Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia,  kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal
serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang
disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah.  Kelompok sel darah itu
dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon
dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau
trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia,
tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar.
Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.
Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal,
dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian
yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan
juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam
makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada
konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan  pada kasus penyakit
leukemia tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Leukemia?
2. Apa saja klasifikasi dari penyakit Leukemia?
3. Bagaimana penyebab terjadinya Leukemia?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathways dari penyakit Leukemia?
5. Apa saja manifestasi klinis yang terkait dengan Leukemia?
6. Bagaimana evaluasi diagnostik pada penyakit Leukemia?
7. Bagaimana manajemen keperawatan yang diberikan pada pasien pederita Leukemia?
8. Diagnosa dan Intervensi penyakit Leukemia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Leukemia
Leukemia adalah keganasan hematologi yang diakibatkan oleh proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoetik sehingga mengakibatkan terjadinya ekspensi
progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang. Dan sel
leukemia tersebut beredar secara sistemik (Bakta, 2006).
Akut myeloblastik leukemia (AML) adalah suatu keganasan yang
berasal dari organ pembentuk darah dalam tubuh yang disebabkan karena tidak
terkontrolnya pertumbuhan leukosit yang tidak matang, didominasi oleh sel blast
yang abnormal (Mansjoer, 2007). Akut mieloblastik leukemia (AML) merupakan
leukemia yang menyerang sel sistem hematopetik yang akan berdiferensiasi ke
semua sel myeloid (Handayani, 2008). AML merupakan penyakit berbahaya
yang metastasenya sangat cepat dimana terlalu banyak sel - sel pembentuk darah
yang imatur dalam darah dan sumsum tulang (Wong and Whaley, 2006).
Berdasarkan literature diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari AML merupakan salah satu jenis dari leukemia yaitu suatu
penyakit berbahaya yang menyerang sistem hematopoetik yang
ditandaidengan banyaknya sel blast sehingga mengakibatkan tidak terkendalinya
pertumbuhan leukosit yang imatur.
B. Klasifikasi Leukemia

Klasifikasi Leukemia adalah istilah luas yang diberikan kepada


sekelompok penyakit ganas pada sum-sum tulang dan sistem limfatik.Pencarian
ulang saat ini telah mengungkapkan bahwa itu adalah penyakit kompleks dengan
heterogenitas yang bervariasi.Akibatnya, klasifikasi menjadi semakin rumit,
canggih, dan penting, karena identifikasi subtipe leukemia memiliki implikasi
terapeutik dan prognostik.Berikut ini adalah ikhtisar dari sistem klasifikasi utama
yang saat ini digunakan.
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
1. Maturitas sel :
a. Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)
b. Kronis (lebih banyak sel dewasa)
2. Tipe-tipe sel asal
a. Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)
b. Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)
Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah
perifer.

2
Maturitas sel dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe
utama leukemia :
1. LEUKEMIA MIELOGENUS AKUT (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik
akut atau dapat juga disebut leukemia granulositik akut (LGA),
mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit,
dan trombosit.Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari
mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2. LEUKEMIA MIELOGENUS KRONIS (LMK)
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik
kronis atau leukemia granulositik kronis (LGK), juga dimasukan
dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel
normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan.Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia
ditemukan 90% sampai 95% pasien dengan LMK. LMK jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya
meningkat sesuai pertambahan usia.
Gambaran menonjol adalah :
a. adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah
kromosom abnormal yang ditemukan pada sel – sel sumsum
tulang
b. Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba
dari jumlah besar mieloblast. Temuan ini menandakan
pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi
dalam beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten
terhadap kemoterapi selama krisis blast.
3. LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu
proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak,
dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang
terjadi.
4. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)

3
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan
kelainan ringan yang terutama mengenai individu antara usia 50
sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi.LLK dikarakteristikan oleh
proliferasi dari diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel
yang menunjukkan jaringan asal).
Kelompok Klasifikasi Leukemia Akut Menurut French-American-
British (FAB):
a. Leukemia Limfositik Akut
a) L-1 Pada masa kanak-kanak: populasi sel homogen
b) L-2 Leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa: populasi
sel heterogen
c) L-3 Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel besar, populasi sel
homogen.
b. Leukemia Mieloblastik Akut
a) M-1 Diferensiasi granulositik tanpa pematangan
b) M-2 Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium
promielositik
c) M-3 Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang
dikaitkan dengan pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated
intravascular coagulation).
d) M-4 Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan
monosit.
e) M-5a Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi
f) M-5b Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik
g) M-6 Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat

3. Morfologi
Leukemia dikelompokkan berdasarkan jenis dan tingkat
kematangannya yang dominan, seperti yang dijelaskan berikut ini:
a. Lympho untuk leukemia yang melibatkan sistem limfoid atau limfatik
b. Myelo bagi mereka yang berasal dari myeloid (sumsum tulang)
c. Blastic dan akut untuk mereka yang melibatkan sel-sel yang belum
matang
d. Cytic dan kronis-untuk mereka yang melibatkan sel matang

Sebelum pengobatan modern, klasifikasi akut atau kronis diterapkan


pada tingkat kematangan sel, karena mereka berkorelasi dengan perjalanan
penyakit bentuk imunitas dari penyakit menunjukkan kemunduran yang cepat
atau akut.Sekarang perbedaan ini kurang mungkin untuk dilihat, dan penyakit
akut mengacu terutama pada presepsi sel-sel blas yang belum matang yang

4
menumpuk dan menghambat produksi sel-sel berfungsi normal (Neglia dan
Robi- on, 1988).
Pada anak-anak dua bentuk umumnya diakui: leukemia limfoid akut
(ALL) dan leukemia nonlimfoid akut (ANLL atau AML). Sinonim untuk
(ALL) termasuk limfatik, limfositik, limfoblastik, dan leukemia
limfoblastoid.Biasanya istilah stem cell atau leukemia sel blas juga merujuk
pada jenis leukemia limfoid.Sinonim untuk jenis ANLL termasuk granulocytic,
myelocytic, monocytic, myelogenous, monoblastic, dan monomyeloblastic.
Ada juga bentuk leukemia yang lebih jarang yang diberi nama untuk sel
spesifik yang terlibat, seperti leukemia basofilik atau eosinofik. .
Dengan demikian (ALL) dibagi menjadi tiga subtipe: L1, L2, dan L3. L1
Morfologi adalah subtipe yang paling umum, menyumbang 84% anak-anak
dengan (ALL), dan memiliki prognosis terbaik (Poplack, 1989). ANLL
diklasifikasikan menjadi enam subtipe yang terdiri dari 10% hingga 20%
leukemia pada anak-anak.Subtipe dari ANLL tidak jelas terkait dengan
prognosis seperti halnya dengan (ALL).

C. Etiologi

Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum jelas,
diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang
mungkin berperan, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
a) Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia;
kelainan kromosom, misalnya sindrom Down (risikonya 20 kali
lipat populasi umumnya); sindrom Bloom.
b) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti.Sel
leukemia mempunyai enzim trankriptase (suatu enzim yang
diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.
c) Radiasi ionisasi
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu
selama kehamilan dapat meningkatkan risiko pada janinnya.Baik
dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker
sebelumnya.Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen,
kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
d) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama
pada kembar monozigot.
e) Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
5
b. Faktor Lain
a) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia
(benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b) Faktor endogen seperti ras
c) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-
kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar
satu telur).
D. Manifestasi Klinis dan Terkait Leukemia
Manifestasi Klinis dan Terkait Leukemia adalah proliferasi tak terbatas
dari sel darah putih yang belum matang dalam jaringan pembentuk darah pada
tubuh.Meskipun bukan "tumor" seperti itu, sel-sel leukemia menunjukkan sifat
neoplastik dari kanker padat.Tidak ada patologi resultan dan manifestasi klinis
penyakit ini disebabkan oleh infiltrasi dan penggantian jaringan tubuh dengan sel
leukemia yang tidak berfungsi.Organ yang sangat vaskular, seperti limpa dan
hati, sangat terpengaruh.Meskipun leukemia adalah kelebihan produksi sel darah
putih, paling sering dalam bentuk akut, jumlah leukositnya rendah. Sebaliknya
apus darah perifer dan yang lebih pasti, pemeriksaan sum-sum tulang
menunjukkan peningkatan jumlah sel yang belum matang atau "ledakan". Sel-sel
yang belum dewasa ini tidak sengaja menyerang dan menghindar dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan pembuluh darah.
a. Disfungsi sumsum tulang
Dalam semua jenis leukemia, sel-sel yang berproliferasi
menekan produksi sumsum tulang dari unsur-unsur yang terbentuk
dari darah dengan bersaing dan menurunkan sel-sel normalyang
penting untuk metabolisme.
Tiga konsekuensi utama adalah
(1) Anemia akibat penurunan eritrosit,
(2) Infeksi dari neutropenia
(3) Kecenderungan perdarahan akibat penurunan produksi
trombosit.
Ketika sel-sel leukemia menyerang periosteum, peningkatan
tekanan menyebabkan rasa sakit yang parah.
Tanda dan gejala leukemia yang paling sering muncul
adalah hasil infiltrasi sumsum tulang.Ini termasuk demam, pucat,
kelelahan, anoreksia, perdarahan (biasanya petechiae), dan nyeri
tulang dan sendi.
b. Hipermetabolisme
Kebutuhan metabolik yang sangat besar dari sel-sel
leukemia yang sedang berkembang pada akhirnya akan
menghilangkan semua sel tubuh yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup. Pengecilan otot, penurunan berat badan,
anoreksia, dan kelelahan adalah konsekuensi alami.Jelas, selain
risiko kematian akibat infeksi dan perdarahan, pertumbuhan sel-sel
6
leukemia yang tidak terkontrol dapat berhenti pada kelaparan
metabolik.
c. Serangan
Serangan leukemia yang tepat tidak diketahui.Gambaran
klinisnya sangat bervariasi dari akut hingga berbahaya.Dalam
banyak kasus, anak hanya menunjukkan sedikit gejala.Sebagai
contoh, itu sangat khas untuk leukemia untuk didiagnosis ketika
infeksi ringan, seperti pilek.Anak itu terus menjadi pucat, lesu,
demam, dan anoreksia.

E. Patofisiologis

Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama menggumpal pada
tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit didalam limfenode)
dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar
sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
serta mengganggu perkembangan sel normal.Akibatnya, hematopoesis normal
terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan
trombosit.Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu
terdapat selimatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan sitopenia
atau penurunan jumlah.Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie
dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung,
hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran
kemih.Tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.
(Long, 1996 : 704)

7
Pathways

Faktor Endogen : Faktor Eksogen :


- Ras - Sinar X, Radioaktif
- Kelainankromosom - Bahan kimia,hormon
- Herediter - infeksi

Proliferasi lokal dari sel


neoplastik dalam
sumsum tulang

Akut limfa blastik Kurang informasi


leukimia

Proliferasi sel Kurang pengetahuan


darah putih imatur

Imunosupresi pada Pansitopeni Kemoterapi


sumsum tulang

Eritropeni Lekopeni
Gangguan rasa Asam Alopesia
nyaman nyeri lambung
Hb Agropulosi
tosis
Gangguan
Mual, citra tubuh
Suplai O2
Infeksi Risiko muntah
dalam darah
meningkat infeksi

Jaringan < O2 Trombositopeni


Splenohep
atomegali Perdarahan
Kelemahan

Risiko kurang volume cairan


Anoreksia,m ual,muntah
Gangguan Intoleransi aktivitas
tumbang
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

8
F. Penatalaksanaan Leukemia

1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.
2. Kortikostiroid
Seperti prednisone, kortison, deksametason dansebagainya. Setelah
dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika
Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi:vinkristine,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinaldan injeksi intratekal obat
kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system sarafpusat.
Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar
yang bebas hama).
4. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi
diberikan.Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi
BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk
antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.Pengobatan spesifik
dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telahdiradiasi.
5. Transplantasi sumsumtulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif
terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada
pasien dengan limphoma, anemia aplastik.
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi:
a. Fase induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase.Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak.Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh.Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
9
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
G. Evaluasi Diagnostik

Leukemia biasanya dicurigai dari riwayat, manifestasi fisik, dan apus


darah perifer yang menghubungkan bentuk leukosit yang belum matang, sering
dikombinasikan dengan jumlah darah rendah. Diagnosis definitif didasarkan pada
aspirasi sumsum tulang atau biopsi.Biasanya sumsum tulang adalah hypercellular
dengan terutama sel blast.Setelah diagnosis dikonfirmasi, fungsi lumbal dilakukan
untuk menentukan apakah ada keterlibatan sistem saraf pusat, meskipun sejumlah
kecil anak-anak memiliki keterlibatan sistem saraf pusat dan kebanyakan tidak
bergejala.
H. Manajemen Terapeutik Perawatan

Leukemia melibatkan penggunaan agen kemoterapik dengan atau tanpa


iradiasi kranial dalam tiga fase:
a. Induksi, yang mencapai remisi lengkap atau hilangnya sel leukemia;
b. Terapi yang mencegah sel-sel leukemia dari menyerang atau
menghancurkan sel-sel leukemia di daerah-daerah tubuh yang biasanya
terlindungi dari tingkat obat biotoksik
c. Pemeliharaan, yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi
Meskipun kombinasi obat-obatan dan radiasi dapat bervariasi sesuai
dengan institusi, karakteristik prognostik atau risiko pasien, dan tpe leukemia yang
dirawat, prinsip-prinsip umum berikut untuk setiap fase konsisten digunakan
induksi Remisi.Hampir segera setelah konfirmasi diagnosis, terapi induksi dimulai
dan berlangsung selama 4 sampai 6 minggu (van Eys dan lain-lain, 1989).
Obat prinsip yang menggunakan induksi induksi pada (ALL) adalah
kortikosteroid (terutama prednisone), vincristine, dan l-asparaginase, engan atau
tanpa doxorubicin (lihat Tabel 36-3). Steroid oral diberikan setiap hari dalam
dosis terbagi untuk mempertahankan kadar darah yang tinggi secara konsisten.
Vincristine diberikan secara in vitasi intravena seminggu sekali untuk total empat
hingga enam dosis, dan -asparaginase atau doxorubicin diberikan pada berbagai
jadwal.Beberapa rejimen pengobatan termasuk periode konsolidasi atau terapi
intensifikasi dengan satu atau lebih dari obat-obatan misi biasa.Remisi lengkap
ditentukan oleh tidak adanya tanda-tanda klinis atau gejala penyakit dan kehadiran
kurang dari 5% sel-sel blast di sumsum tulang (dapat digambarkan sebagai
sumsum tulang tipe-M). Dengan AML, terapi obat diifer dari yang digunakan
untuk leukemia limfoid. Obat-obat utama yang digunakan untuk terapi induksi
pada AML doxorubicin atau daunomycin dan cy tosine arabinoside; berbagai obat
lain dapat ditambahkan. Karena banyak obat-obatan juga menyebabkan
myelosupresi dari unsur-unsur darah normal, periode segera setelah itu remisi

10
dapat menjadi penting; tubuh tidak berdaya melawan organisme penyerang
(terutama flora bakteri normal) dan sangat rentan terhadap perdarahan spontan.
Pemeliharaan perawatan, atau kelanjutan, terapi dimulai setelah selesainya
terapi induksi dan yang berhasil untuk mempertahankan remisi dan selanjutnya
mengurangi jumlah sel leukemia.Ini dimulai ketika nilai-nilai darah mulai
mendekati tingkat normal.Seperti terapi induksi, rejimen obat kombinasi lebih
berhasil dalam mempertahankan remisi dan mencegah resistensi obat. Tergantung
pada jenis leukemia dan faktor risiko anak, beberapa obat lain dapat ditambahkan
ke protokol intensifikasi, termasuk methotrexate intravena dan cytosine
arabinoside.
Selama terapi pemeliharaan, jumlah darah lengkap mingguan atau bulanan
diambil untuk mengevaluasi sumsum tulang belakang yang diberikan kepada
obat-obatan.Durasi terapi telah didasarkan pada pengalaman klinis
membandingkan tingkat kelangsungan hidup untuk berbagai interval waktu dan
berkaitan dengan mencegah efek merusak dari pengobatan yang berlebihan.
Sementara waktu optimal untuk menghentikan terapi tidak diketahui, penelitian
saat ini menunjukkan bahwa anak perempuan tidak memerlukan terapi selama
lebih dari 1,5 tahun. Karena risiko kambuhnya testis pada anak laki-laki, beberapa
pusat mendukung program pemeliharaan yang lebih lama, tetapi secara umum
terapi pemeliharaan tambahan tampaknya menunda, tidak mencegah, kambuh
(Gale, 1989).
Semua anak setelah penghentian terapi memerlukan evaluasi medis rutin
untuk surveilans kambuh dan sekuele pengobatan jangka panjang. Sebagian besar
kambuh (16%) terjadi selama tahun pertama dari terapi, sekitar 2% hingga 3%
dari penyimpangan ulang terjadi selama masing-masing dari 3 tahun ke depan,
dan sangat sedikit kambuh terjadi setelah 6 tahun (Poplack, 1989). Reinduksi, bagi
banyak anak terapi tambahan diperlukan ketika terjadi kekambuhan, sebagaimana
dibuktikan oleh adanya sel leukemia di dalam sumsum tulang. Biasanya reinduksi
untuk ALL mencakup penggunaan prednisone dan vincristine dengan kombinasi
obat lain yang sebelumnya tidak digunakan. Tempat kudus dan terapi
pemeliharaan mengikuti yang sudah digariskan jika remisi diinduksi.api keluarga
selama fase perawatan. Tidak lazim bagi seorang anak yang menghentikan terapi
setelah 2 atau 3 tahun dan mempertahankan remisi permanen untuk mengalami
banyak efek samping ini.
Oleh karena itu peran perawat secara terus-menerus adalah salah satu
dukungan, bimbingan, klarifikasi, dan penilaian. Orangtua perlu tahu cara
mengenali gejala yang menuntut perhatian medis. Meskipun beberapa reaksi yang
dibahas diharapkan, orang tua masih harus melaporkannya kepada praktisi
mereka.Peringatan orang tua tentang kemungkinan kejadian mereka sebelumnya
juga memungkinkan orang tua mendapat kesempatan untuk mempersiapkan
mereka. Pada saat yang sama itu meyakinkan mereka bahwa reaksi-reaksi ini tidak
disebabkan oleh kembalinya sel-sel leukemia.Perawat juga harus menggunakan

11
penilaian dalam mengenali efek samping mana yang merupakan reaksi normal dan
yang menunjukkan toksisitas.
I. Komplikasi
Leukemia granulositik kronik (LGK) dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
diantaranya yaitu:
a. Kelelahan (fatigue).
Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia
dapat terjadi.Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut.
Proses terapi LGK juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah
merah.
b. Pendarahan (bleeding).
Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada keadaan
LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae,
dan hematom.
c. Rasa sakit (pain).
Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi.Keadaan ini
disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
d. Pembesaran Limpa (splenomegali).
Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian
berakumulasi di limpa.Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
e. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting).
Beberapa pasien dengan kasus LGK memproduksi trombosit secara
berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan
dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.
f. Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya.Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem
imun tidak efektif.
g. Kematian.

J. Pengkajian Keperawatan
1. Data biografi pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya
lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah,
sesak, nafas cepat.

12
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji
adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat.
Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi.Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.Kaji adanya
pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami
gangguan hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.

3. Pemerikasaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran
bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah: Tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi : Tidak normal
Suhu : Meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk :Perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak.
Biasanya pada penderita leukemia betuk kepala
simetris.
Rambut : Perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau
tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan : Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada
penderita tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : Anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan
ditemukan konjungtiva yang anemis.
Sclera : Ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan
terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya
polip.Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut

13
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),
perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir
pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.

e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen.Palpasi nyeri tekan.Periksa
fungsi pendengaran dan keseimbangan.Pada penderita leukemia
biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid,
JVP, normalnya 5-2.Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran
kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
a) Jantung
Inspeksi : Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan.
Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : Tentukan batas jantung.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
b) Paru – paru
Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan
ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar,
bekas operasi, dsb.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba
atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan, dan
hepar akan teraba.
Perkusi : Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani
untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas
atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami
nyeri pada tulang dan persendian.
5. Pemeriksaan Laboratorium

Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC).Anak dengan CBC


kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling
baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang
baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga
menunjukkan normositik, anemia normositik.

14
a. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
b. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
c. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
d. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP
immature
e. PTT : memanjang
f. LDH : mungkin meningkat
g. Asam urat serum : mungkin meningkat
h. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut
dan mielomonositik
i. Copper serum : meningkat
j. Zink serum : menurun
k. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan
derajat keterlibatan
l. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
m. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
n. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas
memperkuat diagnosis.
o. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji
keterlibatan tulang.
p. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat
leukemik.
q. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz,
Cecily L. 2002. hal: 301-302)

15
K. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional TTD


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko infeksi b.d Tujuan: - Bersihkan - Untuk
menurunnya sistem Anak tidak lingkungan setelah mengurangi
pertahanan tubuh. mengalami gejala- dipakai pasien lain. kemungkinan adanya
gejala infeksi - Instruksikan infeksi.
pada pengunjung - Untuk
Kriteria Hasil: untuk mencuci meminimalkan
 Infeksi tangan saat terpaparnya anak dari
tidak terjadi. berkunjung dan sumber infeksi.
 Jumlah setelah berkunjung.
Leukosit dalam - Cuci tangan - Untuk
batas normal. setiap dan sesudah meminimalkan
 Menunju melakukan tindakan penularan infeksi dari
kkan perilaku keperawatan. pasien kepada perawat
hidup sehat. - Gunakan maupun sebaliknya.
baju, sarung tangan
sebagai alat
pelindung.
- Berikan - Diberikan
Antibiotik bila perlu sebagai profilaktik atau
Infection Protetion mengobati infeksi
(Proteksi terhadap khusus.
infeksi.
2 Intoleransi aktivitas Tujuan : -  Evaluasi - Menentukan
b.d penurunan Terjadi laporan kelemahan, derajat dan efek
suplai darah ke peningkatan perhatikan ketidakmampuan
perifer (anemia) toleransi aktifitas ketidakmampuan menghemat energi
untuk berpartisipasi untuk aktifitas dan
Kriteria Hasil: dala aktifitas sehari- regenerasi seluler atau
Status Sirkulasi: hari penyambungan
 Tekanan - Berikan jaringan
systole dan lingkungan tenang - Mengidentifik
diastole dalam dan perlu istirahat asi kebutuhan
rentang yang tanpa gangguan individual dan
diharapkan - Kaji membantu pemilihan
  Tidak kemampuan untuk intervensi
ada ortostatik berpartisipasi pada - Memaksimalk
hipertensi. aktifitas yang an sediaan energi
Kemampuan diinginkan atau untuk tugas perawatan
Kognitif: dibutuhkan. diri
 Berkomu
nikasi dengan jelas - Berikan
dan sesuai dengan bantuan dalam

16
kemampuan aktifitas sehari-hari
 Mempros dan ambulasi
es Informasi
 Membuat
keputusan dengan
benar

3 Gangguan nutrisi Tujuan : - Kaji adanya - Untuk


kurang dari          Tidak terjadi alergi makanan menghindari resiko
kebutuhan tubuh kekurangan - Kolaborasi adanya alergi pada
b.d intake yang volume cairan dengan ahli gizi makanan
tidak adekuat           Pasien tidak untuk menentukan - Agar pasien
mengalami mual jumlah kalori dan tetap mendapatkan
dan muntah nutrisi yang nutrisi yang cukup
Kriteria Hasil: dibutuhkan pasien walaupun sedang sakit
 Adanya - Monitor - Untuk
peningkatan Berat jumlah nutrisi dan memastikan nutrisi
Badan kandungan kalori yang didapat pasien
 Tidak ada - Berikan sudah sesuai
tanda-tanda antiemetik awal kebutuhan
malnutrisi sebelum dimulainya - Untuk
 Volume kemoterapi mencegah mual dan
cairan tubuh - Hindari muntah saat
adekuat, ditandai memberikan kemoterapi
dengan TTV makanan yang - Bau yang
stabil, nadi teraba. beraroma menyengat menyengat dapat
- Anjurkan menimbulkan mual
makan dalam porsi dan muntah
kecil tapi sering - Karena
f.        jumlah kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
f.       

DAFTAR PUSTAKA

Wong and Whaley.1996“Nursing Care of Infants and Children”, 4 edition.


Waechter Black Wright.“Nursing Care of Children”, 8 edition.
Nanda NIC NOC.2015“Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis”, jilid
2.

17
Herlina Widya.2013“Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Leukemia”,http://nursingsmile.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
leukemia.htmlDiakses pada tanggal 26 Agustus 2018
Ners. Fitria Nova. 2011 “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Leukemia”,
http://nersnova.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html. Diakses pada
tanggal 26 Agustus 2018

18

Anda mungkin juga menyukai