Anda di halaman 1dari 102

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
KANKER GINJAL DI RUANG RAWAT BEDAH
GEDUNG A RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

ARIYANTO
1106129581

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
KANKER GINJAL DI RUANG RAWAT BEDAH
GEDUNG A RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar ners keperawatan

ARIYANTO
1106129581

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nam : Ariyanto
a :
NPM Tangs.........
Tanda 110612958
1
Tanggal: 16 Juli 2014

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Ariyanto
NPM : 1106129581
Program Studi Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah Akhir Analisis Praktih Klinih Keperawa4an Kesehatan
Masyarakat Perhotaan pada Pasien Kanker Ginjal di
Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr. Cipto
Mangunhusumo Jakarta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian
persyaTatan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Profesi Ners pada
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia

DEWAN PENGUIN

Penguji 1 Dr. Debie Dahlia, SKp., MHSM


Penguji 2 Ns. Yeane Anastania, S.Kep

Ditetapkan di : Depok

Tanggal 16 Juli

2014

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners. Penulisan
karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, dari masa praktik hingga penyusunan tugas akhir ini maka saya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Debie Dahlia, SKp., MHSM selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan ilmunya untuk membimbing dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
2. Ibu Ns. Yeane Anastania, S.Kep selaku pembimbing klinik di RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo yang telah menyediakan waktu, tenaga, ilmu serta
keterampilannya untuk membimbing selama praktik hingga penyusunan karya
ilmiah akhir ini.
3. Ibunda dan keluarga tercinta yang selaku memberikan dukungan dan do’a
sehingga menjadi motivasi dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah
akhir ini.
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang sangat peduli dan selalu memberikan saran dan masukan.
5. Pihak manajemen Pelayanan Jantung Terpadu RSCM yang telah memberikan
dukungan penuh berupa materi dan waktu sehingga saya dapat meraih gelar
Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir
ini akan membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Depok, 16 Juli 2014

Penulis

iv

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan di


bawah ini:

Nama Ariyanto
NPM 1106129581
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis Karya Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-ercimzve Anya/J-
free light) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


pada Pasien Kanker Ginjal di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr.
Nipto Mangunkusumo Jakarta

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok


Pada tanggal: 16 Juli 2014
Yang menyatakan

Ariyanto

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Ariyanto
Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Pasien Kanker Ginjal di
Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
Kanker ginjal merupakan penyakit keganasan yang mulai meningkat angka
kejadiannya di daerah perkotaan. Akibat invasi dan pertumbuhan sel kanker yang
semakin membesar dapat menekan jaringan atau organ sekitar ginjal. Hal ini
sering mengakibatkan keluhan nyeri pada pasien dengan kanker ginjal. Sebagai
penyakit dengan progresivitas lambat, kanker menyebabkan nyeri yang bersifat
kronis, sehingga pengunaan obat analgesik dalam jangka waktu perlu
dipertimbangkan karena akan meningkatkan efek toksisitas terhadap organ. Maka
dari itu diperlukan manajemen nyeri non farmakologik. Tujuan penulisan ini
adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai teknik manajemen
nyeri non farmakologik khususnya teknik relaksasi dan teknik distraksi. Hasil dari
latihan teknik relaksasi dan distraksi yang dilakukan secara terus-menerus dapat
mengatasi rasa nyeri klien dengan kanker ginjal baik pra bedah maupun paska
bedah.

Kata kunci: distraksi, ginjal, kanker, relaksasi,

ABSTRACT
Name : Ariyanto
Study Program : Ners
Tittle : Clinical Practice Analysis of Urban Health Nursing in
Kidney Cancer Patient at Surgical Ward A Building Dr.
Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta.

Kidney cancer is a malignant disease which the incidence began to increase in


urban areas. The growth and invasion of cancer cells can suppress the tissues or
organs around the kidney. This often results in complaints of pain in patients with
kidney cancer. As a disease with a slow progression, cancer causes chronic pain,
so the use of analgesic drugs in the long period needs to be considered because it
will increase the effect of toxicity to organs. Because of that, it is required non-
pharmacologic pain management. The purpose of this paper is to analyze
evidence based of non-pharmacologic pain management techniques, especially
relaxation techniques and distraction techniques. Results of relaxation and
distraction exercises are performed regularly can overcome the pain of kidney
cancer both pre and post surgical clients.
Key words: distraction, kidney, cancer, relaxation

vi

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3. Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)........... 5
2.2. Kanker Ginjal .............................................................................. 7
2.2.1. Definisi .............................................................................. 7
2.2.2. Etiologi .............................................................................. 7
2.2.3. Tanda dan Gejala............................................................... 9
2.2.4. Patofisiologi ...................................................................... 12
2.2.5. Pemeriksaan Diagnostik.................................................... 13
2.2.6. Klasifikasi ......................................................................... 13
2.2.7. Komplikasi ........................................................................ 13
2.2.8. Penatalaksanaan ................................................................ 13
2.2.9. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Ginjal 15
2.3. Akupresur .................................................................................... 16
2.3.1. Definisi .............................................................................. 17
2.3.2. Efek Akupresur ................................................................. 18
2.3.3. Keuntungan Akupresur ..................................................... 18
BAB 3. LAPORAN KASUS............................................................................ 19
3.1. Pengkajian ................................................................................... 19
3.1.1. Identitas Pasien.................................................................. 19
3.1.2. Anamnesis ......................................................................... 19
3.1.3. Pemeriksaan Penunjang .................................................... 23
3.2. Analisis Data................................................................................ 28
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi....................... 29
3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi ............. 29
3.3.2. Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi ............... 31
3.4. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 33
BAB 4. ANALISIS SITUASI .......................................................................... 35
4.1. Analisis Kasus Terkait Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan.....................................................................35
4.2. Analisis Kasus.................................................................................35
4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait.............38
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan.................................38
vii

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


BAB 5. PENUTUP .......................................................................................... 40
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 40
5.2. Saran ............................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xii

viii

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Robson Staging System......................................................................13

Tabel 3.1. Pemeriksaan Laboratorium Darah......................................................23

Tabel 3.2. Pemeriksaan Laboratorium Urine.......................................................25

Tabel 3.3. Daftar Terapi Obat26

Tabel 3.4. Analisa Data28

ix
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Patofisiologi Kanker Ginjal…........................................................13

x
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 2. Catatan Keperawatan

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

xi
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit keganasan atau neoplasma merupakan
masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Salah
satu penyakit keganasan yang angka kejadiannya
semakin meningkat dalam 3 dekade terakhir
adalah kanker ginjal (Chow, 2010). Kanker

ginjal menduduki peringkat keduabelas tertinggi dari seluruh an


kanker di dunia dengan 338.000 kasus baru pada tahun 2012 (
research fund international, 2013). Angka kejadian kanker ginjal ter
Negara Republik Cheko yaitu 16,7 per 100.000. Angka kejadian kank
laki-laki lima kali lipat dibandingkan perempuan (Chow, 2010).

Angka kejadian penyakit kanker ginjal di Asia mencapai 25,3 per 10


pervalensi terbanyak di negara Jepang yaitu 9,3 per 100.000 (Chow,
59% kasus kanker ginjal terjadi di negara berkembang (World cancer
international, 2013). Kanker ginjal lebih sering terjadi pada usia de
sampai kedelapan dimana diagnosis sering ditemukan pada us
Prevalensi kanker di Indonesia menurut Riskesdas 2013 sebanyak 1,4
ini menunjukkan kejadian penyakit kanker secara keseluruhan, seda
angka kejadian kanker ginjal belum ada data yang akurat. Dari data
RSCM mengatakan bahwa pada periode Januari hingga Juni 2014 ter
baru yang dirawat di ruang bedah dengan diagnosis kanker ginjal.
Jenis yang paling sering adalah kanker parenkim ginjal yang menyum
dari semua kanker ginjal primer. Kanker pelvis ginjal menyumbang 10
sisanya. Tumor ginjal merupakan tumor
urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Semakin
meluasnya penggunaan ultrasonografi abdomen
sebagai salah satu pemeriksaan screening
(penyaring) di klinik-klinik rawat jalan, makin
banyak diketemukan kasus-kasus tumor ginjal
1 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


yang masih
dalam stadium
awal (Basuki,
2003).

1 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


2

Kanker ginjal adalah sel kanker yang mulai tumbuhnya terletak pada ginjal.
Pertumbuhan sel ini tidak dapat dikendalikan. Sel kanker mempunyai cara
pertumbuhan yang berbeda dengan sel tubuh normal. Dimana sel tubuh normal
akan mati, sementara itu sel kanker akan terus tumbuh dan membentuk sel kanker
baru. Sel kanker ini dapat menginvasi jaringan tubuh lain (American Cancer
Society, 2014). Salah satu jaringan yang sering mengalami invasi oleh sel kanker
adalah serabut syaraf. Penyakit ini sering menimbulkan 3 gejala khas yang disebut
trias klasik (Smeltzer & Bare, 2010) yaitu: hematuria, massa dan nyeri.

Progresivitas penyakit kanker yang lambat menyebabkan nyeri yang dirasakan


pasien bersifat kronis. Pemakaian jangka panjang obat anti nyeri akan
meningkatkan toksisitasnya terhadap organ tubuh. Organ tubuh yang sering
mengalami kerusakan akibat obat anti nyeri adalah ginjal (American Cancer
Society, 2014). Maka pilihan cara farmakologik untuk mengatasi nyeri kronis pada
kanker perlu dipertimbangkan dengan matang, karena dapat menurunkan fungsi
ginjal itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka dipilihlah alternatif


penanganan nyeri kronis pada kanker dengan cara non farmakologik. Pengananan
nyeri non famakologik banyak macamnya, diantaranya: hypnotherapy, teknik
massage, meditasi, tehnik relaksasi dan distraksi (Grispun, 2002). Selain cara
tersebut, beberapa penelitian mulai mengembangkan teknik akupresur yang telah
terbukti berguna untuk mengatasi masalah nyeri, mual muntah dan fatique
(Dergisi, 2006)

Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk menggali lebih dalam teknik
efektif untuk
akupresur. Karenamengatasi
teknik inimasalah keperawatan
merupakan pada
teknik yang pasien
efektif, nonkanker
invasiveginjal
dan
menyebabkan
aman. Teknik yang penulis tertarik tetapi
sangat sederhana untuk menggali
memberikan lebihyangdalam
dampak sangat dan
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan klinis. Karya ilmiah ini akan
menganalisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada
pasien kanker ginjal di ruang rawat bedah gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

1.2.1. Tujuan umum :

Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat


perkotaan pada pasien kanker ginjal di ruang rawat bedah gedung A RSUPN
Cipto Mangunkusumo.

1.2.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


(KKMP)
2. Melakukan analisis masalah keperawatan terkait dengan masalah nyeri kronis
pada pasien dengan kanker ginjal dan konsep Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan
3. Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan masalah nyeri
kronis pada pasien kanker ginjal
4. Melakukan analisis evidence based practice mengenai teknik akupresur dalam
mengatasi masalah nyeri kronis pada pasien kanker ginjal

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini antara lain:

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada
para perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyusun asuhan
keperawatan, khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada
pasien kanker ginjal dengan masalah nyeri kronis. Intervensi tersebut dilakukan
sesuai dengan penelitian yang sudah ada.
2. Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan


mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem urologi khususnya intervensi
keperawatan kanker ginjal dengan pasien yang mengalami masalah nyeri kronis
akibat invasi sel kanker. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
tenaga keperawatan dalam memberikan edukasi tentang teknik menarik nafas
dalam.

3. Penulis selanjutnya

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence
based practice teknik nafas dalam pada pasien dengan masalah nyeri kronis
dengan kasus yang lain sesuai dengan penelitian terbaru.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keperawatan Kesehatan Masyakarakat Perkotaan

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah kegiatan untuk meningkatkan dan


melindungi kesehatan masyarakat menggunakan pengetahuan dari ilmu
keperawatan, social dan kesehatan masyarkat (American Public
Health

Association, 1996). Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)


merupakan suatu proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dan
masyarakat dengan menerapkan proses keperawatan komunitas. Proses
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah
masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan.

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) adalah mata ajar yang


berfokus pada pemahaman mahasiswa terhadap multidimensial perkotaan dengan
menekankan pada permasalahan kesehatan perkotaan, dan faktor yang
mempengaruhi masalah individu, kelompok dan masyarakat yang utama pada
perkotaan, dan metode pemberdayaan masyarakat kota dengan pendekatan lintas
program dan lintas sektoral. Keunggulan mata ajar KKMP yaitu membuat
mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan koginitif, afektif dan
psikomotor, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan. Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan asuhan keperawatan
melalui penerapan konsep, teori, dan modalitas lintas keilmuan di bidang
keperawatan dan ilmu-ilmu lain yang relevan pada saat menyelesaikan masalah.

Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial
ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis (Bintarto, 1984). Kota juga
merupakan pusat kreativitas, inovasi, tempat pergerakan politik, lokasi utama
untuk transformasi sosial, tekanan politik, dan perubahan budaya (Bourne, 2007).
Kota berperan besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan, pusat budaya dan
teknologi, pusat industri, dan tempat untuk meningkatkan pendapatan (State of
the

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


6
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


environment and policy retrospective, 2002). Perkembangan zaman serta keadaan
demografi suatu perkotaan sangat mempengaruhi masalah kesehatan pada
lingkungan tersebut. Perkembangan tersebut meliputi banyaknya pembangunan
gedung-gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, dan padatnya trasnportasi.
Fenomena ini juga terjadi kota Jakarta yang merupakan salah satu megacity di
Asia.

Perkembangan kota yang semakin pesat ini mempengaruhi kesehatan lingkungan


yang ada di daerah perkotaan. Kesehatan lingkungan adalah inti dari kesehatan
masyarakat. WHO (2008) mendefiniskan kesehatan lingkungan meliputi faktor
fisik, kimia, dan biologi di luar manusia serta memengaruhi perilaku manusia,
menekankan analisis dan kontrol faktor-faktor lingkungan yang berpotensi
memengaruhi kesehatan (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi
delapan area yaitu gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah
tempat tinggal, kualitas makanan, kontrol sampah, dan risiko radiasi (Mc. Ewen &
Nies, 2007).

Pencemaran lingkungan yang semakin massif terjadi di kota besar menyebabkan


perubahan iklim dan cuaca yang berpengaruh terhadap suhu udara. Selain itu efek
pemanasan global memperberat peningkatan suhu udara di kota besar. Dengan
kesibukan dan tingkat mobilitas yang tinggi serta suhu udara yang relatif panas
menyebabkan banyak masyarakat memilih minuman dingin yang menyegarkan.
Akhirnya soft drink dan energy drink menjadi pilihan mayoritas pekerja lapangan
di ibu kota. Konsumsi soft drink berkaitan dengan gangguan ginjal telah terbukti
melalui banyak penelitian. Penyebab terbanyak dari kerusakan ginjal tersebut
adalah zat pemanis yang ditambahkan ke dalam soft drink dan kandungan soda.
Konsumsi soft drink 2 atau 3 porsi sehari meningkatkan kejadian gangguan ginjal
(Singleton, 2013). Selain itu pilihan hidup praktis menyebabkan banyak
masyarakat tidak mempedulikan lagi konsumsi makanan yang mengandung zat
karsinogenik.

Universitas Indonesia
2.2. Kanker Ginjal

Kanker ginjal lebih banyak terjadi pada laki-laki (1.9% dari laki-laki dengan
cancer) dibandingkan pada wanita (1.2%) dan frekuensinya meningkat seiring
dengan peningkatan usia dimana kejadian tersering yaitu pada decade keenam dan
kedepalan. Terjadi peningkatan isiden dalam 10 tahun terakhir. Kira-kira 65%
pasien meninggal akibat penyakit ini (Cassidy, et. al, 2002).

Definisi

Kanker ginjal adalah kanker yang terbentuk pada jaringan ginjal. Kanker ginjal
terbagi menjadi renal cell carcinoma, renal pelvis carcinoma dan Wilm’s tumor
yaitu tipe kanker ginjal yang sering terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun
(National Cancer Institute, 2014). Sedangkan menurut para ahli nefrologi di Mayo
Clinic Florida, kanker ginjal adalah kanker yang berasal dari ginjal. Jadi dapat
disimpulkan dari kedua definisi di atas bahwa kanker ginjal adalah pertumbuhan
sel kanker yang berasal dari sel-sel pada organ ginjal.

Etiologi

Penyebab kanker sampai saat ini belum dapat dipastikan, hanya saja beberapa
faktor risiko telah diidentifikasi berhubungan dengan kejadian kanker ginjal.
Diantara faktor risiko tersebut disebutkan di bawah ini (Chow, 2010):

1) Merokok

Merokok diperkirakan menjadi factor risiko penyebab kanker ginjal oleh para ahli
bedah dari International Agency for Research on Cancer (IARC) di Amerika Serikat.
Jika dibandingkan dengan
merokok, risiko individu
meningkat yang 50%
sekitar tidak pada
pernah
perokok laki-laki dan 20% pada
perokok perempuan. Peningkatan risiko penyakit kanker ginjal berhubungan
dengan peningkatan jumlah rokok yang dihisap. Berhenti merokok dapat
menurunkan risiko tersebut, hanya saja hal ini terjadi pada jangka waktu yang
lama yaitu 10 tahun atau lebih.

Universitas Indonesia
Merokok diperkirakan meningkatkan risiko kanker ginjal yang berhubungan
dengan hipoksia jaringan kronis yang disebabkan oleh paparan carbon
monoksida. Selain itu, pasien dengan kanker ginjal menunjukkan level
kerusakan DNA yang lebih besar pada limfosit darah perifer yang dipicu oleh
N-Nitrosamine specific tobacco dibandingkan dengan individu yang tidak
merokok.

2) Obesitas

Peningkatan berat badan yang berlebihan diperkirakan terjadi pada 40% pasien
kanker ginjal. Individu dengan overweight dan obesitas meningkat risiko
penyakit kanker ginjal 24% pada laki-laki dan 34% pada wanita untuk setiap
kenaikan 5 kg/m2 BMI (indeks masa tubuh). Obesitas diperkirakan memiliki
kontribusi terhadap kejadian kanker ginjal karena hipoksia kronis, resistensi
insulin, gangguan sistem endokrin dan semua kondisi ini disebut obesity
induced inflammatory response.

3) Hipertensi

Kondisi hipertensi kronis dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal.


Insiden hipertensi diperkirakan terjadi sekitar 20% sampai 40% populasi dunia.
Pengendalian tekanan darah secara efektif dapat menurunkan risiko kanker
ginjal. Hipertensi dicurigai berpengaruh terhadap kejadian kanker ginjal karena
kondisi hipoksia dan perioksidasi lemak yang menyebabkan pembentukan sel
reaktif oksigen.

4) Aktivitas fisik

Data tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian kanker ginjal
masih sangat terbatas, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penurunan risiko kanker ginjal seiring dengan peningkatan tingkat aktivitas
seseorang. Beberapa aktivitas yang telah diobservasi dalam menurunkan risiko
kanker ginjal adalah aktivitas fisik yang rutin, aktivitas rekreasi atau
penggunaan aktivitas energi tinggi pada hari tertentu. Aktivitas fisik telah

Universitas Indonesia
terbukti dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah, meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin dan menurunkan inflamasi kronis serta stress
oksidatif. Hal ini yang akan berpengaruh dalam menurunkan risiko kanker
ginjal.

5) Diet

Acrylamide, yaitu substansi yang dikategorikan human carcinogen oleh

International Agency for Research on Cancer (IARC) secara mengejutkan terdeteksi


pada kadar yang tinggi pada jenis makanan yang dioleh dengan cara digoreng dan
dibakar. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi antara acrylamide dengan
risiko kanker ginjal.

Pekerjaan dan lingkungan

Kanker renal secara umum tidak termasuk ke dalam penyakit akibat pekerjaan,
tetapi peningkatan risiko berhubungan dengan beberapa pekerjaan tertentu dan
paparan jumlah agen industrial. Trichloroethylene (TCE) termasuk kelompok
human carcinogen. Secara lebih dalam lagi, penggunaan zat additif kimia dan TCE
juga telah menjadi kontaminan lingkungan yang paling banyak ditemui.

Genetik

Penyakit ginjal keturunan diketahui terjadi pada beberapa familial cancer


syndrome yang paling sering dilaporkan adalah sindrom von Hippel-Lindau (VHL).
Sindrom ini ditandai dengan perubahan pada gen VHL dan predisposisi terhadap
penyakit kanker ginjal pada beberapa anggota keluarga.

2.2.3. Tanda dan gejala

Beberapa kasus kanker ginjal tidak menimbulkan gejala, terutama kanker ginjal
pada stadium awal. Kebanyakan kanker ginjal ditemukan saat pemeriksaan fisik
rutin sebagai massa abdomen yang terpalpasi. Trias klasik tanda dan gejala terjadi
hanya pada 10% pasien (Smeltzer & Bare, 2010) yaitu:

Universitas Indonesia
1) Hematuria

Hematuria merupakan manifestasi yang paling sering ditemui pada kanker


ginjal. Hematuria ini dapat dengan jelas terlihat kasat mata (gross hematuria)
atau secara mikroskopik.

2) Nyeri

Nyeri sering dirasakan oleh pasien akibat adanya penekanan pada organ lain
oleh massa ginjal yang semakin membesar atau karena invasi sel kanker
terhadap jaringan sekitar. Nyeri tumpul sering timbul di daerah pinggang
belakang sebagai akibat penekanan terhadap ureter atau pembesaran massa
yang terjadi di area perirenal atau nyeri akibat perlukaan jaringan ginjal. Nyeri
kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor keluar melewati ureter.

Nyeri adalah pengalaman emosional dan perasaan yang tidak menyenangkan


yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial
(Merskey, Bogduk dalam Demir, 2012). Dari beberapa sudut pandang, nyeri
merupakan gejala yang paling sering menyebabkan seseorang meminta
bantuan/ penanganan (Dicken et al. dalam Demir 2012). International
Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai situasi
emosional yang tidak menyenangkan yang berasal dari area tertentu, baik
berhubungan maupun tidak dengan kerusakan jaringan yang dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu seseorang.

Situasi ini menyebabkan penurunan kualitas hidup dan fungsional,


meningkatkan tingkat kelelahan seseorang (Kim et al. 2004) dan gangguan
aktivitas hidup sehari-hari dalam bekerja dan berinteraksi sosial (Mc Millan et
al. 2000). Situasi ini juga akan menyebabkan berkurangnya tenaga kerja yang
tidak hanya berdampak kepada individu tetapi juga anggota keluarga terkait
status ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis dan sosial
(Ucan & Ovayolu, 2007).

Universitas Indonesia
3) Massa

Massa yang teraba pada area abdomen seringkali menjadi tanda ditemukannya
kanker ginjal. Tanda ini biasanya timbul pada stadium lanjut.

Selain tanda dan gejala di atas, gejala awal dari kanker ginjal dapat berupa
kehilangan berat badan yang tidak disadari penyebabnya, kelemahan dan anemia.
Beberapa kasus kanker disertai gejala demam.

Universitas Indonesia
2.2.4. Patofisiologi

Faktor Risiko:
- Merokok
- Obesitas
- Hipertensi
- Aktivitas fisik
- Diet
- Lingkungan
- Genetik

Aktivasi
abnormal gen
selular
Mutasi(onkogen)
gen sel
tubulus

Proliferasi sel
tidak
terkontrol

Proliferasi sel tidak


Hipermetabolis
terkontrol me sel

Teraba massa di abdomen Terbentuk Katabolisme


jaringan cadangan lemak Cadangan energi
tumor dan protein 

Penekanan Massa
Kanker
jaringan oleh ginjal otot  Energi otot 
massa

Menekan Invasi Invasi jaringan


Berat badan Intolera
serabut jaringan ginjal normal turun
syaraf perirenal nsi
aktivita
s

Kerusakan Perdara Gangguan


jaringan han nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Nye
ri

Respon Hemat Anem Kerusakan


inflamasi uri ia ginjal
Obstruksi
mekanis ureter

Demam Fungsi ginjal 

Hiperte
rmi
Peruba
han
elimina
si urine

Gambar 2.1. Patofisiologi Kanker Ginjal (Cassidy, et.al, 2002)

Universitas Indonesia
2.2.5. Pemeriksaan diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penyakit kanker ginjal


adalah: pemeriksaan rontgen dada untuk melihat metastasis, CT scan dada dan
abdomen, pemeriksaan darah rutin dan koagulasi, Ultrasonography dan angiografi
renal. Pemeriksaan tumor marker kurang berguna pada penyakit kanker ginjal.

2.2.6. Klasifikasi

Klasifikasiderajattumoryangpalingseringdigunakanadalahsistem pengklasifikasian
menurut Robson

Tabel 2.1. Robson Staging System


Stage Klasifikasi sel kanker Persentase kasus Harapan hidup dalam 5 tahun
I Terbatas pada ginjal 20 – 40% 50 – 60%
Meluas ke lapisan lemak perirenal
II 4 – 20% 27 – 60%
tapi terbatas pada Gerota’s facia
III Menyebar ke vena renalis atau IVC 10 – 42% 20 – 50%
atau nodus limfe
IV Menyebar pada organ yang 11 – 49% 0 – 18%
berdekatan atau metastasis

Komplikasi

Komplikasi yang timbul dari penyakit kanker ginjal tergantung pada organ yang
menjadi target metastasis.

Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah mengatasi tumor sebelum terjadi


metastasis (Kirkali, Tuzel & Munga, 2002 dalam Brunner & Suddarth)

1) Pembedahan

Reseksi seluruh tumor adalah terapi modalitas yang paling potensial dan harus
ditawarkan pada pasien tanpa metastasis yang sehat secara fisik untuk
menjalani operasi. Pada pasien dengan metastasis yang masih pada lokasi
terbatas dan dalam kondisi sehat untuk menjalani operasi, indikasi nefrektomi

Universitas Indonesia
untuk mengontrol area local. Partial nefrektomi sering dilakukan untuk tumor
local pada pasien yang hanya memiliki satu ginjal.

Radikal nefrektomi adalah pembedahan yang disarankan jika tumor tidak dapat
diangkat. Prosedur ini mencakup pengangkatan ginjal (dan tumor), kelenjar
adrenal, lapisan lemak sekitar perirenal dan gerota’s fascia serta nodus limfe.
Beberapa kasus menunjukkan regresi metastasis setelah nefrektomi. Namun,
nefrektomi tidak disarankan pada pasien yang dalam kondisi lemah atau
metastasis ekstensif.

2) Radiotherapy

Radiasi diindikasikan untuk lesi yang menyakitkan atau lesi yang


menyebabkan obstruksi, tetapi respon tindakan ini hanya terlihat pada 50%
pasien. Dosis therapy yang lebih tinggi mungkin diperlukan mengontrol
metastasis yang tidak dapat dilakukan reseksi setelah nefrektomi.

3) Endocrine therapy

Progestin banyak digunakan atas dasar identifikasi progesterone reseptor pada


beberapa kasus kanker ginjal, tetapi respon progesterone sistemik kurang dari
10% pada percobaan yang dilakukan pada hewan. Namun demikian, efek
anabolic dari progeteron sering membuat pasien merasa lebih baik selama
program therapy.

4) Chemotherapy

Obat sitotoksik tidak terlalu berguna pada kanker renal. Chemoresistance


mungkin terjadi sebagian baik pada jaringan ginjal normal maupun jaringan
maligna.

