lumpur harus ditentukan didalam membuat program pengeboran
sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan dihitung sedemikian agar pendayagunaan
tenaga (power) menjadi optimal untuk membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor.
Kemampuan untuk membersihkan serbuk bor dari bit itu didapat karena adanya tenaga hidrolik
yang harus disalurkan dari permukaan menuju bit melalui media lumpur yang disebut sebagai
Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen CO 2, dan H2S. Juga
karena pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam-garam di dalam. Untuk menghindari
hal - hal tersebut diatas, ke dalam lumpur dapat ditambahkan bahan – bahan pencegah korosi
Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah berada dalam kondisi
yang baik sehingga operasi pemboran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dicapai
apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga secara kontinyu dalam setiap tahap operasi
pemboran. Selain hal tersebut di atas pengukuran dan pengamatan sifat - sifat kimia juga harus
dilakukan dengan seksama.Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sifat – sifat lumpur
pemboran.
1. Berat Jenis
Sifat ini berhubungan dengan tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh suatu kolom lumpur,
karenanya harus selalu di jaga guna mendapatkan tekanan hidrostatik yang sesuai dengan
tekanan yang dibor. Lumpur yang terlalu ringan akan menyebabkan enterusi fluida formasi
kedalam lubang dan hal ini akan menyebabkan kerontokan dinding lubang, kick dan blow out.
Lumpur yang terlalu berat akan dapat menyebabkan problema Lost Circulation.
1. Viscositas
Viscositas adalah tahanan terhadap aliran atau gerakan yang penting untuk laminar flow. Alat
Plasctic viscosity merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gesekan antara
sesama benda padat didalam lubang bor dan merupakan salah satu parameter kenaikan solid
Yield point merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gaya elektrokimia antara
Gel – strength adalah sifat dimana benda cair menjadi lebih kental bila dalam keadaan diam, dan
makin lama akan bertambah kental. Sifat ini dikenal juga sebagai sifat “THIXOTOPIC”.
3. Sand Content
Penentuan kadar pasir pada lumpur pemboran adalah untuk mencegah abrasi
Pada pompa dan peralatan pengeboran lainnya, juga untuk mencegah penebalan mud cake dan
4. Solid Control
Kandungan solid di dalam lumpur bila tidak dikontrol dengan baik akan mempunyai akibat
Solid dapat berasal dari penambahan weighting agent dapat pula berasal dari drilled cutting
formasi.
5. Alkalinity Filtrate
terhadap lumpur. Kontaminan – kontaminan ini dapat berasal dari formasi yang di bor maupun
Bila suatu campuran padat – cair, seperti lumpur berada dalam kontak dengan media porous
seperti dinding lubang bor dengan adanya tekanan yang bekerja padanya, makan akan terjadi
7. PH
PH menyatakan konsentrasi dari gugus hidroxil (OH¯) yang terdapat dalam lumpur yang akan
mempunyai fungsi secara individual, dan diharapkan saling bekerja secara sinergik untuk
mendapatkan sifat-sifat lumpur yang di harapkan Bahan-bahan kimia penyusun lumpur tidak
hanya berfungsi tunggal melainkan dapat berfungsi ganda. Fungsi pertama disebut primary
Lumpur pemboran yang paling banyak digunakan adalah lumpur pemboran dengan bahan
dasar air (water base mud) dimana air sebagai fasa cair kontinyu dan sebagai pelarut atau
Empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur pemboran
2. Reactive solids (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid )
Dari keempat komponen ini dicampurkan sedemikian rupa sehingga didapatkan lumpur
1. Fasa cair
Fasa cair adalah komponen utama lumpur pemboran. Fungsi dari fasa cair adalah sebagai
fasa dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat mengalir. Disamping itu bila bereaksi dengan
reaktif solid akan membentuk koloid yang viscositasnya tertentu sehingga lumpur dapat
mengangkat serpih bor. Fasa cair yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
kondisi formasi yang yang dibor. Fasa cair yang biasa digunakan adalah air tawar, air garam,
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal ini clay
air tawar seperti bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk lumpur. Istilah “yield”
digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan dari satu ton clay agar
Bentonite digunakan antara lain sebagai bahan dasar lumpur pemboran, pada dasarnya
Bentonite dibuat dari bahan lempung ( clay ) yang besifat Na-Monntmorillonite dan Ca-
pemboran karena mampu mengembang ( Swelling ) sampai 8 kali jika direndam dalam air.
