Konsep Penyakit
a. Definisi
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat
menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai
macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.
b. Etiologi
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi
erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
c. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang
diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu
yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia
yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel
yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan
lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis
serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang
tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
d. Manifestasi Klinis
1.Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus
(keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi
ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan
gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala
khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat.
Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird
(1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus
atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang
keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum
dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang
mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya
iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin
progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
e. Penatalaksanaan Medis
1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
2. Operasi
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.
Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma
serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih
tetap sama.
f. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina.
- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
- Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor
menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.
Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari
vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior
ulkus.
- Markroskopis
a. Stadium preklinis
b. Stadium permulaan
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh
C.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal
a. Kepala
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
c. Cardiac
d. Abdomen
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema
Do :
makan
- perubahan TD
- Penurunan BB yg tiba-tiba
3. Ds : - - Supresi sum- Resiko infeksi
Do : - sum tulang
- Penurunan
leukosit
4. Ds : - Gangguan Pola nafas tidak
Do : - Pertukaran O2
inspirasi /ekspirasi
nafas
5. Ds : - - Perdarahan Resiko cidera
Do : - berulang
- anemia
6. Ds : Keputihan Gangguan harga diri
negative diri
Do :
Membesar-besarkan
permasalahan
diri
7. Ds : Asupan Gangguan eliminasi
Mual
Do :
abdomen ( borborigmi)
Muntah
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan
kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
C. Intervensi
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan pada klien.
E. Evaluasi
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990;
FKKP, 1997).
Etiologi
Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita
pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah
vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan
maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim
yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Faktor Resiko
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
7. Merokok
Klasifikasi
1. Perdarahan
3. Cepat lelah
5. Anemia
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak
gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba
membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah
sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari
biopsi.
Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95%
akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan
memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan
diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan /
sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Gineskopi
Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Ia Histerektomi trasnsvaginal
IV a dan IV b Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu
ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal
yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan
perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular
lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan
keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
Diagnosa Keperawatan
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang
tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam
keluarga.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin
dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang
tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam
keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan
kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan
komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang
sakit.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan
karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian
ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat
human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan kaum wanita. Kasus
kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker leher
rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan pasien yang
berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik atau
16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologi di RSCM adalah kanker
serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian
terbanyak di antara kematian kanker ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun
2007 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).
C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data epidemiologik
memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab utamanya adalah virus
yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama
mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya
namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks
(Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi
meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).
D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia
muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE (osteum uteri
eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks
(Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral
G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan
digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia
ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan
yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-
sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut
berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi
sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan
karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi
membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia
Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1,
untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-
situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS
1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana
yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai
sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai
anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul
atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang
air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai
bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter (Wiknjosastro, 2006).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test untuk
mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah
terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga
tidak perlu di-screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara
teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat
menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker
serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes
Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh,
2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada
serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat
diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop
menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini
tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter. Lalu
seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan
serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan
serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan
kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau
biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di
bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi /
bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya
sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi.
Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).
J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi bilateral)
atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja. Pemberian kemoterapi, zat-
zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan bersamaan dengan terapi radiasi (Gale,
2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan
perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema
jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri (Doenges,
2000).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan
perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah
mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter
telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman
pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang
diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi
pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya,
putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti
perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu
rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau
merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk
mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek
samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat,
memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau
pemulihan.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema
jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada
keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang
(< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan
retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada
perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap
meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung
kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan
tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan
(misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan
melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi
pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of Nursing
, Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan
immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume 17, 272-280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD
DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarw