Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberculosis (TBC) merupakan yang menjadi masalah kesehatan serius di

negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia baik dari segi

morbiditas maupun mortalitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang

telah lama dikenal dan sampai saat ini, belum ada negara yang bebas TBC.

Peningkatan TBC dikarenakan antara lain kebiasaan merokok ,kurangnya

kepedulian menjaga kebersihan, lingkungan, gizi buruk. Penderita TBC biasanya

mengalami perubahan bentuk fisik menjadi lebih kurus dan pucat, batuk, badan

lemah dan penurunan nafsu makan (Saptawati, et al,2012).

Tuberculosis (TBC) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TBC telah

dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. Menurut laporan WHO tahun

2017 di tingkat global diperkirakan 10,400.000 kasus TBC baru dengan

3,700.000 kasus di antaranya adalah perempuan, dengan 1.674.000 kematian

karena TBC. Dari kasus TBC tersebut ditemukan 1,030.000 (10%) HIV positif

dengan kematian 374.000 orang, TBC resisten obat (TB-RO) dengan kematian

240.000 orang. 1.040.000 kasus TBC anak ( dibawah usia 15 tahun) dan

140.000 kematian/tahun.

Jumlah kasus TBC di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2017,

diperkirakan ada 1.020.000 kasus TBC baru per tahun ( 391 per 100.000

penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun ( 42 per 100.000 penduduk ).


2

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dari tahun

2018 s/d 2020 penderita TBC sebanyak 17.034 orang. Data di Rumah Sakit

RSUD Soedarso penderita TBC dari tahun 2018 s/d 2020 sebanyak 557 orang.

Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat disembuhkan dengan minum

obat sampai tuntas. Gejala gejala TBC pada orang dewasa yaitu batuk

berdahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu

makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan

fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala TBC pada anak adalah

batuk lama lebih dari 2 minggu, berat badan turun, demam lama sampai 2

minggu atau berulang tanpa sebab yang jelas.

Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan

kesehatan, upaya pencegahan penyakit Tuberkulosis bertujuan untuk

menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis

sehingga membutuhkan peran perawat dalam upaya mengatasi bersihan jalan

nafas tidak efektif dengan cara memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas,

memonitor sputum , mempertahankan kepatenan jalan nafas, memberikan posisi

semi fowler, memberikan oksigen, mengajarkan Teknik batuk efektif dan

berkolaborasi pemberian obat. ( SIKI, edisi I cetakan II ).

Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

yang berjudul Asuhan keperawatan pada klien Tuberkulosis paru dengan

bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang paru - paru RSUD Soedarso.

B. Tujuan Penulisan
3

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan keperawatan klien yang menderita Tuberkulosis paru

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang paru-paru RSUD

Soedarso.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada klien yang menderita Tuberkulosis paru

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang paru-paru RSUD

Soedarso.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang menderita

Tuberkulosis paru dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang

paru-paru RSUD Soedarso.

c. Menyusun rencana Asuhan keperawatan pada klien yang menderita

yang menderita Tuberkulosis paru dengan bersihan jalan nafas tidak

efektif di ruang paru-paru di ruang RSUD Soedarso.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien yang menderita

Tuberkulosis paru dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang

paru-paru RSUD Soedarso.

e. Melakukan evaluasi pada klien yang menderita Tuberkulosis paru

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang paru-paru RSUD

Soedarso.
4

C. Sistematika Penulisan

Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan yang terdiri bab I sampai

dengan bab V dengan susunan sebagai berikut :

Bab I : Pada bab ini berisi pendahuluan terdiri dari latar belakang,

tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Pada bab ini berisi landasan teoritis yang mencakup definisi dan

konsep masalah utama yang diangkat, Pengkajian, Patofisiologi,

Diagnosis keperawatan, perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

Bab III : Pada bab ini menggambarkan Asuhan keperawatan yang diberikan

kepada klien Ny. S, dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di

ruang paru-paru RSUD Soedarso, Pontianak.

Bab IV : Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan yaitu pembahasan

proses asuhan keperawatan yang diberikan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi serta pembahasan praktik profesi keperawatan

dalam pencapaian target kompetensi.

Bab V : Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.


5

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana

individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk batuk secara efektif ( Carpenito & Moyet, 2013 )

Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan nafas tidak efektif

merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas

untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016).

B. Pengkajian

1. Head to toe sistem pernafasan

a. Kepala : prosedur infeksi yang dilakukan adalah mengatur posisi

klien duduk atau berdiri, mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan

keadaan kulit kepala. Prosedur melakukan palpasi dengan

menggunakan gerakan memutar yang lembut dengan ujung jari,

lakukan mulai dari depan kemudian turun ke bawah melalui garis

tengah kemudian palpasi kan setiap sudut garis kepala. Pada palpasi

ini merasakan apakah ada benjolan/massa, tanda-tanda bekas luka

kepala, pembengkakan, nyeri tekan dan lain-lain.

b. Mata : Inspeksi kelopak mata yaitu mengamati bentuk dan keadaan

kulit kelopak mata serta pada pinggir kelopak mata. Inspeksi


6

konjungtiva dan sklera yaitu mengamati keadaan konjungtiva bagian

bawah. Inspeksi kornea dengan menyentuh gulungan kapas steril

untuk melihat reaksi berkedip. Inspeksi pupil yaitu inspeksi ukuran,

bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya. Inspeksi

pergerakan bola mata yaitu apakah kedua bola mata lurus atau salah

satu deviasi. Pada palpasi melakukan palpasi mata kanan dan kiri

dengan jari telunjuk, dengan menekan-nekan, menilai konsistensi dan

nyeri tekan.

c. Telinga : Prosedur inspeksi telinga yaitu mengatur pencahayaan

periksa adanya peradangan, perdarahan pada liang telinga. Periksa

pendengaran yaitu bisikan, dengan menggunakan arloji dan garpu

tala. Prosedur palpasi yaitu lakukan palpasi dengan jari telunjuk dan

jempol, bandingkan telinga kiri dan kanan.

d. Hidung : Inspeksi hidung bagian luar yaitu amati bentuk dan tulang

hidung dari depan, samping dan atas, amati kesimetrisan lubang

hidung. Inspeksi hidung bagian dalam yaitu menekan hidung secara

ringan untuk mengevaluasikan hidung dan amati lubang hidung.

Prosedur palpasi yaitu palpasi hidung dengan lembut, batang dan

jaringan lunak hidung dan adakah massa atau nyeri tekan.

e. Mulut dan faring : Prosedur inspeksi yaitu mengamati gigi : jumlah,

ukuran, warna, kebersihan dan caries. Mengamati kebersihan mulut

dan bau mulut, mengamati lidah yaitu tentang kesimetrisannya.

Prosedur palpasi yaitu memegang pipi diantara ibu jari dan tangan,
7

lakukan palpasi secara sistematis dan kaji adanya tumor,

pembengkakan atau adanya nyeri.

d. Leher : Prosedur inspeksi yaitu mengamati bentuk leher, warna kulit,

jaringan parut, pembengkakan dan massa secara sistematis mulai dari

garis tengah, sisi depan, samping dan belakang. Pada palpasi yang

diperiksa adalah leher, kelenjar tiroid dan trakea.

e. Dada dan paru : Pada inspeksi yaitu perhatikan vena jugularis

eksterna dan interna, inspeksi arteri karotis, inspeksi tangan dan jari

klien, inspeksi dada klien, inspeksi payudara, inspeksi struktur

skeletal klien. Pada palpasi yaitu lakukan palpasi disekitar puting

susu untuk mengetahui adanya keluaran, palpasi daerah klavikula dan

ketiak terutama daerah limpo nadi. Pada perkusi yaitu tempatkan jari

tengah tangan non dominan pemeriksa dalam 5 ICS pada garis aksila

anterior kiri. Pada auskultasi yaitu auskultasi dada klien dengan

diafragma stetoskop, auskultasi area thorax dan auskultasi dada klien

dengan bel stetoskop, auskultasi arteri karotis.

f. Abdomen : Pada inspeksi, visualisasi quadran dan region abdomen,

tentukan kontur dan kesimetrisan serta adanya distensi. Pada

auskultasi yaitu auskultasi bising usus, bila bising usus tidak

terdengar, pindah ke qudran yang lain secara sistematis, auskultasi

bunyi vaskuler. Pada perkusi yaitu perkusi pada 4 kuadran, perkusi

hepar dan perkusi ginjal kanan dan kiri. Pada palpasi yaitu palpasi
8

dangkal pada 4 kuadran, palpasi dalam pada 4 kuadran, palpasi

hepar, palpasi limpa, palpasi ginjal kanan dan kiri.

g. Ekstremitas : ekstremitas atas yaitu otot, lakukan inspeksi mengenai

ukuran, bandingkan satu sisi yang lain dan amati adanya atrofi dan

hipertrofi, pada tulang palpasi untuk mengetahui adanya edema dan

nyeri tekan, pada persendian, palpasi persendian untuk mengamati

nyeri tekan, gerakan, bengkak dan nodul. Pada ekstremitas bawah

yaitu otot lakukan inspeksi mengenai ukuran, bandingkan satu sisi

dengan yang lain dan amati adanya atrofi dan hipertrofi, tulang

diamati untuk mengetahui adanya pembengkakan dan di persendian

yaitu inspeksi persendian untuk mengamati kelainan persendian dan

palpasi persendian untuk mengamati nyeri tekan, gerakan, bengkak

dan nodul.

h. Genetalia : Inspeksi dan palpasi genetalia eksternal wanita dan pria.

i. Rektum dan Anus : Inspeksi dan palpasi yaitu inspeksi jaringan

perineal dan kulit sekitarnya, dengan tangan non dominan, regangkan

bokong dan inspeksi areal anal terhadap karakteristik kulit, lesi,

hemoroid, ulkus, inflamasi, kemerahan dan ekskoriasi.

2. Pengkajian tambahan

a. Sputum : Kultur yaitu mycobacterium tuberculosis positif pada tahap

aktif, penting untuk menetapkan diagnosis pasti dan melakukan uji

kepekaan terhadap obat. Ziehl-Neelsen interpretasi hasil BTA positif.


9

b. Tes kulit (PPD, Mantoux, Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10

mm atau lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi

tetapi tidak berarti untuk menunjukkan keaktifan penyakit.

c. Foto Thorax : dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara,

area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal.

d. Histologi atau kultur jaringan : hasil positif dapat menunjukkan

serangan ekstrapulmonal.

e. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk Granuloma TB,

adanya giant cell menunjukkan nekrosis.

f. Darah : LED yaitu indikator stabilitas biologig penderita, respon

terhadap pengobatan dan prediksi tingkat penyembuhan. Limfosit

menggambarkan status imunitas penderita (normal atau supresi).