Kemampuan mengembang yang cukup besar, akan membentuk suatu larutan dengan viscositas
yang cukup besar, hal ini penting untuk membersihkan dasar lubang sumur dan juga membentuk
suatu lapisan dinding yang elastic yang akan melindungi dinding lubang agar tidak runtuh.
Bentonite merupakan gabungan lempung ( Clay ) yaitu kumpulan mineral dan bahan bahan
seperti illit, kaolinit, siderite dan terbanyak adalah montmorillnite ( 85 – 90 % ) dan logam alkali
tanah.
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar atau di air asin
dan karenanya digunakan untuk pemboran dengan “salt water muds”. Baik bentonite atau
attapulgite akan memberikan kenaikan viskositas pada lumpur. Untuk oil base mud, viskositas
3. Inert Solids
Inert solid adalah padatan yang tidak bereaksi dengan air dan dengan komponen lainnya
dalam lumpur, dimana material ini tidak tersuspensi. Fungsi utama dari material ini adalah
berkaitan erat dengan densitas lumpur berguna untuk menambah berat ata berat jenis dari
lumpur, yang tujuannya untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan tidak banyak
pengaruhnya dengan sifat fisik lumpur yang lain. Material inert ini antara lain adalah barite atau
barium sulfate (BaSO4), besi oxida (Fe2O3), calcite atau calsium sulfate (CaSO4) dan galena
(PbS), dimana kebanyakan dari zat-zat ini berfungsi sebagai material pemberat.
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa oleh lumpur
seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, padatan seperti ini bukan disengaja untuk
menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (dapat menyebabkan abrasi dan
kerusakan pompa).
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumpur bor, adalah :
• Barite (BaSO4)
• Galena (PbS)
4. Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat – sifat
partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri.
Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan, mengurangi water
loss, mengontrol fasa kolid yang disebut dengan surface active agent.
Zat kimia yang dapat menurunkan kekentalan dan mendispersi partikel clay biasa disebut
thiner. Thiner yang dapat menurunkan kekentalan atau mengencerkan partikel clay diantaranya
adalah :
4. Lignosulfonate
5. Lignite
1. C.M.C
2. Starch
3. Drispac
Zat-zat kimia tersebut diatas bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur
tersebut, misalnya dengan menetralisir muatan – muatan listrik clay, menyebabkan dispertion
Pada umumnya lumpur pemboran dibagi dalam dua sistem, yaitu lumpur bor dengan bahan
dasar air (water base mud) dan lumpur bor dengan bahan dasar minyak (oil base mud). Lumpur
bor berdasarkan fasa cairnya yaitu air dan minyak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Lumpur jenis ini yang paling banyak digunakan, karena biayanya relatif murah. Lumpur ini
terbagi atas fresh water mud dan salt water mud, dan apabila dilihat dari komposisinya lumpur
- 20 – 25 lb/bbl bentonite
-0.25 – 0.5 lb/bbl caustic soda
Lumpur ini digunakan pada awal pemboran dimana pemeliharaannya dengan cara menjalankan
b) Lignosulfonate mud
Lumpur ini dalah salah satu jenis fluida pemboran yang serba guna, dan dalam prakteknya
lumpur ini akan menajadi optimal bilamana beberapa syarat penting harus kita perhatikan, antara
lain :
Komponen dasarnya meliputi air tawar atau air asin, bentonite, Chrome Lignosulfonat, lignite,
caustic soda, CMC, atau modified Starch. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan di dalam
Sifat pengontrolan laju tapisan akan rusak pada temperatur 350o F
Filtrat lumpur Lignosulfonat dianggap mempinya peranan merusak formasi yang produktif
- Bentonite 20 – 25 lb/bbl
- Spersene 2 lb/bbl
- Xp – 20 1 lb/bbl
c) Polimer mud
- Bentonite
- Caustic soda
pengental didalam air asin, formulasinya berkisar 2 ppb caustic soda, 1.5 ppb kapur (lime), 2-4
ppb lignosulfonate, 1-2 ppb lignite dan larutan prehydrated bentonite secukupnya. Biasanya
alkalinity pf 1.3-3.00 cc dijaga dengan caustic soda, pm 3.0-8.0 cc dengan kapur dan tapisan
dipembuat lumpur. Konsentrasi garam dalam air laut berkisar 30-35,000 ppm dengan berbagai
airnya rendah (3-5% volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap contaminant. Tetapi
airnya adalah contaminant karena memberikan efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk
mengontrol viskositas, gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrate
Faedah oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak, karena itu
tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi biasa maupun
formasi produktif. Kegunaan terbesar dari oil base nud ini adalah pada completion dan work over
sumur. Kegunaan yang lain adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit , mempermudah
pemasangan casing dan liner. Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu tanki besi untuk
menghindarkan kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan supaya tidak kotor dan bahaya api
berkurang.
- solid kontrol sulit dilakukan bila dibandingkan dengan water base mud.
3. Emulsion mud
Terbagi atas oil in water emulsion dan water in oil emulsion tergantung dari fasa apa yang
terdispersi. Fungsi lumpur ini adalah untuk menambah ROP, mengurangi filtration loss,
menambah pelumasan dan mengurangi torque, dimana lumpur ini banyak digunakan dalam
directional drilling. Komposisinya adalah lumpur dasar ditambah minyak mentah atau minyak
solar 2-15% atau lumpur dengan dasar minyak ditambahkan air 24-45% air.
6. Faktor Utama Dalam Pemilihan Lumpur Bor
Dalam menentukan lumpur bor yang akan digunakan dalam operasi pemboran harus
diperhatikan beberapa faktor utama untuk memilih lumpur bor tersebut, yaitu :
Problem yang akan terjadi dan yang berhubungan dengan lumpur diusahakan sekecil
mungkin.
Kestabilan terhadap temperatur dan kontaminasi yang terjadi (misalnya semen, air tawar).
Pemakaian polimer pada lumpur bor adalah yang dapat berfungsi sebagai
Penggumpal ( flocculants )
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan viscositas dan pada umumnya mempunyai second
Pengental ( viscosifier )
Viscosifier adalah bahan yang digunakan untuk menaikkan viskositas yang biasanya mempunyai
Tipe polymer seperti XCD polymer dan guard gum polymer
Polimer dengan anion tinggi mampu meningkatkan viskositas dan gel strength di dalam
konsentrasi padatan 4% dan konsentrasi <20 ppb. Polimer jenis ini mampu menempel pada ujung
– ujung lempung dan mengembang, sehingga luas permukaan akan bertambah dan dengan
Bahan ini berfungsi untuk menstabilkan shale formasi agar tidak gugur kedalam lubang bor.
Bahan akan menyelimuti partikel – partikel shale sehingga kontaknya dengan fluida dapat
dikurangi.
Mengontrol rheologi lumpur pada temperatur tinggi, karena pada temperatur tinggi lumpur
biasanya akan terjadi gelation, yaitu naiknya viskositas lumpur jauh diatas normal, jadi pada
Bahan ini berguna untuk mencegah terjadinya korosi pada drill string maupun pada peralatan
pengeboran lainnya.
