Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,
1961).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction)(Pudjiadi, dkk., 2010)
2. Klasifikasi
1) Penyakit
2) Ibu
b. Faktor janin
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan
4. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan
nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
5. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti
bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur
6. Prognosa
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya
masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi /
makin rendah berat bayi , makin tinggi angka kematian ) ,
asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan
interafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan pos natal
(pengaturan suhun lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia
dan lain – lain )
7. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam
kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5
menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6
kegawatan sedang,dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium,produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap
bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm,
respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46
cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada
menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
3. Perencanaan Keperawatan
4. Resiko infeksi Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik dan 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
berhubungan Selama perawatan tidak antiseptik dalam memberikan tubuhnya kurang / rendah.
dengan pertahanan terjadi komplikasi (infeksi) asuhan keperawatan
imunologis yang kurang. 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
Kriteria sesudah melakukan tindakan. nosokomial.
1. Tidak ada tanda-tanda 3. Pakai baju khusus/ short waktu 3. Mencegah masuknya bakteri dari
infeksi. masuk ruang isolasi (kamar bayi) baju petugas ke bayi
2. Tidak ada gangguan 4. Lakukan perawatan tali pusat 4. Mencegah terjadinya infeksi dan
fungsi tubuh. dengan triple dye 2 kali sehari. memper-cepat pengeringan tali
pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi 6. Deteksi dini adanya kelainan
dan gejala kardinal
7. Hindarkan bayi kontak dengan 7. Mencegah terjadinya penularan
sakit. infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis 8. Mencegah infeksi dari pneumonia
untuk pemberian antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan laboratorat 9. Sebagai pemeriksaan penunjang
sesuai advis dokter yaitu
pemeriksaan DL, CRP.
Daftar Pustaka
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak
Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan
Anak , Fakultas UI, Jakarta.
Proverawati, Atikah, SKM MPh dan Cahyo Ismawati S, S Berat Badan lahir
Rendah DLkpi : Asuhan pada BBLR. Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta :
FKUI.
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC