PENDAHULUAN
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan
bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan
filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
1.2 Tujuan
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Soreang
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di RSUD Soreang
3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian
4. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional
1
1.3 Ruang Lingkup
Standar Ketenagaan
- Kualifikasi Sumber Daya Manusia
- Pengaturan Dinas
Standar Fasilitas
- Bangunan
- Standar Fasilitas dan Peralatan
Tata Laksana Pelayanan
- Pengelolaan perbekalan farmasi
- Pelayanan farmasi klinik
Keselamatan Pasien
- Pengertian
- Tujuan
- Tata laksana keselamatan pasien
Keselamatan Kerja
Pengendalian Mutu
a. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan pada manusia dan atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
b. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan di rumah sakit yang meliputi
penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi,
pelayanan kefarmasian kepada pasien (pelayanan farmasi klinik).
c. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi
farmasi.
d. Obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
e. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
f. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat
diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme
tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan famnasi yang
berkesinambungan.
2
g. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
h. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, atat kesehatan, gas medik,
reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi
i. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.
j. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
k. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika
l. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kemampuan untuk melaksanakan upaya kesehatan.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu :
Kapasitas tempat tidur dan BOR
Jumlah resep atau formulir per hari
Volume perbekalan farmasi
Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan
dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian
secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan di bidang kefarmasian.
Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber daya manusia Instalasi
Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi dan produktifitasnya secara optimal,
serta melakukan pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga farmasi untuk mendapatkan
wawasan, pengetahuan dan keterampilan di bidang farmasi rumah sakit.
BAB III
5
STANDAR FASILITAS
3.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundangan-
undangan kefarmasian yang berlaku:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
c. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari
pencuri maupun binatang pengerat. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
6
Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan obat
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap
Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
- Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan
penyimpanan barang
Macam-macam Peralatan
3.3.1 Peralatan Kantor
Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lain-lain )
7
Komputer
Alat tulis kantor
Telpon
BAB VI
8
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tujuan
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem lnformasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
4.1.1 Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga
dan memperbaharui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektifrtas, serta jaminan puma transaksi
pembelian.
4.1.2 Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia
Pedoman Perencanaan
DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi
Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku.
Data catatan medik
Anggaran yang tersedia
Penetapan prioritas
Siklus penyakit
Sisa persediaan
Data pemakaian periode yang lalu
Rencana pengembangan
4.1.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui
a. Pembelian :
Secara tender (oleh Panitia Pengadaan Barang/jasa)
9
Secara langsung dari distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
b. Sumbangan/droping/hibah/bantuan
4.1.5 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan
aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan/bantuan.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
Barang harus bersumber dari distributor utama
Expire date (ED) minimal 2 tahun kecuali untuk barang yang fast moving ED
dapat lebih pendek
4.1.6 Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan:
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
Mudah tidaknya meledak/terbakar
Tahan/tidaknya terhadap cahaya
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan dengan adanya kartu stok.
4.1.7 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan :
Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
Metode sentralisasi atau desentralisasi
Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
10
perorangan, sistem one day dose dan sistem kombinasi oleh Satelit
Farmasi.
4.1.8 Penghapusan
Persediaan perbekalan farmasi yang melampaui masa kadaluarsa maupun
yang rusak dan tidak dapat diperbaiki harus didata untuk selanjutnya
dipisahkan dan dilakukan proses penghapusan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Prosedur pemusnahan perbekalan farmasi dibuat berdasarkan peraturan yang
berlaku untuk melindungi petugas, masyarakat dan lingkungan dari
terpaparnya perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa yang berdampak
terhadap kesehatan dan ekosistem.Selain itu juga agar dapat terlaksananya
penanganan terhadap perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa secara aman
11
dan terwujudnya sebuah teknik pemusnahan perbekalan farmasi secara
efektif dan efisien.
Prinsip pemusnahan perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa adalah
sebagai berikut :
1. Adanya Tim Pemusnahan Perbekalan yang jelas
2. Adanya prosedur pemusnahan perbekalan
3. Dapat dilaksanakan
4. Menghilangkan atau mengurangi resiko yang berdampak terhadap
kesehatan dan lingkungan
5. Pelatihan Sumber daya Manusia
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan
dan efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan
obat secara rasional
Kegiatan :
4.2.1 Pengkajian Resep
12
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
Tanggal resep
Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi :
Bentuk dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas dan ketersediaan
Aturan, cara dan tehnik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Duplikasi pengobatan
Alergi, interaksi dan efek samping obat
Kontra indikasi
Efek aditif
4.2.2 Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Tujuan :
Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
Menurunkan total biaya obat
Kegiatan :
Menganalisa laporan Efek Samping Obat
Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengatami Efek Samping Obat
13
Mengisi formulir Efek Samping Obat
Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
Kegiatan :
Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif.
Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
Membuat buletin, leaflet, label obat.
Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien
rawat jalan dan rawat inap.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya.
Mengkoordinasi kegiatan pelayanan kefarmasian.
4.2.5 Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan
obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan :
14
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
menggunakan obat lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan .
Membuka komunikasi antara apoteker dengam pasien.
Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode open-ended question
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
Bagaimana cara pemakaian
Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
15
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
5.1 Pengertian
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Peraturan Menteri Kesehatan nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
2. Insiden keselamatan pasien atau insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien (pelaporan insiden) adalah suatu sistem
untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi
untuk pembelajaran.
5.2 Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit menuju akreditasi
internasional
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit khususnya instalasi farmasi terhadap
pasien dan masyarakat
- Menurunnya KTD/medical error dan efek samping obat (ESO) di rumah sakit
- Terlaksananya program pencegahan terhadap petugas dan pasien terhadap
pengulangan KTD
5.3 Organisasi
(1) Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
(2) TKPRS bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.
(3) Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi
kesehatan di rumah sakit.
16
5.4 Tata Laksana
5.4.1 Standar Keselamatan Pasien
1. hak pasien : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
2. mendidik pasien dan keluarga; Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan; Rumah Sakit menjamin
keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan
4. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien; Rumah sakit harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit “.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien;
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan;
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
17
d) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
f) Pengurangan risiko pasien jatuh.
18
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Pengertian
Kesehatan Kerja menurut WHO (World Health Organisation)/organisasi kesehatan dunia
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap semua
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja pada pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya. secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
penyesuaian manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan peningkatan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Tujuan
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk :
- peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
- pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan,
- perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan,
- penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologinya.
Tata Laksana
1. Penyuluhan K3 kepada semua petugas rumah sakit
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam
organisasi rumah sakit
3. Pelaksanaan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
- Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala, khusus)
- Penyediaan alat pelindung diri (APD) dan keselamatam kerja
- Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
- Penempatan pekerja pada pekerjaan sesusi kondisi kesehatan
- Pengobatan pekerja yang menderita sakit
- Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
- Melaksanakan biological monitoring
- Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja
19
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
7.1 Tujuan
7.1.1 Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
7.2 Evaluasi
7.2.1 Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi :
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh
Asisten Apoteker
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
20
peredaran serta keamanannya sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah
Sakit (K3 RS) yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit.
21
7.3.4 Indikator dan Kriteria
22
BAB VIII
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Farmasi tidaklah berarti semua permasalahan tentang
pelayanan kefarmasian di rumah sakit menjadi mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya di lapangan,
Pedoman Pelayanan Farmasi ini sudah barang tentu akan menghadapi bebagai kendala, antara lain
sumber daya manusia/tenaga farmasi di rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit serta pihak-
pihak terkait yang umumnya masih dengan paradigma lama yang "melihat" pelayanan farmasi di
rumah sakit "hanya" mengurusi masalah pengadaan dan distribusi obat saja
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Farmasi, perlu komitmen dan kerjasama
yang lebih baik antara Instalasi Farmasi dengan Komite Medik dan pihak manajemen rumah sakit
sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan semakin optimal, dan khususnya
pelayanan farmasi di rumah sakit akan dirasakan oleh pasien/masyarakat.
23