Elektrolit : Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB

paru kronis luas. Analisa gas darah : hasil bervariasi tergantung

lokasi dan beratnya kerusakan paru.

g. Tes faal paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan

saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis,

kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

C. Patofisiologi
10

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi

sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan

yang lebih besar cenderung bertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan

penyakit ( Dannerberg, 1981 dikutip dari Price, 1995 ). Setelah berada dalam

ruang alveolus ( biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus

bawah ) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit

polimorponuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi

tidak membunuh organisme tersebut. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. pneumonia seluler ini dapat

sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau

proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak

didalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Reaksi ini

biasanya berlangsung selama 10 - 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi

memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut

nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan

granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas

menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,

membentuk jaringan paru yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang

mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya

kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain

yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke

dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan

dari dinding kavitas akan masuk kepercabangan trakeo bronkial. Proses ini
11

dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke

laring, telinga tengah atau usus. Bila peradangan meredah lumen bronkus dapat

menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan

perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat

mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang

tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama

atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat

peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau

pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai

aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang kadang dapat

menimbulkan lesi pada berbagai organ lain ( ekstrapulmoner ).


12

Pathway

M. Tuberkulosis M. Bovis

Tertiup melalui udara

Menempel pada bronchiole


Atau alveolus

Proliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding


Antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel)

Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju


kelenjar regional

Inflamasi / infeksi <-- Lesi primer menyebabkan


kerusakan jaringan
- Demam
- Anoreksia Meluas keseluruh paru - paru (bronchiolus atau pleura)
- Malaise
- BB turun
Erosi pembuluh darah - Batuk
MK : - Nyeri dada
Perubahan - Pucat - Haemaptue
nutrisi - Anemia -
- Lemah
MK : Ggn rasa nyaman nyeri
Ggn pertukaran gas Infeksi
Basil menyebar kedaerah
pola nafas
yang dekat dan jauh
MK : Perubahan perfusi
jaringan
ekspirasi

MK : Risiko stranmisi infeksi


13

D. Diagnosis Keperawatan

Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa kemungkinan diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien TB paru diantaranya sebegai berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus

yang kental

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairann dalam rongga pleura.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelectasis, sekret yang kental.

d. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum.

e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

E. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret mucus yang

kental.

NOC : Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis status

pernafasan kepatenan jalan nafas yang merupakan suatu kondisi saluran

trakeobronkial yang terbuka dan lancer untuk proses pertukaran udara.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan status

pernafasan : kepatenan jalan nafas dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil

a. Frekwensi pernafasan dalam rentang normal


14

b. Irama pernafasan dalam rentang normal

c. Mampu mengeluarkan sputum

d. Mampu bernafas normal tanpa ada suara nafas tambahan

e. Kepatenan jalan nafas.

NIC :

a. Kaji fungsi pernafasan contoh : bunyi nafas, kecepatan, kedalaman dan

penggunaan otot aksesori.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mucosa/batuk efektif : catat

karakter, jumlah sputum.

c. Berikan pasien posisi semi atau fowler thinggi. Bantu pasien untuk batuk

dan latihan nafas dalam.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan

e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat obatan.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairann dalam rongga pleura.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka

pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil sesak berkurang, RR

kembali normal (16-24 x/menit).

NIC :

a. Monitoring/pantau TTV

b. Catat perubahan upaya dan pola nafas


15

c. Atur posisi pasien dengan kepala lebih tinggi (pakai bantal dan senyaman

mungkin)

d. Pantau penggunaan obat obat anti depresan

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelectasis, sekret yang kental.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka

pertukaran gas kembali normal dengan kriteria hasil permukaan paru

kembali efektif, penurunan dispneu dan BB meningkat.

NIC :

a. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola nafas

b. Tinkatkan tirah baring/batasi aktifitas

c. Kolaborasi pemberian oksigen

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengankelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka kebutuhan nutrisi

terpenuhi dengan kriteria hasil BB meningkat.

NIC :

a. Kaji status nutrisi

b. Pastikan pola makanan yang biasa klien sukai

c. Dorong ,klien untuk makan sedikit tapi sering

d. Kolaborasi ahli diet untuk komposisi diet

e. Kolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai indikasi


16

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka pasien diharapkan

mampu melakukan aktifitas dalam batas normal yang ditoleransi dengan

kriteria hasil melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi terhadap

aktifitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan

dan tanda vital dalam rentan normal.

NIC :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas, catat laporan dispnea,

peningkatan kelemahan atau kelelahan.

b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama pasien akut

sesuai indikasi.

c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktifitas dan istirahat.

d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.

F. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang mengikuti

rumusan yang sudah ada di rencana keperawatan. Implementasi mencakup

pelaksanaan dari intervensi keperawatan yang ditunjukan dalam mengatasi

diagnosa keperawatan, masalah kolaboratif dan untuk memenuhi kebutuhan

pasien ( Smeltzer dan Bare, 2013 ).


17

G. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan bertujuan untuk

menentukan berbagai respon pasien terhadap intervensi keperwatan yang

sudah disusun dan sebatas mana tujuan yang direncanakan sudah tercapai

( Smeltzer & Bare, 2013 ). Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan setelah

tindakan yang diberikan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu :

a. Pasien mampu bernafas dalam rentang normal

b. Irama pernafasan normal

c. Pasien mampu mengeluarkan sputum

d. Pasien mampu untuk bernafas dengan normal tanpa ada suara nafas

tambahan.

e. Pasien tidak merasa sesak nafas saat istirahat dan saat melakukan

aktifitas ringan

g. Pasien mampu untuk batuk

h. Pasien tidak mengalami penumpukan sputum pada jalan nafas (Moorhead

et al., 2016).
18

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Ny.

S, dengan bersihan jalan nafas tidak efektif (Tuberculosis paru) di Ruang I

RSUD R. Soedarso, Pontianak. Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari

mulai dari tanggal 7 Nopember sampai dengan 9 Nopember 2019.

A. Pengkajian

Klien bernama Ny. S, umur 61 tahun, dirawat sejak tanggal 7 Nopember 2019

dengan diagnose medis Tuberculosis paru, nomor RM : 11813719, suku

Madura, agama Islam, Pendidikan tidak sekolah, pekerjaan ibu romah tangga,

alamat Jl. Sei Mendalam Perumnas IV.

Keluhan utama saat dikaji Ny. S mengatakan batuk sudah lama, banyak

lender, susah makan dan susah tidur. Sebelum masuk rumah sakit Ny. S

mengatakan batuk selama 1 minggu disertai lendir dan berkeringat dingin

malam hari tanpa ada aktifitas. Untuk keluhan ini Ny. S sudah berobat tetapi

tidak ada perubahan.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa tanda tanda vital : TD

130/70 mmHg, N = 80 x/mt, R/R = 20 x/mt S = 37 C, kesadaran pasien compos

mentis.

Pada system pernafasan ada keluhan sesak, batuk produktif, sekret susah

keluar, warna kuning kehijauan, irama nafas teratur, suara nafas ada wheezing,

tidak menggunakan alat bantu nafas.


19

Pada system kardiovaskular tidak ada keluhan nyeri dada, irama jantung

regular S1/S2 tunggal, suara jantung normal, CRT > 2 detik, akral hangat, dan

JVP normal.

Pada system persyarafan, GCS 14 – 15, reflex fisiologis patella, reflex

patologis babinsky budzinsky kernig, tidak ada keluhan pusing, pupil isokor,

sclera tidak anemis, dan tidak ada gangguan pandangan serta gangguan

penciuman, istirahat atau tidur pasien hanya 2 jam/hari.

Pada system perkemihan tampak bersih, tidak ada keluhan kencing,

produksi urine 500 ml/hari warna kuning bau amoniak, tidak ada pembesaran

kandung kemih dan tidak ada nyeri tekan, intake cairan oral 4500 cc/hari dan

tidak menggunakan alat bantu kateter.

Pada system pencernaan mulut tampak bersih, mukosa bibir kering tidak

ada pembesaran tonsil, abdomen kembung, tidak ada nyeri tekian dan tidak

ada luka operasi, peristaltic 12 x/mt, BAB 2 hari sekali konsistensi keras, diet

lunak, nafsu makan menurun frekwensi 1 x/hari, forsi makan tidak habis hanya

1 x/hari.

Pada system muskuloskletal dan integument pergerakan sendi bebas, tidak

ada kelainan extremitas, tidak ada kelaianan tulang belakang, tidak ada fraktur,

tidak ada pemasangan gips, kulit tampak kemerahan, turgor kulit baik.

Pada system endokrin tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan getah

bening, tidak ada tanda tanda hipoglikemia dan hiperglikemia serta tidak ada

luka gangrene.
20

Pada pengkajian psikososial persepsi klien terhadap penyakitnya merupakan

cobaan Tuhan, ekspresi klien menangis terhadap penyakitnya, reaksi saat

interaksi kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.

Personal Hygiene dan kebiasaan pada pasien Ny. S mandi hanya diseka

seka saja, tidak ada keramas dalam sehari, tidak ada memotong kuku dan

tidak merokok serta tidak minum alkohol.

Pemeriksaan penunjang

Tanggal 8 Nopember 2019

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


HB 8,4 g/dl L = 14-18 P =
12-14
SGOT 21 U/L L =15-40
P =13-35
SGPT 29 U/L L = 10-40
P = 10-35
Ureum 6,8 Mg/dl 17 - 43
Creatinin 0,8 Mg/dl L= 0,5 – 1,2
P= 1,2 – 1,5
13
WBC 19,61 (10 /ul) 4000 – 11.000
RBC 3,63 (1016/ul) 4,10 juta – 5,5
juta
MCV 738 FL 77,0 – 96,0
MCH 21,8 pg 27,0 – 32
PLT 690 g/dl 150 – 400
RDW-SD 52,3 (1013/ul) 37,0 – 54,0
RDW-CW 19,4 FL 11,0 – 16,0
PDW 7,6 % 9,0 – 17,0
PLCR 10,6 % 13,0 - 43
Neutrofil 16,78 (1013/ul) 37,0 – 72,0
Limfosit 1,22 (1013/ul) 20,0 – 50,0
Morto 1,53 (1013/ul) 0,0 – 14,0
Eosinofil 0,01 (1013/ul) 0,0 – 6,0
Basofil 0,07 (1013/ul) 0,0 – 1,0
21

Obat yang diterima

1. Infus RL 20 tpm

2. Gentamicin injeksi 2x160mg

3. Omeprazole injeksi 2x1

4. Paracetamol 3x500mg k/p

5. Ambroxol tab 3 x 1

B. Diagnosis Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,Implementasi dan

Evaluasi

1. Diagnosis keperawatan

Hasil analisis data menunjukkan diagnosis keperawatan Ny.S adalah:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

lendir ditandai dengan

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai

dengan berat badan menurun

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal/kebisingan

2. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

lendir

1). Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada Ny. S, setelah dilakukan perawatan

selama 3 hari klien mengatakan bersihan jalan yang efektif dengan kriteria hasil,
22

klien dapat mengeluarkan lendir melalui batuk efektif, suara nafas bersih dan

produksi sputum menurun.

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Ny. S, adalah : kaji suara

nafas setiap 8 jam, pukul 05.00, pukul 12.00, pukul 21.00 dengan rasional

bersihan jalan nafas efektif, lakukan fisio terafi dada pukul 09.00 dengan rasional

suara nafas bersih, ajarkan latihan nafas dan batuk efektif dengan rasional

produksi sputum menurun, berikan terafi ambroxol tab 3 x 1, pukul 08.00, pukul

14.00, pukul 18.00.

2). Implementasi

Pada tanggal 11 Nopember 2019 tindakan keperawatan yang diberikan kepada

klien Ny. S, pada pukul 08.00 memberikan obat ambroxol 1 tab, mengkaji suara

nafas setiap 8 jam, mengajarkan latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk

efektif pukul 09.00 yaitu dengan cara menganjurkan tarik nafas dalam melalui

hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut

dengan bibir mencucu selama 8 detik dan menganjurkan batuk dengan kuat

langsung setelah tarik nafas yang ke 3.

Pada tanggal 12 Nopember 2019 tindakan keperawatan yang diberikan kepada

klien Ny. S, pada pukul 08,00 memberikan obat ambroxol 1tab, mengajarkan

latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk efektif pada pukul 09.30.

Pada tanggal 13 Nopember 2019 tindakan keperawatan yang diberikan kepada

klien Ny. S, pada pukul 08,00 memberikan obat ambroxol 1tab, mengajarkan

latihan tarik nafas dalam dan melatih batuk efektif pada pukul 09.00.
23

3). Evaluasi

Pada tanggal 11 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah mulai berkurang

O : - Batuk sedang meningkat

- Produksi sputum sedang meningkat

- TTV : TD 130/80 mmHg, HR 80 x / mt, RR 20 x/mt S 37℃

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi : berikan ambroxol tab 3x1, ajarkan latihan Tarik nafas

dalam dan latih batuk efektif.

Evaluasi pada tanggal 12 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah mulai berkurang

O : Batuk cukup meningkat

- Produksi sputum cukup meningkat

- TTV : TD 120/80 mmHg, HR 80 x / mt, RR 20 x/mt S 37℃

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi : berikan ambroxol tab 3x1, ajarkan latihan Tarik nafas

dalam dan latih batuk efektif.

Evaluasi pada tanggal 13 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah berkurang dan tidak sesak

O : Batuk sudah efektif dan membaik


24

- Produksi sputum menurun

- TTV : TD 120/80 mmHg, HR 80 x / mt, RR 20 x/mt S 37℃

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi : pasien pulang atas instruksi dokter

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan ditandai

dengan berat badan menurun

1). Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada Ny. S, setelah dilakukan perawatan

selama 3 hari maka keseimbangan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil,

berat badan meningkat, frekwensi makan membaik, nafsu makan membaik dan

membran mukosa membaik.

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Ny. S adalah : monitor asupan

makanan, monitor berat badan, berikan makanan tinggi serat untuk mencegah

konstifase, ajarkan diet yang diprogramkan dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan.

2). Implementasi

Pada tanggal 11 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

memonitor asupan makanan, memonitor berat badan, memberikan makanan tinggi

serat untuk mencegah konstipasi, mengajarkan diet yang diprogramkan dan

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan.

Pada tanggal 12 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

memonitor asupan makanan, memonitor berat badan semula 38 Kg menjadi 42


25

Kg, memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, mengajarkan

diet yang diprogramkan dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori yang dibutuhkan.

Pada tanggal 13 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

monitor asupan makanan, monitor berat badan semula 38 Kg menjadi 42 Kg,

memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

3). Evaluasi

Pada tanggal 11 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan kurang nafsu makan dan tidak selera makan

O : - Berat badan turun menjadi 38 Kg

- Keinginan makan kurang membaik

- Asupan makan kurang membaik

- Asupan nutrisi kurang membaik

A. Masalah teratasi sebagian

P. Lanjutkan intervensi : monitor asupan makanan, monitor berat badan, berikan

makanan tinggi serat, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori yang dibutuhkan.

Pada tanggal 12 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan sudah mulai ada nafsu makan dan selera makan

O : - Berat badan sudah naik menjadi 42 Kg

- Keinginan makan mulai membaik

- Asupan makan mulai membaik

- Asuapan nutrisi mulai membaik


26

A. Masalah teratasi sebagian

P Lanjutkan intervensi : monitor asupan makanan, monitor berat badan, berikan

makanan tinggi serat, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori yang dibutuhkan.

Pada tanggal 13 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan sudah ada nafsu makan dan selera makan

O : - Berat badan sudah naik menjadi 42 Kg

- Keinginan makan membaik

- Asupan makan membaik

- Asuapan nutrisi membaik

A. Masalah teratasi

P. Intervensi dihentikan : pasien pulang atas instruksi dokter

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal / kebisingan dintandai

dengan gelisah dan susah tidur

1). Perencanaan

Tujuan perawatan yang diberikan kepada Ny. S, setelah dilakukan perawatan

selama 3 hari maka gangguan pola tidur klien membaik dengan kriteria hasil,

keluhan sulit tidur membaik, keluhan pola tidur dapat diatasi, istirahat terpenuhi.

Intervensi keperawatan yang diberikann kepada Ny. S adalah : identifikasi pola

aktifitas dan tidur, identifikasi makan dan minuman yang mengganggu tidur,

batasi waktu tidur siang, jelaskan pentingnya tidur selama sakit, ajrkan faktor

faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur.

2). Implementasi
27

Pada tanggal 11 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur, mengidentifikasi makan dan minuman

yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,

menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan mengajarkan faktor faktor yang

berkontribusi terhadap gangguan pola tidur.

Pada tanggal 12 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur, mengidentifikasi makan dan minuman

yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,

menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan mengajarkan faktor faktor yang

berkontribusi terhadap gangguan pola tidur.

Pada tanggal 13 Nopember 2019 tindakan yang diberikan kepada klien Ny. S,

mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur, mengidentifikasi makan dan minuman

yang mengganggu tidur ( mis. kopi, teh ), membatasi waktu tidur siang,

menjelaskan pentingnya tidur selama sakit.

3). Evaluasi

Pada tanggal 11 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan sulit tidur dan gelisah

O : - Tampak gelisah

- Kwalitas tidur kurang membaik

- Istirahat tidak cukup

A. Masalah teratasi sebagian

P. Lanjutkan intervensi : identifikasi pola aktifitas dan tidur, identigfikasi makan

dan minuman yang mengganggu tidur, batasi waktu tidur siang, jelaskan
28

pentingnya tidur selama sakit dan ajarkan faktor faktor yang berkontribusi

terhadap gangguan pola tidur.

Pada tanggal 12 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan sudah mulai bias tidur

O : - Tampak gelisah

- Kwalitas tidur sudah mulai membaik

- Istirahat sudah mulai cukup

A. Masalah teratasi sebagian

P. Lanjutkan intervensi : identifikasi pola aktifitas dan tidur, identigfikasi makan

dan minuman yang mengganggu tidur, batasi waktu tidur siang.

Pada tanggal 13 Nopember 2019

S : Pasien mengatakan sudah bias tidur

O : - Tampak tenang

- Kwalitas tidur membaik dan istirahat cukup

A. Masalah teratasi

P. Hentikan intervensi : pasien pulang atas instruksi dokter.

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini memberikan ulasan dan bahasan mengenai ashuan keperawatan yang

diberikan kepada Ny. S ditinjau dari sudut pandang konsep dan tiori.

Pembahasan difokuskan pada aspek pengkajian dan diagnosis keperawatan,

perencanaan, implementasi, serta evaluasi.


29

A. Pembahasan Proses Asuhan keperawatan (Pengkajian, Diagnosis

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi)

Dalam tahap ini difokuskan membahas tentang pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian secara komfrehensif sesuai kenyataan dan

kebenaran yang didapat. Penulis mendapatkan data melalui wawancara

langsung dengan klien, karena pasien dalam keadaan sadar. Penulis

melakukan observasi dan pengamatan secara langsung, melakukan

pemeriksaan fisik pada klien dan mengambil data dari catatan

keperawatan serta rekam medis klien, selain itu klien juga dilakukan

pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium selama dirawat.

Pada metode ini penulis mendapatkan hasil wawancara dengan klien

tentang informasi dan kronologis pada Ny. S, pada saat diwawancara

didapatkan data yang bersumber dari klien sendiri, klien mengatakan

sudah lama batuk-batuk, banyak lendir, mual muntah, susah tidur dan

tidak ada nafsu makan, oleh keluarga dibawa ke RSUD Soedarso

dengan diagnosa medis suspect TBC Paru, TD 120/80 mmHg, N : 80

x/mt, RR : 24 x/mt, S : 37 ℃, SPO2 : 98 %, akral hangat, CRT > 2 detik,

GCS : 14-15 dengan diagnosa medis suspect TB Paru.

Berdasarkan data pengkajian pada Ny. S tidak terdapat kesenjangan

dengan teori, dimana dalam teori disebutkan bahwa Tubercolosis paru


30

adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang paru-paru yang

merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

Tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil Tuberculosis masuk kedalam

jaringan paru melalui airbone infection ( Hood Alsagaff, 1995 : 73 ).

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditegakkan penulis pada klien

Ny. S diambil bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi lendir ditandai dengan frekwensi pernafasan dan

bunyi nafas. Diagnosa keperawatan defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan berat badan

menurun. Diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan

dengan faktor eksternal/kebisingan, sedangkan diagnosa keperawatan TB

paru menurut teori Nanda Internasional 2012 – 2014, yaitu bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang kental, pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura, Gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan

paru, atelectasis, sekret yang kental, Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan batuk yang disertai adanya

produksi sputum, serta intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak

seimbangan anatara suplai dan kebutuhan oksigen.


31

Setelah melakukan perbandingan anatar teori menurut Nanda

Internasional tahun 2012 – 2014 dan diagnosa keperawatan yang diangkat

pada Ny. S dapat disimpulkan bahwa dua diagnosa keperawatan dalam

terori ada kesamaan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan sekret yang kental dengan diagnosa keperawatan defisit nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan. Dapat

disimpulkan bahwa diagnosa mkeperawatan yang diangkat dua sesuai

teori dan tiga tidak sesuai teori.

Penulis menegakkan diagnosea mkeperawatan utama yaitu bersihan jalan

nafas tidak efektif sebagai diagnosa utama pada Ny. S karena dari data

didapatkan dari klien yaitu batuk-batuk sudah lama banyak lendir dada

terasa sesak, TD : 120/80, N : 80 x/mt, RR : 82 x/mt, S : 37 ℃,

kesadaran compos mentis dan pemeriksaan penunjang hasil BTA ( +1 ).

Menurut teori menjelaskan bahwa bersihan jalan nafas tidak efektif

dijumpai adanya atelektasis dan ketidakmampuan membersihkan sekret

atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten

( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 )

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini penulis melakukan tindakan keperwatan

sesuai dengan panduan serta kondisi klien pada waktu dirawat dengan

diagnosa prioritas dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingan dicapai.

Pada kasus ini penulis membuat rancangan keperawatan yang merujuk

pada teori, namun kembali pada kondisi klien.


32

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas pada Ny. S

adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan skret

mucus yang kental, maka penulis membuat rencana keperawatan dengan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan bersihan jalan nafas teratasi.

Intervensi yang akan dialakukan pada Ny. S sesuai dengan diagnosa

keperawatan diatas yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan sekret mucus yang kental yaitu dengan cara batuk efektif yang

bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami ancaman yang nyata atau ketidakmampuan batuk secara

efektif ( Carpenito & Moyet, 2013 ). Penulis melakukan intervensi dengan

tehnik batuk efektif disesuaikan dengan SOP yang berlaku dirumah sakit

mengenai tehnik batuk efektif bagi pasien TBC Paru, frekwensi sehari

bisa dilakukan dua kali sehari dengan posisi duduk semi fowler dengan

melihat perkembangan pasien.

4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada Ny. S yaitu pada tanggal 11

Nopember 2019 pukul 09.00 wib dilakukan tehnik batu efektif supaya

klien dapat mengeluarkan sekret yang kental dan kembali beernafas

dengan normal. Pada tanggal 12 Nopember 2019 pukul 08.10 wib

dilakukan tehnik batuk efektif dengan respon klien bisa mengeluarkan

sekret yang kental, pada jam 08.45 wib dilakukan memonitor pernafasan
33

klien apakah masih sesak atau ada sekret. Pada tanggal 13 Nopember

2019 pukul 08.40 wib juga dilakukan tehnik batuk efektif supaya

merangsang pengeluaran sputum yang kental dan dilakukan satu kali

sehari.

Catatan keperawatan menunjukkan sudah ada kemajuan pada pasien Ny.

S karena penulis mendukumentasikan sesuai dengan shift serta

memonitor perkembangan setiap harinya yang tertulis dibuku catatan

keperawatan atau rekam medis. Setelah dilakukan implementasi

keperawatan selama tiga hari yaitu dari tanggal 11 Nopember 2019

sampai dengan 13 Desember 2019 penulis meneruskan implementasi

keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah dibuat

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama penulis melakukan

implementasi keperawatan kepada klien sesuai dengan tujuan yang

diharapkan dengan menggunakan SOAP. Penulis melakukan evaluasi

pada Ny. S mulai pada tanggal 11 Nopember 2019 sampai dengan 13

Nopember 2019 didapatkan hasil masalah teratasi.

Evaluasi yang dilakukan pada Ny. S dengan diagnosa keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret mucus yang

kental berfokus pada tehnik batuk efektif. Evaluasi hari kedua didapatkan

sekret sudah mulai berkurang dan evaluasi hari ke tiga sekret sudah

berkurang, frekwensi pernafasan normal serta masalah teratasi. Pada


34

masalah diagnosa keperawatan defhisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan, masalah teratasi dengan hasil evaluasi

asupan makan klien mulai membaik ditandai dengan berat badan

meningkat. Pada masalah gangguan pola tidur, hasil evaluasinya masalah

teratasi ditandai dengan klien sudah bisa tidur dengan nyenyak.

B. Pembahasan Proses Praktik Profesi dalam Pencapaian Target

Kesempatan yang didapatkan oleh mahasiswa praktik profesi pada bidang

peminatan yaitu supaya dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari

dan penulis tertarik dengan kasus ini karena melihat latar belakang dari

penderita TBC paru di Indonesia semakin banyak maka penulis

mengharapkan dapat menekan angka penderita TBC paru.

Peran perawat profesional pada mahasiswa praktek profesi yaitu sebagai

pemberi asuhan yang meliputi tindakan mendampingi serta membantu

klien meningkatkan dan memperbaiki mutu kesehatan dalam melalui

proses perawatan. Pemberi asuhan mencakup aspek biopsikososial hingga

spiritual klien.

Target kompetensi yang didapatkan selama mengelola pasien kelolaan,

yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa praktek profesi yaitu

dapat merefleksikan kompetensi yang dimiliki perawat untuk memberikan

asuhan keperawatan yang profesional atau manajemen asuhan keperawatan

dan pengembangan kwalitas profesional .


35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Dalam pengkajian ditemukan masalah kesehatan yaitu TBC paru,

penulis menemukan menemukan tidak terdapat kesenjangan kasus

dengan teori, dimana dalam teori menyebutkan TBC paru adalah


36

penyakit menular yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh

kuman mycobacterium TBC yang merupakan salah satu penyakit

saluran pernafasan.

b. Diagnosa keperawatan prioritas adalah bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan dengan sekret mucus kental, Defisit Nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan, Gangguan

pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal/kebisingan.

c. Rencana Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan pada Ny. S

d. Implementasi berfokus pada rencana tindakan yang sudah dibuat yaitu

dalam tahap implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan teori

dan kasus.

e. Evaluasi dari tindakan keprawatan yang dilakukan terhadap

klien Ny. S selama tiga hari semua masalah teratasi.

2. Saran

a. Pada klien dengan Tuberculosis paru harus mengetahui serta

memahami tentang penyakitnya dan klien harus taat dalam pengobatan

karena pengobatan Tuberculosis paru membutuhkan waktu yang tidak

sebentar dan klien harus mampu melaksanakan anjuran yang diberikan

oleh perawat.
37

b. Pada rumah sakit untuk mencapai intervensi dari asuhan keperawatan,

diharapkan adanya peningkatan sarana dan prasarana guna mencapai

tujuan yang diharapkan. Tubeculosis adalah penyakit yang mudah

menular melalui udara maka diharapkan adanya APD selalu tersedia

dan selalu menggunakan tehnik seteril baik itu pada alat kesehatan,

perawat dan tindakan.

c. Pada institusi, hasil studi yang dilakukan pada klien Ny. S yang

menderita Tuberculosis paru dapat dijadikan sebagai bahan masukan

khususnya kepada teman yang akan melaksanakan studi kasus dimasa

akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z. & Bahar. A (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketujuh.

Jakarta : EGC Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Amin, H. (2015). Nanda nic noc. Edisi ketiga, Yogyakarta : mediaction yogya

Carpenito, L. Z. (2007). memahami proses keperawatan : Peta konsep dan

perencanaan asuhan untuk mahasiswa (Haryanto. Trans). Jakarta : EGC.


38

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. (2019) Profil Dinas Kesehatan

Kalimantan Barat tahun 2019. Dinkes Provinsi Kalimantan Barat.

Kemenkes RI. (2019). Penemuan pasien tuberculosis. Jakarta : Depkes RI.

Kemenkes RI. (2019). Pengobatan pasien tuberculosis. Jakarta : Depkes RI

Kemenkes RI. (2019). Manajemen penanggulangan tuberculosis. Jakarta :

Depkes RI.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

pernafasan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika

Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep & Ns. Yessie Mariza Putri, S.Kep. (2017).

Keperawatan medical bedah. Edisi ketiga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nanda Internasionl. (2015). Diagnosa Keperawatan definisi dan klasifikasi. Edisi

kesepuluh. Jakarta : EGC.

PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : Defenisi dan kriteria hasil

keperawatan, edisi kesatu. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia : Defenisi dan tindakan

keperawatan, edisi satu. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Defenisi dan indikator

diagnostik, edisi kesatu. Jakarta : DPP PPNI.

Ringel Edward, (2012). Buku saku hitam kedokteran paru ahli bahasa, dr.

Elfiawati Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC Penerbit Buku

Kedokteran.
39

Rab Tabrani, (2016). Ilmu penyakit paru. Edisi ketiga. Jakarta : Trans Info

Medika.

Soemantri, A. (2012). Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pernafasan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.

Saryono & Anggraeni. M.D. (2013). Metodologi penelitian kwantitatif dan

kwalitatif. Yogyakarta : Nuha Medika.

Setiadi, (2013). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Edisi kesatu.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

SSR TB care Aisyiyah, (2019). Capaian dan implementasi program TB care

Aisyiyah Kabupaten Kubu Raya. Kubu Raya : SSR TB Care Aisyiyah.

Wahid & Iman, (2013). Asuhan keperawatan pada gangguan sistem pernafasan.

Edisi kedua. Jakarta : CV. Trans Info Media.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rotua Samosir

Tempat tanggal lahir : Bagadu, 11 Oktober 1974

Alamat : Jl. Trans Kalimantan Gg. Anom Aliami Ampera Raya

Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Telp / Wa : 0811 5700 813


40

Email : Rotuasamosir6@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Simpang Raya [1988]

2. SMP Negeri 02 Panei Tongah [1991]

3. SMA Swasta Teladan P. Siantar [1994]

4. Akper Darma Agung [1997]

5. STIK Muhammadiyah S1. Kep [2015]

Riwayat Tugas ASN : 1. Puskesmas Menjalin Kab. Landak mulai tahun 2000

2. Puskesmas Sungai Ambawang mulai tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai