Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban – kewajiban debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban – kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki. Prediksi financial distress perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak – pihak yang menggunakan model tersebut meliputi : Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu. Hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan. Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust regulation. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugan penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. 2. Hal yang terjadi jika Perusahaan mengalami Financial Distress Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Menurut Harahap (2009) ada beberapa indikator untuk melihat tandatanda kesulitan keuangan dapat diamati dari pihak eksternal, misalnya: Penurunan jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham selama beberapa periode berturut-turut. Penurunan laba secara terus-menurus bahkan perusahaan mengalami kerugian. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha. Pemecatan pegawai secara besar-besaran. Harga di pasar mulai menurun terus-menerus. Sebaliknya, beberapa indikator yang dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh pihak internal perusahaan adalah: Turunnya volume penjualan karena ketidakmampuan manajemen dalam menerapkan kebijakan dan strategi. Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan. Ketergantungan terhadap utang, dimana perusahaan memiliki utang sangat besar sehingga biaya modalnya membengkak. Beberapa hal yang mungkin dilakukan oleh perusahaan yang mengalami financial distress antara lain: Menjual aset-aset utamanya. seperti: tanah, gedung, kendaraan, mesin dll. Merger dengan perusahaan lain. Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua asset dan liabilitas perusahaan yang dimerger sehingga perusahaan yang memerger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang dimerger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru. Mengurangi belanja modal untuk penelitian dan pengembangan. Misalkan perusahaan mempunyai rencana untuk melakukan penelitian dan pengembangan perusahaan, perusahaan akan menimimalkan biaya. Menerbitkan saham atau obligasi baru. Menerbitkan saham atau obligasi baru bertujuan membutuhkan pendanaan jangka panjang dan meningkatkan modal bisnis. Negoisasi dengan bank atau kreditor lainnya. Mengkonversi utang menjadi ekuitas. Mengajukan permohonan kepailitan. 3. Definisi Kebangkrutan, Likuidasi dan Reorganisasi Definisi Kebangkrutan Kebangkrutan adalah kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasi untuk menghasilkan laba. Pengertian kebangkrutan dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu : Pendekatan aliran. Perusahaan dinyatakan bangkrut apabila perusahaan tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Pendekatan stock. Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aktiva. Dari sudut pandang stock, perusahaan dinyatakan bangkrut walaupun kemungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau masih memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Kegagalan dapat ditafsirkan dalam beberapa cara, tergantung pada masalah yang terlibat dan situasi yang dihadapi perusahaan. Untuk jelasnya kita berikan beberapa definisi dari beberapa istilah sebagai berikut: Kegagalan ekonomis (economic failure). Kegagalan dalam pengertian ekonomis berarti pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biayanya, termasuk biaya modal. Kegagalan usaha (business failure). Termasuk perusahaan yang dalam kegagalannya telah menimbulkan kerugian bagi krediturnya. Insolvensi tehnis (technical insolvency). Sebuah perusahaan dinyatakan secara tehnis insolven bila yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh temponya. Insolvensi tehnis mencerminkan keadaan kekurangan likiuditas dan sifatnya mungkin hanya sementara. Insolvensi kepailitan (insovlency in bankruptcy). Sebuah perusahaan insolven dalam kepailitan apabila jumlah kewajiban melebihi nilai aktivanya yang sebenarnya. Kondisi ini yang lebih serius dari insolvensi tehnis, kerapkali menuntun kepada likuidasi perusahaan. Kepailitan menurut hukum (legal bankruptcy). Walaupun istilah pailit ini umum dipakai untuk perusahaan yang gagal, suatu perusahaan belum pailit menurut hukum kecuali: (1) memenuh kriteria yang ditetapkan undang-undang dan (2) dinyatakan pailit oleh pengadilan. Kepailitan merupakan proses hukum untuk likuidasi dan reorganisasi suatu perusahaan, pelaksanaannyasetelah ada vonis pengadilan. Kepailitan dapat berupa sukarela (voluntary), dimana perusahaan yang gagal yang minta kepada pengadilan agar dinyatakan pailit, atau secara paksa, dimana kreditur perusahaan bersangkutan yang meminta pengadilan menyatakan perusahaan itu pailit karena tidak dapat menyelesaikan hutangnya pada saat jatuh tempo. Banyak sekali yang dapat menjadi penyebab kegagalan usaha, dan sebab ini bervariasi dari situasi ke situasi lainnya. Dun & Bradstreet telah membuat kompilasi persentase sebab sebab kegagalan sebagai berikut: Sebab Kegagalan Persentase Manajemen tidak kompeten 45,6% Kurang pengalaman di bidang manajerial 12,5% Pengalaman tidak seimbang dalam permodalan, penjualan, produksi 19,2% Kurang pengalaman di bidang produksi yang ditangani 11,1% Kelalaian 0,7% Musibah/malapetaka 0,5% Penipuan 0,3% Alasan yang tidak diketahui 10,1% 100,% Definisi Likuidasi Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk menjalankan kegiatan operasinya. Tujuan utama dari likuidasi adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta perusahaan yang dibubarkan tersebut. Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan, tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Definisi Reorganisasi Perusahaan melakukan reorganisasi finansial apabila dinilai bahwa prospek perusahaan masih baik, sehingga dapat tertolong. Dalam melakukan reorganisasi finansial, ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu: Menentukan nilai perusahaan. Penilaian yang sering digunakan dan yang termasuk cukup sederhana, adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Menentukan struktur modal yang baru. Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi. 4. Perbandingan antara private workout dengan kepailitan Berikut adalah perbandingan antara private workout dengan kepailitan: Kedua kebangkrutan formal dan latihan pribadi melibatkan pertukaran klaim keuangan baru untuk klaim finansial sebelumnya. Ketika digunakan, private workout lebih baik daripada kepailitan. Struktur modal yang kompleks dan kurangnya informasi membuat private workout kurang disukai. Keuntungan dari kepailitan yaitu penghitungan bunga (kewajiban membayar bunga) bagi debitur menjadi terhenti, keuntungan pajak dan hanya membutuhkan persetujuan 1/2 dari kreditur yang memiliki 2/3 dari hutang. Kekurangan kepailitan yaitu proses yang panjang dan mahal, hakim diminta untuk menyetujui keputusan bisnis penting, dan gangguan untuk manajemen. Prosedur Hukum Kepailitan Prosedur kepalitan dimulai ketika debitur tidak dapat memenuhi atau meramalkan tidak akan dapat memenuhi skedul pembayaran angsuran kepada kreditnya. Pada saat itu timbul masalah-masalah berikut: Apakah ketidak mampuan memenuhi skedul pembayaran hutang itu merupakan kesulitan kas yang sementara (inovasi tehnis) ataukah merupakan kesulitan permanen yang disebebkan oleh penurunan nilai aktiva dan daya laba di bawah kewajiban hutangnya (Inovasi Kepalitan). Bila kesulitannya hanya bersifat sementara, perpanjangan jangka waktu pinjaman akan dapat memulihkan kembali perusahaan tersebut. Dalam hal nilai aktiva memang telah menurun maka kerugian sudah tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah siapa yang akan memikul kerugian itu? Untuk ini ada dua teori yaitu: (1) Doktrin proritas mutlak yang menyatakan bahwa semua klaim harus di bayar sesuai dengan prioritas tiap klaim tanpa mengacuhkan konsekuensinya terhadap pemegang klaim lainnya,dan (2) doktrin prioritas relative yang lebih bersifat sleksibel dan mempertimbangkan secara adil semua yang mempunyai hak tuntunan. Apakah perusahaan bersangkutan “lebih berharga mati daripada hidup?” yaitu apakah perusahaan itu akan lebih berharga bila tetap dipelihara dan terus melanjut kan operasionalnya ataukan lebih baik likuidasi da dijual per potong. Menurut doktrin prioritas mutlak,yang di pilih adalah likuidasi Karena dengan cara kreditur senior dapat di bayar lebih dahulu walaupun dengan merugikan kreditur junior dan pemegang saham. Pada doktrin prioritas relative, kreditur senior diminta menunggu dulu sampai pembayaran untuk kreditur yunitur da pemegang saham juga sudah terkumpul. Siapakah yang akan mengandalkan perusahaan dalam periode likuidasi atau rehabilitasi ini?Apakah manejernya sendiri yang tetap mengendalikannya ataukah diserahkan kepada lembaga perwalian? 5. Perpackaged Bangkruptcy Definisi Prepackaged Bankruptcy Restrukturisasi keuangan dapat melibatkan likuidasi atau reorganisasi. Restrukturisasi keuangan dapat dicapai melalui private workout atau kepailitan. Salah satu cara baru dalam restrukturisasi keuangan yaitu dengan prepackaged bankruptcy. Prepackaged bankruptcy merupakan sebuah kebangkrutan di mana debitur dan kreditur pra-menegosiasikan rencana reorganisasi dan kemudian hasil negosiasi tersebut berakhir dengan permohonan pailit. Manfaat utama adalah hal ini memaksa semua pihak untuk menerima reorganisasi kebangkrutan. Menawarkan banyak keuntungan dari kebangkrutan pada umumnya jauh lebih efisien Prosedur Prepackaged Bankruptcy Prepackaged bankruptcy adalah kombinasi antara private workout dengan legal bankruptcy. Berikut adalah prosedur prepackaged bankruptcy: Sebelum perusahaan mengajukan permohonan kebangkrutan, perusahaan terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan kreditor serta membawa rencana reorganisasi perusahaan. Kedua belah pihak kemudian melakukan negosiasi untuk mencari kesepakatan mengenai rincian bagaimana keuangan perusahaan direstrukturisasi. Kemudian perusahaan dan kreditor sekaligus menyiapkan dokumen administrasi yang diperlukan sebelum mengajukan permohonan kebangkrutan. Permohonan disebut prepackage jika pada perusahaan mengajukan permohonan ke pengadilan, namun pada saat yang sama, juga sudah melampirkan rencana reorganisasi lengkap dengan persetujuan dari kreditor. Advantages to Prepackaged Bankruptcy Kelebihan prepackaged bankruptcy: Time Cost Certainty Minimal Damage to Public Image Unanimous Consent Not Required Control Obtaining Protective Provisions Tax Benefits Disadvantages to Prepackaged Bankruptcy Kelemahan prepackaged bankruptcy: Exposure Risk Difficult to Avail Itself No Protection of the “safe-harbor” Creditors can object to the sale of assets (Berkoff, 2014). Restrukturisasi Hutang Perusahaan yang Kesulitan Restrukturisasi hutang dimulai dengan pertemuan antara perusahaan yang sedang kesulitan dengan para krediturnya, para kreditur akan menunjuk satu panitia yang beranggotakan empat atau lima kreditur terbesar dan satu atau dua kreditur kecil. Pertemuan ini diatur dan dipimpin oleh biro penyesuaian (adjustment bureau) yang berasal dari asosiasi manajer kredit setempat. Begitu keputusan dapat dicapai bahwa masalahnya dapat diatasi biro maka akan menunjuk peneliti untuk membuat laporan lengkap. Biro dan dan panitia kreditur menggunakan data dalam laporan tersebut untuk merumuskan renacana penyesuaian tagihan. Kemudian diadakan lagi pertemuan antara debitur dan krediturnya untuk merundingkan perpnajangan, komposisi atau kombinasi keduanya. Mungkin diperlukan beberapa kali pertemuan sebelum dapat diperoleh persetujuan final. Sekurang-kurangnya ada 3 kondisi yang diperlukan agar restrukturisasi hutang dapat dipertimbangkan yaitu: (1) debitur termasuk yang bermoral baik, (2) debitur harus menunjukan kemampuan untuk memulihkan kembali perusahaanya, dan (3) kondisi usaha mendukung pemulihan kembali. 6. Prediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan Model Z-Score (Altman) Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan. Metode Z-Score (Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Rasio-Rasio Keuangan Metode Z-Score (Altman) Metode Z-Score (Altman) menggunakan berbagai rasio untuk menciptakan alat prediksi kesulitan. Karakteristik rasio tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kesulitan keungan masa depan. Kesulitan keungan tersebut akan tergambar pada rasio-rasio yang telah diperhitungkan. Terdapat lima rasio-rasio keuangan yang digunakan dala metode Z-Score, salah satu diantaranya dikemukakan oleh Darsono, dkk. (2004:106) dibawah ini: Formula Metode Z Score (Altman) Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score (Altman) ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut yang dikemukakan oleh Darsono, dkk. (2004:105). Z= 1,2 (WCTA )+ 1,4 (RETA) + 3,3 (EBITTA) + 0,6 (MVEBVL) + 1 (STA) Perhitungan analisis Z-Score terdiri dari tiga versi, diantaranya versi pada perusahaan manufaktur yang telah go public, perusahaan manufaktur pribadi yang belum go public, dan perusahaan bukan manufaktur. Formula di atas merupakan versi yang pertama kali dikembangkan oleh Altman khusus untuk perusahaan manufaktur yang go public. Intrepretasi Nilai Z-Score Apabila perhitungan metode Z-Score telah dilakukan dengan serangkaian rasio-rasio keungan yang dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan maka akan menghasilkan suatu angka atau skor tertentu. Angka ini memiliki memiliki penjelasan atau interprestasi tertentu. Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.