5) Biological therapy

Biological therapy telah diujicobakan secara luas untuk mengangani kanker


ginjal. Sebagian disebabkan karena chemoresistance tetapi sebagian besar
karena pendapat bahwa mekanisme kekebalan tubuh mengalami
penurunan

Universitas Indonesia
akibat metastasis. Hal ini yang menyebabkan Biological therapy dapat menjadi
pilihan. Karena dari beberapa penelitian, terapi ini dapat diberikan pada pasien
kanker dengan penurunan imunitas tubuh.

6) Renal artery embolization

Pada pasien kanker ginjal dengan metastasis, renal arteri dapat ditutup untuk
menyumbat aliran darah ke tumor sehingga dapat mematikan sel tumor.
Penurunan suplay darah local membuat pengangkatan ginjal (nefrektomi) lebih
mudah. Hal ini juga menstimulasi respon imun karena infark sel karsinoma
renal yang melepaskan tumor antigen yang akan meningkatkan respon pasien
terhadap lesi metastasis. Setelah prosedur embolisasi arteri renalis dan infark
tumor, terjadi postinfarction syndrome selama 2 sampai 3 hari. Pasien
merasakan nyeri terlokalisir di sisi abdomen, peningkatan suhu tubuh dan
gejala saluran pencernaan.

2.2.9. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Ginjal

2.2.9.1. Pengkajian

Menurut Doenges et al (2000), riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/ istirahat

Riwayat aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk, riwayat bekerja pada
lingkungan dengan paparan zat karsinogenik, merokok.

2. Sirkulasi

Pada sistem sirkulasi ditandai dengan peningkatan tekanan darah, frekuensi


nadi (nyeri, ansietas), kulit area kanker teraba hangat atau pucat.

3. Eliminasi

Gejala yang paling khas dari kanker ginjal adalah hematuria, dapat berupa
gross hematuria atau mikroskopik. Riwayat obstruksi dan penurunan volume
urine

Universitas Indonesia
4. Makanan dan cairan

Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, lemas dan anemia.
Riwayat mengkonsumsi makanan yang mengandung zat karsinogenik,
misalnya makanan yang dipanggang.

5. Nyeri dan kenyamanan

Nyeri lebih sering bersifat tumpul, tetapi dapat juga terjadi nyeri akut (Kolik)
jika terjadi sumbatan pada ureter. Lokasi nyeri tergantung pada organ yang
mengalami penekanan.

6. Keamanan

Kanker ginjal dapat disertai dengan demam sebagai respon inflamasi

7. Penyuluhan/ pembelajaran

Pasien dengan kanker ginjal biasanya memiliki riwayat pekerjaan atau paparan
lingkungan dan diet yang mengandung karsinogenik yang dapat mengendap di
ginjal.

2.2.9.2. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri (kronis) berhubungan dengan trauma jaringan


2) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik, kerusakan
ginjal
3) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan status metabolik

2.3. Akupresur

Meskipun banyak perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait


penanganan nyeri, tetapi banyak pasien masih mengalami rasa nyeri (Nash et al.
1999).. Semua elemen ini telah mengarahkan pasien dan caregiver untuk mencari
penanganan nyeri yang berbeda. Karena alasan ini, selain tatalaksana

Universitas Indonesia
farmakologis, akhir-akhir ini pilihan tatalaksana nyeri non farmakologis telah
mulai banyak digunakan (Kwekkeboom et al. 2003). Dalam beberapa penelitian
telah dibuktikan bahwa beberapa metode tatalaksana nyeri non farmakologis
cukup berguna untuk mengatasi nyeri.

Hal di atas menjadi pertimbangan bahwa terapi ini membantu terapi farmakologis
standar dalam tatalaksana nyeri. Ketika terapi medis bekerja mengatasi dimensi
somatic (secara fisiologis dan emosional) sementara itu tatalaksana nyeri non
farmakologis bertujuan untuk mengatasi secara afektif, kognitif, perilaku dan
sosial kultural untuk mengatasi nyeri (Yavuz, 2006). Terapi ini dapat mengatasi
nyeri sebagai terapi alternatif pada nyeri tingkat sedang hingga berat (Delaune &
Ladner, 2002).

Salah satu teknik manajemen nyeri yang saat ini banyak dikembangkan di dalam
penelitian adalah akupresur. Akupresur termasuk dalam klasifikasi intervensi
keperawatan (Nursing Intervention Classification/ NIC). Telah terbukti bahwa
akupresur berguna untuk mengatasi masalah nyeri, mual muntah dan fatique
(Dergisi, 2006).

2.3.1. Definisi

Akupresur adalah teknik yang dilakukan dengan manipulasi titik acupoint sama
seperti yang digunakan dalam teknik akupunktur tetapi tanpa menggunakan
jarum. Akupresur adalah teknik pijatan non invasif, aman, efektif yang dilakukan
untuk memijat titik acupoint dengan tujuan untuk merangsang keseimbangan
energy yang akan meningkatkan kesehatan dan rasa nyaman. Akupresur dilakukan
menggunakan jari pada titik acupoint dan garis meridian permukaan tubuh. Garis
meridian ini akan dihambat melalui tekanan pada satu atau lebih titik acupoint.
Tiap garis meridian dikelompokkan berdasarkan organ spesifik yang
berhubungan.

Universitas Indonesia
2.3.2. Efek akupresur

Pertama, akupresur mempengaruhi kondisi kimiawi otak dengan melepaskan


neurotransmitter dan hormon. Kedua, mengaktivasi sistem opioid yang dipercaya
dan terbukti berdampak terhadap rasa nyeri. Ketiga, meningkatkan kecepatan
transmisi sinyal elektromagnetik yang dapat mengaktivasi aliran endorfin yang
menurunkan tingkat ketegangan dan nausea.

Akupresur bekerja mendilatasi pembuluh darah kapiler dan meningkatkan sirkulasi


darah, meningkatkan aliran balik vena dan limfe ke jantung ; meningkatkan jumlah
eritrosit dan leukosit dalam darah ; meningkatkan kekuatan daya tahan tubuh ;
merangsang serabut saraf besar untuk mengaktivasi substansia gelatinosa yang
menurunkan stimulus cerebrum terhadap nyeri.

2.3.3. Keuntungan akupresur

Akupresur telah digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan


fatique untu mencegah efek mual dan muntah paska operasi. Terapi akupresur
dapat menurunkan stimulasi simpatis, meningkatkan relaksasi dan menurunkan
gejala dispnea, ansietas dan tanda vital seperti frekuensi nadi dan pernafasan
(Dergisi, 2006). Hasil penelitian Cho dan Tsay (2004) telah membuktikan bahwa
intervensi akupresur secara signifikan menurunkan tingkat depresi pada pasien
penyakit ginjal tingkat akhir

Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas pasien

Pasien dengan nama Tn. S Tanggal lahir 7 Maret 1951 (63 tahun) Jenis kelamin
laki-laki. Agama pasien Islam. Status perkawinan menikah. Pekerjaan berdagang.
Pasien tinggal di Kp. Pasar RT 02/03, Kecamatan kasemen, Kabupaten Serang,
Profinsi Banten. Pasien menggunakan jenis pembiayaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).

Pasien masuk dari IGD rujukan dari RSUD kabupaten Serang dengan keluhan
hematuria ec tumor ginjal kiri suspek ganas. Masuk ruang bedah urologi Gedung A
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 21 Mei 2014. Pengkajian dilakukan
tanggal 22 Mei 2014.

3.1.2. Anamnesis

Keluhan utama pada saat dirawat

Pasien mengeluh benjolan di area abdomen kiri terasa nyeri. Klien mengatakan
berat badan turun turun drastis sejak 1 tahun. Klien mengatakan khawatir dengan
kondisi tumornya, karena menurut dokter RSUD serang merupakan tumor ganas.

Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan benjolan di area abdomen mulai timbul sejak 3 tahun yang lalu.
Awalnya tumor kecil dan berpindah-pindah. Tetapi sejak 1 tahun terakhir

benjolan menetap dan semakin membesar. Klien mengatakan tumor terasa


makin nyeri karena bertambah besar. Klien pertama kali mengalami hematuria
1 tahun yang lalu dan berobat ke puskesmas dikatakan curiga batu ginjal dan
hanya diberi obat lalu sembuh. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit klien
tiba-tiba kencing darah segar, lalu berobat ke RSUD Serang. Dilakukan operasi

Universitas Indonesia
untuk mengeluarkan darah dari kandung kencing 5 hari yang lalu di RSUD
Serang. Klien tidak mengetahui jenis operasinya.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien belum pernah mengalami penyakit ginjal, Tidak ada riwayat DM,
hipertensi, asma, penyakit asam urat.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat DM, Hipertensi, asma, sakit ginjal dari keluarga.

d. Aktivitas / istirahat

Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap, lebih banyak tidak bekerja, kadang-
kadang berjualan. Aktivitas sehari-hari pasien hanya di rumah saja dan kadang-
kadang ke pasar. Di rumah sakit klien lebih sering berbaring, sulit duduk atau
berdiri karena nyeri di abdomen dan badan terasa lemah.

e. Sirkulasi

Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda dada berdebar, atau pusing. Pasien
juga mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, edema kaki,
flebitis. Tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 130/70 mmHg.
Nadi 88x/menit, teraba kuat, reguler, kualitas nadi 3+ Pada ekstremitas suhu
36oC, capilary refill time (CRT) ≤ 2 detik. Tidak ada varises, persebaran
rambut merata. Mukosa lembab, bibir sedikit kering, konjungtiva tidak pucat,
sclera tidak ikterik, tidak ada diaforesis.

f. Integritas Ego

Pasien mengatakan cemas dengan prosedur pembedahan. Saat ditanya pasien


mengatakan tidak mengetahui bagaimana prosedur pembedahan akan
dilakukan. Pasien hanya diberitahu dokter bahwa akan dilakukan operasi
ginjalnya. Hal ini yang membuat pasien merasa cemas dan. Selama perawatan

Universitas Indonesia
pasien di dukung oleh semua keluarga besar dan anaknya. Sehari – hari pasien
ditunggu oleh anaknya, meskipun anak-anaknya tidak menunggu full time tapi
selalu menjenguk setiap hari. Saat dilakukan pengkajian wajahnya tampak
cemas dan takut menjalani operasi.

g. Eliminasi

Pasien mengatakan sudah 3 hari belum BAB, terakhir BAB karakter feses

lunak. Tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid, konstipasi dan diare. Pola BAK: ±
8-10 x sehari, selama di RS klien menggunakan kateter urine. Riwayat nyeri saat
BAK tidak ada, riwayat keluar batu tidak ada, riwayat hematuria ada. Tidak ada
riwayat penyakit ginjal.

h. Makanan / cairan

Pasien makan sesuai dengan diet RS energi 1900 Kkal (35 Kkal/ Kg BB ideal).
Protein 15% = 71 gram, lemak 25% = 53 gram, Karbohidrat 60% = 285 gram.
Makanan terakhir masuk tanggal 22/5/2013 pagi. Tidak ada mual dan muntah.
Tidak ada nyeri ulu hati. Tidak ada alergi makanan. Kemampuan untuk mengunyah
dan menelan baik. BB saat ini 49 kg. Klien dan keluarga merasa badan bertambah
kurus sejak 6 bulan yang lalu. Klien tidak mengetahui berat badan sebelumnya. TB
160 cm. IMT: 19,1 dan BB ideal: 54 Kg. Bentuk tubuh agak membungkuk. Turgor
kulit elastis, kulit sedikit kering. Tidak ada edema dan distensi vena jugularis.
Kondisi gigi berlubang di geraham bawah kanan dan kiri, penampilan lidah bersih
dan membran mukosa lembab. Klien mengatakan nafsu makan menurun, porsi
makan habis 2/3 porsi. Klien riwayat kurang minum dan sering mengkonsumsi soft
drink atau energy drink.
i. Kebersihan / Hygiene

Aktivitas sehari-hari kadang dibantu keluarga. Mandi 1 kali sehari dengan


dilap oleh keluarga menggunakan sabun dan air hangat. Klien menggosok gigi
1 kali sehari menggunakan pasta gigi. Penampilan umum tampak bersih. Cara

Universitas Indonesia
berpakaian rapi dengan jenis baju yang sesuai dengan usianya. Saat pengkajian
tidak ada bau badan.

j. Neurosensori

Keluhan pusing atau rasa ingin pingsan tidak ada, riwayat syncope tidak ada.
Tidak ada kesemutan pada ekstremitas. Tidak ada riwayat stroke dan kejang.
Penglihatan dan pendengaran normal. Status mental terorientasi dengan baik,

kesadaran compos mentis, klien cukup kooperatif selama pengkajian. Memori saat
ini dan masa lalu baik. Tidak ada tanda facial drop. Refleks menelan baik.

Nyeri/ketidaknyamanan

Pasien mengeluh benjolan di area abdomen kiri terasa nyeri. Nyeri bertambah jika
pasien posisi duduk dan berkurang dengan posisi berbaring. Karakteristik nyeri
tumpul. Skala nyeri 6, frekuensi nyeri sering. Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
saat berubah posisi. pasien tampak mengerutkan dahi dan menjaga area yang
sakit. Respon emosional stabil, klien tidak tampak marah.

Pernapasan

Pasien tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma,
empisema, pneumonia. Pasien riwayat merokok + 30 tahun, tetapi sudah berhenti
sejak 1 tahun yang lalu. Tidak menggunakan oksigen. Frekuensi pernapasan 20
x/menit. Vocal fremitus dan taktil fremitus simetris, tidak menggunakan otot bantu
napas. Bunyi napas vesikuler. Ronchi -/-, wheezing
-/-, Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada sputum.

Keamanan
Pasien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan. Tampak luka
operasi tertutup kassa steril. Pergerakan ekstremitas tampak aktif.
Tonus otot
5
555
5
555
5
555
5
555

Universitas Indonesia
n. Interaksi sosial

Saat ini peran dalam struktur keluarga sebagai kakek atau orang tua. Interaksi
dengan keluarga baik dan lingkungan juga baik. Klien sering mengikuti
kegiatan di masyarakat, selama di rumah sakit klien jarang berinteraksi dengan
pasien lain. Bicara cukup jelas dan dapat dimengerti. Klien sering
menggunakan bahasa daerah sunda di lingkungannya, sementara di RS klien
sering menggunakan bahasa Indonesia.

3.1.3. Pemeriksaan Penunjang

3.1.3.1. Pemeriksaan

Ultrasonografi Kesimpulan:
 Massa solid bervaskularisasi internal dengan daerah nekrotik di tengahnya
pada medial dan inferior ginjal kiri, suspek malignancy
 Hidronefrosis kiri ec massa
 Simple cyst ginjal kanan
 Cystitis kronis

3.1.3.2. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.1. Pemeriksaan laboratorium darah

Tanggal Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal


22 Mei 2014 Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,3 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 30,3 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,70 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 262 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 8,01 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hitung Jenis:
Basofil 0,2 % 0,5 – 1,0
Eosinofil 2,2 % 1–4
Neutrofil 73,7 % 55,0 – 70,0
Limfosit 13,7 % 20 – 40
Monosit 10,2 % 2–8
Laju Endap Darah 70 mm 0 – 10
Albumin 3,32 g/dL 3,5 – 5,2
LDH 311 U/L <225

Universitas Indonesia
Natrium (Na) 134 mEq/l 132-147
Kalium (K) 3,95 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 97,8 mEq/l 94,0 – 111,0
Calsium 9,1 mg/dL 8,8 – 10,2
02 Juni 2014 Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,0 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 31,9 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,66 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 322 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 6,09 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hemostasis:
PT 12,1 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,5 detik
APTT 42,7 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 33,4 detik
SGOT 22 U/L <33
SGPT 31 U/L <41
Albumin 3,70 g/dL 3,5 – 5,2
Kreatinin darah 1,10 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 72,6 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 44 mg/dL <50
Glukosa sewaktu 122 mg/dL <140
Natrium (Na) 141 mEq/l 132-147
Kalium (K) 4,46 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 93,2 mEq/l 94,0 – 111,0
09 Juni 2014 Kalium (K) 3,95 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 106,3 mEq/l 94,0 – 111,0
Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,5 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 32,0 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,68 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 319 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 6,73 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hemostasis:
PT 11,9 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,6 detik
APTT 44,1 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 33,0 detik
INR 1,02
SGOT 14 U/L <33
SGPT 16 U/L <41
Albumin 4,20 g/dL 3,5 – 5,2
Kreatinin darah 1,30 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 59,3 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 58 mg/dL <50

Universitas Indonesia
Glukosa sewaktu 96 mg/dL <140
Natrium (Na) 145 mEq/l 132-147
13 Juni 2014 Albumin 2,73 g/dL 3,5 – 5,2
Natrium (Na) 133 mEq/l 132-147
Kalium (K) 4,14 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 98,0 mEq/l 94,0 – 111,0
14 Juni 2014 Natrium (Na) 139 mEq/l 132-147
Kalium (K) 3,84 mEq/l 3,30 – 5,40
Chlorida 98,5 mEq/l 94,0 – 111,0
Darah Perifer Lengkap:
Hemoglobin 10,4 g/dL 13.0 – 17.0
Hematokrit 36,6 % 40.0 – 50.0
Eritrosit 3,75 10^6/µL 4,50 – 5,50
Trombosit 203 10^3/µL 150 – 400
Leukosit 8,04 10^3/µL 5,00 – 10,00
Hitung Jenis:
Basofil 0,1 % 0,5 – 1,0
Eosinofil 3,2 % 1–4
Neutrofil 78,3 % 55,0 – 70,0
Limfosit 9,3 % 20 – 40
Monosit 9,1 % 2–8
Laju Endap Darah 96 mm 0 – 10
Albumin 3,34 g/dL 3,5 – 5,2
Protein total 6,0 g/dL 6,4 – 8,7
Globulin 2,66 g/dL 1,80 – 3,90
Kreatinin darah 1,10 mg/dL 0,80-1,30
eGFR 72,6 mL/min/ 66,0 – 96,0
1,73m^2
Ureum darah 31 mg/dL <50
Hemostasis:
PT 13,9 detik 9,8 – 12,6
Kontrol 12,1 detik
APTT 56,9 detik 31,0 – 47,0
Kontrol 31,5 detik

Tabel 3.2. Pemeriksaan laboratorium


urine
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
22 Mei 2014 Warna Coklat Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen:
Leukosit Banyak /LPB 0–5
Eritrosit Banyak /LPB 0–2
Silinder Negatif /LPK 0–2
Sel Epitel 1+ 1+

Universitas Indonesia
Kristal Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat Jenis 1,015 1,005 – 1,030
PH 6,5 4,5 – 8,0
Protein 2+ Negatif
Glucosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/ Hb 3+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 16,0 µmol/L 3,2 – 16,0
Nitrit Positif Negatif
Leukosit Esterase 3+ Negatif
Biakan Aeroh urine E. Coli > 100000 kuman/mL
05 Juni 2014 Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
Sedimen:
Leukosit 2-3 /LPB 0–5
Eritrosit 25 - 27 /LPB 0–2
Silinder: /LPK 0–2
Granula kasar 0–1
Granula halus 0–1
Sel Epitel 1+ 1+
Kristal Negatif
Bakteria Positif Negatif
Berat Jenis 1,030 1,005 – 1,030
PH 6,0 4,5 – 8,0
Protein 2+ Negatif
Glucosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah/ Hb 3+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 µmol/L 3,2 – 16,0
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif Negatif

3.1.3.3. Daftar terapi obat:

Tabel 3.3. Daftar terapi obat

Nama Obat Dosis Waktu Rute


Cefoperazone Sulbactam 1 gram 2x1 IV
Tramadol 100 mg 3x1 IV
Profenid 1 supp 2x1 Suppositoria
Omeprazole 40 mg 2x1 IV

Universitas Indonesia
3.1.3.4. Laporan Pembedahan

Tindakan pembedahan: Open radikal nefrektomi kiri


Tangal pembedahan: 12 Juni 2014
Uraian pembedahan:
 Pasien posisi supine dalam anestesi GA dan epidural. A dan antisepsis.
 Insisi mediana, diperdalam lapis demi lapis, peritoneum dibuka.
 Tampak massa tumor yang berasal dari retroperitoneum kiri yang mendorong
usus halus ke inferior dan colon descendens ke lateral kiri
 White line kiri dibuka, kolon disisihkan ke medial
 Tampak tumor ginjal kiri, ukuran 15x13,12 cm. Tumor ginjal kiri dibebaskan
dari jaringan sekitar
 Terdapat perlengketan dengan kolon descendens, perlengketan dapat
dipisahkan. Massa tumor dapat dibebaskan dari jaringan sekitar.
 Indentifikasi pedikel, tampak vena renalis dan arteri renalis masing-masing 1
buah. Dilakukan teugel dengan etiloop. Tidak teradapat pembesaran KGB
 A. Renalis diklem. Dipotong dan dilakukan double ligasi. Hal yang sama
dilakukan pada V. Renalis. Ureter diklem dipotong dan diligasi
 Ginjal dibebaskan dari jaringan sekitarnya hingga berhasil diangkat keluar
 Kontrol perdarahan, cuci bed tumor dengan aqua steril
 Pasang drain NGT 18 fr, luka op ditutup lapis demi lapis
 Operasi selesai.
Komplikasi intra-op : tidak ada
Perdarahan intra-op : 1100 cc

Universitas Indonesia
3.2. Analisis Data

Tabel 3.4 Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan


1. DS :
Perubahan nutrisi :
 Klien mengatakan kurang nafsu makan
kurang dari kebutuhan
 Klien dan keluarga mengatakan badan tubuh
semakin kurus sejak 1 tahun yang lalu
DO :
 BB saat ini 49 kg, BB ideal 54 kg
 Porsi makan habis 2/3 porsi
 Kadar Albumin 3,32 g/dL
 Kadar Hemoglobin 10,3 g/dL
2. DS:
Nyeri
 Klien mengatakan:
 P: Nyeri bertambah jika posisi duduk dan
berkurang dengan posisi berbaring, setelah
minum obat.
 Q: Karakteristik nyeri tumpul
 R: Nyeri terasa di area benjolan abdomen
kiri, kadang menyebar ke punggung
 S: Skala nyeri 6
 T: Nyeri dirasakan sering timbul atau
setelah lama minum obat
DO:
 Pasien tampak tegang
 Pasien tampak meringis saat berubah posisi
 Pasien tampak melindungi area yang sakit
saat berubah posisi
3. DS Ansietas
 Pasien mengatakan:
 Tidak tahu tentang prosedur operasi
 Khawatir dengan kondisi penyakitnya
DO:
 Ekspresi wajah tampak tegang
4. DS: Nyeri akut
 Klien mengatakan: (pasca operasi)
 P: Nyeri bertambah jika batuk atau
menarik nafas dalam, nyeri berkurang
setelah minum obat
 Q: Karakteristik nyeri tajam, seperti
tersayat
 R: Nyeri terasa di area luka operasi

Universitas Indonesia
 S: Skala nyeri 6
 T: Nyeri dirasakan sering timbul atau
setelah lama minum obat
DO:
 Pasien tampak tegang
 Pasien tampak meringis saat berubah posisi
 Pasien tampak melindungi area yang sakit
saat berubah posisi

5. DS: Intoleransi aktivitas


Pasien mengatakan: (pasca operasi)
Badan terasa lemas
Kepala terasa pusing DO:
Bedrest 12 jam pasca operasi
Barthel index : ketergantungan berat
Faktor risiko:
6. Kadar Albumin rendah (2,73 g/dL) Risiko infeksi
(pasca
operasi)

Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah


keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu rencana
asuhan keperawatan sebelum operasi dan sesuadah operasi. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:

Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi

a. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Masalah nutrisi teratasi dalam waktu 3x24 jam ditunjukkan dengan
nendemontrasikan pemeliharaan/kemajuan penambahan berat badan yang
diinginkan dengan kriteriam: enyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi,
masukan kalori diet adekuat, tidak ada mual muntah.

Intervensi yang dilakukan adalah:


 Kaji faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, mis., status puasa, mual

Universitas Indonesia
 Timbang berat badan sesuai indikasi bila memungkinkan. Catat masukan
dan haluaran setiap hari
 Auskultasi bising usus; palpasi abdomen.
 Dorong pasien untuk makan diet tinggai kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.
 Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein dan vitamin C

Nilai diet sebelumnya dan pantau peningkatan pemberian diet pada klien

Kontrol faktor lingkungan dan ciptakan suasana makan yang

menyenangkan Berikan cairan IV, mis., albumin, lipid, elektrolit
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi: antiemetic, antasida
 Konsuldenganahli diet,tim pendukungnutrisi.BerikanNPT
enteral/parenteral sesuai indikasi

b. Nyeri.

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria: kolik berkurang/hilang, pasien tidak mengeluh nyeri (skala
nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, pasien tampak rileks, Pasien sudah
tidak memegang area nyeri

Intervensi yang dilakukan adalah

Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.


Observasi adanya abdominal pain
Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.
 Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada
kontra indikasi.
 Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
 Ajarkan teknik relaksasi, teknik distraksi serta guide imagine
 Kolaborasi : pemberian cairan intra vena dan pemberian obat-obatan
Analgetik (profenid supp 2x1)

Universitas Indonesia
c. Ansietas

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam rasa cemas
dapat diatasi/berkurang dengan kriteria: Pasien dapat menyatakan kecemasan
yang dirasakan, pasien dapat beristirahat dengan tenang, nadi dalam batas
normal, ekspresi wajah ceria/rileks.

Intervensi yang dilakukan adalah

Berikan privasi dan lingkungan yang nyaman.


Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala
kecemasan.
Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
Hindari konfrontasi dengan pasien.
Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang
mencemaskan pasien.
Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan
komunikasi terapeutik.
Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri
untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.

3.3.2. Rencana Asuhan Keperawatan Setelah


Operasi
a. Nyeri Akut.

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria: kolik berkurang/hilang, pasien tidak mengeluh nyeri
(skala nyeri 0), dapat beristirahat dengan tenang, pasien tampak rileks, Pasien
sudah tidak memegang area nyeri

Universitas Indonesia
Intervensi yang dilakukan adalah

 Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.


 Observasi adanya abdominal pain
 Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.
 Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada
kontra indikasi.
Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Ajarkan teknik relaksasi, teknik distraksi serta guide imagine

Kolaborasi : pemberian cairan intra vena dan pemberian obat-obatan Analgetic


(profenid supp 2x1)

b. Intoleransi aktivitas

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, aktivitas


kembali normal dengan kriteria: ADL sudah dilakukan sendiri: makan dan minum,
sudah bisa duduk, Barthal index 20, TTV dalam batas normal.

Intervensi yang dilakukan adalah:

Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic, penyekat beta
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dipsnea,
berkeringat, pucat.
Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
Selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.

 Beri lingkungan yang aman: pasang penghalang tempat tidur dan kunci roda
tempat tidur

Universitas Indonesia
c. Risiko infeksi

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, tidak terjadi infeksi
dengan kriteria: tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti demam, bengkak,
nyeri, kemerahan, ada pus; Leukosit 5.000 - 10.000/µL.

Intervensi yang dilakukan adalah


 Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, spt: demam, kemerahan,
 adanya pus pada luka
 Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
 pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri
 Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
 Anjurkan untuk makan dan minum adekuat
 Berikan obat antibiotik yang sesuai

3.4 Evaluasi Keperawatan

Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan ialah sebagai berikut:

a. Nyeri (akut)

Pada hari pertama pasien mengatakan mengalami nyeri dengan skala 3-4 di bagian
pinggang kanan dan kiri. Penyebabnya karena ada batu di bagian ginjal dibuktikan
dengan hasil BNO pada tanggal 18-04-2013. Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Kondisi ini bertambah jika kurang minum dan tidak beraktivitas. Namun setelah
diajari teknik napas dalam pasien mengatakan lebih lega dan nyeri berkurang,
skala nyeri menjadi 2 dalam waktu 3 hari. Pada akhir intervensi pasien
mengatakan nyeri sudah sangat berkurang. Nyeri dirasakan di sekitar luka jahitan
dan nyeri kambuh jika bergerak tiba-tiba. Skala nyeri 1.

Universitas Indonesia
b. Risiko infeksi

Awalnya pasien mengatakan bahwa sering nyeri di pinggang dan pernah memiliki
riwayat BAK nyeri. Pasien mengatakan pernah demam juga. Hasil leukosit pada
tanggal 18-04-2013 menunjukkan 10080 μL. Tindakan yang dilakukan adalah
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri. Pada tanggal 15-05-2013
menunjukkan 9700 μL. Namun setelah 1 hari paska operasi pasien sempat
mengalami demam dengan suhu 37,5oC dengan jumlah leukosit 15.180 μL,
kemudian perawat memberikan antibiotik, minum air yang banyak dan
menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga
pada hari berikutnya leukosit turun menjadi 12.750 μL. Pasien sudah tidak
mengeluh demam lagi dan warna urin kuning kemerahan, pus sudah tidak ada.

c. Perubahan eliminasi urin

Pasien mengatakan sering tidak tuntas saat BAK dan pernah merasakan nyeri.
Namun sehari setelah dirawat pasien langsung dipasang kateter sehingga nyeri
berkurang dan BAK menjadi lancar. Nyeri masih ada di sekitar luka operasi.

d. Ansietas

Pada saat pertama datang di RS pasien tampak tegang dan bingung dengan
kondisi yang ada. Namun setelah mahasiswa datang dan menjelaskan prosedur
yang akan dijalani dan mendengarkan keluhan pasien maka pada hari kedua
pasienmenjalankan operasi dengan siap dan bisa tidur walaupun belum pulas.

e. Intolerasi aktivitas

Kondisi ini terjadi setelah pasienmenjalani operasi. Mahasiswa dan perawat


menganjurkan untuk istirahat selama 12 jam setelah itu boleh latihan duduk dan
berdiri. Selama 12 jam tersebut pasien juga diminta untuk latihan miring kanan
dan kiri. Pada hari kedua setelah operasi pasien bisa duduk sendiri tanpa bantuan.
Dan pada hari ke-9 pasien sudah bisa latihan jalan dan hari ke-12 pasien bisa
pulang. Hasil catatan keperawatan secara rinci bisa dilihat di lampiran 3.

Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI

4.1. Analisis Kasus terkait Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan (KKMP)

KKMP yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas.
Namun konsep keperawatan komunitas ini bisa diterapkan di lahan klinik dengan
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur dan penyakit yang ada
di masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan
untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan. Masalah
yang sering terjadi di daerah perkotaan adalah keganasan salah satunya kanker
ginjal. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali Indonesia. Data penelitian terbaru mengenai kanker ginjal

mengatakan bahwa di negara-negara berkembang angka kejadian penyakit ini


semakin meningkat seiring dengan semakin luasnya penggunaan rokok dan
meningkatnya kebiasaan diet yang tidak sehat, sedangkan di negara maju angka
kejadian kanker ginjal cenderung menurun dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap bahaya merokok dan pembatasan produksi rokok dengan
berbagai perubahan kebijakan dan regulasinya. Selain itu meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat berkontribusi terhadap
kecenderungan penurunan angka kejadian. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari
penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari Rekam Medik
RSCM mengatakan bahwa pada periode Januari hingga Juni 2014 tercatat
13 kasus baru yang dirawat di ruang bedah dengan diagnosis kanker ginjal.
4.2. Analisis Kasus

Pasien dengan kanker ginjal mulai sering dialami oleh masyarakat perkotaan
meskipun angka kejadiannya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan angka
infeksi atau batu saluran kemih. Terjadinya keganasan pada organ ginjal tentu
disertai adanya multifaktor baik dari segi host, agent maupun lingkungannya. Dari
hasil analisa didapatkan riwayat diet konsumsi soft drink dan energy drink yang

35 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


36

sering menyebabkan banyak masyarakat perkotaan tidak terlalu memperhatikan


kecukupan kebutuhan air putih.

Usia pasien yang hampir lansia membuat salah satu faktor predisposisi munculnya
kanker ginjal seperti yang dikatakan oleh The Cancer Council New South Wales
(2011) bahwa penyakit ginjal sering muncul di atas usia 55 tahun. Kondisi lansia
juga menyebabkan rentan untuk dilakukan tindakan pembedahan. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuzgunbay (2010) bahwa usia
yang rentan untuk dilakukan pembedahan yaitu lansia dengan usia 65 tahun
keatas.

Tn. S merupakan salah satu penderita kanker ginjal dengan jenis kelamin laki-laki.
Seperti yang dijelaskan di dalam penelitian Cassidy, et. al, (2002) bahwa kanker
ginjal lebih banyak terjadi pada laki-laki (1.9% dari laki-laki dengan cancer)
dibandingkan pada wanita (1.2%) dan frekuensinya meningkat seiring dengan
peningkatan usia dimana kejadian tersering yaitu pada decade keenam dan
kedepalan. Terjadi peningkatan isiden dalam 10 tahun terakhir. Kira-kira 65%
pasien meninggal akibat penyakit ini Merokok juga merupakan faktor
predisposisi yang kuat pada Tn. S sesuai dengan hasil penelitian para ahli bedah
dari International Agency for Research on Cancer (IARC) di Amerika Serikat,
yaitu jika dibandingkan dengan individu yang tidak pernah merokok, risiko
meningkat sekitar 50% pada perokok laki-laki.

Berbagai faktor predisposisi diatas berkontribusi terhadap kejadian kanker ginjal


yang diderita Tn. S. Penegakan masalah keperawatan terkait kanker ginjal pada
pasien ini berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
Dari hasil pengkajian didapatkan data pasien laki-laki berumur 63 tahun pindah
dari IGD. Hasil anamnesis saat pengkajian keluhan Pasien mengeluh benjolan di
area abdomen kiri terasa nyeri. Pasien mengatakan berat badan turun turun drastis
sejak 1 tahun. Pasien mengatakan khawatir dengan kondisi tumornya, karena
menurut dokter RSUD serang merupakan tumor ganas. Berdasarkan data tersebut
dapat dipikirkan bahwa asupan nutrisi klien tidak sesuai dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa klien mengalami masalah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


keperawatan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah
ini terjadi karena kebutuhan metabolisme tubuh klien meningkat akibat adanya
pertumbuhan sel kanker yang tidak dapat dikendalikan. Sel kanker terus tumbuh
sehingga kebutuhan energi tubuh untuk proses metabolisme meningkat, akhirnya
asupan energi sebagian besar digunakan untuk metabolisme sel kanker sehingga
kebutuhan metabolisme sel normal tidak terpenuhi.

Masalah kedua dari pasien ini adalah nyeri yang bersifat kronis. Nyeri yang
dialami oleh pasien berasal dari penekanan dan invasi sel kanker terhadap jaringan
di sekitar ginjal. Nyeri dirasakan sebagai rasa sakit tumpul pada daerah abdomen
dan kadang menjalar ke pinggang belakang. Pasien juga mengalami ansietas
ketika pertama kali datang di rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
informasi yang didapatkan pasien sebelum dilakukan operasi dan rasa takut
menjalani operasi. Saat dilakukan pengkajian awal pasien mengatakan tidak tahu
tentang prosedur operasi dan khawatir dengan kondisi penyakitnya. Saat ditanya
mengenai penyakitnya pasien hanya menjelaskan secara singkat.

Setelah menjalani operasi, klien mengalami nyeri yang bersifat akut akibat luka
sayatan operasi. Nyeri bersifat tajam tetapi tidak menyebar. Klien dapat mengatasi
masalah nyeri karena telah berlatih teknik relaksasi dan distraksi bersama perawat
selama 2 minggu sambil menunggu jadwal operasi. Selain itu juga pasien
mengalami intoleransi aktivitas karena masa pemulihan paska operasi. Selain itu
aktivitas terhambat karena rasa nyeri. Dengan mengatasi rasa nyeri maka secara
bertahap pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Kadar Albumin yang
rendah (2,73 g/dL) paska operasi menyebabkan klien rentan terhadap risiko
infeksi, karena protein tubuh penting dalam proses pembentukan imunitas
seseorang. Perawat melakukan langkah-langkah pencegahan infeksi dengan
meningkatkan kebersihan dan mempertahankan teknik septik dan aseptic saat
melakukan prosedur terhadap pasien. Secara umum proses perawatan dan
pembedahan pasien tidak mengalami komplikasi.

Universitas Indonesia
4.3. Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Pilihan tatalaksana kanker ginjal dengan pembedahan sangat sesuai dengan


kondisi pasien, seperti yang dikatakan oleh Kirkali, Tuzel & Munga, (2002)
bahwa reseksi seluruh tumor adalah terapi modalitas yang paling potensial dan
harus ditawarkan pada pasien tanpa metastasis yang sehat secara fisik untuk
menjalani operasi. Berdasarkan data dari pasien dan hasil dari pemeriksaan fisik
menunjukkan bahwa pasien mengalami tiga gejala utama yang termasuk ke dalam
trias klasik menurut Smeltzer & Bare (2010), yaitu hematuria, nyeri dan masa.

Dari ketiga masalah di atas, gejala yang paling dirasakan klien saat pengkajian
adalah nyeri. Untuk mengatasi masalah ini perawat melakukan intervensi teknik
relaksasi dan distraksi sebagai salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologis. Perawat telah melatih beberapa teknik manajemen nyeri non
farmakologis sesuai hasil penelitian Kwekkeboom et al. (2003) bahwa metode
tatalaksana nyeri non farmakologis cukup berguna untuk mengatasi nyeri. Terapi
ini dapat mengatasi nyeri sebagai terapi alternatif pada nyeri tingkat sedang
hingga berat (Delaune & Ladner, 2002). Metode ini terbuktif efektif pada pasien
ini. Pasien yang sebelumnya mendapatkan terapi analgesik kombinasi injeksi
tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid supp 2 x 1 dapat mengatasi rasa nyeri hanya
dengan 1 jenis terapi analgesik oral ultracet 3 x 1 tablet selama kurang lebih 2
minggu selama menunggu operasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yavuz
(2006) bahwa metode ini membantu terapi farmakologis standar dalam tatalaksana
nyeri. Ketika terapi medis bekerja mengatasi dimensi somatic (secara fisiologis
dan emosional) sementara itu tatalaksana nyeri non farmakologis bertujuan untuk
mengatasi secara afektif, kognitif, perilaku dan sosial kultural untuk mengatasi
nyeri.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Selain teknik relaksasi dan distraksi yang merupakan metode manajemen nyeri
non farmakologis, teknik akupresur juga mulai banyak dikembangkan dalam
beberapa penelitian terakhir. Akupresur termasuk dalam klasifikasi intervensi

Universitas Indonesia
keperawatan (Nursing Intervention Classification/ NIC). Telah terbukti bahwa
akupresur berguna untuk mengatasi masalah nyeri, mual muntah dan fatique
(Dergisi, 2006). Selain mengatasi masalah nyeri, akupresur mengembalikan aliran
energi tubuh dan memfasilitasi proses penyembuhan. Akupresur juga
meningkatkan aliran darah dan sirkulasi sehingga oksigen dapat dibawa lebih
efektif ke seluruh bagian tubuh dan meningkatkan energi serta imunitas.

Akupresur telah digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan


fatique untu mencegah efek mual dan muntah paska operasi. Terapi akupresur
dapat menurunkan stimulasi simpatis, meningkatkan relaksasi dan menurunkan
gejala dispnea, ansietas dan tanda vital seperti frekuensi nadi dan pernafasan
(Dergisi, 2006). Hasil penelitian Cho dan Tsay (2004) telah membuktikan bahwa
intervensi akupresur secara signifikan menurunkan tingkat depresi pada pasien
penyakit ginjal tingkat akhir. Dari beberapa penelitian di atas membuktikan bahwa
intervensi akupresur merupakan teknik yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Melatih perawat untuk menguasai kompetensi ini merupakan hal
yang penting karena teknik akupresur merupakan modalitas tatalaksana yang non
invasif, aman dan efektif. Akupresur dapat dipertimbangkan untuk menjadi
kompetensi lanjut bagi perawat klinis dan dapat dijadikan program pendidikan
lanjut. Perawat manajer perlu menetapkan kebijakan dan protokol yang
melibatkan terapi akupresur sebagai standar perawatan pasien di ruang rawat
(Tsay, et al., 2005)

Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
pada pasien kanker ginjal di ruang bedah zona
A lantai 4 gedung A RSCM adalah sebagai
berikut:

a. Kanker ginjal merupakan penyakit


keganasan yang mulai meningkat angka
kejadiannya di daerah perkotaan. Penyebab
pasti keganasan pada organ ginjal sampai
saat ini belum diketetahui secara pasti,
tetapi beberapa faktor telah diidentifikasi
berkontribusi terhadap kejadian penyakit
ini. Penyakit ini terjadi karena interaksi dari
beberapa faktor predisposisi.

b. Kanker ginjal sering disebabkan oleh


beberapa hal yang banyak terjadi di kota
besar misalnya kondisi lingkungan yang
mayoritasnya adalah daerah industri
meningkatkan paparan masyarakat terhadap
zat karsinogenik. Perilaku merokok yang
merupakan kebiasaan hamper mayoritas
masyarakat perkotaan merupakan faktor
predisposisi yang berkotribusi paling besar
terhadap kejadian kanker ginjal. Pola diet
yang tidak sehat akibat gaya hidup yang
serba instan menyebabkan angka kejadian
obesitas meningkat yang memicu aktifnya
sel-sel kanker.

c. Kondisi pasien setelah menjalani tindakan


pembedahan biasanya mengalami keluhan

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


nyeri d. Salah satu metode intervensi nyeri non
yang farmakologis yang cukup efektif, non
paling invasif dan aman adalah akupresur. Teknik
menonjol. ini terbukti dapat mengatasi rasa nyeri,
Kondisi keluhan mual dan muntah paska operasi,
ini jika meningkatkan relaksasi dan
tidak
ditangani
dengan 40

baik Universita
s
dapat Indonesia
berpengar
uh
terhadap
kondisi
psikologi
s, sosial
dan
emosiona
l pasien.
Maka
manajeme
n nyeri
perlu
diajarkan
kepada
pasien
perlu
diajarkan
sedini
mungkin
sehingga
pasien
memiliki
waktu
Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014
41

istrirahat pasien serta melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan sistem


imunitas tubuh.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan asuhan keperawatan pasien dengan kanker ginjal di


atas, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi kepada praktikan atau
penulis selanjutnya dalam mengatasi masalah keperawatan pra dan paska
operasi ginjal.

Penulis selanjutnya dapat mengaplikasikan teknik akupresur pada pasien dengan


kanker ginjal baik pra maupun paska bedah untuk mengurangi gejala yang
dirasakan oleh pasien. Selain itu penulis selanjutnya juga dapat mengeksplorasi
jurnal yang lebih banyak lagi sehingga kegunaan teknik ini dapat lebih
dikembangkan lagi. Perlu juga dibandingkan hasil intervensi teknik ini pada
beberapa pasien dengan kasus yang sama, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk aplikasi di lapangan.

Dalam bidang pelayanan keperawatan, khususnya perawat bedah sebaiknya perlu


menguasai kompetensi manajemen nyeri. Teknik akupresur perlu dipertimbangkan
untuk masuk ke dalam intervensi keperawatan sehingga memperkaya ilmu
pengetahuan profesi keperawatan. Perawat pengambil keputusan perlu membuat
kebijakan atau prosedur teknik ini sehingga dapat dijadikan acuan bagi para
perawat pelaksana.

Kompetensi akupresur perlu dipertimbangkan untuk dijadikan suatu

bidang ilmu pendidikan sehingga pengetahuan dan keterampilan


kompetensi ini dapat dipertanggungjawabkan untuk diaplikasikan dalam
pelayanan pasien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA
Basuki P. (2003). Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Jakarta; Sagung Seto
Cooper C.S., Snyder III H.M. (2005). Pediatric Genitourinary Cancer. Texas;
Landes Bioscience.
Wong Ho Chow, Linda M. Dong, Susan S., Devesa. (2010). Epidemiology and
Risk Factors for Kidney Cancer. USA; National Institute of Health.
World Cancer Research Fund International. (2003). Kidney Cancer. London.
American Cancer Society. (2014). Kidney Cancer (Adult) Renal Cell Carcinoma.
http.//
Grispus D. (2002). Assesment and Management of Pain. Ontario; RNAO.
Blankership L. et al. (2011). The Mind/ Body Connection: Deep Breathing and
Simple Meditation. USA; University of Kentucky.

APHA. (1996). The Definition and Practice of Public Health Nursing. USA; Public
health Association.

BonnieSingleton.(2013).CanDietSodaCauseKidneyDisease.

Cassidy Jim, Bissett Donald, Obe Roy A.J., Spence. (2002). Oxford Handbook of
Oncology. USA; Oxford University Press.

Nationalcancerinstitute,2014,Kidneycancer,diunduhdari

Smeltzer Suzanne C. & Bare Brenda. (2010). Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical Surgical Nursing10th Edition. Philadelphia; Lippincot William & Wilkins.

Demir Yardanuar (2012)., Non Pharmacological Therapies in Pain Management.


Turkey; Abant Izzet Baysal University

Kim J.E., Dodd, M. & West, C. (2004). The PRO-SELF Pain Control Program Improves
Patients Knowledge of Cancer Pain Management. Oncology

Nursing Forum, Vol. 31 , No:6 , Hal.1137-1143.


Nash, R.,Yates P., Edward H., Fentiman B., Dewar A., Mcdowell J. & Clark R.
(1999). Pain And Administration of Analgesia: What Nurses Say. Journal
of Clinical Nursing.
McMillan S.C., Tittle M., Hagan, S. & Laughlin J. (2000). Management of Pain
and Pain Related Symptoms in Hospitalized Veterans with Cancer. Cancer
Nursing, Vol. 23 , No:5.

xii

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


Uçan Ö. & Ovayolu N. (2007). Kanser Ağrısının Kontrolünde Kullanılan
Nonfarmakolojik Yöntemler. Fırat Sağlık Hizmetleri Dergisi, Vol.2 , No:4 ,
Hal.123-131.
Kwekkeboom K., Kneip J. & Pearson L. (2003). A Pilot Study to Predict Success
with Guided Imagery for Cancer Paitent . Pain Management Nursing, Vol.
4 , No.3. Hal. 112-123.
Yavuz M.(2006). Ağrıda Kullanılan Nonfarmakolojik Yöntemler In: Ağrı Doğası
Ve Kontrolü.1st Edition , F.E. Aslan (Editor), Vol.42. Hal.135-147.

Nordin, M. (2002). Self-Care Techniques for Acute Episodes of Low-Back Pain.


Best Practice & Research Clinical Rheumatology, 16(1): 89-101.
Blankenship lynn, Peritore Nicole, Bryant Jane. (2011)h.e TMind / Body
Connection:DeepBreathingAndSimpleMediation.Lexington; University of
Kentucky.
Seers K. & Carroll D. (1998). Relaxation techniques for acute pain management : a
systematic review. Australian Journal of Advanced Nursing, 27(3)466- 475.

Delaune S.C. & Ladner P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standard And
Practice (2nd Edition). Hal.916-941. Newyork; Thomson Delmar Learning.

Petry J.J. (2002). Surgery and complementary therapies: A review. Alternative


Therapies in Health and Medicine, 6(5):64-74.

Meisenhelder J.B. & Chandler E.N. (2000). Prayer and health outcomes in church
members. Altern. Ther. Health Med., 6(4): 56-60.

The Cancer Council New South Wales. (2011). Understanding Kidney Cancer.
http://

Dergisi. (2006). Acupressure. Journal of Hacettepe University School of Nursing.


Tsay et. al. (2005. Effects of Acupressure Therapy for Patients Having Prolonged
Mechanical Ventilation Support. Journal of Advanced Nursing 2005; 5
(2): 142-150.

xiii

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operatif

Diagnosa Keperawatan/
Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
Ketidakseimbangan Masalah nutrisi teratasi  Kaji faktor-faktor individual yang  Mempengaruhi pilihan
nutrisi : kurang dari dalam waktu 6x24 jam mempengaruhi kemampuan untuk intervensi
kebutuhan tubuh ditunjukkan dengan mencerna/makan makanan, mis.,
DS: mendemontrasikan status puasa, mual
 Pasien mengatakan pemeliharaan/kemajuan  Timbang berat badan sesuai indikasi  Mengidentifikasi status nutrisi
kurang nafsu makan penambahan berat badan bila memungkinkan. Catat masukan serta memastikan kebutuhan
 Pasien dan keluarga yang diinginkan dengan dan haluaran setiap hari metabolik
mengatakan badan kriteria:  Auskultasi bising usus; palpasi  Menentukan kembalinya
semakin kurus sejak 1  Menyatakan abdomen. peristaltik
tahun yang lalu pemahaman kebutuhan  Dorong pasien untuk makan diet  Meningkatkan kerja sama
DO : nutrisi tinggai kalori kaya nutrient, dengan pasien dan keluarga dengan
 BB saat ini 49 kg, BB  Masukan kalori diet masukan cairan adekuat. aturan diet
ideal 54 kg adekuat  Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan  Protein/vitamin C adalah
 Porsi makan habis 2/3  Tidak ada mual diet dari pasien. Anjurkan pilihan kontributor utama untuk
porsi muntah. makanan tinggi protein dan vitamin C pemeliharaan jaringan dan

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


 Kadar Albumin 3,32  Nilai diet sebelumnya dan pantau perbaikan
g/dL peningkatan pemberian diet pada
 Kadar Hemoglobin pasien
10,3 g/dL  Kontrol faktor lingkungan dan  Meningkatkan nafsu makan
ciptakan suasana makan yang pasien
menyenangkan
 Berikan cairan IV misalnya  Memperbaiki keseimbangan
albumin, lipid, elektrolit nutrisi, cairan dan elektrolit
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi:  Mencegah mual muntah,
antiemetic, antasida menurunkan pembentukan asam
 Konsul dengan ahli diet, tim  Bermanfaat dalam mengevaluasi
pendukung nutrisi. dan memenuhi kebutuhan diet
individu
 Kolaborasi untuk pemberian TPN/  Memenuhi kebutuhan kalori
enteral sesuai indikasi metabolik

Nyeri Setelah dilakukan  Kaji intensitas, lokasi dan  Peningkatan nyeri adalah
DS: intervensi selama 3x24 tempat/area serta penjalaran dari indikasi terhadap penekanan
 Pasien mengatakan: jam, nyeri berkurang nyeri. organ sekitar kanker. Nyeri
 P: Nyeri bertambah atau hilang dengan dapat menyebabkan shock
jika posisi duduk kriteria:  Jelaskan kepada pasien penyebab dari  Memberikan informasi tentang
dan berkurang  Pasien menyatakan rasa sakit/nyeri pada daerah abdomen penyebab dari rasa sakit/nyeri
dengan posisi nyeri abdomen tersebut. pada daerah pinggang tersebut.
berbaring, setelah berkurang/ hilang  Berikan posisi dan lingkungan yang  Untuk mengurangi sumber
minum obat.  Pasien dapat tenang dan nyaman. stressor
 Q: Karakteristik beristirahat dengan  Ajarkan teknik relaksasi, teknik  Untuk mengurangi/menghilang
nyeri tumpul tenang distraksi serta guide imagine kan nyeri tanpa obat-obatan
 R: Nyeri terasa di  Pasien tampak rileks  Kolaborasi : pemberian cairan intra  Analgetik memblok lintasan
area benjolan  Pasien sudah tidak vena dan pemberian obat-obatan nyeri sehingga mengurangi
abdomen kiri, memegang area nyeri Analgesik nyeri yang berlebihan
kadang menyebar ke
punggung
 S: Skala nyeri 6
 T: Nyeri dirasakan
sering timbul atau
setelah lama minum
obat
DO:
 Pasien tampak tegang
 Pasien tampak
meringis saat berubah
posisi
 Pasien tampak
melindungi area yang
sakit saat berubah
posisi
Ansietas Setelah dilakukan  Berikan privasi dan lingkungan yang  Privacy dan lingkungan yang
DS : tindakan keperawatan nyaman. nyaman dapat mengurangi rasa
 Pasien mengatakan: selama 3x24 jam rasa cemas.
 Tidak tahu tentang cemas dapat  Batasi staf perawat/petugas kesehatan  Untuk dapat lebih memberikan
prosedur operasi diatasi/berkurang dengan yang menangani pasien. ketenangan.
 Khawatir dengan kriteria:  Observasi bahasa non verbal dan  Untuk mendeteksi dini terhadap
kondisi penyakitnya  Pasien dapat bahasa verbal dari gejala-gejala masalah
DO: menyatakan kecemasan.
 Ekspresi wajah kecemasan yang  Temani pasien bila gejala-gejala  Untuk mengurangi rasa cemas
tampak tegang dirasakan kecemasan timbul.
 pasien dapat  Berikan kesempatan bagi pasien  Kemampuan pemecahan
beristirahat dengan untuk mengekspresikan perasaannya masalah pasien meningkat bila
tenang . lingkungan nyaman dan
 nadi dalam batas mendukung diberikan.
normal  Untuk mengurangi ketegangan
 ekspresi wajah  Hindari konfrontasi dengan pasien. pasien
ceria/rileks.  Informasi yang diberikan dapat
 Berikan informasi tentang program membantu mengurangi
pengobatan dan hal-hal lain yang kecemasan/ansietas
mencemaskan pasien.  Untuk menghindari
 Lakukan intervensi keperawatan kemungkinan yang tidak
dengan hati-hati dan lakukan diinginkan
komunikasi terapeutik.  Untuk mengurangi ketegangan
 Anjurkan pasien istirahat sesuai dan kecemasan pasien
dengan yang diprogramkan.  Untuk mengurangi
 Berikan dorongan pada pasien bila ketergantungan pasien
sudah dapat merawat diri sendiri
untuk meningkatkan harga dirinya
sesuai dengan kondisi penyakit.
 Hargai setiap pendapat dan keputusan  Untuk meningkatkan harga diri
pasien. pasien.

3.6. Rencana Asuhan Keperawatan Post Operatif

Diagnosa Keperawatan/
Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
Nyeri Akut Setelah dilakukan  Observasi keluhan nyeri, perhatikan  Membantu mengevaluasi derajat
DS: intervensi selama 2x24 lokasi, intesitas (skala), faktor ketidaknyamanan dan
 Pasien mengatakan: jam, nyeri berkurang atau pemberat/penghilang. Perhatikan keefektifan analgetik atau dapat
 P: Nyeri bertambah hilang dengan kriteria: petunjuk nonverbal, mis melindungi menyatakan terjadinya
jika batuk atau  Pasien menyatakan area nyeri, napas dangkal, respon komplikasi
menarik nafas nyeri abdomen emosi
dalam, nyeri berkurang/ hilang  Anjurkan pasien untuk melaporkan  Menurunkan ansietas/takut
berkurang setelah  Pasien dapat nyeri segera saat mulai atau dapat meningkatkan relaksasi/
minum obat beristirahat dengan bertambah kenyamanan
 Q: Karakteristik tenang  Pantau tanda-tanda vital  Peningkatan tanda vital
nyeri tajam, seperti  Kien tampak rileks menunjukkan adanya nyeri yang
tersayat  Pasien sudah tidak bertambah
 R: Nyeri terasa di memegang area nyeri  Kaji insisi bedah, perhatikan  Inflamasi dan infeksi pada luka
area luka operasi edema, perubahan kontur luka dapat memburuk keadaan nyeri
 S: Skala nyeri 6 (pembentukan hematoma), atau
 T: Nyeri dirasakan inflamasi
sering timbul atau  Berikan tindakan kenyamanan,  Menurunkan tegangan otot,
setelah lama minum mis., gosokan punggung, meningkatkan relaksasi, dan
obat pembebatan insisi selama dapat meningkatkan
DO: perubahan posisi dan latihan batuk. kemampuan koping
 Pasien tampak tegang  Anjurkan penggunaan bimbingan  Membantu pasien untuk
 Pasien tampak imajinasi, teknik relaksasi. Berikan istirahat lebih efektif sehingga
meringis saat berubah aktivitas hiburan menurunkan nyeri
posisi  Latih dan anjurkan pasien untuk  Melatih mobilisasi untuk
 Pasien tampak memobilisasi tubuhnya di tempat mendistraksi nyeri
melindungi area yang tidur, mis., miring kanan kiri,
sakit saat berubah latihan duduk
posisi  Berikan analgetik sesuai indikasi  Menurunkan nyeri langsung
pada saraf pengendali nyeri
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan  Periksa tanda vital sebelum dan  Hipotensi ortostatik dapat
DS: tindakan keperawatan segera setelah aktivitas, khususnya terjadi dengan aktivitas karena
 Pasien mengatakan: selama 1x24 jam, bila pasien menggunakan vasodilator, efek obat (vasodilasi),
 Badan terasa lemas aktivitas kembali normal diuretic, penyekat beta perpindahan cairan (diuretic)
 Kepala terasa pusing dengan kriteria: atau pengaruh fungsi jantung.
DO:  ADL sudah dilakukan  Catat respon kardiopulmonal  Penurunan/ ketidakmampuan
 Bedrest 12 jam pasca sendiri: makan dan terhadap aktivitas, catat takikardi, miokardium untuk
operasi minum, sudah bisa disritmia, dipsnea, berkeringat, pucat. meningkatkan volume sekuncup
 Barthel index : 5 duduk selama aktivitas, dapat
(ketergantungan berat)  Barthel index: 12 – 20 menyebabkan peningkatan
(ketergantungan segera pada frekuensi jantung
ringan/ mandiri) dan kebutuhan oksigen juga
 Tanda-tanda vital peningkatan kelelahan dan
dalam batas normal kelemahan.

 Evaluasi peningkatan intoleransi  Dapat menunjukkan

aktivitas peningkatan dekompensasi


jantung daripada kelebihan
aktivitas
 Berikan bantuan dalam aktivitas  Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri sesuai indikasi. Selingi perawatan diri pasien tanpa
periode aktivitas dengan periode mempengaruhi stres miokard/
istirahat. kebutuhan oksigen berlebihan.
 Beri lingkungan yang aman: pasang  Mengurangi risiko jatuh
penghalang tempat tidur dan kunci
roda tempat tidur
Risiko infeksi Setelah dilakukan  Observasi tanda-tanda infeksi dan  Untuk membedakan dengan
Faktor risiko:Kadar intervensi selama 3x24 peradangan, spt: demam, kemerahan, tanda inflamasi.
Albumin rendah (2,73 jam, tidak terjadi infeksi adanya pus pada luka
g/dL) dengan kriteria:  Tingkatkan upaya pencegahan dengan  Mencegah timbulnya infeksi
 Tidak ditemukan melakukan cuci tangan yang baik silang.
tanda-tanda infeksi pada semua orang yang berhubungan
seperti demam, dengan pasien termasuk pasiennya
bengkak, nyeri, sendiri
kemerahan, pus  Ganti balutan setiap hari, observasi  Mencegah perkembangan
 Leukosit 5.000 - penyatuan luka, adanya inflamasi infeksi yang dapat
10.000/µL memperlambat pemulihan
 Pertahankan teknik aseptic pada  Untuk mengurangi risiko infeksi
prosedur invasif
 Anjurkan untuk makan dan minum  Menurunkan kemungkinan
adekuat terjadinya infeksi,
meningkatkan aliran urine agar
tidak statis dan
mempertahankan PH urine.
 Pantau hasil laboratorium marker  Menunjukkan adanya infeksi
infeksi, mis., leukosit, prokalsitonin
 Berikan obat antibiotik yang sesuai  Penanganan awal dapat
membantu mencegah timbulnya
sepsis
Lampiran 2. Catatan Keperawatan

3.7. Catatan keperawatan pre operasi

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


21/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan menurun karena lidah terasa
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien pahit
kebutuhan  Menimbang berat badan dan  Pasien mengatakan makan hanya habis setengah porsi
tubuh mengukur tinggi badan pasien  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang pentingnya nutrisi
 Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan hampir semua makanan disukainya
Auskultasi bising usus; palpasi  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
abdomen. O:
 Menjelaskan kepada pasien  BB pasien: 49 Kg, TB: 160 cm
tentang pentingnya nutrisi untuk  Peristaltik usus 8 kali/ menit
perbaikan sel tubuh  Pasien dapat menyebutkan kegunaan makanan bagi tubuh
 Memotivasi pasien untuk makan  Kebutuhan kalori diet pasien: energi 1900 Kkal
diet tinggai kalori kaya nutrient, A:
dengan masukan cairan adekuat.  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Mengidentifikasi makanan P:
kesukaan dan yang tidak disukai  Kaji nafsu makan pasien

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014


pasien. Anjurkan pilihan  Kaji asupan nutrisi
makanan tinggi kalori dan cukup  Pantau berat badan tiap minggu24-05-2014
protein.  Pantau hasil laboratorium: Hemoglobin dan albumin
 Melakukan kolaborasi dengan  Lanjutkan terapi injeksi omeprazole 2 x 40 mg IV
ahli gizi untuk menentukan diet
pasien
Jam 10.00  Memberikan injeksi obat
WIB omeprazole 40 mg IV
21/5/2014 Nyeri  Mengkaji lokasi nyeri, durasi, S:
Jam 09.00 frekuensi, kualitas dan skala  Pasien mengatakan: nyeri bertambah jika posisi duduk dan
WIB  Menjelaskan penyebab nyeri berkurang dengan posisi berbaring, setelah minum obat,
 Memberikan posisi yang karakteristik nyeri tumpul, nyeri terasa di area benjolan
nyaman abdomen kiri, kadang menyebar ke punggung, skala nyeri 6,
 Mengajarkan teknik relaksasi nyeri dirasakan sering timbul atau setelah lama minum obat
napas dalam  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyebab nyeri
Jam 10.00  Memberikan terapi injeksi O:
WIB Tramadol 100 mg IV dan  Pasien dapat menyebutkan penyebab nyeri.
Profenid 1 supp  Kien belum mampu mempraktikkan teknik relaksasi dengan
menarik nafas dalam
A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih ulang teknik relaksasi nafas dalam
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid
supp 2 x 1
21/5/2014 Ansietas  Mengkaji tingkat kecemasan S:
pasien
Jam 09.00  Pasien mengatakan sudah tidak terlalu cemas dengan prosedur
 Mengkaji tanda-tanda vital
WIB pasien, terutama tekanan darah operasinya
dan frekuensi nadi  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang prosedur
 Menemani pasien untuk
mengungkapkan perasaan operasinya
 Memberi privasi dan lingkungan  Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur akibat dari
yang nyaman
 Memberi informasi mengenai kecemasan.
pengobatan dan perawatan yang O:
akan dilakukan
 Memberi dukungan kepada  Ekspresi wajah pasien tampak rileks
pasien untuk meningkatkan
harga dirinya  Pasien dapat menjelaskan kembali tentang prosedur operasinya
 Tanda-tanda vital dalam batas normal: Tekanan darah: 128/84
mmHg, Frekuensi nadi 92 kali/menit
A:
 Ansietas berkurang
P:
 Pantau tingkat kecemasan pasien
 Pantau timbulnya gejala fisik akibat kecemasan
 Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan informed consent
prosedur operasi.
22/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 16.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan menurun karena lidah masih
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien terasa pahit
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan makan hanya habis setengah porsi
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
abdomen. O:
 Melakukan inspeksi lidah pasien  Diet habis setengah porsi
 Memotivasi pasien untuk makan  Peristaltik usus 7 kali/ menit
selagi disajikan hangat.  Lidah tampak bersih, tidak ada tanda bercak putih
 Memantau hasil laboratorium:  Hasil laboratorium tgl 22-05-2014: Hemoglobin 10,3 g/dL
hemoglobin dan albumin (Normal: 13.0 – 17.0 g/dL), Albumin: 3,32 g/dL (Normal: 3,5
– 5,2 g/dL)
A:
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu24-05-2014
 Lanjutkan terapi injeksi omeprazole 2 x 40 mg IV
22/5/2014 Nyeri  Mengkaji lokasi nyeri, durasi, S:
Jam 16.00 frekuensi, kualitas dan skala  Pasien mengatakan: nyeri bertambah jika posisi duduk dan
WIB  Memberikan posisi yang berkurang dengan posisi berbaring, setelah minum obat,
nyaman karakteristik nyeri tumpul, nyeri terasa di area benjolan
 Melatih teknik relaksasi napas abdomen kiri, kadang menyebar ke punggung, skala nyeri 5,
dalam nyeri dirasakan sering timbul atau setelah lama minum obat
O:
 Kien mampu mempraktikkan teknik relaksasi dengan menarik
nafas dalam
A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Ajarkan klien teknik disatraksi
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid
supp 2 x 1
22/5/2014 Ansietas  Mengkaji tingkat kecemasan S:
pasien
Jam 16.00  Pasien mengatakan sudah tidak cemas
 Mengkaji tanda-tanda vital
WIB pasien, terutama tekanan darah  Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur maupun gejala
dan frekuensi nadi
akibat dari kecemasan.
 Menemani pasien untuk
mengungkapkan perasaan O:
 Memberi privasi dan lingkungan
 Ekspresi wajah pasien tampak rileks
yang nyaman
 Memberi dukungan kepada  Tanda-tanda vital dalam batas normal: Tekanan darah: 124/78
pasien untuk meningkatkan
harga dirinya mmHg, Frekuensi nadi 88 kali/menit
 Melibatkan keluarga dalam
A:
proses perawatan untuk
menemani pasien  Ansietas teratasi dengan kriteria:
 Pasien menyatakan kecemasan tidak ada
 Tidak ada keluhan istirahat tidur dan gejala akibat
kecemasan
 Tekanan darah dan frekuensi nadi dalam batas normal
 Ekspresi wajah tampak rileks.
23/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 16.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik tetapi porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan belum habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Diet habis ¾ porsi
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/ A:
menit  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu24-05-2014
 Lanjutkan terapi injeksi omeprazole 2 x 40 mg IV
23/5/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 16.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 3
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan mendengarkan musik O:
Jam 18.00  Memberikan terapi injeksi  Klien tampak rileks
WIB Tramadol 100 mg IV  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala, nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Ajarkan klien teknik disatraksi
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid
supp 2 x 1
24/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik tetapi porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan belum habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Diet habis ¾ porsi
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 8 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/  Berat badan: 49 Kg
menit A:
Jam 10.00  Menimbang berat badan pasien  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
WIB  Memberikan injeksi obat P:
omeprazole 40 mg IV  Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
 Lanjutkan terapi injeksi omeprazole 2 x 40 mg IV
24/5/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 2
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam10.00  Memberikan terapi injeksi  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB Tramadol 100 mg IV dan A:
profenid 1 supp  Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid
supp 2 x 1
26/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik tetapi porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan belum habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Diet habis ¾ porsi
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 9 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/ A:
menit  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Jam 10.00  Memberikan injeksi obat P:
WIB omeprazole 40 mg IV  Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
 Lanjutkan terapi injeksi omeprazole 2 x 40 mg IV
26/5/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 2
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam10.00  Memberikan terapi injeksi  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB Tramadol 100 mg IV A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan profenid
supp 2 x 1
30/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/ A:
menit  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
30/5/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 3
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
 Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
1 tablet A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet
31/5/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/  Berat badan 50 Kg
menit A:
 Menimbang berat badan pasien  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 07-06-2014
31/5/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 3
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam 13.00  Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB 1 tablet A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet
02/6/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 09.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/  Berat badan 50 Kg
menit  Hasil laboratorium: hemoglobin: 10 g/dL (Normal: 13 – 17
 Menimbang berat badan pasien g/dL), Albumin: 3,70 g/dL (Normal: 3,5 – 5,2 g/dL)
 Memantau hasil laboratorium : A:
hemoglobin dan albumin  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
02/6/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 2
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam 13.00  Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB 1 tablet A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet
03/6/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 15.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 8 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/ A:
menit  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
03/6/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 15.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 2
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga
untuk menemani klien ngobrol O:
Jam 19.00  Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak rileks
WIB 1 tablet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet
04/6/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 15.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/ A:
menit  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
04/6/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 15.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 1
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam 19.00  Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB 1 tablet A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet
09/6/2014 Ketidakseimba  Mengkaji nafsu makan pasien, S:
Jam 15.00 ngan nutrisi : keluhan mual  Pasien mengatakan nafsu makan sudah membaik dan porsi
WIB kurang dari  Memantau asupan nutrisi pasien makan habis
kebutuhan  Melakukan pemeriksaan  Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual
tubuh Auskultasi bising usus; palpasi O:
abdomen.  Porsi makan habis
 Memantau pemberian cairan  Peristaltik usus 10 kali/ menit
intravena NaCl 0,9% 21 tetes/  Berat badan: 50 Kg
menit  Hasil laboratorium: Hemoglobin: 10,5 g/dL (Normal: 13 – 17
 Menimbang berat badan pasien g/dL), Albumin: 4,20 g/dL (Normal: 3,5 – 5,2 g/dL)
 Memantau hasil laboratorium : A:
hemoglobin dan albumin  Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi dengan kriteria:
 Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
 Masukan kalori diet adekuat
 Tidak ada mual muntah.
P:
 Kaji nafsu makan pasien
 Kaji asupan nutrisi
 Pantau berat badan tiap minggu 31-05-2014
09/6/2014 Nyeri  Mengkaji skala nyeri S:
Jam 09.00  Memberikan posisi yang  Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat, skala
WIB nyaman nyeri 1
 Mengajarkan teknik distraksi  Klien mengatakan dapat beristirahat setelah nyeri berkurang
dengan melibatkan keluarga O:
untuk menemani klien ngobrol  Klien tampak rileks
Jam 13.00  Memberikan terapi oral ultracet  Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
WIB 1 tablet A:
 Nyeri
P:
 Pantau skala nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Latih klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi
secara rutin
 Lanjutkan terapi oral ultracet 3 x 1 tablet

3.8. Catatan keperawatan post operasi

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


13/06/2014 Nyeri Akut  Mengkaji keluhan nyeri S:
Jam 09.00  Menjelaskan tentang penyebab  Pasien mengatakan: nyeri bertambah jika berubah posisi dan
WIB nyeri kepada pasien berkurang, setelah minum obat, dan menarik nafas dalam,
 Menganjurkan pasien untuk karakteristik nyeri tajam seperti tersayat, nyeri terasa di area
melaporkan nyeri segera saat luka operasi, skala nyeri 8, nyeri dirasakan sering timbul atau
mulai atau bertambah setelah lama minum obat
 Mengkaji tanda-tanda vital  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyebab nyeri
 Mendampingi O:
pasienmenggunakan teknik  Pasien dapat menyebutkan penyebab nyeri.
relaksasi dengan menarik nafas  Kien belum mampu mempraktikkan teknik relaksasi dengan
dalam menarik nafas dalam
 Menganjurkan pasien untuk  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 124/72
memeluk bantal saat menarik mmHg, frekuensi nadi: 96 kali/menit, frekuensi pernafasan: 20
nafas dalam dan saat batuk kali/ menit, suhu: 37,2oC
 Mengatur posisi pasien A:
Jam 10.00 senyaman mungkin  Nyeri
WIB  Memberikan terapi injeksi P:
Jam 13.00 tramadol 100 mg IV  Pantau skala, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
WIB  Memberikan terapi oral  Berikan pasien posisi senyaman mungkin
paracetamol 500 mg  Motivasi pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan
paracetamol 3 x 500 mg oral.
13/06/2014 Intoleransi  Mengukur tekanan darah dan S:
Jam 09.00 aktivitas frekuensi nadi sebelum dan  Klien mengatakan badan masih terasa lemah
WIB seetlah latihan mobilisasi  Klien mengatakan tidak ada keluahan sesak, berdebar atau
 Mengkaji kekuatan otot keringat dingin setelah mobilisasi
 Mengkaji barthel index O:
 Melatih mobilisasi aktif  Kekuatan otot
berbaring di tempat tidur 4444 4444
 Mencatat respon kardiopulmonal 4444 4444
terhadap aktivitas, catat takikardi,  Tekanan darah sebelum mobilisasi: 113/71 mmHg, setelah
disritmia, dipsnea, berkeringat, mobilisasi: 127/84 mmHg, frekuensi nadi sebelum mobilisasi:
pucat. 84 kali/ menit, setelah mobilisasi: 92 kali/ menit, nadi reguler
 Melibatkan keluarga untuk  Tidak tampak tanda berkeringat atau pucat
memberikan bantuan dalam  Barthel index: 5 (ketergantungan berat)
aktivitas perawatan diri sesuai A:
indikasi.  Intoleransi aktivitas
 Memberikani lingkungan yang P:
aman: pasang penghalang tempat  Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah mobilisasi
tidur dan kunci roda tempat tidur  Catat respon kardiorespirasi selama latihan mobilisasi
 Libatkan keluarga dalam latihan mobilisasi dan aktivitas harian
 Pasang penghalang tempat tidur dan kunci roda tempat tidur
setiap meninggalkan pasien.
13/06/2014 Risiko infeksi  Mengkaji tanda-tanda infeksi dan S:
Jam 09.00 peradangan: demam, kemerahan,  Klien mengatakan tidak ada keluhan demam
WIB adanya pus pada luka O:
 Melakukan hand hygiene sesuai  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 124/72
prosedur tindakan mmHg, frekuensi nadi: 96 kali/menit, frekuensi pernafasan: 20
 Membatasi pengunjung pada saat kali/ menit, suhu: 37,2oC
jam besuk  Tampak luka operasi di area abdomen tertutup kassa steril,
 Memberikan edukasi hand kondisi sekitar luka tampak bersih dan tidak tampak
hygiene kepada keluarga kemerahan, tidak ada rembesan.
 Merikan obat antibiotik injeksi: A:
cefoperazone sulbactam 1 gram  Risiko infeksi
P:
 Pantau tanda-tanda infeksi
 Pantau hasil laboratorium marker infeksi
 Lakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
 Konfirmasi dengan dokter bedah untuk perawatan luka hari
ketiga 15-06-2014
 Lanjutkan terapi injeksi antibiotika cefoperazone sulbactam 3
x 1 gram
15/06/2014 Nyeri Akut  Mengkaji keluhan nyeri S:
Jam 09.00  Menganjurkan pasien untuk  Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala: 5
WIB melaporkan nyeri segera saat O:
mulai atau bertambah  Kien belum mampu mempraktikkan teknik relaksasi dengan
 Mengkaji tanda-tanda vital menarik nafas dalam
 Mengajurkan kepada pasien  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 116/72
untuk menggunakan teknik mmHg, frekuensi nadi: 82 kali/menit, frekuensi pernafasan: 22
relaksasi dan distrakasi kali/ menit, suhu: 36,8oC
 Mengatur posisi pasien  Ekspresi wajah tampak meringis saatberubah posisi
senyaman mungkin A:
Jam 10.00  Memberikan terapi injeksi  Nyeri
WIB tramadol 100 mg IV P:
 Pantau keluhan nyeri
 Berikan pasien posisi senyaman mungkin
 Lanjutkan terapi injeksi tramadol 3 x 100 mg IV dan farmadol
3 x 1 gram IV.
15/06/2014 Intoleransi  Mengukur tekanan darah dan S:
Jam 09.00 aktivitas frekuensi nadi sebelum dan  Klien mengatakan badan masih terasa lemah
WIB seetlah latihan mobilisasi  Klien mengatakan tidak ada keluahan sesak, berdebar atau
 Mengkaji kekuatan otot keringat dingin setelah mobilisasi
 Mengkaji barthel index
 Melatih mobilisasi aktif duduk di
tempat tidur
 Mencatat respon kardiopulmonal O:
terhadap aktivitas, catat takikardi,  Kekuatan otot
disritmia, dipsnea, berkeringat, 5555 5555
pucat. 5555 5555
 Melibatkan keluarga untuk  Tekanan darah sebelum mobilisasi: 116/72 mmHg, setelah
memberikan bantuan dalam mobilisasi: 131/78 mmHg, frekuensi nadi sebelum mobilisasi:
aktivitas perawatan diri sesuai 82 kali/ menit, setelah mobilisasi: 94 kali/ menit, nadi reguler
indikasi.  Tidak tampak tanda berkeringat atau pucat
 Memberikani lingkungan yang  Barthel index: 16 (ketergantungan ringan)
aman: pasang penghalang tempat A:
tidur dan kunci roda tempat tidur  Intoleransi aktivitas
P:
 Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah mobilisasi
 Catat respon kardiorespirasi selama latihan mobilisasi
 Libatkan keluarga dalam latihan mobilisasi dan aktivitas harian
 Pasang penghalang tempat tidur dan kunci roda tempat tidur
setiap meninggalkan pasien.
15/06/2014 Risiko infeksi  Mengkaji tanda-tanda infeksi dan S:
Jam 09.00 peradangan: demam, kemerahan,  Klien mengatakan tidak ada keluhan demam
WIB adanya pus pada luka O:
 Melakukan hand hygiene sesuai  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 124/72
prosedur tindakan mmHg, frekuensi nadi: 96 kali/menit, frekuensi pernafasan: 20
 Melakukan perawatan luka operasi kali/ menit, suhu: 37,2oC
 Membatasi pengunjung pada saat  Luka operasi tampak kering, tidak tampak dehiscene dan pus.
jam besuk A:
 Memberikan edukasi hand  Risiko infeksi
hygiene kepada keluarga P:
 Merikan obat antibiotik injeksi:  Pantau tanda-tanda infeksi
cefoperazone sulbactam 1 gram  Pantau hasil laboratorium marker infeksi
 Lakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
 Lakukan perawatan luka 1 kali sehari
 Lanjutkan terapi injeksi antibiotika cefoperazone sulbactam 3
x 1 gram
17/06/2014 Nyeri Akut  Mengkaji keluhan nyeri S:
Jam 09.00  Menganjurkan pasien untuk  Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala: 2 – 3
WIB melaporkan nyeri segera saat  Pasien mengatakan sudah mengerti aturan minum obat analgesik
mulai atau bertambah di rumah
 Mengkaji tanda-tanda vital O:
 Mengajurkan kepada pasien  Pasien mampu menjelaskan aturan minum obat analgesic di
untuk menggunakan teknik rumah
relaksasi dan distrakasi  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 121/76
 Mengatur posisi pasien mmHg, frekuensi nadi: 86 kali/menit, frekuensi pernafasan: 20
senyaman mungkin kali/ menit, suhu: 36,6oC
Jam 10.00  Memberikan edukasi tentang  Ekspresi wajah tampak rileks
WIB obat asam mefenamat oral 3 x A:
500 mg untuk di rumah  Nyeri
P:
 Motivasi klien untuk minum obat analgesik teratur dan melatih
teknik relaksasi dan distraksi selama di rumah
17/06/2014 Intoleransi  Mengukur tekanan darah dan S:
Jam 09.00 aktivitas frekuensi nadi sebelum dan  Klien mengatakan badan masih terasa lemah
WIB seetlah latihan mobilisasi  Klien mengatakan tidak ada keluahan sesak, berdebar atau
 Mengkaji kekuatan otot keringat dingin setelah mobilisasi
 Mengkaji barthel index O:
 Melatih mobilisasi berdiri dan  Kekuatan otot
berjalan di sekitar di tempat tidur 5555 5555
 Mencatat respon kardiopulmonal 5555 5555
terhadap aktivitas, catat takikardi,  Tekanan darah sebelum mobilisasi: 121/76 mmHg, setelah
disritmia, dipsnea, berkeringat, mobilisasi: 128/78 mmHg, frekuensi nadi sebelum mobilisasi:
pucat. 86 kali/ menit, setelah mobilisasi: 90 kali/ menit, nadi reguler
 Melibatkan keluarga untuk  Tidak tampak tanda berkeringat atau pucat
menemani klien selama latihan  Barthel index: 20 (mandiri)
mobilisasi di rumah A:
 Intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria:
 ADL sudah dilakukan mandiri: makan dan minum, sudah
bisa duduk
 Barthel index: 20 (mandiri)
 Respon kardiorespirasi dalam batsa nromal, Tanda-tanda
vital dalam batas normal
17/06/2014 Risiko infeksi  Mengkaji tanda-tanda infeksi dan S:
Jam 09.00 peradangan: demam, kemerahan,  Klien mengatakan tidak ada keluhan demam
WIB adanya pus pada luka  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang aturan minum obat
 Melakukan hand hygiene sesuai antibiotika di rumah
prosedur tindakan  Pasien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang tanda
 Memberikan edukasi kepada infeksi dan perawatan luka di rumah
pasien dan keluarga tentang tanda- O:
tanda infeksi dan perawatan luka  Pasien dapat menjelaskan cara minum obat antibiotika di
di rumah rumah dan tanda infeksi
 Memberikan edukasi kepada  Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara perawatan luka di
pasien dan keluarga tentang aturan rumah
minum obat antibiotik oral  Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 121/76
levofloxacin 1 x 500 mg mmHg, frekuensi nadi: 86 kali/menit, frekuensi pernafasan: 20
kali/ menit, suhu: 36,6oC
A:
 Risiko infeksi
P:
 Edukasi pasien dan keluarga untuk kontrol ulang luka pada
tanggal: 25 Juni 2014
Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. Biodata

Nama : Ariyanto
Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor/ 8 Juli 1981
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Golongan Darah :O
Alamat :Jl. Sawo 4, No. 23 RT 005/008, Perumahan
PondokMakmur,KelurahanKutabaru,
Kecamatan Pasarkemis, Kabupaten Tangerang.
Telepon/ HP:085777077022

Email:

II.Riwayat Pendidikan

1. : 1988 – 1994
SDN Flamboyan SMPN Gunungsindur SPK Dep.Kes
2. : 1994 – 1997
Bogor
3. : 1997 – 2000
Poltekkes Bandung, Prodi Keperawatan Tangerang
4. : 2000 – 2003
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5. : 2011 – 2013
Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
6. Universitas Indonesia
: 2013 – 2014

Analisis praktik ..., Ariyanto, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai