ARIYANTO
1106129581
ARIYANTO
1106129581
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Nam : Ariyanto
a :
NPM Tangs.........
Tanda 110612958
1
Tanggal: 16 Juli 2014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian
persyaTatan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Profesi Ners pada
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUIN
Ditetapkan di : Depok
Tanggal 16 Juli
2014
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners. Penulisan
karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, dari masa praktik hingga penyusunan tugas akhir ini maka saya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Debie Dahlia, SKp., MHSM selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan ilmunya untuk membimbing dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
2. Ibu Ns. Yeane Anastania, S.Kep selaku pembimbing klinik di RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo yang telah menyediakan waktu, tenaga, ilmu serta
keterampilannya untuk membimbing selama praktik hingga penyusunan karya
ilmiah akhir ini.
3. Ibunda dan keluarga tercinta yang selaku memberikan dukungan dan do’a
sehingga menjadi motivasi dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah
akhir ini.
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang sangat peduli dan selalu memberikan saran dan masukan.
5. Pihak manajemen Pelayanan Jantung Terpadu RSCM yang telah memberikan
dukungan penuh berupa materi dan waktu sehingga saya dapat meraih gelar
Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir
ini akan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
iv
Nama Ariyanto
NPM 1106129581
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis Karya Karya Ilmiah Akhir
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Ariyanto
Nama : Ariyanto
Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien Kanker Ginjal di
Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
Kanker ginjal merupakan penyakit keganasan yang mulai meningkat angka
kejadiannya di daerah perkotaan. Akibat invasi dan pertumbuhan sel kanker yang
semakin membesar dapat menekan jaringan atau organ sekitar ginjal. Hal ini
sering mengakibatkan keluhan nyeri pada pasien dengan kanker ginjal. Sebagai
penyakit dengan progresivitas lambat, kanker menyebabkan nyeri yang bersifat
kronis, sehingga pengunaan obat analgesik dalam jangka waktu perlu
dipertimbangkan karena akan meningkatkan efek toksisitas terhadap organ. Maka
dari itu diperlukan manajemen nyeri non farmakologik. Tujuan penulisan ini
adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai teknik manajemen
nyeri non farmakologik khususnya teknik relaksasi dan teknik distraksi. Hasil dari
latihan teknik relaksasi dan distraksi yang dilakukan secara terus-menerus dapat
mengatasi rasa nyeri klien dengan kanker ginjal baik pra bedah maupun paska
bedah.
ABSTRACT
Name : Ariyanto
Study Program : Ners
Tittle : Clinical Practice Analysis of Urban Health Nursing in
Kidney Cancer Patient at Surgical Ward A Building Dr.
Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta.
vi
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3. Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)........... 5
2.2. Kanker Ginjal .............................................................................. 7
2.2.1. Definisi .............................................................................. 7
2.2.2. Etiologi .............................................................................. 7
2.2.3. Tanda dan Gejala............................................................... 9
2.2.4. Patofisiologi ...................................................................... 12
2.2.5. Pemeriksaan Diagnostik.................................................... 13
2.2.6. Klasifikasi ......................................................................... 13
2.2.7. Komplikasi ........................................................................ 13
2.2.8. Penatalaksanaan ................................................................ 13
2.2.9. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Ginjal 15
2.3. Akupresur .................................................................................... 16
2.3.1. Definisi .............................................................................. 17
2.3.2. Efek Akupresur ................................................................. 18
2.3.3. Keuntungan Akupresur ..................................................... 18
BAB 3. LAPORAN KASUS............................................................................ 19
3.1. Pengkajian ................................................................................... 19
3.1.1. Identitas Pasien.................................................................. 19
3.1.2. Anamnesis ......................................................................... 19
3.1.3. Pemeriksaan Penunjang .................................................... 23
3.2. Analisis Data................................................................................ 28
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi....................... 29
3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi ............. 29
3.3.2. Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi ............... 31
3.4. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 33
BAB 4. ANALISIS SITUASI .......................................................................... 35
4.1. Analisis Kasus Terkait Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan.....................................................................35
4.2. Analisis Kasus.................................................................................35
4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait.............38
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan.................................38
vii
viii
ix
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
x
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Kanker ginjal adalah sel kanker yang mulai tumbuhnya terletak pada ginjal.
Pertumbuhan sel ini tidak dapat dikendalikan. Sel kanker mempunyai cara
pertumbuhan yang berbeda dengan sel tubuh normal. Dimana sel tubuh normal
akan mati, sementara itu sel kanker akan terus tumbuh dan membentuk sel kanker
baru. Sel kanker ini dapat menginvasi jaringan tubuh lain (American Cancer
Society, 2014). Salah satu jaringan yang sering mengalami invasi oleh sel kanker
adalah serabut syaraf. Penyakit ini sering menimbulkan 3 gejala khas yang disebut
trias klasik (Smeltzer & Bare, 2010) yaitu: hematuria, massa dan nyeri.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk menggali lebih dalam teknik
efektif untuk
akupresur. Karenamengatasi
teknik inimasalah keperawatan
merupakan pada
teknik yang pasien
efektif, nonkanker
invasiveginjal
dan
menyebabkan
aman. Teknik yang penulis tertarik tetapi
sangat sederhana untuk menggali
memberikan lebihyangdalam
dampak sangat dan
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan klinis. Karya ilmiah ini akan
menganalisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada
pasien kanker ginjal di ruang rawat bedah gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada
para perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyusun asuhan
keperawatan, khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada
pasien kanker ginjal dengan masalah nyeri kronis. Intervensi tersebut dilakukan
sesuai dengan penelitian yang sudah ada.
2. Pendidikan
3. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence
based practice teknik nafas dalam pada pasien dengan masalah nyeri kronis
dengan kasus yang lain sesuai dengan penelitian terbaru.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial
ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis (Bintarto, 1984). Kota juga
merupakan pusat kreativitas, inovasi, tempat pergerakan politik, lokasi utama
untuk transformasi sosial, tekanan politik, dan perubahan budaya (Bourne, 2007).
Kota berperan besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan, pusat budaya dan
teknologi, pusat industri, dan tempat untuk meningkatkan pendapatan (State of
the
Universitas Indonesia
2.2. Kanker Ginjal
Kanker ginjal lebih banyak terjadi pada laki-laki (1.9% dari laki-laki dengan
cancer) dibandingkan pada wanita (1.2%) dan frekuensinya meningkat seiring
dengan peningkatan usia dimana kejadian tersering yaitu pada decade keenam dan
kedepalan. Terjadi peningkatan isiden dalam 10 tahun terakhir. Kira-kira 65%
pasien meninggal akibat penyakit ini (Cassidy, et. al, 2002).
Definisi
Kanker ginjal adalah kanker yang terbentuk pada jaringan ginjal. Kanker ginjal
terbagi menjadi renal cell carcinoma, renal pelvis carcinoma dan Wilm’s tumor
yaitu tipe kanker ginjal yang sering terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun
(National Cancer Institute, 2014). Sedangkan menurut para ahli nefrologi di Mayo
Clinic Florida, kanker ginjal adalah kanker yang berasal dari ginjal. Jadi dapat
disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa kanker ginjal adalah pertumbuhan
sel kanker yang berasal dari sel-sel pada organ ginjal.
Etiologi
Penyebab kanker sampai saat ini belum dapat dipastikan, hanya saja beberapa
faktor risiko telah diidentifikasi berhubungan dengan kejadian kanker ginjal.
Diantara faktor risiko tersebut disebutkan di bawah ini (Chow, 2010):
1) Merokok
Merokok diperkirakan menjadi factor risiko penyebab kanker ginjal oleh para ahli
bedah dari International Agency for Research on Cancer (IARC) di Amerika Serikat.
Jika dibandingkan dengan
merokok, risiko individu
meningkat yang 50%
sekitar tidak pada
pernah
perokok laki-laki dan 20% pada
perokok perempuan. Peningkatan risiko penyakit kanker ginjal berhubungan
dengan peningkatan jumlah rokok yang dihisap. Berhenti merokok dapat
menurunkan risiko tersebut, hanya saja hal ini terjadi pada jangka waktu yang
lama yaitu 10 tahun atau lebih.
Universitas Indonesia
Merokok diperkirakan meningkatkan risiko kanker ginjal yang berhubungan
dengan hipoksia jaringan kronis yang disebabkan oleh paparan carbon
monoksida. Selain itu, pasien dengan kanker ginjal menunjukkan level
kerusakan DNA yang lebih besar pada limfosit darah perifer yang dipicu oleh
N-Nitrosamine specific tobacco dibandingkan dengan individu yang tidak
merokok.
2) Obesitas
Peningkatan berat badan yang berlebihan diperkirakan terjadi pada 40% pasien
kanker ginjal. Individu dengan overweight dan obesitas meningkat risiko
penyakit kanker ginjal 24% pada laki-laki dan 34% pada wanita untuk setiap
kenaikan 5 kg/m2 BMI (indeks masa tubuh). Obesitas diperkirakan memiliki
kontribusi terhadap kejadian kanker ginjal karena hipoksia kronis, resistensi
insulin, gangguan sistem endokrin dan semua kondisi ini disebut obesity
induced inflammatory response.
3) Hipertensi
4) Aktivitas fisik
Data tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian kanker ginjal
masih sangat terbatas, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penurunan risiko kanker ginjal seiring dengan peningkatan tingkat aktivitas
seseorang. Beberapa aktivitas yang telah diobservasi dalam menurunkan risiko
kanker ginjal adalah aktivitas fisik yang rutin, aktivitas rekreasi atau
penggunaan aktivitas energi tinggi pada hari tertentu. Aktivitas fisik telah
Universitas Indonesia
terbukti dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah, meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin dan menurunkan inflamasi kronis serta stress
oksidatif. Hal ini yang akan berpengaruh dalam menurunkan risiko kanker
ginjal.
5) Diet
Kanker renal secara umum tidak termasuk ke dalam penyakit akibat pekerjaan,
tetapi peningkatan risiko berhubungan dengan beberapa pekerjaan tertentu dan
paparan jumlah agen industrial. Trichloroethylene (TCE) termasuk kelompok
human carcinogen. Secara lebih dalam lagi, penggunaan zat additif kimia dan TCE
juga telah menjadi kontaminan lingkungan yang paling banyak ditemui.
Genetik
Beberapa kasus kanker ginjal tidak menimbulkan gejala, terutama kanker ginjal
pada stadium awal. Kebanyakan kanker ginjal ditemukan saat pemeriksaan fisik
rutin sebagai massa abdomen yang terpalpasi. Trias klasik tanda dan gejala terjadi
hanya pada 10% pasien (Smeltzer & Bare, 2010) yaitu:
Universitas Indonesia
1) Hematuria
2) Nyeri
Nyeri sering dirasakan oleh pasien akibat adanya penekanan pada organ lain
oleh massa ginjal yang semakin membesar atau karena invasi sel kanker
terhadap jaringan sekitar. Nyeri tumpul sering timbul di daerah pinggang
belakang sebagai akibat penekanan terhadap ureter atau pembesaran massa
yang terjadi di area perirenal atau nyeri akibat perlukaan jaringan ginjal. Nyeri
kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor keluar melewati ureter.
Universitas Indonesia
3) Massa
Massa yang teraba pada area abdomen seringkali menjadi tanda ditemukannya
kanker ginjal. Tanda ini biasanya timbul pada stadium lanjut.
Selain tanda dan gejala di atas, gejala awal dari kanker ginjal dapat berupa
kehilangan berat badan yang tidak disadari penyebabnya, kelemahan dan anemia.
Beberapa kasus kanker disertai gejala demam.
Universitas Indonesia
2.2.4. Patofisiologi
Faktor Risiko:
- Merokok
- Obesitas
- Hipertensi
- Aktivitas fisik
- Diet
- Lingkungan
- Genetik
Aktivasi
abnormal gen
selular
Mutasi(onkogen)
gen sel
tubulus
Proliferasi sel
tidak
terkontrol
Penekanan Massa
Kanker
jaringan oleh ginjal otot Energi otot
massa
Hiperte
rmi
Peruba
han
elimina
si urine
Universitas Indonesia
2.2.5. Pemeriksaan diagnostik
2.2.6. Klasifikasi
Klasifikasiderajattumoryangpalingseringdigunakanadalahsistem pengklasifikasian
menurut Robson
Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari penyakit kanker ginjal tergantung pada organ yang
menjadi target metastasis.
Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Reseksi seluruh tumor adalah terapi modalitas yang paling potensial dan harus
ditawarkan pada pasien tanpa metastasis yang sehat secara fisik untuk
menjalani operasi. Pada pasien dengan metastasis yang masih pada lokasi
terbatas dan dalam kondisi sehat untuk menjalani operasi, indikasi nefrektomi
Universitas Indonesia
untuk mengontrol area local. Partial nefrektomi sering dilakukan untuk tumor
local pada pasien yang hanya memiliki satu ginjal.
Radikal nefrektomi adalah pembedahan yang disarankan jika tumor tidak dapat
diangkat. Prosedur ini mencakup pengangkatan ginjal (dan tumor), kelenjar
adrenal, lapisan lemak sekitar perirenal dan gerota’s fascia serta nodus limfe.
Beberapa kasus menunjukkan regresi metastasis setelah nefrektomi. Namun,
nefrektomi tidak disarankan pada pasien yang dalam kondisi lemah atau
metastasis ekstensif.
2) Radiotherapy
3) Endocrine therapy
4) Chemotherapy
5) Biological therapy
Universitas Indonesia
akibat metastasis. Hal ini yang menyebabkan Biological therapy dapat menjadi
pilihan. Karena dari beberapa penelitian, terapi ini dapat diberikan pada pasien
kanker dengan penurunan imunitas tubuh.
Pada pasien kanker ginjal dengan metastasis, renal arteri dapat ditutup untuk
menyumbat aliran darah ke tumor sehingga dapat mematikan sel tumor.
Penurunan suplay darah local membuat pengangkatan ginjal (nefrektomi) lebih
mudah. Hal ini juga menstimulasi respon imun karena infark sel karsinoma
renal yang melepaskan tumor antigen yang akan meningkatkan respon pasien
terhadap lesi metastasis. Setelah prosedur embolisasi arteri renalis dan infark
tumor, terjadi postinfarction syndrome selama 2 sampai 3 hari. Pasien
merasakan nyeri terlokalisir di sisi abdomen, peningkatan suhu tubuh dan
gejala saluran pencernaan.
2.2.9.1. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Riwayat aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk, riwayat bekerja pada
lingkungan dengan paparan zat karsinogenik, merokok.
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
Gejala yang paling khas dari kanker ginjal adalah hematuria, dapat berupa
gross hematuria atau mikroskopik. Riwayat obstruksi dan penurunan volume
urine
Universitas Indonesia
4. Makanan dan cairan
Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, lemas dan anemia.
Riwayat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat karsinogenik,
misalnya makanan yang dipanggang.
Nyeri lebih sering bersifat tumpul, tetapi dapat juga terjadi nyeri akut (Kolik)
jika terjadi sumbatan pada ureter. Lokasi nyeri tergantung pada organ yang
mengalami penekanan.
6. Keamanan
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Pasien dengan kanker ginjal biasanya memiliki riwayat pekerjaan atau paparan
lingkungan dan diet yang mengandung karsinogenik yang dapat mengendap di
ginjal.
2.3. Akupresur
Universitas Indonesia
farmakologis, akhir-akhir ini pilihan tatalaksana nyeri non farmakologis telah
mulai banyak digunakan (Kwekkeboom et al. 2003). Dalam beberapa penelitian
telah dibuktikan bahwa beberapa metode tatalaksana nyeri non farmakologis
cukup berguna untuk mengatasi nyeri.
Hal di atas menjadi pertimbangan bahwa terapi ini membantu terapi farmakologis
standar dalam tatalaksana nyeri. Ketika terapi medis bekerja mengatasi dimensi
somatic (secara fisiologis dan emosional) sementara itu tatalaksana nyeri non
farmakologis bertujuan untuk mengatasi secara afektif, kognitif, perilaku dan
sosial kultural untuk mengatasi nyeri (Yavuz, 2006). Terapi ini dapat mengatasi
nyeri sebagai terapi alternatif pada nyeri tingkat sedang hingga berat (Delaune &
Ladner, 2002).
Salah satu teknik manajemen nyeri yang saat ini banyak dikembangkan di dalam
penelitian adalah akupresur. Akupresur termasuk dalam klasifikasi intervensi
keperawatan (Nursing Intervention Classification/ NIC). Telah terbukti bahwa
akupresur berguna untuk mengatasi masalah nyeri, mual muntah dan fatique
(Dergisi, 2006).
2.3.1. Definisi
Akupresur adalah teknik yang dilakukan dengan manipulasi titik acupoint sama
seperti yang digunakan dalam teknik akupunktur tetapi tanpa menggunakan
jarum. Akupresur adalah teknik pijatan non invasif, aman, efektif yang dilakukan
untuk memijat titik acupoint dengan tujuan untuk merangsang keseimbangan
energy yang akan meningkatkan kesehatan dan rasa nyaman. Akupresur dilakukan
menggunakan jari pada titik acupoint dan garis meridian permukaan tubuh. Garis
meridian ini akan dihambat melalui tekanan pada satu atau lebih titik acupoint.
Tiap garis meridian dikelompokkan berdasarkan organ spesifik yang
berhubungan.
Universitas Indonesia
2.3.2. Efek akupresur
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Pasien dengan nama Tn. S Tanggal lahir 7 Maret 1951 (63 tahun) Jenis kelamin
laki-laki. Agama pasien Islam. Status perkawinan menikah. Pekerjaan berdagang.
Pasien tinggal di Kp. Pasar RT 02/03, Kecamatan kasemen, Kabupaten Serang,
Profinsi Banten. Pasien menggunakan jenis pembiayaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
Pasien masuk dari IGD rujukan dari RSUD kabupaten Serang dengan keluhan
hematuria ec tumor ginjal kiri suspek ganas. Masuk ruang bedah urologi Gedung A
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 21 Mei 2014. Pengkajian dilakukan
tanggal 22 Mei 2014.
3.1.2. Anamnesis
Pasien mengeluh benjolan di area abdomen kiri terasa nyeri. Klien mengatakan
berat badan turun turun drastis sejak 1 tahun. Klien mengatakan khawatir dengan
kondisi tumornya, karena menurut dokter RSUD serang merupakan tumor ganas.
Klien mengatakan benjolan di area abdomen mulai timbul sejak 3 tahun yang lalu.
Awalnya tumor kecil dan berpindah-pindah. Tetapi sejak 1 tahun terakhir
Universitas Indonesia
untuk mengeluarkan darah dari kandung kencing 5 hari yang lalu di RSUD
Serang. Klien tidak mengetahui jenis operasinya.
Klien belum pernah mengalami penyakit ginjal, Tidak ada riwayat DM,
hipertensi, asma, penyakit asam urat.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat DM, Hipertensi, asma, sakit ginjal dari keluarga.
d. Aktivitas / istirahat
Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap, lebih banyak tidak bekerja, kadang-
kadang berjualan. Aktivitas sehari-hari pasien hanya di rumah saja dan kadang-
kadang ke pasar. Di rumah sakit klien lebih sering berbaring, sulit duduk atau
berdiri karena nyeri di abdomen dan badan terasa lemah.
e. Sirkulasi
Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda dada berdebar, atau pusing. Pasien
juga mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, edema kaki,
flebitis. Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 130/70 mmHg.
Nadi 88x/menit, teraba kuat, reguler, kualitas nadi 3+ Pada ekstremitas suhu
36oC, capilary refill time (CRT) ≤ 2 detik. Tidak ada varises, persebaran
rambut merata. Mukosa lembab, bibir sedikit kering, konjungtiva tidak pucat,
sclera tidak ikterik, tidak ada diaforesis.
f. Integritas Ego
Universitas Indonesia
pasien di dukung oleh semua keluarga besar dan anaknya. Sehari – hari pasien
ditunggu oleh anaknya, meskipun anak-anaknya tidak menunggu full time tapi
selalu menjenguk setiap hari. Saat dilakukan pengkajian wajahnya tampak
cemas dan takut menjalani operasi.
g. Eliminasi
Pasien mengatakan sudah 3 hari belum BAB, terakhir BAB karakter feses
lunak. Tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid, konstipasi dan diare. Pola BAK: ±
8-10 x sehari, selama di RS klien menggunakan kateter urine. Riwayat nyeri saat
BAK tidak ada, riwayat keluar batu tidak ada, riwayat hematuria ada. Tidak ada
riwayat penyakit ginjal.
h. Makanan / cairan
Pasien makan sesuai dengan diet RS energi 1900 Kkal (35 Kkal/ Kg BB ideal).
Protein 15% = 71 gram, lemak 25% = 53 gram, Karbohidrat 60% = 285 gram.
Makanan terakhir masuk tanggal 22/5/2013 pagi. Tidak ada mual dan muntah.
Tidak ada nyeri ulu hati. Tidak ada alergi makanan. Kemampuan untuk mengunyah
dan menelan baik. BB saat ini 49 kg. Klien dan keluarga merasa badan bertambah
kurus sejak 6 bulan yang lalu. Klien tidak mengetahui berat badan sebelumnya. TB
160 cm. IMT: 19,1 dan BB ideal: 54 Kg. Bentuk tubuh agak membungkuk. Turgor
kulit elastis, kulit sedikit kering. Tidak ada edema dan distensi vena jugularis.
Kondisi gigi berlubang di geraham bawah kanan dan kiri, penampilan lidah bersih
dan membran mukosa lembab. Klien mengatakan nafsu makan menurun, porsi
makan habis 2/3 porsi. Klien riwayat kurang minum dan sering mengkonsumsi soft
drink atau energy drink.
i. Kebersihan / Hygiene
Universitas Indonesia
berpakaian rapi dengan jenis baju yang sesuai dengan usianya. Saat pengkajian
tidak ada bau badan.
j. Neurosensori
Keluhan pusing atau rasa ingin pingsan tidak ada, riwayat syncope tidak ada.
Tidak ada kesemutan pada ekstremitas. Tidak ada riwayat stroke dan kejang.
Penglihatan dan pendengaran normal. Status mental terorientasi dengan baik,
kesadaran compos mentis, klien cukup kooperatif selama pengkajian. Memori saat
ini dan masa lalu baik. Tidak ada tanda facial drop. Refleks menelan baik.
Nyeri/ketidaknyamanan
Pasien mengeluh benjolan di area abdomen kiri terasa nyeri. Nyeri bertambah jika
pasien posisi duduk dan berkurang dengan posisi berbaring. Karakteristik nyeri
tumpul. Skala nyeri 6, frekuensi nyeri sering. Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
saat berubah posisi. pasien tampak mengerutkan dahi dan menjaga area yang
sakit. Respon emosional stabil, klien tidak tampak marah.
Pernapasan
Pasien tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma,
empisema, pneumonia. Pasien riwayat merokok + 30 tahun, tetapi sudah berhenti
sejak 1 tahun yang lalu. Tidak menggunakan oksigen. Frekuensi pernapasan 20
x/menit. Vocal fremitus dan taktil fremitus simetris, tidak menggunakan otot bantu
napas. Bunyi napas vesikuler. Ronchi -/-, wheezing
-/-, Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada sputum.
Keamanan
Pasien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan. Tampak luka
operasi tertutup kassa steril. Pergerakan ekstremitas tampak aktif.
Tonus otot
5
555
5
555
5
555
5
555
Universitas Indonesia
n. Interaksi sosial
Saat ini peran dalam struktur keluarga sebagai kakek atau orang tua. Interaksi
dengan keluarga baik dan lingkungan juga baik. Klien sering mengikuti
kegiatan di masyarakat, selama di rumah sakit klien jarang berinteraksi dengan
pasien lain. Bicara cukup jelas dan dapat dimengerti. Klien sering
menggunakan bahasa daerah sunda di lingkungannya, sementara di RS klien
sering menggunakan bahasa Indonesia.
3.1.3.1. Pemeriksaan
Ultrasonografi Kesimpulan:
Massa solid bervaskularisasi internal dengan daerah nekrotik di tengahnya
pada medial dan inferior ginjal kiri, suspek malignancy
Hidronefrosis kiri ec massa
Simple cyst ginjal kanan
Cystitis kronis
Universitas Indonesia
Natrium (Na) 134 mEq/l 132-147
Kalium (K) 3,95 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 97,8 mEq/l 94,0 – 111,0
Calsium 9,1 mg/dL 8,8 – 10,2
02 Juni 2014 Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,0 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 31,9 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,66 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 322 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 6,09 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hemostasis:
PT 12,1 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,5 detik
APTT 42,7 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 33,4 detik
SGOT 22 U/L <33
SGPT 31 U/L <41
Albumin 3,70 g/dL 3,5 – 5,2
Kreatinin darah 1,10 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 72,6 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 44 mg/dL <50
Glukosa sewaktu 122 mg/dL <140
Natrium (Na) 141 mEq/l 132-147
Kalium (K) 4,46 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 93,2 mEq/l 94,0 – 111,0
09 Juni 2014 Kalium (K) 3,95 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 106,3 mEq/l 94,0 – 111,0
Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,5 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 32,0 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,68 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 319 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 6,73 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hemostasis:
PT 11,9 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,6 detik
APTT 44,1 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 33,0 detik
INR 1,02
SGOT 14 U/L <33
SGPT 16 U/L <41
Albumin 4,20 g/dL 3,5 – 5,2
Kreatinin darah 1,30 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 59,3 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 58 mg/dL <50
Universitas Indonesia
Glukosa sewaktu 96 mg/dL <140
Natrium (Na) 145 mEq/l 132-147
13 Juni 2014 Albumin 2,73 g/dL 3,5 – 5,2
Natrium (Na) 133 mEq/l 132-147
Kalium (K) 4,14 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 98,0 mEq/l 94,0 – 111,0
14 Juni 2014 Natrium (Na) 139 mEq/l 132-147
Kalium (K) 3,84 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 98,5 mEq/l 94,0 – 111,0
Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,4 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 36,6 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,75 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 203 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 8,04 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hitung Jenis:
Basofil 0,1 % 0,5 – 1,0
Eosinofil 3,2 % 1–4
Neutrofil 78,3 % 55,0 – 70,0
Limfosit 9,3 % 20 – 40
Monosit 9,1 % 2–8
Laju Endap Darah 96 mm 0 – 10
Albumin 3,34 g/dL 3,5 – 5,2
Protein total 6,0 g/dL 6,4 – 8,7
Globulin 2,66 g/dL 1,80 – 3,90
Kreatinin darah 1,10 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 72,6 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 31 mg/dL <50
Hemostasis:
PT 13,9 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,1 detik
APTT 56,9 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 31,5 detik
Universitas Indonesia
Kristal Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat Jenis 1,015 1,005 – 1,030
PH 6,5 4,5 – 8,0
Protein 2+ Negatif
Glucosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/ Hb 3+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 16,0 µmol/L 3,2 – 16,0
Nitrit Positif Negatif
Leukosit Esterase 3+ Negatif
Biakan Aeroh urine E. Coli > 100000 kuman/mL
05 Juni 2014 Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen:
Leukosit 2-3 /LPB 0–5
Eritrosit 25 - 27 /LPB 0–2
Silinder: /LPK 0–2
Granula kasar 0–1
Granula halus 0–1
Sel Epitel 1+ 1+
Kristal Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat Jenis 1,030 1,005 – 1,030
PH 6,0 4,5 – 8,0
Protein 2+ Negatif
Glucosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/ Hb 3+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 µmol/L 3,2 – 16,0
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif Negatif
Universitas Indonesia
3.1.3.4. Laporan Pembedahan
Universitas Indonesia
3.2. Analisis Data
Universitas Indonesia
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan sering timbul atau
setelah lama minum obat
DO:
Pasien tampak tegang
Pasien tampak meringis saat berubah posisi
Pasien tampak melindungi area yang sakit
saat berubah posisi
Tujuan: Masalah nutrisi teratasi dalam waktu 3x24 jam ditunjukkan dengan
nendemontrasikan pemeliharaan/kemajuan penambahan berat badan yang
diinginkan dengan kriteriam: enyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi,
masukan kalori diet adekuat, tidak ada mual muntah.
Universitas Indonesia
Timbang berat badan sesuai indikasi bila memungkinkan. Catat masukan
dan haluaran setiap hari
Auskultasi bising usus; palpasi abdomen.
Dorong pasien untuk makan diet tinggai kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.
Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein dan vitamin C
Nilai diet sebelumnya dan pantau peningkatan pemberian diet pada klien
Kontrol faktor lingkungan dan ciptakan suasana makan yang
menyenangkan Berikan cairan IV, mis., albumin, lipid, elektrolit
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: antiemetic, antasida
Konsuldenganahli diet,tim pendukungnutrisi.BerikanNPT
enteral/parenteral sesuai indikasi
b. Nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria: kolik berkurang/hilang, pasien tidak mengeluh nyeri (skala
nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, pasien tampak rileks, Pasien sudah
tidak memegang area nyeri
Universitas Indonesia
c. Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam rasa cemas
dapat diatasi/berkurang dengan kriteria: Pasien dapat menyatakan kecemasan
yang dirasakan, pasien dapat beristirahat dengan tenang, nadi dalam batas
normal, ekspresi wajah ceria/rileks.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria: kolik berkurang/hilang, pasien tidak mengeluh nyeri
(skala nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, pasien tampak rileks, Pasien
sudah tidak memegang area nyeri
Universitas Indonesia
Intervensi yang dilakukan adalah
b. Intoleransi aktivitas
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat beta
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dipsnea,
berkeringat, pucat.
Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.
Beri lingkungan yang aman: pasang penghalang tempat tidur dan kunci roda
tempat tidur
Universitas Indonesia
c. Risiko infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, tidak terjadi infeksi
dengan kriteria: tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak,
nyeri, kemerahan, ada pus; Leukosit 5.000 - 10.000/µL.
Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan ialah sebagai berikut:
a. Nyeri (akut)
Pada hari pertama pasien mengatakan mengalami nyeri dengan skala 3-4 di bagian
pinggang kanan dan kiri. Penyebabnya karena ada batu di bagian ginjal dibuktikan
dengan hasil BNO pada tanggal 18-04-2013. Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Kondisi ini bertambah jika kurang minum dan tidak beraktivitas. Namun setelah
diajari teknik napas dalam pasien mengatakan lebih lega dan nyeri berkurang,
skala nyeri menjadi 2 dalam waktu 3 hari. Pada akhir intervensi pasien
mengatakan nyeri sudah sangat berkurang. Nyeri dirasakan di sekitar luka jahitan
dan nyeri kambuh jika bergerak tiba-tiba. Skala nyeri 1.
Universitas Indonesia
b. Risiko infeksi
Awalnya pasien mengatakan bahwa sering nyeri di pinggang dan pernah memiliki
riwayat BAK nyeri. Pasien mengatakan pernah demam juga. Hasil leukosit pada
tanggal 18-04-2013 menunjukkan 10080 μL. Tindakan yang dilakukan adalah
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri. Pada tanggal 15-05-2013
menunjukkan 9700 μL. Namun setelah 1 hari paska operasi pasien sempat
mengalami demam dengan suhu 37,5oC dengan jumlah leukosit 15.180 μL,
kemudian perawat memberikan antibiotik, minum air yang banyak dan
menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga
pada hari berikutnya leukosit turun menjadi 12.750 μL. Pasien sudah tidak
mengeluh demam lagi dan warna urin kuning kemerahan, pus sudah tidak ada.
Pasien mengatakan sering tidak tuntas saat BAK dan pernah merasakan nyeri.
Namun sehari setelah dirawat pasien langsung dipasang kateter sehingga nyeri
berkurang dan BAK menjadi lancar. Nyeri masih ada di sekitar luka operasi.
d. Ansietas
Pada saat pertama datang di RS pasien tampak tegang dan bingung dengan
kondisi yang ada. Namun setelah mahasiswa datang dan menjelaskan prosedur
yang akan dijalani dan mendengarkan keluhan pasien maka pada hari kedua
pasienmenjalankan operasi dengan siap dan bisa tidur walaupun belum pulas.
e. Intolerasi aktivitas
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Perkotaan (KKMP)
KKMP yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas.
Namun konsep keperawatan komunitas ini bisa diterapkan di lahan klinik dengan
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur dan penyakit yang ada
di masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan
untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan. Masalah
yang sering terjadi di daerah perkotaan adalah keganasan salah satunya kanker
ginjal. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali Indonesia. Data penelitian terbaru mengenai kanker ginjal
Pasien dengan kanker ginjal mulai sering dialami oleh masyarakat perkotaan
meskipun angka kejadiannya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan angka
infeksi atau batu saluran kemih. Terjadinya keganasan pada organ ginjal tentu
disertai adanya multifaktor baik dari segi host, agent maupun lingkungannya. Dari
hasil analisa didapatkan riwayat diet konsumsi soft drink dan energy drink yang
35 Universitas Indonesia
Usia pasien yang hampir lansia membuat salah satu faktor predisposisi munculnya
kanker ginjal seperti yang dikatakan oleh The Cancer Council New South Wales
(2011) bahwa penyakit ginjal sering muncul di atas usia 55 tahun. Kondisi lansia
juga menyebabkan rentan untuk dilakukan tindakan pembedahan. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuzgunbay (2010) bahwa usia
yang rentan untuk dilakukan pembedahan yaitu lansia dengan usia 65 tahun
keatas.
Tn. S merupakan salah satu penderita kanker ginjal dengan jenis kelamin laki-laki.
Seperti yang dijelaskan di dalam penelitian Cassidy, et. al, (2002) bahwa kanker
ginjal lebih banyak terjadi pada laki-laki (1.9% dari laki-laki dengan cancer)
dibandingkan pada wanita (1.2%) dan frekuensinya meningkat seiring dengan
peningkatan usia dimana kejadian tersering yaitu pada decade keenam dan
kedepalan. Terjadi peningkatan isiden dalam 10 tahun terakhir. Kira-kira 65%
pasien meninggal akibat penyakit ini Merokok juga merupakan faktor
predisposisi yang kuat pada Tn. S sesuai dengan hasil penelitian para ahli bedah
dari International Agency for Research on Cancer (IARC) di Amerika Serikat,
yaitu jika dibandingkan dengan individu yang tidak pernah merokok, risiko
meningkat sekitar 50% pada perokok laki-laki.
Universitas Indonesia
Masalah kedua dari pasien ini adalah nyeri yang bersifat kronis. Nyeri yang
dialami oleh pasien berasal dari penekanan dan invasi sel kanker terhadap jaringan
di sekitar ginjal. Nyeri dirasakan sebagai rasa sakit tumpul pada daerah abdomen
dan kadang menjalar ke pinggang belakang. Pasien juga mengalami ansietas
ketika pertama kali datang di rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
informasi yang didapatkan pasien sebelum dilakukan operasi dan rasa takut
menjalani operasi. Saat dilakukan pengkajian awal pasien mengatakan tidak tahu
tentang prosedur operasi dan khawatir dengan kondisi penyakitnya. Saat ditanya
mengenai penyakitnya pasien hanya menjelaskan secara singkat.
Setelah menjalani operasi, klien mengalami nyeri yang bersifat akut akibat luka
sayatan operasi. Nyeri bersifat tajam tetapi tidak menyebar. Klien dapat mengatasi
masalah nyeri karena telah berlatih teknik relaksasi dan distraksi bersama perawat
selama 2 minggu sambil menunggu jadwal operasi. Selain itu juga pasien
mengalami intoleransi aktivitas karena masa pemulihan paska operasi. Selain itu
aktivitas terhambat karena rasa nyeri. Dengan mengatasi rasa nyeri maka secara
bertahap pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Kadar Albumin yang
rendah (2,73 g/dL) paska operasi menyebabkan klien rentan terhadap risiko
infeksi, karena protein tubuh penting dalam proses pembentukan imunitas
seseorang. Perawat melakukan langkah-langkah pencegahan infeksi dengan
meningkatkan kebersihan dan mempertahankan teknik septik dan aseptic saat
melakukan prosedur terhadap pasien. Secara umum proses perawatan dan
pembedahan pasien tidak mengalami komplikasi.
Universitas Indonesia
4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Dari ketiga masalah di atas, gejala yang paling dirasakan klien saat pengkajian
adalah nyeri. Untuk mengatasi masalah ini perawat melakukan intervensi teknik
relaksasi dan distraksi sebagai salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologis. Perawat telah melatih beberapa teknik manajemen nyeri non
farmakologis sesuai hasil penelitian Kwekkeboom et al. (2003) bahwa metode
tatalaksana nyeri non farmakologis cukup berguna untuk mengatasi nyeri. Terapi
ini dapat mengatasi nyeri sebagai terapi alternatif pada nyeri tingkat sedang
hingga berat (Delaune & Ladner, 2002). Metode ini terbuktif efektif pada pasien
ini. Pasien yang sebelumnya mendapatkan terapi analgesik kombinasi injeksi
tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid supp 2 x 1 dapat mengatasi rasa nyeri hanya
dengan 1 jenis terapi analgesik oral ultracet 3 x 1 tablet selama kurang lebih 2
minggu selama menunggu operasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yavuz
(2006) bahwa metode ini membantu terapi farmakologis standar dalam tatalaksana
nyeri. Ketika terapi medis bekerja mengatasi dimensi somatic (secara fisiologis
dan emosional) sementara itu tatalaksana nyeri non farmakologis bertujuan untuk
mengatasi secara afektif, kognitif, perilaku dan sosial kultural untuk mengatasi
nyeri.
Selain teknik relaksasi dan distraksi yang merupakan metode manajemen nyeri
non farmakologis, teknik akupresur juga mulai banyak dikembangkan dalam
beberapa penelitian terakhir. Akupresur termasuk dalam klasifikasi intervensi
Universitas Indonesia
keperawatan (Nursing Intervention Classification/ NIC). Telah terbukti bahwa
akupresur berguna untuk mengatasi masalah nyeri, mual muntah dan fatique
(Dergisi, 2006). Selain mengatasi masalah nyeri, akupresur mengembalikan aliran
energi tubuh dan memfasilitasi proses penyembuhan. Akupresur juga
meningkatkan aliran darah dan sirkulasi sehingga oksigen dapat dibawa lebih
efektif ke seluruh bagian tubuh dan meningkatkan energi serta imunitas.
Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
pada pasien kanker ginjal di ruang bedah zona
A lantai 4 gedung A RSCM adalah sebagai
berikut:
baik Universita
s
dapat Indonesia
berpengar
uh
terhadap
kondisi
psikologi
s, sosial
dan
emosiona
l pasien.
Maka
manajeme
n nyeri
perlu
diajarkan
kepada
pasien
perlu
diajarkan
sedini
mungkin
sehingga
pasien
memiliki
waktu
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
41
5.2. Saran
Universitas Indonesia
APHA. (1996). The Definition and Practice of Public Health Nursing. USA; Public
health Association.
BonnieSingleton.(2013).CanDietSodaCauseKidneyDisease.
Cassidy Jim, Bissett Donald, Obe Roy A.J., Spence. (2002). Oxford Handbook of
Oncology. USA; Oxford University Press.
Nationalcancerinstitute,2014,Kidneycancer,diunduhdari
Smeltzer Suzanne C. & Bare Brenda. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Surgical Nursing10th Edition. Philadelphia; Lippincot William & Wilkins.
Kim J.E., Dodd, M. & West, C. (2004). The PRO-SELF Pain Control Program Improves
Patients Knowledge of Cancer Pain Management. Oncology
xii
Delaune S.C. & Ladner P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standard And
Practice (2nd Edition). Hal.916-941. Newyork; Thomson Delmar Learning.
Meisenhelder J.B. & Chandler E.N. (2000). Prayer and health outcomes in church
members. Altern. Ther. Health Med., 6(4): 56-60.
The Cancer Council New South Wales. (2011). Understanding Kidney Cancer.
http://
xiii
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
Ketidakseimbangan Masalah nutrisi teratasi Kaji faktor-faktor individual yang Mempengaruhi pilihan
nutrisi : kurang dari dalam waktu 6x24 jam mempengaruhi kemampuan untuk intervensi
kebutuhan tubuh ditunjukkan dengan mencerna/makan makanan, mis.,
DS: mendemontrasikan status puasa, mual
Pasien mengatakan pemeliharaan/kemajuan Timbang berat badan sesuai indikasi Mengidentifikasi status nutrisi
kurang nafsu makan penambahan berat badan bila memungkinkan. Catat masukan serta memastikan kebutuhan
Pasien dan keluarga yang diinginkan dengan dan haluaran setiap hari metabolik
mengatakan badan kriteria: Auskultasi bising usus; palpasi Menentukan kembalinya
semakin kurus sejak 1 Menyatakan abdomen. peristaltik
tahun yang lalu pemahaman kebutuhan Dorong pasien untuk makan diet Meningkatkan kerja sama
DO : nutrisi tinggai kalori kaya nutrient, dengan pasien dan keluarga dengan
BB saat ini 49 kg, BB Masukan kalori diet masukan cairan adekuat. aturan diet
ideal 54 kg adekuat Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan Protein/vitamin C adalah
Porsi makan habis 2/3 Tidak ada mual diet dari pasien. Anjurkan pilihan kontributor utama untuk
porsi muntah. makanan tinggi protein dan vitamin C pemeliharaan jaringan dan
Nyeri Setelah dilakukan Kaji intensitas, lokasi dan Peningkatan nyeri adalah
DS: intervensi selama 3x24 tempat/area serta penjalaran dari indikasi terhadap penekanan
Pasien mengatakan: jam, nyeri berkurang nyeri. organ sekitar kanker. Nyeri
P: Nyeri bertambah atau hilang dengan dapat menyebabkan shock
jika posisi duduk kriteria: Jelaskan kepada pasien penyebab dari Memberikan informasi tentang
dan berkurang Pasien menyatakan rasa sakit/nyeri pada daerah abdomen penyebab dari rasa sakit/nyeri
dengan posisi nyeri abdomen tersebut. pada daerah pinggang tersebut.
berbaring, setelah berkurang/ hilang Berikan posisi dan lingkungan yang Untuk mengurangi sumber
minum obat. Pasien dapat tenang dan nyaman. stressor
Q: Karakteristik beristirahat dengan Ajarkan teknik relaksasi, teknik Untuk mengurangi/menghilang
nyeri tumpul tenang distraksi serta guide imagine kan nyeri tanpa obat-obatan
R: Nyeri terasa di Pasien tampak rileks Kolaborasi : pemberian cairan intra Analgetik memblok lintasan
area benjolan Pasien sudah tidak vena dan pemberian obat-obatan nyeri sehingga mengurangi
abdomen kiri, memegang area nyeri Analgesik nyeri yang berlebihan
kadang menyebar ke
punggung
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan
sering timbul atau
setelah lama minum
obat
DO:
Pasien tampak tegang
Pasien tampak
meringis saat berubah
posisi
Pasien tampak
melindungi area yang
sakit saat berubah
posisi
Ansietas Setelah dilakukan Berikan privasi dan lingkungan yang Privacy dan lingkungan yang
DS : tindakan keperawatan nyaman. nyaman dapat mengurangi rasa
Pasien mengatakan: selama 3x24 jam rasa cemas.
Tidak tahu tentang cemas dapat Batasi staf perawat/petugas kesehatan Untuk dapat lebih memberikan
prosedur operasi diatasi/berkurang dengan yang menangani pasien. ketenangan.
Khawatir dengan kriteria: Observasi bahasa non verbal dan Untuk mendeteksi dini terhadap
kondisi penyakitnya Pasien dapat bahasa verbal dari gejala-gejala masalah
DO: menyatakan kecemasan.
Ekspresi wajah kecemasan yang Temani pasien bila gejala-gejala Untuk mengurangi rasa cemas
tampak tegang dirasakan kecemasan timbul.
pasien dapat Berikan kesempatan bagi pasien Kemampuan pemecahan
beristirahat dengan untuk mengekspresikan perasaannya masalah pasien meningkat bila
tenang . lingkungan nyaman dan
nadi dalam batas mendukung diberikan.
normal Untuk mengurangi ketegangan
ekspresi wajah Hindari konfrontasi dengan pasien. pasien
ceria/rileks. Informasi yang diberikan dapat
Berikan informasi tentang program membantu mengurangi
pengobatan dan hal-hal lain yang kecemasan/ansietas
mencemaskan pasien. Untuk menghindari
Lakukan intervensi keperawatan kemungkinan yang tidak
dengan hati-hati dan lakukan diinginkan
komunikasi terapeutik. Untuk mengurangi ketegangan
Anjurkan pasien istirahat sesuai dan kecemasan pasien
dengan yang diprogramkan. Untuk mengurangi
Berikan dorongan pada pasien bila ketergantungan pasien
sudah dapat merawat diri sendiri
untuk meningkatkan harga dirinya
sesuai dengan kondisi penyakit.
Hargai setiap pendapat dan keputusan Untuk meningkatkan harga diri
pasien. pasien.
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi keluhan nyeri, perhatikan Membantu mengevaluasi derajat
DS: intervensi selama 2x24 lokasi, intesitas (skala), faktor ketidaknyamanan dan
Pasien mengatakan: jam, nyeri berkurang atau pemberat/penghilang. Perhatikan keefektifan analgetik atau dapat
P: Nyeri bertambah hilang dengan kriteria: petunjuk nonverbal, mis melindungi menyatakan terjadinya
jika batuk atau Pasien menyatakan area nyeri, napas dangkal, respon komplikasi
menarik nafas nyeri abdomen emosi
dalam, nyeri berkurang/ hilang Anjurkan pasien untuk melaporkan Menurunkan ansietas/takut
berkurang setelah Pasien dapat nyeri segera saat mulai atau dapat meningkatkan relaksasi/
minum obat beristirahat dengan bertambah kenyamanan
Q: Karakteristik tenang Pantau tanda-tanda vital Peningkatan tanda vital
nyeri tajam, seperti Kien tampak rileks menunjukkan adanya nyeri yang
tersayat Pasien sudah tidak bertambah
R: Nyeri terasa di memegang area nyeri Kaji insisi bedah, perhatikan Inflamasi dan infeksi pada luka
area luka operasi edema, perubahan kontur luka dapat memburuk keadaan nyeri
S: Skala nyeri 6 (pembentukan hematoma), atau
T: Nyeri dirasakan inflamasi
sering timbul atau Berikan tindakan kenyamanan, Menurunkan tegangan otot,
setelah lama minum mis., gosokan punggung, meningkatkan relaksasi, dan
obat pembebatan insisi selama dapat meningkatkan
DO: perubahan posisi dan latihan batuk. kemampuan koping
Pasien tampak tegang Anjurkan penggunaan bimbingan Membantu pasien untuk
Pasien tampak imajinasi, teknik relaksasi. Berikan istirahat lebih efektif sehingga
meringis saat berubah aktivitas hiburan menurunkan nyeri
posisi Latih dan anjurkan pasien untuk Melatih mobilisasi untuk
Pasien tampak memobilisasi tubuhnya di tempat mendistraksi nyeri
melindungi area yang tidur, mis., miring kanan kiri,
sakit saat berubah latihan duduk
posisi Berikan analgetik sesuai indikasi Menurunkan nyeri langsung
pada saraf pengendali nyeri
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Periksa tanda vital sebelum dan Hipotensi ortostatik dapat
DS: tindakan keperawatan segera setelah aktivitas, khususnya terjadi dengan aktivitas karena
Pasien mengatakan: selama 1x24 jam, bila pasien menggunakan vasodilator, efek obat (vasodilasi),
Badan terasa lemas aktivitas kembali normal diuretic, penyekat beta perpindahan cairan (diuretic)
Kepala terasa pusing dengan kriteria: atau pengaruh fungsi jantung.
DO: ADL sudah dilakukan Catat respon kardiopulmonal Penurunan/ ketidakmampuan
Bedrest 12 jam pasca sendiri: makan dan terhadap aktivitas, catat takikardi, miokardium untuk
operasi minum, sudah bisa disritmia, dipsnea, berkeringat, pucat. meningkatkan volume sekuncup
Barthel index : 5 duduk selama aktivitas, dapat
(ketergantungan berat) Barthel index: 12 – 20 menyebabkan peningkatan
(ketergantungan segera pada frekuensi jantung
ringan/ mandiri) dan kebutuhan oksigen juga
Tanda-tanda vital peningkatan kelelahan dan
dalam batas normal kelemahan.
Nama : Ariyanto
Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor/ 8 Juli 1981
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Golongan Darah :O
Alamat :Jl. Sawo 4, No. 23 RT 005/008, Perumahan
PondokMakmur,KelurahanKutabaru,
Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang.
Telepon/ HP:085777077022
Email:
II.Riwayat Pendidikan
1. : 1988 – 1994
SDN Flamboyan SMPN Gunungsindur SPK Dep.Kes
2. : 1994 – 1997
Bogor
3. : 1997 – 2000
Poltekkes Bandung, Prodi Keperawatan Tangerang
4. : 2000 – 2003
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. : 2011 – 2013
Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
6. Universitas Indonesia
: 2013 – 2014