Detergen
Detergen berfungsi untuk mencegah terjadinya balling oleh clay pada bit dan drill string. Di
samping itu juga berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan lumpur , sehingga cutting
Lubricant
Lubricant adalah bahan untuk mengurangi gesekan / torsi antara rangkain pipa dengan dinding
lubang dan pada umumnya di buat dari senyawa – senyawa derivat fatty acid.
8. Kandungan Garam
Kandungan Cl‾ ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur. Kadar garam dari
lumpur akan mempengaruhi interprestasi logging listrik. Kadar garam yang besar aka
menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan resistivity dari cairan formasi akan
terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur disebabkan cutting garam yang masuk kedalam
lumpur disaat menembus formasi yang mengandung garam, dengan kata lain lumpur
Kontaminasi adalah suatu problem yang dapat muncul dengan gejala yang perlahan-lahan
ataupun dengan segera dan cepat, dan biasanya diamati suatu fluktuasi sifat-sifat lumpur yang
tadinya normal saja menjadi naiknya yield point, naiknya daya agar, viskositas yang berlebih dan
Kontaminan didefinisikan semua jenis zat (padat, cairan ataupun gas) yang dapat
menimbulkan pengaruh merusak terhadap sifat-sifat fisika atau kimiawi dari fluida pemboran.
Semua jenis lumpur mempunyai satu kontaminan umum yaiut padatan berat jenis rendah (Low
Solid Gravity), baik yang berasal dari serbuk bor ataupun dari pemakaian bentonite yang terlalu
berlebihan.
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome), lapisan garam,
lapisan batuan yang mengandung konsentrasi garam yang cukup tinggi atau akibat air formasi
yang berkadar garam tinggi dan masuk kedalam sistim lumpur. Akibat adanya kontaminasi ini,
akan mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti viscositas, yield point, gel strengt dan
filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula terjadi bersamaan dengan kehadiran
Hanya sedikit daerah didunia dimana tidak dijumpai formasi gypsum (CaSO4), pilihan yang
diambil dalam mengatasi ini adalah dengan mengendapkan ion Ca+2 atau merubah sisitim lumpur
kapur (dasar kalsium). Gejala mula-mula dari kontaminasi gypsum adalah viskositas yang tinggi,
Kemungkinan untuk kontaminasi semen itu selalu ada pada setiap sumur pemboran. Semen
tidak menjadi kontaminan hanya jika fluida yang dipakai air jernih, air garam, lumpur kalsium
dan lumpur minyak. Parah atau tidaknya kontaminasi ini tergantung pada faktor-faktor seperti
konsentrasi padatan dalam lumpur dan keras atau lunaknya semen pada lubang.
Gejala kontaminasi semen adalah viskositas yang tinggi, yield point yang abnormal, daya agar
yang besar dan tapisan yang tidak terkontrol, ini disebabkan reaksi ion Ca +2 dari semen dengan
Sistem lumpur non dispersi dengan padatan rendah dipergunakan untuk memperoleh laju
penembusan yang lebih cepat tanpa merusak stabilitas lubang bor. Hal ini dapat ditanggulangi
- Menjaga lumpur dengan kadar padatan rendah dengan total kumulatif
dibawah 6%.
Lumpur ini menggunakan bentonite dengan polimer untuk mencapai hasil yang
dikehendaki dan sifat kehilangan cairan yang terkontrol. Untuk pemberat lumpur ini dapat
dipakai barite.
Jika lumpur ini dibuat dengan komposisi yang tepat dan terus dipelihara maka pemakaian
dispersane atau pengencer dapat dihindarkan. Jika koloid dan keseluruhan kandungan tetap
dijaga dalam batas – batas yang dapat diterima maka pengaturan sifat – sifat aliran dapat dibuat
pembersihan padatan dengan kandungan rendah, meningkatkan daya hidrolik, mempercepat laju
Pemakaian lumpur polimer non dispersi dengan padatan rendah sering digunakan pada
operasi pemboran dengan tingkat tinggi keberhasilan yang cukup tinggi. Dengan manfaat yang
terdapat dalam lumpur tersebut maka modifikasi dari lumpur ini menjadi tipe fluida pemboran
Faktor ekonomis dari pemakaian lumpur non dispersi dengan padatan rendah menjadi salah
satu faktor yang harus dipertimbagkan, terutama pada daerah dengan kemampuan laju
penembusan formasi 1 – 30 ft/jam. Dengan lumpur jenis ini maka laju penembusan akan
meningkat bahkan pada formasi batuan keras, sehingga dari segi biaya pemakaian lumpur ini
lebih menguntungkan.
Untuk penggunaan lumpur ini pada formasi sedang dengan laju penembusan ( 30 – 50
ft/jam ), didapat keuntungan pada usia pakai pahat bor, sehingga biaya pemboran dapat lebih
rendah.
Pada laju penembusan 50 – 75 ft/jam penggunaan lumpur ini akan memberikan nilai
keekonomisan yang cukup baik. Dengan catatan digunakannya menara bor ( rig ) yang memiliki
Pada kondisi luar biasa dengan kecepatan penembusan 75 – 200 ft / jam, lumpur polimer
non dispersi ini tidak dapat dipergunakan karena akan menghasilkan serbuk bor dalam jumlah
besar.
11. Sistem Lumpur Dispersi
Lumpur pemboran dispersi yang paling sederhana adalah lumpur air tawar yang tercampur
hidrat lempung secara alami apabila mata bor menembus formasi. Lumpur pemboran dispersi ini
disebut juga lumpur alami dan dipakai dalam pemboran dangkal atau untuk pemboran bagian
Pemboran dimulai dengan sirkulasi air tawar,dimana reaksi padatan lempung dalam
formasi yang sedang di bor menjadi hidrat dan menyebar ( dispersi ). Sifat kekentalan lumpur
dan jika peningkatan viskositas lebih cepat secara berlebihan maka lumpur pemboran diencerkan
dengan air. Pengencer ini terus berlanjut untuk tahap berikutnya sehingga menjadi tidak praktis
Tahap berikutnya adalah mempertahankan dan memlihara jenis lumpur tersebut dengan
membersihkan bebrapa padatan pemboran atau serbuk bor dengan perlengkapan mekanis dan
Senyawa fosfat, asam sodium pyrofosfat, sodium tetrafosfat merupakan zat - zat utama
yang dipakai dalam mengontrol kondisi lumpur. Pengontrolan padatan pemboran didalam
lumpur dilakukan melalui penambahan bahan kimia ( additive) pengenceran lumpur dengan air
Keuntungan dan kerugian yang didapat dengan menggunakan sistem fluida pemboran
Mudah dalam pembuatan dan relatif lebih sedikit menggunakan bahan kimia.
Mempunyai efek penurunan laju penembusan ( karena memiliki banyak partikelyang
Kerugian :
Tidak dapat dipakai pada pemboran formasi batuan yang keras.
Tidak dapat dipakai pada operasi pemboran yang cepat karena terlalu banyak serbuk
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan-cairan
berbusa, gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran dengan
membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan, dengan
demikian pemboran dapat berjalan dengan lancar. Pada awal penggunaan pemboran
berputar, fungsi utama fluida pemboran hanyalah mengangkat serpih dari dasar sumur ke
permukaan. Tetapi saat ini fungsi utama lumpur pemboran adalah: Pengangkatan serpih
bor ( cutting removal ), mendinginkan dan melumasi pahat, membersihkan dasar lubang (
bottom hole cleaning ), melindungi dinding lubang supaya stabil, menjaga atau
mengimbangi tekanan farmasi, menahan serpih / serbuk bor dan padatan lainnya jika
sirkulasi dihentikan, sebagai media logging, menunjang ( support ) berat dari rangkaian
bor dan selubung, menghantarkan daya hidrolika kepahat, dan mencegah dan
menghambat laju pemboran.