Anda di halaman 1dari 31

I.

Konsep Penyakit

a. Definisi

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel  jaringan

tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat

menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai

macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker serviks.

b. Etiologi

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar

mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar

kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko

yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga

sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi

erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah

umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum

disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak

kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)


Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh

terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa

radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

c. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang

diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu

yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia

yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel

yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan

keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk

preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan

lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis

serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi

ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal

zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang

tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga

terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

d. Manifestasi Klinis

1.Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus

(keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan

berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi

ulseratif.

2. Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan

gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala

khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan

penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat.
Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird

(1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus

atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang

keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum

dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

3. Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang

mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya

iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin

progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat

terjadi karena obstruksi ureter.

e. Penatalaksanaan Medis

1. Radiasi

- Dapat dipakai untuk semua stadium

- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

- Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2. Operasi

- Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II

- Operasi histerektomi vagina yang radikal

3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.

Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,

disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma

serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih

tetap sama.

f. Klasifikasi

1. Klasifikasi klinis

- Stage 0: Ca.Pre invasive


- Stage I: Ca. Terbatas pada serviks

- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis

- Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina.

Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal

- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina

- Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

- Mikroskopis

a. Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga

epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

b. Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel

skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel

cadangan endoserviks.

c. Stadium karsionoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor

menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,

biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

d. Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.

Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu

jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karisnoma serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari

vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior

dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.


Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi

ulkus.

- Markroskopis

a. Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b. Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c. Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

d. Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh

dan mudah berdarah.

1.      Untuk mengetahui pengertian kanker serviks

2.      Untuk mengetahui penyebab kanker serviks

3.      Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks

4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks

5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks

6.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.


II.       TINJAUAN PUSTAKA

C.    

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.      Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)

2.      Riwayat kesehatan

-          Keluhan utama

pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.

-          Riwayat kesehatan sekarang

pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu

stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal

-          Riwayat kesehatan dahulu


Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat

ooperasi kandungan, serta adanya tumor

-          Riwayat kesehatan keluarga

Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Kepala

-          Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

-          Wajah : tidak ada oedema

-          Mata : konjunctiva tidak anemis

-          Hidung : simetris, tidak ada sputum

-          Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

-          Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi

-          Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah bening

b.      Dada

-          Inspeksi : simetris

-          Perkusi : sonor seluruh lap paru

-          Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

-          Auskultasi : vesikuler

c.       Cardiac

-          Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

-          Palpasi : ictus cordis teraba

-          Perkusi : pekak

-          Auskultasi : tidak ada bising

d.      Abdomen

-          Inspeksi : simetris, tidak ascites

-          Palapasi : tidak ada nyeri tekan

-          Perkusi : tympani

-          Auskultasi : bising usus normal

e.       Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

f.       Ekstremitas

Tidak oedema

4.      Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah kep


1. Ds : mengungkapkan secara -     Agen-agen Gangguan rasa

verbal atau isyarat cidera nyaman: nyeri

Do :

-     gerakan menghindari nyeri

-     Perubahan nafsu makan dan

makan

-     Perilaku ekspresif

-     Berfokus pada diri sendiri


2. Ds : - haus -     Perdarahan Defisit volume

Do : yang berulang cairan

-  perubahan TD

-  Penurunan haluaran urine

-  Penurunan turgor kulit

-  Penurunan BB yg tiba-tiba
3. Ds : - -       Supresi sum- Resiko infeksi

Do : - sum tulang

-       Penurunan

leukosit
4. Ds : -       Gangguan Pola nafas tidak

          dispnea pengembangan efektif

          Napas pendek paru

Do : -       Pertukaran O2

          perubahan gerakan dada dan CO2

          Penurunan tekanan terganggu

inspirasi /ekspirasi

          Napas cuping hidung


          Penggunaan otot bantu

nafas
5. Ds : - -    Perdarahan Resiko cidera

Do : - berulang

-    anemia
6. Ds :           Keputihan Gangguan harga diri

          pengungkapan rasa malu/ dan bakteri

bersalah           Bau khas ca

          Pengungkapan rasa serviks

negative diri

Do :

          menyangkal permasalahan

          Membesar-besarkan

permasalahan

          Merasionalisasi kegagalan

diri
7. Ds :           Asupan Gangguan eliminasi

          nyeri abdomen cairan dan serat fekal

          Nyeri tekan pada abdomen kurang

          Anoreksia           konstipasi

          Mual

          Nyeri saat defekasi

Do :

          perubahan pada suara

abdomen ( borborigmi)

          Perubahan pola defekasi

          Penurunan frekuensi

          Distensi abdomen

          Mengejan saat defekasi

          Muntah
B.     Diagnosa

1.      Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.

2.      Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan

kemoterapi.

3.      Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.

4.      Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan cerviks.

5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.

C.     Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1.Nyeri b.d -    Setelah dilakukan -      Kaji tingkat nyeri. -   Untuk mengkaji
infiltrasi saraf tindakan -      Berikan rasa nyaman data dasar.
akibat infiltrasi keperawatan pasien pada pasien dengan -   Mengalihkan
metastase akan mampu pengaturan posisi dan fokus perhatian.
neoplasma. mengurangi rasa aktivitas hiburan -   Meningkatkan
nyeri dengan (musik). relaksasi untuk
kriteria hasil: -      Ajarkan teknik mengurangi
-    Pasien merasa manajemen nyeri nyeri.
nyaman. (relaksasi, visualisasi, -   Memungkinkan
-    Nyeri berkuran distraksi). pasien
-    Mampu -      Kolaborasi berpartisipasi
mendemonstrasikan pemberian analgetik. aktif dalam
keterampilam kontrol nyeri.
relaksasi, -   Kontrol nyeri
maksimum.
2.Gangguan -   Setelah dilakukan -     Pantau intake dan -   Identifikasi
perubahan nutrisi tindakan output makanan tiap defisiensi
kurang dari keperawatan hari. nutrisi.
kebutuhan b.d diharapkan -     Ukur BB tiap hari. -   Memantau
anoreksia pasca kebutuhan nutrisi -     Dorong pasien untuk peningkatan BB.
tindakan dapat tercukupi diet tinggi protein. -   Kebutuhan
kemoterapi. dengan kriteria jaringan
hasil: metabolik
-   Pasien adekuat oleh
mengungkapkan nutrisi.
pentingnya nutrisi.
-   Peningkatan BB
progresif.
3.Ketakutan/ -      Setelah dilakukan-       Dorong pasien untuk -    Memberikan
cemas tindakan mengungkapkan kesempatan
berhubungan keperawatan pikiran dan perasaan. untuk
dengan ancaman ketakutan/ -       Berikan lingkungan mengungkapkan
perubahan status kecemasan yang aman dan ketakutannya.
kesehatan serta berkurang sampai nyaman. -    Membantu
ancaman menghilang dengan -       Komunikasi mengurangi
kematian kriteria hasil: terapeutik dan kontak kecemasan.
-      Pasien sering dengan pasien. -    Meningkatkan
mendemonstrasikan-       Bantu mengembang- kepercayaan
koping efektif kan koping pasien.
dalam pengobatan. menghadapi rasa -    Meningkatkan
-      Pasien tampak takutnya. kemampuan
rileks dan kontrol cemas.
melaporkan cemas
berkurang.
4.Ganguan body -    Setelah dilakukan -     Diskusikan dengan -  Membantu
image tindakan pasien bagaimana mengidentifikasi
berhubungan keperawatan pengobatan masalah untuk
dengan diharapkan mempengaruhi menemukan
perubahan gangguan body kehidupan pasien. pemecahannya.
struktur tubuh image dapat teratasi -     Jelaskan bahwa tidak -  Membantu
sekunder dengan kriteria samping terjadi pada pasien untuk
terhadap hasil: pasien. menyiapkan diri
kemoterapi -    Pasien mampu -     Berikan dukungan beradaptasi.
mengembangkan emosi. -  Membantu klien
mekanisme koping. -     Gunakan sentuhan untuk percaya
-    Pasien mampu selama interaksi dan diri.
memahami tentang pertahankan kontak -  Meningkatkan
perubahan struktur mata. kepercayaan diri
tubuh. pasien.
5.Gangguan -     Setelah dilakukan -      Kaji kulit terhadap -     Efek
integritas kulit tindakan efek samping terapi kemerahan dapat
berhubungan keperawatan kanker, observasi terjadi pada
dengan efek diharapkan adanya terapi radiasi.
radiasi dan integritas kulit kerusakan/perlambatan -    
kemoterapi dapat terjaga penyembuhan luka. Mempertahanka
dengan kriteria -      Mandikan dengan air n kebersihan
hasil: hangat dan sabun kulit tanpa
-     Pasien ringan. mengiritasi
berpartisipasi dalam-      Dorong pasien untuk kulit.
mencegah menghindari -     Membantu
komplikasi. menggaruk kulit. menghindari
-     Tidak terjadi -      Ubah posisi tubuh trauma kulit.
kerusakan kulit. dengan sering. -     Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.

D.    Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan pada klien.
E.     Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1.      Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.

2.      Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh

3.      Tidak ada tanda-tanda infeksi

4.      Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5.      Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

6.      Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.

7.      Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan

kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

8.      Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
TINJAUAN TEORI

Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990;
FKKP, 1997).

Etiologi

Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).

2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).

3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita
pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah
vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada
sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.

Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan
maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim
yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.

4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2

5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali

6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

1. Usia.

2. Jumlah perkawinan

3. Hygiene dan sirkumsisi

4. Status sosial ekonomi


5. Pola seksual

6. Terpajan virus terutama virus HIV

7. Merokok

Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978


Tingka Kriteria
t
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah stroma
tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi
ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina dan
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak dipersoalkan asal
tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor
dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau
vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari
pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan

2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal

3. Cepat lelah

4. Kehilangan berat badan

5. Anemia

Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak
gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba
membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah
sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari
biopsi.

Prognosis

Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95%
akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan
memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

Pemeriksaan Penunjang

Sitologi, dengan cara tes pap

Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan
diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan /
sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak
adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

Kolposkopi

Servikografi

Pemeriksaan visual langsung

Gineskopi

Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut


II b , III dan IV Histerektomi trasnsvaginal

IV a dan IV b Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)

Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN

Pengkaijan

1. Identitas klien.

2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu
ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal
yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

4. Riwayat penyakit terdahulu.

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan
perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.

5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular
lain.

6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan
keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan

2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik

1. Sitologi

2. Biopsi

3. Kolposkopi

4. Servikografi

5. Gineskopi

6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang
tak menentu.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam
keluarga.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan terbatasnya informasi.


Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .


Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan
Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin
dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang
tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam
keluarga.

Tujuan :

Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan
kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan
komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang
sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.

Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :


1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.


Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.

Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.

http:// http://www.medicastore .com/med


Asuhan Keperawatan kanker Serviks

A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan
karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian
ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat
human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan kaum wanita. Kasus
kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker leher
rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan pasien yang
berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik atau
16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologi di RSCM adalah kanker
serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian
terbanyak di antara kematian kanker ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun
2007 jumlah penderita kanker serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).

C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data epidemiologik
memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab utamanya adalah virus
yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama
mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya
namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks
(Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi
meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).

D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting meliputi:
1.      Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia
muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE (osteum uteri
eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2.      Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks
(Wiknjosastro,2006)
3.      Berganti-ganti pasangan seksual,
4.      Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5.      Kebiasaan merokok,
6.      Higiene seksual yang buruk,
7.      Status sosial ekonomi yang rendah,
8.      Kontrasepsi oral

E. Stadium Pada Kanker Serviks


Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan jenis
pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan. Menurut
Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh
Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :
1.      Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbuh
dilapisan sel serviks.
2.      Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun, stadium ini
dibedakan menjadi:
a.       Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya kurang dari 3 mm
dan besarnya kurang dari 7 mm.
b.      Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm dan
besarnya kurang dari 7 mm.
c.       Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.
d.      Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3.      Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi
menjadi :
a.       Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam
dari vagina.
b.      Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke
dinding panggul.
4.      Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding
panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5.      Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih,
rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a.       Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b.      Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

F. Efek pada Maternal dan Neonatus


Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat lesi
besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada abortus akibat
infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian janin
dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan.
Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, sehingga pembukaan dapat
menjadi lengkap dan anak lahir spontan. Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri.
Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa
kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan menjadi
beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang diakibatkan oleh
perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasif untuk menunjukkan jumlah biaya yang
dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain memberikan efek langsung pada wanita, kanker
serviks juga memberikan pengaruh terhadap keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan
terapi pasien.

G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan
digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia
ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan
yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-
sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut
berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi
sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan
karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi
membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia
Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1,
untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-
situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.
Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS
1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana
yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai
sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

H. Tanda dan Gejala


Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap Smear
dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks,
barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh
2.      Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi yang lebih lama dan
lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul; Perdarahan
pada wanita usia menopause.
3.      Rasa sakit saat hubungan seksual
4.      Cepat lelah
5.      Kehilangan berat badan
6.      Anemia

7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai
anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul
atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang
air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai
bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter (Wiknjosastro, 2006).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test untuk
mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah
terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga
tidak perlu di-screening.
1.      Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara
teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat
menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker
serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes
Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh,
2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada
serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat
diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop
menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini
tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik. 
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter. Lalu
seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan
serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan
serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis
contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan
kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau
biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di
bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi /
bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya
sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi.
Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).

J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1.      Bedah krio
2.      Elektrokauter
3.      Laser
4.      LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5.      Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi bilateral)
atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja. Pemberian kemoterapi, zat-
zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan bersamaan dengan terapi radiasi (Gale,
2000).

Terapi selama kehamilan


Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi dan
biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan biopsi. Pada kasus
kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu,
kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat dipakai sebagai terapi primer
(Gale, 2000).

K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks


I. Pengkajian
a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam
hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam.
Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b.      Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c.       Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya :
nyeri.
d.      Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet, rasa).
e.       Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f.       Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
g.      Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h.      Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i.        Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis
senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks
multiple, aktivitas seksual dini.
j.        Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan dengan
kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k.      Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan sebelumnya
(Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
a.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan
perubahan bentuk tubuh.
b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga.
c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema
jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e.       Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f.       Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri (Doenges,
2000).

3. Intervensi Keperawatan
a.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan
perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah
mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
Intervensi:
1)        Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter
telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman
pada kanker.
2)        Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang
diagnostik.
3)        Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi
pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan
berdasarkan realita.

b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan
pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya,
putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti
perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Intervensi :
1)        Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu
rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau
merangsang kemajuan penyakit.
2)        Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk
mengatasi apa yang terjadi.
3)        Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek
samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4)        Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat,
memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau
pemulihan.

c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema
jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada
keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
Intervensi :
1)        Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang
(< 100 ml).
2)        Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan
retensi urine.
3)        Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada
perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4)        Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5)        Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap
meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6)        Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung
kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
1)      Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan
tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
2)      Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan
(misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3)      Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
4)      Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.

e.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Intervensi :
1)      Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2)      Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3)      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f.       Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan
melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1)      Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3)      Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi
pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a.       Ansietas pasien berkurang
b.      Meningkatkan harga diri pasien
c.       Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d.      Nyeri hilang/berkurang
e.       tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f.       pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British Journal of Nursing
, Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan pengecatan
immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume 17, 272-280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD
DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarw

Anda mungkin juga menyukai