Anda di halaman 1dari 219
PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2020 ‘TENTANG ‘TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKVAT REPUBLIK INDONESIA, Menimmbang: bohwa untuk melaksanalean lkehidupan kenegaraan yang demokratis Konstitusional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia ‘Tabun 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia perlu ‘memiliki Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat mengenai tata tertib yang mengatur susunan dan kedudukan, hale dan ewajiban, serta pelaksansan fungsi, wewenang, dan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republi Indones kelengkapannya; baba sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagsimana telah Dbeberapa kali diubak, terakhir dengan Undang-Undang, Nomor 13 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Deserta slat Mengingat: Menetapkan: 1 perlu membentuk Peraturan Dewan Perwaiilan Rakyat tentang Tata Tertib; Dbahwa berdasarkan pertimbangan scbageimana dimaksud dalam hueuf a dan huruf b, perk menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat tentang Tata Tertib; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9908) sebauaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubshan Ketiga alas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Pereakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6396); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, ‘Tambshan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagnimana telah diubah dengan Undang-Undane, Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentulkan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran ‘Negara Republik Indonesia Nomor 6398); MEMUTUSKAN: PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT TENTANG TATA ‘Terme, Bap KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat ini yang dimalesud dengan: 1. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutaya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ‘dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republic Indonesia Tahun 1945. 2. Majelis Permusyawaratan Rakyat yang selanjutnya disingkat MPR adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar [Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPD adalah Dewan Perwakilan Daerah scbagaimana ddimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republi Indonesia Tahun 1945, 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selaniutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5. Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para mente ©. Presiden adalah Presiden sebagaimana dimaksud dalam ‘Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat [BPK adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa| ppengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sebagnimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 8. Anggota DPR yang selanjutnya disebut Anggota adalah wakil rakyat yang telah bersumpah atau Berjanji sesuai dengan Ketentuan peraturan perundang-undangan dan dalam melaksanakan tugasnya sungguh mempechatikan epentingan rakyat. 10 un. 14, 15, 18 19. Fraksi adalah pengelompokan Anggota_berdasarkan ‘konfigurasi partai polit has pemiihan ummusn, Kode Etik DPR yang selanjunya disebut Kode Exile adalah norma yang walib dipatuhi oleh setiap Anggota lama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kkehormatan, ctra, dan kredibilitas DPR Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan ‘ahunan pemerintahan Negara yang ditetaplan dengan lundang-undang. Masa Sidang adalah masa DPR melakukan kegiatan terutama di dalam gedung DPR. Reses adalah masa DPR melakukan kegiatan di Jar masa sidang, terutama di luar gedung DPR untuk: Mas mmelaksanakan leunjungan kerja, ‘Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuke oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden, Program Legislasi Nasional yang selaniutnya. disebut| Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Ral 1 Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Sekretariat Jenderal DPR adalah aparatur pemerintah yang di dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan DPR. Rumah Aspirasi adalah kantor setiap Anggota sebagai tempat penyerapan aspirasi rakyat yang berada di ddaerah pemilihan Anggota yang bersangiutan. Hari adalah hari ker, Panel adalah panel sidang pelanggaran Kode Btke Anggota, ABIL 'SUSUNAN DAN KEDUDUKAN, FUNGSI, WEWENANG, TUGAS, DAN HAK Bagian Kesar Susunan dan Kedudukan Pasal 2 DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan ‘umum yang dipilih melalui pemilihan mum, Pasal 3 DPR merupekan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara, ‘agian Keds Fungsi Pasal 4 (1) DPR mempunyai fungs: «a legislasi; b.anggaran; dan «. pengawasan. (2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ‘jalankan dalam kerangka representasi raleyat dan juga untuk mendukung upayaPemerintah dalam melaksanakan politik var negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-tndangan, Pasal 5 (1) Pungsi legit sayat (1) uruf a dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang Kekuasaan membentuk Undang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang. (2) Fungsi anggnran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk membahas dan ‘memberikan persetujuan atau tidale- memberikan | persetujuan terhadap rancangan undang-undang ‘mengenai APBN yang dijukan oleh Presiden (9) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf dilaesanakan melalui pengauasan ata pelaksanaan Undang-Undang dan APRN, Bagian Ketiga Wewenang Pasal 6 DPR berwenang: 4. membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama; b.memberikan persetujuan atau tidak —memberikan. persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden untuk ‘menjadi Undang-Undang; © membshas rancangan undang-undang yang diajuken oleh Presiden ataua DPR; 4. membahas bersama Presiden atas rancangan undang ‘undang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan fotonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta_penggabungan , mengundurkan dir; atau . diberhentikan, Anggotadiberhentikan antarwaktu sebagalmana imaksud pada ayat (1) huruf, jks: 8. tidak dapat melaksanakan tugas —_secara, Derkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota selama 3 (tga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun; bb, melanggar sumpah /janji jabatan dan Kode Bik; © dinyatakan bersalah —berdasarkan —putusan ppengadilan yang telah memperoleh keluatan hulu tetap Karena melakukan tindak pidana yang dianeam dengan pidana penjara 5 lima) tahun atau. lebi; 4. diusulkan oleh partai_politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; © tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesual dengan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai pemiihan umum anggota DPR, DPD, dan DPR; 1, metanggar Ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai MPR, DPR, DPD, dan DPRD; & dibethentikan sebagai anggota partai polite sesusi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 1h, menjadi anggota partai politi lain, Pasal 15 Pemberhentisn Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) hhuruf ¢, huruf d, huruf g, dan buruf h diusullean oleh ‘ketua umum atau sebutan lain pada Kepengurusan | Pusat partai poliik dan sekretaris jenderal kepada pimpinan DPR dengan tembusan kepada Presiden, 13 2). Pimpinan DPR wajib menyampailan usul pemberhentian Anggota kepada Presiden untule memperoleh peresmian | pemberhentian dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujub) Hari terhitung sejake diterimanya usulan Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada aye (I. (9) Presiden meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat 2} dalam jangka wales paling lama 14 (empat elas) Hari terbitung sejak sul pemberhentian Anggota dari pimpinan DPR diterima, Pasal 16 (1) Dalam hal anggota partai politi diberhentikan oleh arta politiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2) huruf g dan yang bersangkutan mengajukan Keberatan melalui pengadilan, pemberhentiannya sah setelah adanya putusan pengadilan yang telah ‘memperoleh kekuatan huleum tetap (2) Dalam hal belum ada putusan pengadilan ‘memperoleh kekuatan hukum tetap, pimpinan DPR tidak ang telah menindallanjuti usulan arta polit atas, pemberhentian Anggota kepada Presiden, (@) Dalam al pemberhentian didasarkan stas Putusan Mahkamah Kehormatan Dewan mengenai pembeshentian telap, Mahkamah Kehormatan Dewan menyampeikan Japoran dalam rapat paripurna DPR untuk mendapatkan| persetujuan, (4) Presiden meresmikan pemberhentian —sebagaimana ddimaksud pada ayat (2) dalam jangla waktu paling lama 14 fempat elas) Hari terhitung sejak usu emberhentian Anggota dari pimpinan DPR dlterima, Bagian Ketima Penggantian Ancarwakt Pasal 17 (0) Anggota yang berhenti antarwaktu sebagsimana imaksud dalam Pasal 14 digantikan oleh calon anggota 4 yang memperoleh suara terbanyale urutan berikutnya dalam daftar peringleat perolehan suara dari partail politik yang sama pada daerah pemihan yang sama. (2) Dalam hal calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimakstd pada ay tidale lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota, Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digantikan leh calon anggota yang memperoich suara terbanyal uurutan berikutnya dari partal poliik yang sama pada dacrah pemilihan yang sama, (9) Masa jabatanAnggotapengganti_antarwaktu melanjutkan isa masa jabatan Anggota yang digantikannye, Bagian Keenam Tata Cara Penggantian Antarwaleta Pasal 18 (2) Pimpinan DPR menyampaikan nama Anggota yang liberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada Komisi Pemiliban Umum, (2) Komisi Pemilihan Umum menyampaikan nama calon Pengganti antarwaktu —berdasarkan —_keetentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 kepada pimpinan DPR dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) Hari ferhitung sejale surat pimpinan DPR diterima, @) Pimpinan DPR menyampsikan nama Anggota yang dliberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Presiden dalam jangka waitu paling lambat 7 (cujuh) Hari terhitung sejak menerima nama calon engganti antarwaktu dari Komisi Pemilihan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (4). Presiden meresmikan nama anggota yang diberhentikan dan nama calonpengganti antarwaktu dengan Kkeputusan Presiden dalam jangka waity paling lambat 14 fempat belas) Hari terhitung sejak nama Anggota yang diberhentikan dan nama calonpengganti antarwaktu dari pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima, (5) Scbelum memangku jabatannya, anggota pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengueapkan sumpab/janji yang dipandu oleh pimpinan DPR, dengan tata cara dan teks sumpat jai sebagaimana diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 11 (6) Penggantian antarwaktu tidak dilaksanakan apabila sisa ‘masa jabatan Anggota yang digantikan Kurang dari 6 (enam) bulan terhitung mundur dari tanggal pelantikan Anggota yang baru, Bagian Ketujul Pemberhentian Sementara Pasal 19 (1) Anggota diberhentikan sementara Karena 44, menjadi terdakwa dalam perkara tindalk pidas lumum yang diancam dengan pidana penjara paling ssingkat 5 Jima) tahun; atau b. menjadi terdakwa dalam perkara tindale pidana khusus. 2) Dalam hal Anggota dinyatekean terbukti bersalah karena ‘melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh Kekuatan hukum tetap, Anggota yang bersangkutan diberhentikan sebagai Anggota, (9) Dalam hal Anggota dinvatakan tidak terbuketi melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperole kekuatan ukum tetap, Anggota yang bersangkutan direhabiltasi dan diaktiean (4) Anggota yang dibethentikan —sementara—tetap mendapatkan hak keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-indangan. Bagian Kedelapan ‘Tata Cara Pemberhentian Sementara Pasa 20 ‘Tata cara pemberhentian sementara Anggota sebagaimana dlimalesud dalam Pasal 19 ayat (1) sebagai beri 4. pimpinan DPR mengirimkan surat untuk meminta status ‘orang Anggota yang menjadi terdaiowa dalam perkara| ‘undsk pidana dari pejabat vang berwenang; b. pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Inuruf a dalam jangka walt paling tama 7 (tujuh) Heri terhitung sejak diterimanya surat dari pimpinan DPR wajib menyampaikan surat kepada pimpinan DPR ‘mengenai status Anggota sebagaimana dimaksud dalam hurt © pimpinan DPR setelah menerima surat keterangan rmengenai status sebagaimana dimaksud dalam huraf a diteruskan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan; 4. Mahkamah Kehormatan Dewan melakukan verifikasi ‘mengenai status Anggota scbegaimana dimaksud dalam hhuruf dan diambil keputusan; © Keputusan sebagsimena dimaksud dalam huruf d dllaporkan kepada rapat paripurna DPR untuk mendapat penetapan pemberhentian sementara; dan {. eputusan rapat paripurna DPR sebagsimana dimaksud dalam hurufe disampaikan dengan surat pimpinan DPR ‘kepada partai politi Anggota yang bersangkutan. BABIV RAKSI Pasal 21 (0) Fraksi ditentuk oleh partai polite yang _memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan Perolehan kursi DPR sesuai dengan ketentuan peraturan erundang-undangan. 2) Fraksi dibentuke untuk mengoptimalkan pelaksanaan fun ewajiban Anggota, (9) Fraksi dapat juga dibentuk oleh gabungan dari 2 (dus) atau lebih. partai politi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4). Setiap Anggota harus menjadi anggota salah satu Fraksi (5) Fraksi bertugas mengoordinasi wewenang, dan tugas DPR, serta hak dan n kegiatan anggotanya dalam melaksanakan wewenang dan tagas DPR serta meningkatkan Kemampuan, disiplin, Keefekiifan, dan fisiensi kerja anggotanya dalam melaksanaken tages vyang tercermin dalam setisp kegiatan DPR. (6) Fraksi melakukan evaluasi terhadap kinerja anggotanya ddan melaporkan kepada publik paling sedilit I (satu) kali dalam 1 (satu) tabun sidang (7) Pimpinan Fraksi ditetapkan oleh Fraksinya masing- rmasing. (6) Fraksi membentuk aturan tata Kerja internal seat dengan ketentuan peraturan perunidang-undangan, Pasal 22 (1). Fraksi didukng oleh sekretariat dan tenaga abi. 2) Sekretaris Jenderal DPR menyer dan tenaga abli guna kelancaran pelaksanean tuges kan sarana, anggaran, Aras. (@) Sckretariat Fraksi ditetapkan oleh Sckretaris Jenderal DPR dengan persetujuan pimpinan Fraksi (4) Tenaga ahli pada setiap Fraksi paling sedikit sejumlah ‘lat kelengkapan DPR dan mendapat tambahan secara roporsional berdasarkan jumlsh anggota setisp Fraksi (5) Rekrutmen tenaga abl Fraksi dilakukan oleh pimpinan Fraksi dan hasil rekrutmen disampaikan kepada Sekrctaris Jenderal DPR untuk ditetapkan dengan Keputusan Sckretaris Jenderal DPR. (6) Rekrutmen tenaga abli Fraksi schagaimana dimaksud pada ayat (6) didasarkan pada kompetensi keablian yang dlitentukan oleh pimpinan Fraksi 18 (7) Fraksi mengajukan anggaran ert kebutuhan sekretariat dan tenaga ahli Fraksi kepada Badan Urusan Rumah Tangs. (8 Badan Urusan Rumah Tanga meneruskan usulan Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada Sekretaris Jenderal DPR untuk ditindaklanjut BABY ALAT KELENGKAPAN ‘agian Kesatsr Umum Pasal 23 Alat Kelengkapan DPR terditiatas Pimpinan DPR; Badan Musyawarah; komisis Badan Anggaran; Badan Akuntabiitas Keuangan Negara; ‘Badan Kerja Sama Antar-Pariemen; ‘Mahkamah Kehormatan Dewan; Badan Urusan Rumah Tanga J panitia khusus: dan k, alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripumna DPR. Pasal 24 (1) Sebelum pemitihan pimpinan allt kelengkapan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf © sampai dengan huruf j, Pimpinan DPR mengadakan rapat keonsultasi dengan pimpinan Praksi sebagai pengganti rapat Badan Musyawarah pada awal masa keangeotaan DPR atau pada awal tahun sidang untuk menentula: a. jumlah komisi; », mitra kerja komisi; dan 9 . Jumlah anggota alat kelengkapan DPR. (2) Mitra kerja komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf 6 dapet dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan, (9), Penentuan jumlah anggota sebagaimana dimalksud pada ayat (1) huruf ¢ dilakukan berdasazkan prinsip ‘musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan| prinsip proporsionalitas jumlah anggota tiap Frakes (4) Dalam hal musyawarah untule mufakat tidak tercapai dalam penentuan jumlah anggota_ sebagsimana dimaksud pada ayat (3), keputussn diambil berdasarkan sswara terbanyake dalam rapat paripuma DPR, (5) Hasil rapat konsultasi disampaikan oleh Pimpinan DPR dalam rapat peripuma DPR untule ditetapkan, Pasal 25 Pimpinan alat kelengkapan DPR tidak boleh merangkap sebagai pimpinan pada alat kelengkapan DPR tetap lainnya, ‘kecuali Pimpinan DPR sebagai pimpinan Badan Musyawarah, Pasal 26 (0), Dalam melaksanakan tugas, alat kelengkapan DPR wajid ‘menyusun rencana dan tata kerjanya, (2) Alat Kelengkapan DPR menyusun rencana kerja dan fanggaran untuk pelaksanaan tugas sesuai dengan kkebutuhan yang selanjutnya disampai Unasan Rumah Tange, (@) Dalam menyusun rencana dan tata kerja sebagaimana imaksud pada ayat (1), pimpinan alat kelengkapan DPR ‘mengadakan Konsultasi dengan Pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi (4) Hasil Konsultasi sebagaimana dimakud pada ayat (3) iputuskan dalam rapat paripurma DPR dan ditetapkan dengan keputusan DPR. p kepada Badan 20 Pasal 27 (1) Setigp lat kelengkapan DPR dibanta oleh unit pendukung yang terdiriatas ‘2. tenaga administrasis dan tenga abi. (2) Tenaga administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pegawai negertsipil dari Seleretariat Jenderal DPR. (9) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huraf b merupakan pegawai tidak tetap yang direkrut secara kkhusus oleh alat Kelengkapan DPR dan diangkat wntuk Jangka waktu Certentu dan ditetapkan dengan Kepuitusan Selerotaris Jenderal DPR. (4) Tenaga administrasi dan tenaga ahi sebagaimana imaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas secara profesional dalam mendukung pelaksanaan fangs, ‘wewenang, dan tugas DPR, (5) Jumlah tenaga abli sebagaimana dimalksud pada ayat (1) hhurufb paling sedikit berjumlah 10 (sepuluh) orang, (6) Untuk mengoptimalkan dan mengefekiikan tugas tenaga hil sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditunjuk 1 (satu) orang koordinator tenaga ahi oleh pimpinan slat kelengkapan DPR dan ditetapkan dalam rapat pleno alat keelengkapan DPR. (7) Tenaga ahli Alat Kelengkapan DPR sebagaimana ‘dimakgsud pada ayat (1) dibina oleh Badan Keablian agian Kedua Pimpinan Paragraf 1 Umum Pasal 28 (1) Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota dengan memperhatikan —_keterwakilan a perempuan yang ditetapkan secara paket bersifat ttap dalam rapat paripurna DPR. (2) Paket bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlakeu untuk Fraksi (@) Pimpinan DPR merupakan alat Kelenglapan DPR dan merupakan satu kesatuan pimpinan yang bers kolektif dan kolegial (4) Masa jabatan Pimpinan DPR sama dengan masa ‘keanggotaan DPR, (9) Dalam hat Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada fayat (1) belum cerbentuk, DPR dipimpin ole pimpinan ‘sementara DPR, Paragrat 1 ‘Tata Cara Pemitihan Pimpinan Pasal 29 (0), Tata cara pemitihan Pimpinan DPR: acalon ketua dan wakil ketua DPR diusulkan oleh Fraksi kepada pimpinan sementara DPR. secara tertuls dalam 1 (satu) paket ealon pimpinan DPR yang terdiriatas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang calon wakil ketua DPR dari Fraksi yang berbeda untuic dlitetapkan sebagai paket calon pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR; b setiap Fraksi dapat mengajukan 1 (satu) orang bakeal calon pimpinan DPR; pimpinan sementara DPR mengumumkan nama paket calon pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR; 4. paket calon pimpinan DPR dipilh secara musyawarah ‘untuk mufakat dan ditetaplan dalam rapat paripurna DPR; dalam hal musyawarah untule mufakat sebagaimana ddimaksud dalam huruf d tidak tercapai, paket calon pimpinan DPR dipilih dengan pemungutan suara; 22 setiap Anggota memilih 1 (satu) paket calon pimpinan DPR yang telah ditetapkan scbagaimana dimaksud dalam huraf. paket calon pimpinan DPR yang memperoieh suara terbanyak ditetapkan sebagai ketua dan wall ketua DPR terpilih dalam rapat paripurna DPR; hh.dalam hal hanya terdapat 1 (satu) paket calon pimpinan DPR, pimpinan sementara DPR langsung, ‘menetapkannya menjadi pimpinan DPR; Jketua dan wakil ketua DPR selanjutnya dlitetapkan sebagai Pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR; an 4. Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf { ‘memberikan kata sambutan yang berisi harapan yang ‘akan diwujudkan dalam 1 (satu) masa keanggotaan DPR, (2) Komposisi faksi Pimpinan DPR yang sudab ditetapkan ‘alam Rapat Paripurna DPR bersifat final dan mengikst. (@) Penetapan Pimpinan DPR ditetapkan dengan keputusan DPR, Pasal 30 (1) Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya ‘mengucapkan sumpab/janji yang dipandu oleh Ketua Mabkamah Agung. (2) Bunyi —sumpah/janji Ketua/wakil ketua DPR. sebagaimana dimalsud pada ayat (1) “Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai etua/wakil ketua Dewan Porwakilan Rakyat dengan sebaik-bailznya dan seadil-adilnya; bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan menegalekan Undang-Undang Dasar Negara Republi Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang- ‘undangan; bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbakti kepada bangea dan negara; 23 bahvwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara Kesatuan Republi Indonesia.” Pasal 31 Tata cara pengucapan sumpsh/janji sebagaimana dimaksud alam Pasal 30 ayat (1) yaitu a. Pimpinan DPR didampingi oleh rohaniwan sesuai dengan agama masing-masing b. dilakukan menurut agama, yakni 1) diawali dengan ucapan "Demi Allah’ untuk penganut ‘agama Islam; 2)iakhisi dengan ucapan "Semoga Tuhan menolong saya" unmuk —penganut agama Kristen Protestan/ Kristen Katoi; 3}diawali dengan ucapan ‘Om atah Paramawisesa’ untuk penganut agama Hindus 4) diawali dengan ucapan "Demi Sang Hyang Adi Budha’ Untuk penganut agama Budha dan 5} diawali dengan ueapan "Ke hadirat Tian (baca Thien) di tempat yang Maha Tinggi dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi baca Khung Ce), Dipermuliakeanlab, untuk penganut agama Khonghucu; ¢.setelah Pimpinan DPR mengucapkan sumpah/ianji, diakhiri penandatanganan formalir sumpab /janji yang Paragraf 3 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 22 (2). Pimpinan DPR bertugs a.memimpin sidang DPR dan menyimpulkan asi Sidang untuk diambil keputusan >. menyusun rencana kerja Pimpinan DPR; 4 @ ce melakukan koordin pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPR; ‘menjadi juru bicara DPR; ¢ melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR; mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara lainnya & mengadakan konsultasi dengan Presiden dan i dalam upaya_menyinersikan pimpinan lembaga negara lainnya sesuai dengan kkeputusan DPR; 1. mewakili DPR ai pengadilan; |. melaksanakan Keputusan DPR berkenaan dengan enetapan sanksi atau rehabilitasi Anggota sestai dengan ketentuan peranuran perundang-sndangan; 4 menyusun rencana kerja dan anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah Tangga yang pengesahannya erdampak pada sanksi pemberhentian; dan m.menindaklanjutiespirasi yang disampaikan oleh ‘Anggota dalam rapat paripurna DPR. Pimpinan DPR dalam —melaksanakan tugasnya, sebagalmana dimaksud pada ayat (1) dapat a-menentukan Kebjjakan kerja sama antarparlemen berdasarkan hasil rapat Badan Kerja Sama Antar- Parlemen dan dilaporkan kepada Badan Musyawarah, D.mengadakan koordinasi techadap pelaksanaan tagas ‘komisi serta alat kelengapan DPR yang isin; ‘c.mengadakan Konsultasi dengan pimpinan Praksi apabila dipertukan; .mengawasi pelaksanaan cugas dan kewajiban yang ditakukan oleh Sekretaris Jenderal DPR dengan dibantu och Badan Urusan Rumah Tange; 25 a rmenghadiri rapat alat Kelengkapan DPR yang ain, ‘apabila diperlukan; memberi pertimbangan ates nama DPR terhadap swat masalah atau pencalonan orang untuk jabatan tertentu sesuai dengan Ketentuan _peraturan perundang-undangan setelah mengadakan konsultasi dengan pimpinan Fraksi dan pimpinan komisi yang terkait mengadakan rapat Pimpinan DPR paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk melaicsanakan sugasnya; ‘membentuk tim atas nama DPR terhadap suaty ‘masalah mendesak yang perl penanganan segera setelah mengadakan Konsultasi dengan pimpinan Fraksi dan pimpinan komisi yang terkait; menetapkan pembentukan kaukus atas nama DPR terhadap suatu masalah mendesaie yang perku penanganan segera atas usul Anggota dalam kerangka pelaksanaan halk mengajukan pertanyaai; membentuk tim kuasa hukum untuk mewakili DPR dalam persidangan di pengadilan; dan ‘memberikan kuasa hukum sebegaimana dimaksud dslam huruf j untuk persidangan Mabkaman Konstitusi kepada pimpinan dan/atau anggota alat kkelengkapan DPR yang membahas rancangan undang- uundang, Pasal 33, Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ‘alam Pasal 92 ayat (1) huruf a, Pimpinan DPR. 4. memimpin rapat paripuma DPR, rapat Badan Musyawarah, dan rapat konsultast DPR: ‘memperhatikan kkuorum rapat; menyampailaan acara rapt; ‘menyampaikan sift rapat terbuka atau tertutup; ‘membacakan surat masul; a e @ 8 1. menyampailan basi rapat sebelumnya apabila cara rapat Cerkait dengan materi rapat yang pernab dibicarakan sebelumaya; dan 8 mengambil_ kesimpulan berdasarkan pendapat Anggota /Fraksi Dalam melaksanaken tugas sebaguimana dimaksud alam Pasal 32 ayat (1) huruf b, Pimpinan DPR: 4a, mengadakan rapat Pimpinan DPR: bb. mengadakan pembagian tugas pada awal masa keanggotaan dan awal Masa Sidang; © menyusun rencana Kegiatan dan anggaran untuk Pimpinan DPR yang selanjutnyas dan 4. mengadakan pembagian tagas pada M: Dalam melaksanakan tugas scbagsimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf et 4 ketua DPR mengadakean rapat koordinasi dengan ‘unsur pimpinan alat Kelengkapan DPR mengenai kebijakan DPR yang penting dan strategis; >. wakil ketua DPR sesuai dengan bidang masine- Pe dengan pimpinan alat Kelengkapan DPR paling sedikit 2 (dus) kali dalam Masa Sidang, yaita pada awal dan pada alchir Masa Sidang; dan © wakil ketua DPR mengadakan rapat koordinast dengan unsur pimpinan alat kelengkapan DPR ‘mengenai pelaksanaan kunjungan kerja pada Masa Reses DPR, masing mengadakan rapat koordinasi bit Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) hurufd, Pimpinan DPR: 8. menyampaikan keterangan pers yang berkaitan dengan Kegiatan DPR paling sedikit 1 (satu) kali alam 1 (satu) bulan dalam Masa Sidang; dan b.menanggapi isu yang berkembang setelal mendengarkan pandangan atau pendapat lat ‘kelengkapan DPR atau Fraksi Dalam melaksanakan tugas scbagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf e dan huruf i, Pimpinan a © a 6 ° (10) DPR menindaklanjuti Keputusan DPR sesuai dengan eputusan dan Ketentuan peraturan perundang- sundangan, Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) buruf f, Pimpinan DPR ‘mewakii DPR dalam memenuhi undangan lembaga negara Ininnya, baile dalam upacara kenegaraan rmaupun dalam acara resmi lembaga negara. Dalam melaksanakan tugas sebagsimana dimalcsud dalam Pasal $2 ayat (1) huruf g, Pimpinan DPR. 2. mengadakan konsultasi sesuai dengan ketentuan mengenai alat kelengkapan DPR; dan b.menentukan acara, jadwal, dan tempat konsultasi sesuat dengan kesepakatan pimpinan lembaga negara lainnya, Dalam melaksanakan tugas scbagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) huruf h, Pimpinan DPR dapat @memunjuk kuasa hukum dalam siding di pengadilan; dan /atax b.menesima laporan kuasa hukum mengenai pelaksanaan tugaskeuasaukum — dan penunjukan kuasa substitust Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf j, Pimpinan DPR ‘mengadakan rapat dengan Badan Urusan Rumah ‘Tangg sesuai dengan siklus pembiearaan anggaran, Dalam melaksanakan tugas scbagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) hurutk, Pimpinan DPR: &—mengadakan rapat dengan pimpinan alat kkelengkapan DPR dan pimpinan Fraksi untule ‘menyusun laporan kinerja DPR selama 1 (satu) ‘tahun sidang; dan b. menyampaikan laporan kineria sebaguimana dimaksud dalam huruf a pada rapat paripurna DPR. 28 Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas, Pimpinan DPR bertangguns jawab kepada rapat paripurna DPR, Paragrat 4 Pemberhentian Pimpinan Pasal 35 Pimpinan DPR sebagaimana dimalesud dalam Pasal 28 ayat (1) beshenti dar jabatannyaa karena: ‘4. meninggal dunia; b,mengundurkan dirs atau 6 diberhentikan, Pasal 36, (1) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPR berhenti sementara dari jabatannya karena didakwa melakkan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara Paling singkat 5 (lima) tahun, anggota pimpinan isin menetapkan salah scorang di antara pimpinan untuk melaksanakan tugas pimpinan yang berhenti sampai dengan ditetapkannya pimpinan yang defiitit: (2) Dalam hal Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak terbulei metakukan tindale pidana_berd ‘memperoleh kekuatan hukum tetap, Pimpinan DPR ‘kan putusan pengadilan yang telah yang bersangkutan melaksanakan Kembali tugasnya sebagai Pimpinan DPR, Pasal 37 Tata cara pemberhentian sementara anggota Pimpinan DPR sebagsimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) yaitu: 4 Pimpinan DPR mengirimkan surat untuk meminta status scorang pimpinan DPR yang menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana dari pejabat yang berwenang; 29 1b, Pimpinan DPR setelah menerima surat keterangan mengenai status sebagaimana dimaksud dalam huruf a diteruskan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan; © Mabkamah Kehormatan Dewan melakukan verifikast mengenai status Pimpinan DPR sebagaimana dimalesud dalam huraf a untuk diambil keputusan; 4. keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf © lilaporkan kepada rapat paripurna DPR untuk mendapat ‘penetapan pemberhentian sementara; dan keputusan rapat paripurna DPR sebagaimana dimalesud alam huruf d disampaikan kepada partai polite pimpinan DPR yang bersanglulan melalui Frakei ‘masing-masing Pasal 38 ‘Tata cara pemberhentian Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a yaitu 4 partai politik mengusulkan pemberhentian secara tertulis mengenai meninggalnya salah searang Pimpinan DPR kepada Pimpinan DPR yang dilengkapi dengan surat kketerangan kematian yang sah; >. Pimpinan DPR mengumumkan pemberhentian Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a pada rapat paripurna DPR untuk ditetapkan dengan Keputusan DPR: dan © Pimpinan DPR menyampsikan keputusan DPR kepada Presiden Pasal 39 Tata cara pemberhentian Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 hurufb yait @. Pimpinan DPR yang mengundurkan diri, mengajukan engunduran iri secera tertulis di atas kertas yang bermaterai kepada Pimpinan DPR; b.Pimpinan DPR menyampaikan surat pengunduran dirt sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan permintaan | pengganti Pimpinan DPR yang mengundurkan iri 30 kepada partai poliik yang bersangleutan setelalterleil ‘dahulu dibicarakan dalam rapat Pimpinan DPR: © partai politi menyampaikan Kepurusan kepada Pimpinan DPR dalam jangka waktu paling lama 5 (ima) hari terhitung sejak diterimanya surat sebagaimana dlimakgsud dalam hurut b; 4. apabila pimpinan partai polite tidale memberikan keputusan dalam jangka wakcu sebagaimana dimalestd dalam huruf , pengunduran dirisebagaimana dimalesd dalam huruf @ disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden; dan © Pimpinan DPR memberitahukan —_pemberhentian Pimpinan DPR yang mengundurkan diri kepada Presiden dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung scjak dliterimanya surat pengunduran diti sebagaimana imaksud dalam huruf a Pasal 40 Pimpinan DPR dibeshentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 urate jk: tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau bethalangan tetap sebagai Angeot bulan berturut-turut tanpa keterangan af b, melanggar sumpah/janji jabatan dan Kode Buk berdasarkan keputusan rapat paripura DPR setclah dilakukan pemeriksaan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan; © dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena selama 3 (tiga) pun; ‘melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 fima) tabun atau lebih; 4. diusulkan oleh partai politika sesuai dengan etentuan peraturan perundang-undacigan; © ditarik Keanggotaannya sebagai Anggota oleh partat politknya; 31 {.melanggar Ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai MPR, DPR, DPD, dan PRD; atau & diberhentikan sebagai anggota partai politik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pasal 41 Tata cara pemberhentian Pimpinan DPR. sebagsimana imakesud dalam Pasal 40 hurufa dan huraf fyait a Pimpinan DPR diberhentikan setelah mendapat eputusan dari Mahkamah Kehormatan Dewan dan etua terpilih dalam rapat Badan Legislast (13) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) paket calon pimpinan impinan rapat Badan Legislasi langsung menetapkannya menjadi pimpinan Badan Legislas, (14) Pemilihan pimpinan Badan Legis dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Lewislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPR setelah Penetapan sustinan dan Keanggotaan Badan Legis (18) Komposisi faksi pimpinan Badan Legislasi yang sudah litetapkan dalam Rapat Paripurna DPR bersifat final dan mengiat. (16) Pimpinan Badan Legislasi dtetapkan dengan keputusan Pimpinan DPR. Badan Legisla ‘sebagaimana 48 Paragrat 3 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 66 Badan Legislasi bertugas: @ menyusun rancangan Prolegnas yang memuat daftar lasannya untuk 5 wakungan DPR b. mengoordinasikan penyusunan Prolegnas yang memuat rancangan undangundang beserta (imal tahun dan priortas tahunan di daftar rancangan undang-undang beserta alasannya ‘untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan antara DPR, Pemerintah, dan DPD; © -mengoordinasikan penyusunan naskah akademik dan rancangan undang-undang yang diajukan oleh Anggota, komisi, dan gabungan komisi; 4. menytapian dan menyusun rancangan tndang-undang ‘usul Badan Legis Derdasarkan program prioritas yang telah ditetapkans dan/atau Anggota Badan Legislasi © melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan Pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang dligjukan Anggota, Komisi, atau gabungan komisi sebelum rancangan undang-undang —_tersebut isampaikan kepada Pimpinan DPR; { —-memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang- lundang yang diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi di juar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam Prolegnas untuke dimasukkan ke dalam Prolegnas perubaban ® melaukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara kkhusus ditugasi oleh Badan Musyawarah; hh. melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap Undang-Undang: i. mengordinasikan hasil pemantauan dan peninjauan terhadap Undang-Undang antara DPR, Pemerintah, dan ppp. 9 i. menyiapkan, menyusun, membahas, melalcukan evaluasi, dan menyempurnakan Peraturan DPR; ‘k,mengikuti perkembangan dan melakulan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan ‘undang-undang melalui koordinasi dengan komisi ddan atau panitia Khusus; |. melakukan sosialisasi Prolegnas dan/atau Prolegnas perubahan; ‘m, membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan setiap akhir tahun sidang ‘untuk disampaiken kepada pimpinan DPR; dan 1h, membuat Japoran kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untule dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya, Pasal 67 (1) Dalam melaksanakan cages sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a sampai dengan huruf I, kecuali hhurufj, berlaku Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai tata cara pembentukan Undang: Undang, (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a, huruf d, huruf g, huruf h, hurut}, ddan huruf l, Badan Legisiasi dapat metakukan kunjungan kerja pada Ma persetujuan Pimpinan DPR. (9) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 bburuf f mencakup pertimbangan dapat atau tidale dapat Reses atau pada Masa Sidang dengan rancangan undang-undang tersebut_masule ke dalam Prolegnas perubahan. (4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf Kk, Badan Legislasi mengadakan rapat koordinasi dengan komisi dan/ataw panitia khusus yang mendapat penugasan pembahasan rancangan uundang-undang, (5) Dalam melaksanakan tugns sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf m dan huruf n, Badan Legislasi ‘melakukan inventarisasi dan evaluasi dengan _mempertimbengkan pelaksanaan: a Prolegnas dan/atau Prolegnas perubahan 1 (satu) tahun sidang dan 1 (satu) masa keanggotaan:; b. penyusunan dan pembahasan rancangan undang: ‘undang dalam (satu) tabun sidang dan 1 (satu) masa eanggotaan; © jumlah rancangan undang-undang yang belum dapat iselesaikan; 4. masalah peraturan perundang-undangan; dan Badan Legislasi _menyusun rencana kerja dan fanggaran untuk pelakesanaan tugas sesuai dengan Kkebutuhan, yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. Bagian Keenam Badan Anggaran Paragraf 1 ‘Tata Cara Penetapan Anggota Pasal 68 Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifattetap. Pasal 69 (1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran berdasarkan representasi Anggota dati setiap rovins Derdasarkan perimbangan dan pemerataan Jumlah anggota setiap Fraksi pada permulaan masa ‘eanggotaan DPR dan permulaan tabun sidang (2) Keanggotaan Badan Anggaran schagaimana dimaksud pada. ayat (1) dapat dilakukan penggantian oleh Frakes yang bersangkutan pada setiap Masa Sidang. 31 () Susunan dan keanggotnan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri alas yang dipilih oleh komisi Anggota dari tis kom dengan memperhatikan perimbangan jumlah Anggota ddan usulan Frakes (4) Pimpinan DPR mengadakcan konsultasi dengan pimpinan FFraksi untuk menentukan komposisi keanggotaan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. (5) Dalam hal musyawarah untule mufakat tidak tercapai dalam penentuan komposisi sebagaimana dimaksud (), keputusan diambil berdasarkan suara pada terbanyale dalam rapat paripurna DPR. (©) Fraksi mengusulkan nama anggota Badan Anggaran kepada komisi sesuai dengan perimbangan jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat_ (2) untuk: selanjutnya ditetapkan dalam rapat paripurna DPR, (7) Penggantian anggota Badan Anggaran dapat dilakukan oleh komisinya apabila anggota_komisi yang bersangkutan berhalangan tetap atau ada pertimbangan| Jain dari komisinya dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Paragrat 2 ‘Tata Cara Pemilihan Pimpinan Pasal 70 (0) Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial (2) Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang kketua dan paling banyak 4 (empat) orang wakil ketus yang dipilin dari dan oleh anggota Badan Anggaran dalam 1 (satu) paket yang bersifat tetap sestai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat, (6) Paket yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlak untuk Frakes 52 (4) Setiap Fraksi dapat menggjukan 1 (satu) orang bakal ccalon pimpinan Badan Anggaran, (9) Fraksi dalam mengusulkan paket sebagaimana imaksud peda ayat (2) memperhatikan keterwakilan perempuan. (6) Paket yang bersifat tetap schagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku selama 5 (lima) tan, (7) Calon ketua dan walk ketua Badan Anggaran diusulkan svcara tertulis oleh Frakst dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh Pimpinan DPR dalam 1 (sata) paket calon pimpinan Badan Anggaran yang terdiri ates 1 (satu) orang calon ketua dan 4 (empat) orang calon wali etua dari Fraksi yang berbeda untuk ditetaplean sebagai paket calon pimpinan Badan Anggaran dalam rapat Badan Anggaran. (8) Pimpinan rapat Badan Anggaran mengumumkan nama paket calon pimpinan Badan Anggaran dalam rapt Badan Anggaran. (9) Paket calon pimpinan Badan Anggaran dipilih secara smusyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat Badan Anggaran. (10) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagsimana ddimaksud pada ayat (9) tidak tercapai, paket calon pimpinan Badan Anggaran dipilh dengan pemungutan (1) Setiap anggota Badan Anggaran memilih 1 (satu) paket ccalon pimpinan Badan Anggaran yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (7). (12) Paket calon pimpinan Badan Anggaran yang memperoleh ssuara terbanyak ditetapkan sebagai ketua dan wakil >etua terpilih dalam rapat Badan Anggaran. (19) Datam hal hanya terdapat 1 (satu) paket calon pimpinan Badan Anggnran, pimpinan rapat Badan Anggaran langsung menetapkannya menjadi pimpinsn Badan ‘Anggaran, (14) Pemilihan pimpinan Badan Anggaran sebagsimana dimakesud pada avat (2} dilakukan dalam rapat Badan 53 415) (16) 0 Anggaran yang dipimpin oleh Pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran, Komposisifraksi pimpinan Badan Anggaran yang sdah dlitetapkan dalam Rapat Paripurna DPR bersifat final dan mengikat Pimpinan Badan Anggaran ditetaplean dengan keputusan Pimpinan DPR. Parogral 3 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 71 Badan Anggaran bertugas: ‘a.membahas bersama Pemerintsh yang diwakili oleh rmenteri untuk menentukan pokok-pokok kebjakan fis dlijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran; secara umum dan priortas anggaran unt b.menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah| dengan mengac pada usulan komisi yang berkaitan; ©. membahas rancangan undang-undang tentang APBN Dersama Presiden yang dapat divakili oleh menteri ‘mengenai alokasi angearan untuk fungst dan program Pemerintah dan dana alokasi transfer daerah dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintahs 4. melakukan. sinkroni dan alat kelengkapan DPR lainnya mengenai rencana ‘eerja dan anggaran kementerian/lembags; ¢-melakukan sinkronisasi terhadap usulan program pembangunan daerah pemilihan yang diusulkan komisis f membahas laporan realisasi dan perkiraan realisasi i hasil permbahasan di komist yang berkaitan dengan APBN; dan & membahas pokok penjelasan atas raneangan undang- undang tentang pertanggungjawaban pelaksenaan APRN, (2) Badan Anggaran hanya membahas. aloke i anggaran yang sudah diputuskan oleh komis (9) Anggota komisi dalam Badan Anggsran sebagaimana 4dimaksud dalam Pasal 69 ayat (8) harus mengupayakan slokasi anggaran yang diputuskan komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan ugas sebagaimana imaksud pada ayat (1) Kepada komisi melalui rapat omnis Pasal 72 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf b, Redan Anggaran bbersama Pemerintah menetapkan ssumsi makro dengan ‘mengacu pada keputusan komist yang sesuai dengen uang lingkup tugasnya. @) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf e, Badan Anggaran dapat melakukan kunjungan kerja pada Masa Reses atau pada ‘masa sidang dengan persetujuan Pimpinan DPR. () Badan Anggaran dalam —melaksanakan —tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu menetapkan siklus dan jadwal pembahasan APBN bersama Pemerintah, (4) Badan Anggnran dalam —melaksanakan —tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan mengenai tata cara penetapan APBN, Bagian Ketujuh Badan Akuntabiitas Keuangan Negara Paragraf 1 ‘Tata Cara Penetapan Anggota Pasal 73 Badan Akuntabilitas Keuangan Negara yang selajutnya isebut BAKN dibentuk oleh DPR dan merupakan alat keelenglapan DPR yang bersifattetap. 35 Pasal 74 (1) DPR menctapkan susunan dan keanggotaan BAKN pada ‘permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidane. (2) Anggota BAKN berjumlah sesuai dengan jumlah Fraksi yang ada di DPR atas usul Fraksi yang ditetapkan dalam ‘rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR ddan permulaan tahun sidang. (9). Pimpinan DPR mengadakan konsultasi dengan pimpinan Praksi untuk menentukan komposisi keanggotaan BAKN yang mencerminkan unsur semua fraksi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. (@) Dalam hal musyawarah untule mufakat tidak tereapai dalam penentuan komposisi sebagaimana dimaksud pada a terbanyak dalam rapat paripurna, (9) Praksi mengusulkan nama anggota BAKN kepada Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ‘untuk selanjutnya ditetapkan dalam rapat paripurna (3), kepurasan diambil berdasarkan suara (6) Jika anggota BAKN yang bersangkutan berhalangan tetap atau ada pertimbangan lain dari Fraksinya, penggantian anggota BAKN dapat dilakukan oleh Fraksinya Paragrat 2 ‘Tata Cara Pemilihan Pimpinan Pasal 75 (1) Pimpinan BAKN merupakan satu kesatuan pimpinan ‘yang bersifat koletif dan kolega (2) Pimpinan BAKN terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh ‘anggota BAKN dalam 1 (satu) paket yang bersifat tetap sesuai dengan prinsip musyawarah untule mufaiat. (9) Paket yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlakeu untuk Fraksi 56 (4). Setiap Fraksi dapat mengajukan 1 (satu) orang bakeal ccalon pimpinan BAKN, (9) Fraksi dalam mengusulkan paket scbagaimana Gimaksud pada ayat_ (2) dapat memperhatikan keterwakilan perempuan. (6) Paket yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlak selama 5 (lima) tahun, (7) Calon ketua dan wakil ketua BAKN diusulkan secara tertulis oleh Fraksi dalam rapat BAKN yang dipimpin olch Pimpinan DPR dalam satu paket calon pimpinan BAKN yang terdiri atas 1 (satu) orang ealon ketua dan 2 (ua) orang calon wakil ketua dari Fraksi yang berbeda, untuk ditetapkan sebagai paket calon pimpinan BAKN dalam rapat BAKN, (@) Pimpinan rapat BAKN mengumumkan nama paket calon pimpinan BAKN dalam rapat BAKN, (9) Paket calon pimpinan BAKN dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat BAKN (10) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagsimana dimaksud pada ayat (9) tidak tereapai, paket calon, pimpinan BAKN dipilih dengan pemungutan suara, (11) Setigp anggota BAKN memilih 1 (satu) paket calon pimpinan BAKN yang telah ditetapkan sebagaimana , menyatakan teradu terbukti melanggar. (6) Putusan panel disampaikan kepada Mahkamah Kehormatan Dewan untuk dilaporkan dalam rapat paripurna DPR, (7) Panel bekerja paling lama 30 (tiga puluh) Hari 0 Pasal 93 Syarat menjadi anggota panel yang mewakili unsur ‘masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (6) adalah: 4. memiliki reputasi dan rekam jejak yang tidak tercela; b. memilki kredibilitas dan integritas © menguasai ilmu hulkum dan memahami Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. erpendidikan paling rendah magister dan . berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun, Pasal 96 ‘Tata cara rekrutmen anggota panel yang mewakili unsur smasyarakat adalah: 4. Mahkamah Kehormatan Dewan menyampaikan secara ferbuka kepada publi perihal rekrutmen anggota panel paling sedikit di 3 (tiga) media cetak nasional dan Televisi Republik indonesia dalam 1 (satu) Hari; , pencrimaan pendaftaran dilakukan selama 3 (tga) Hari: © bakal calon anggota panel yang sudah mendaltarkan dirt atau didaftarkan menyiapkan syarat administrasi berupa kartu tanda penduduk, daftar riwayat hidup, dan visi misinya secara tertulis paling sedikit $ (tga) halaman kertas AG; dan, 4 Mahkamah Kehormatan Dewan menerima berkas, ‘administrasi bakal calon anggota panel untule lesan seleks Pasal 95 Mahkamah Kehormatan Dewan melakukan selekst tethadap Dbakal calon anggota panel yang mewakili unsur masyarakat melalui: 14. seleksi yang dilakukan terhadap rekam jejake dan vist rmisi yang disampaikan oleh bakal ealon anggota panel paling lama 2 (dua) Haris n 1. permintaan Keterangan terhadap —pihak —terkait Derkenaan dengan rekam jejak bakal calon anggota ppanel; dan .pelaksanaan rapat pleno Mahicamah Kehormatan Dewan ‘untuk menetapkan 4 (empat) orang bakal calon anggota panel Paragral 6 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 96 ‘Tata cara pelaksanaan tugas Mahkamah Kehormatan Dewan distur dengan Peraturan DPR tentang Tata Berscara Mahkamah Kehormatan Dewan, Bagian Kesepuluh Badan Unusan Rumah Tangea Paragraf 1 ‘Tata Cara Penetapan Anggota Pasal 97 Badan Urusan Rumah Tangga yang selanjutnya, disingkat BURT dibentuk oleh DPR dan merupakan alat Kelengkapan DPR yang bersifat tetap, Pasal 98 (1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BURT pada ppermulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidan (2) Jumioh anggota BURT paling banyak 25 (dua puluh lima} orang atas usul komisi dan Fraksi berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah Anggota setiap Fraksi di komisi yang ditetapkan dalam rapat paripurna DPR pada permulaan tahun sidang. (3). Pipi FFraks untuk menentukan komposisi keanggotaan BURT 1an DPR mengadakan konsultasi dengan pimpinan n sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat (4) Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tereapel dalam penentuan komposisi sebagaimana dimaksud pada ayat (8), keputusan diambil berdasarkan suara terbenyak dalam rapat paripurna DPR (5) Fraksi mengusulkan nama anggota BURT kepada Pimpinan DPR sesuai dengan perimbangan jumlsh sebagalmana dimaksud pada ayat (2) yang merupakan ‘unsur pimpinan Fraksi untuk selanjutnya ditetapkan dalam rapat paripuma DPR, (6) Penggantian anggota BURT dapat dilakukan oleh Fraksinya apabila anggora BURT yang bersangkutan berhalangan ‘etap atau ada pertimbangan lain dari Froksinya Paragraf2 ‘Tata Cara Pemilihan Pimpinan Pasal 99 (1) Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan ‘yang bersifat koletif dan kolegi (2) Pimpinan BURT terdivi atas 1 (eatu) orang ketua dan paling banyak 4 (empat) orang wakil ketua yang diplih dari dan oleh anggota BURT dalam 1 (satu) paket yang Dersifat tetap sesuai dengan prinsip musyawarah wntuic mufateat (9) Paket yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada aya (2) berlaku untuk Fraksi (8) Setiap Fraksi dapat mengajukan 1 (sata) orang bakal calon pimpinan BURT, (9) Fraksi dalam mengusulkan paket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan keterwakilan perempuan, (6) Paket yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlae selama 5 (lima) tahun, a (7) Calon ketua dan wakil ketua diusulkan secara tertuls oleh Fraksi dalam rapat BURT yang dipimpin oleh Pimpinan DPR dalam 1 (satu) paket calon pimpinan BURT yang terdiriatas 1 (satu) orang calon ketua dan 4 (empat) orang calon wakil ketua dari Fraksi yang berbeda untuk ditetapkan sebagai paket calon pimpinan BURT alam rapat BURT. (8) Pimpinan rapat BURT mengumumkan nama paket calon pimpinan BURT dalam rapat BURT. (9) Paket ealon pimpinan BURT diplth seeara_musyawarah Untuk mufaleat dan ditetaplean d (10) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak tercapai, paket calon pimpinan BURT dipilih dengan pemungutan suara. (11) Setisp anggota BURT memih 1 (satu) paket ealon yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (7). um rapat BURT. (12) Paket calon pimpinan BURT yang memperoleh suara Twrbenyak ditetapkan sebagai ketua dan wakil ketua terpilih dalam rapat BURT, (13) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) paket ealon pimpinan BURT, pimpinan rapat BURT langsung menetapkannya, ‘menjadi pimpinan BURT. (14) Pemitihan pimpinan BURT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BURT yang dipimpin oleh Pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan ‘keanggotaan BURT. (15) Komposisi traksi pimpinan BURT yang sudah ditetapkan dalam Rapat Paripura DPR bersifat final dan mengikat, (16) Pimpinan BURT ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPR. Paragrat 3 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tuga Pasal 100, BURT herrugas ™ a menetapkan arahKebijakan umum —pengclolaan fanggaran DPR untuk setiap tabun anggaran dan smenyerahkannya kepada Selretaris Jenderal DPR untuk ditakesanakan; menyusun rencana kerja dan anggaran DPR. secara rmandiri yang dituangkan dalam program dan Kegiatan setiap tahun berdasarkan usulan dari alat kelenekapan DPR dan Frakes; dalam menyusun program dan Kegiatan schagsimana dimaksud dalam huruf b, BURT memperhatikan sgeografis dacrah pemilthan Anggot; dalam menyusun program dan kegiatan DPR. sebogaimana dimaksud dalam huruf 8, BURT dapat menyusun standar biaya Khusus dan_mengajukanaya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama; melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR dalam pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a, termasuk pelaksanaan dan pengelolaan anggsran DPR; ‘melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan flat Kelengkapan MPR yang berhubungan dengan kkerumahtanggaan DPR, DPD, dan MPR yang ditugasi flech pimpinan DPR. berdasarkan hasil rapat Badan Musyawaral; ‘menyampeikan basil keputusan dan arah_kebijakan lumum anggaran tahunan DPR sebagaimana dimalesid dalam huruf a ‘mendapatkan persetujuan; menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk ity; dan ‘mengatur alokasi anggaran untuk kunjungan kerja Anggota atau sekelompok anggota komist sebagaimana dlimaksud dalam Pasal 60 ayat (4). 1m rapat_paripuna DPR untuk asal 101 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimalcsud alam Pasal 100 huruf a, BURT: B a 1 2. menetapkan arah, kebijakan umum, dan strategi pengelolsan anggaran DPR dengan Pimpinan DPR yang selanjutnya disampaikan kepada alat kelengkapan DPR sebagai pedoman dalam penyusunan anggaran; bb, menerima usulan anggaran dati alat kelengkapan DPR dan Sekretariat Jenderal DPR: © dapat mengundang unsur pimpinan Fraksi untuke ‘membicarakan usulan anggaran Fraksi yang isampaikan melalui Sekretariat Jenderal DPR sebagaimana dimeksud dalam huruf b 4d. melakukan Kompilasi dan sinkronisasi terhadap usulan anggaran sebagaimana dimaksud dalam hhuruf b dengan Sekretariat Jenderal DPR; ‘€. mengadakan rapat dengan unsur pimpinan alat keelengkapan DPR dan Sekretariat Jenderal DPR mengenai hasil kompilasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud dalam huruf d_ untuk itetapkan menjadi usulan pagu anggaran DPR; dan { menyampaikan usulan paguanggaranDPR sebagaimana dimalksud dalam huruf e kepada Badan ‘Anggaran untule mendapatkan masukan, Dalam melaksanakan cugas sebagaimana dimaksud dalam Pasa 100 hurulb, BURT: 2 menyusun rencana strategis DPR untuk 1 (satu) masa keanggotaan; b, menyusun —peraturan = DPR mengenai pertanggungjawaban pengelolaan anggaran; dan © menyusun arah kebijakan umum pengelolaan fanggaran DPR setiap tahun. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud {dalam Pasal 100 huruf¢, BURT: a, menetapkan tata cara pengawasan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan anggaran DPR; », mengadakan rapat dengan Sekretariat Jenderal DPR untuk membahas realisasi pelaksanaan dan pengelolaan angaaran DPR setiap tiwulans 16 €. dapat melakukan inanjungan langeung pada objek pengawasan; dan 4. dapat” menyampaian hasil pengawasan BURT sebagnimana dimaksud dalam huruf b kepada publik sebagai bentuk akuntabilitas. (4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ‘dalam Pasal 100 huruf f, BURT: ‘4, menyusun pedoman koordinasi pengelolaan sarana an prasarana di lingkungan DPR, DPD, dan MPR ‘untuk ditetapkan bersama dengan alat kelengkapan DPD dan alat kelengkapan MPR; dan bo, mengadakan koordinasi secara berkala paling sedikit 1 (satu) Kali dalam 1 (satu) tahun, (5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud alam Pasal 100 huruf g, BURT menyampaikan hail keputusan dan kebijakan BURT kepada setiap Anggota secara tertulis atau melalui rapat paripurna DPR, (6) Dalam melaksanakan tugas scbagaimana dimaksud alam Pasal 100 huruf b, BURT menyampaikan laporan| kkinerja BURT dalam rapat paripurna DPR yang khusus, Pasal 102 (1) Sebelum reneana kerja dan anggaran disabkan dalam rapat paripurna DPR, BURT mengsdakan rapat dengan Badan Anggaran untuk membshas rencana kerja dan anggaran DPR (2) BURT dapat mengundang Pemerintah untuk. rmomberikan masukan terhadap rencana Kerja dan fanggaran yang telah dibshas sebagaimana dimalesud pada ayat (1). (2) BURT melaporkan hasil pembahasan rencana keyja dan anggaran sebagaimana dimakeud pada ayat (2) dalam rapat paripurna DPR untuk ditetapkan, Bagian Kesebelas Panitia Khusus 7 Paragraf 1 ‘Tata Cara Penetapan Anggota Pasa 103 Panitia busts dibentuk oleh DPR dan merupakan slat kelengkapan DPR yang bersifat sementara Pasal 104 (1) DPR menetapkan susunan dan Keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan Jjumlah Anggotatiap Praksi (2) Jumiah anggota panitia Khusus ditetapkan oleh rapat paripurna DPR paling banyak 30 (tiga puluh) orang, (9) Pimpinan DPR mengadakan konsultasi dengan pimpinan Fraksi untuk menentukan Komposisi keanggotaan panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada avat (2) berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat (#) Fraksi mengusulkan nama anggotapanitia khusus kepada Pimpinan DPR sesuai dengan perimbangan jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk selanjutnya ditetaplcan dalam rapat paripurna DPR (5) Penggantian anggota panitia khusus dapat dilakukan leh fraksinya apabila anggota panitia khusus yang, bersangkutan berhalangan tetap atau ada pertimbangan lain dari fraksinya Paragrat 2 ‘Tata Cara Pemilihan Pimpinan Pasal 105, (1) Pimpinan panitia khusus merupakan pimpinan yang bersfat koleltif dan kolegial (2) Pimpinan panitia khusus terditiatas 1 (satu) orang ketua, dan paling banyak & (tiga) orang wakil ketua_vang dipitih| ari dan oleh anggota panitia khusus dalam 1 (sata) paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan Fraksi a Kesatuan fai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat 1 (2) Paket yang bersifat tetap sebagsimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk Frakes (6) Setiap Frakst hanya boleh diab bbakal calon pimpinan panitia khusus. (8) Fraksi dalam —mengusulkan paket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan keterwakilan perempuan, (6) Calon ketua dan wakil ketua diusutkan secara tertulis oleh Fraksi dalam rapat panitia khusus yang dipimpin oleh Pimpinan DPR dalam 1 (satu) paket calon pimpinan leh 1 (satu) orang panitia Khusus yang terdiri atas 1 (satu) orang calon etua dan 3 (tiga) orang calon wakil ketua dari Fralesi yang berbeda untuk ditetapkan sebagai paket calon pimpinan panitia khusus dalam rapat panitia khusts (7) Pimpinan rapat panitia Khusus mengumumkan nama paket calon pimpinan panitia Khusus dalam rapat panitia khusus. (@) Paket calon pimpinan panitia kbusus dipilih secara rmusyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat panitia khusus. (9) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana ddimaksud pada ayat (8) tidak tercapai, paket calon pimpinan panitia Khusus dipilih dengan pemungutan (10) Setiap anggota panitia Khusus memilih 1 (satu) paket calon yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada avat (8 (21) Paket calon pimpinan panitia khusus yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai ketua dan wakil ‘ketua terplih dalam rapat panitia khusus. (12) Dalam bal hanya terdapat 1 (satu) paket calon pimpinan ppanitia khusus, pimpinan rapat panitia khusus lanesung ‘menetapkannya menjadi pimpinan panitia khusus, (13) Pemilihan pimpinan panitia Kkhusus sebagsimana imaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat panitia| Khusus yang dipimpin oleh Pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan panitia Khusus, 2 (14) Komposisi fraksi pimpinan panitia khusus yang sudah dlitetapkan dalam Rapat Paripuma DPR bersfat final dan smengikat. (15) Pimpinan panitia khusus ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPR Paragrat 3 ‘Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 106, (1) Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka wakru tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna DPR. (2) Jangka waktu scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang oleh Badan Musyawarah spabila panitia khusus belum dapat menyelessikan tugasnys, (@) Panitia Kusus dibubarkan oleh DPR setelah jangka wakru penugasannya beralkhir atau Karena tugasnya invatakan selesai Pasal 107 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1), panitia khusus dapat smelakukan: a. rapat keri b. rapat panitia kerja; ..rapat tim perumus/tim keeil; dan atau 4. rapat tim sinkronisasi (2), Dalam melaksanakan rapat sebagaimana dimaksud pada yat (1) dapat dilakukan mekanisme lain sepanjang . tersustunnya naskab akademils dan .tersusunnya rancangan undangsundang (@) Dalam menyusun Prolegnas priori Derdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada tabunan, selain ayat (1), juga harus memperhatikan’ 4 pelaksanaan Prolegnas prioritas tahunan tahun sebelumnya b. tersusunnya naskah akademik; dan 6. tersusunnya naskah rancangan undang-undang. Pasal 118 (1) Badan Legislasi dalam = menyusun Prolegnas di lingkungan DPR dilakukan dengan mempertimbangkan usulan rancangan Undang-undang dari Fraksi, komisi, ‘Anggota, dan atau masyarakat, 2) Badan Legislasi meminta usulan rancangan undang- undang dari Fraksi, komisi, dan/ateu Anggota paling Jambat 1 (satu) masa sidang sebelum dilaleukan penyusunan Prolegnas sebagaimana dimalcsud pada ayat a, (@) Usulan rancangan undang-undang dari Fraksi atau omisi disampaikan oleh pimpinan Frakes! atau pimpinan omisi kepada pimpinan Badan Legi 86 (4) Usulan rancangan undang-undang dari Anggota isampaikan oleh Anggota yang bersangkutan kepada pimpinan Badan Legislasi (6) Usulan rancangan undang-undang dari masyarakat disampaikan kepada pimpinan Badan Legislas (6) Usulanrancangan undang-undang —sebagaimana imaksud pada ayat (3} dan ayat (4) disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Badan Legislasi dalam jangka wwakru paling lama 20 (dua puluh) Hari terhitung sejak tonggal surat permintaan usulan rancangan undang- undang dari Badan Legislasi (7) Usulanrancangan undangundang sebagaimana imaksud pada ayat (1) disampsikan secara terulis| ‘dengan ‘memuat judul rancangan undang-undang dan keterangan mengenai konsepsi raneangan undang- undang yang meliput a latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan .jangkauan dan arah pengaturan. (8) Judul sebagaimana dimaksud pada ayat_ (7) diinventarisasi oleh Badan Legis dibahas dan ditetapkan oleh Badan Legislasi untuk i yang sclanjutnya menjadi bahan koordinasi dengan dengan alat kelengkapan DPD dan menteri ‘menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pembentukan peraturan perundang-undangan, 1 kepala lembaga yang Pasal 119, (1) Dalam penyusunan Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Badan Legislasi dapat mengundang pimpinan Fraksi, pimpinan komisi, Anggota, dan/atau masyarakat yang mengusulkan rancangin undang-undang. (2) Dalam penyusunan Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Badan Legislasi dapat rmengadakan Kunjungan kerja, a a 0 @ e@ “ rupat panitia kerja: dan/atau, rapat tim perummus, Pasal 121 Hasil pembahasan Prolegnas antara Badan Legislasi,alat kkelengkapan DPD, serta menteri atau Kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembentuken peraturan—_perundang-undangan isepakati menjadi Prolegnas dan selanjutnya dilaporkan oleh Badan Legislasi dalam rapat paripuma DPR untuk slitetapkan. Prolegnas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) litetapkan dengan keputusan DPR. Pasal 122 Penyebarluasan Prolegnas dilakukan bersama oleh DPR, DPD, dan Pemerintah yang dikoordinasikan oleh Badan Legis Penyebarluasan Prolegnas dilakukan sejak penyustnaa| ssampai dengan setelah penetapan. Penyebarluasan pada saat’ penyusunan Prolegnas Gilakukan untuk memberikaan informasi dan /atau memperoleh masukan dari masyarakat serta pemangkts ‘kepentingan, Penyebarluasan sotelh —penetapan —_Prolegnas: sebagaimana dimaksud pada sosialisasi kepada masyarakat dan pemangicu massa, baik cetak (2) dilakukan melalui kepentingan, dan/atau melas me ‘maupun elektronik, agian Ketiga Penyusunan Rancangan Undang-Undang Pagal 123, () Rancangan undang-undang dapat diajulean oleh ‘Anggote, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legisias ‘sebagai usulinisiati. (2) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Anggota sebagsimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh 1 (satu) orang Anggota atau lebih (@) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didukung oleh Anggota lain dengan membubuihikan tanda tangan, (4) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh komisi, ‘gabungan komisi, atau Badan Legislasi sebagaimana dlimaksudl pada ayat (1) ditetapkan terlebih dahulu dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, atau rapat Badan Legislasi Pasal 124 Rancangan undang-undang scbogaimana dimaksud dalam Pasa 123 disusun berdasarkan Prolegnas priortas tahunan, Pasal 125, Konsepsi dan materi rancangan undangundang yang isusun oleh Anggota, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 harus sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945, Pasal 126 (1) Anggota, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi dalam —mempersiapkan rancangan undang-undang terlebih dahulu menyusun naskah akademike mengenai ‘materi yang akan diatur dalam rancangan undang- uundang, 2) Rancangan undang-undang tentang APBN, rancangan uundang-undang tentang penetapan —_peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang: lundang, rancangan undang-undang tentang pengesahan 89 perjanjian internasional, atau rancangan undang-undang yang hanya terbatas mengubah beberapa materi dapat jsertai naskah akademik (9) Naskah akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Judd BabI Pendahuluan a, Latar Belakang bs, Identifikasi Masalah . Tyjuan dan Kegunaan <4. Metode Penelitian Bab tl Kajian Teoretis dan Praktik Empiris Bab ill Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang- ‘undangan Terkait Bab IV. Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis BabV Jangkauan, Arsh Pengaturan, dan Ruang. Lingkup Matert Muatan Undang-Undang Bab Vi Penutup, (4) Naskah akademik sebagaimana dimaksud pada avat (2) dlilengkapi dengan lampiran konsep wal rancangan ‘undang-undang. (9) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam penyusunan rancangan undang-undang dibantu olch Badan Keahlian, (6) Komisi, gabungan komisi, atau Badan Legisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam penyusunan rancangan undang-undang dibantu oleh Badan Keablian ‘dan tenaga abl alat kelengkapan DPR. (7) Dalam —penyusunan —rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) dapat dlibanu oleh Kelompok pakar tau tim ab Pasal 127 (1) Dalam penyusunan rancangan undang-undang, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi dapat ‘membentuk panitia kerja (2) Dalam hal diperlukan peayempurnaan rumusan materi rancangan undang-undang yang bersifat redalesional, panitia kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat rmembentuk tim perumus, Pasal 128, @ dapat meminta masuken dari masyarakat sebagai bahan | ym penyusunan rancangan undang-undang, Anggota ‘untuk menyempurnakan konsepsi rancangan undang- undang. @) Dalam penyusunan rancangan undang-undang, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislast dapat meminta rmasukan dari masyarakat sebagai bahan bagi panitia kerja untuk menyempurnakan konsepsi_ rancangan undang-undang. (9) Untuk mendapatkan masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi dapat melakukan: 2 rapat dengar pendapat umm: >. kunjungan kerja ke aera; dan © unjungan kerja ke Iuar negeri [agian Keempat Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi Rancangan Undang-Undang Pasa 129 (1) Rancangan undang-undang yang berasal dati Anggota, komisi, atau gabungan —komisi_—_dilakeukan pengharmonis konsepsi rancangan undang-undang oleh Badan Legislas. (2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan sian, pembulatan, dan pemantapan kkonsepsirancanganundang-undang sebagnimana, dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek teknis, substansi ddan asas-asas pembentukan peraturan perundang- uundangan, a Pasal 130 ) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan onsepsi rancangan undang-undang dilaicukan dalam Jangka wakt paling lama 20 (dia puluh) Hari seiak ‘rancangan undang-undang diterima Badan Legisiasi (@) Dalam hi imaksud pada ayat (1) disampaikan pada akhir masa rancangan undang-undang sebagaimana sidang Kurang dari 20 (dua pulub) Hari, sisa Hari dilanjutkan pada masa sidang berikutnya (9) Dalam hal rancangan undang-undang di Masa Reses, 20 (dua puluh} Hari dalam Masa Sidang smpaikan pada dibitung sejak pembukaan Masa Sidang berikutnya, Pasal 131 (2). Untuk melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan Pemantapan konsepsi rancangan undang-undang sebagsimana dimakesud dalam Pasal 129, Badan’ Legislasi dapat membentuk panitia kerja. (2) Dalam hal Badan Legistasi menemukan permasalahan ‘yang berkaitan dengan teknis, substansi, dan/atau asas- ‘asas pembentukan peraturan perundang-undangan, Badan Legislasi-membahas permasalahan tersebut dengan mengundang penguist (@) Dalam hal rancangan undang-undang diusulkan oleh kkomisi atau gabungan Komisi, pengusul diwali oleh unsur pimpinan dan/atau Anggota (@) Dalam hal rancangan undang-undang diusulkan oleh ‘Anggota, pengusul diwakili oleh paling banyalk 4 fempst) orang. Pasal 132 (1) Apabita dalam pengharmonis pemantapan konsepsi rancangen undang-undang ian, pembulatan, dan memerlukan perumusan ulang, perumusan dilaleukan oleh Badan Legislasi bersama dengan unsur pengusul dalam panitia Kerja gabungan yang penyelesaiannya dilaeukan dalam jangka waktw 2 (dua) kali Masa Sidang, 92 2) Penentuan mengenai perumusan ulang sebagaimana dimakesud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat Badan Legislas (2) Pengusul scbagaimana dimatesud pada ayat (1) paling banyak ber lah 4 (empat) orang, (4) Rapat Badan Legislast mengambil keputusan terhadap hasil perumusan ulang rancangan undang-undang, (5) Pada setisp lembar naskah rancangan Undang-undang, sebagaimana dimaksud pada ayat (4} dibububkan para pimpinan Badan Legislasi dan 1 (satu) orang yang. rmewakili pengusut Pasal 133, Rancangan undang-undang yang telah ilakukan ppengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi, diajukan oleh pengusul kepada Pimpinan DPR. dengan dilengkapi keterangnn pengusul dan/atau naskah akademike ‘untuk selanjutnya disampaikan dalam rapat paripurna DPR. ‘Bagian Kelima, ‘Usul Rancangan Undang-Undang dari DPD Pasal 134 (0) Rancangan undang-undang dapat diajulkan oleh DPD Derkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggnbungan daerabs; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya. ‘ekonomi lainnya; serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, (2) Rancengan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta naskah akademik disempaikan secara tertulis olch pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR. (@) Pimpinan DPR dalam jangks waktu paling lama 20 (sign, ppuluh) Hari terhitung sejak menesima rancangan uundang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengiim surat kepada Presiden untuk: menunjuk menteri yang ditugasi mewakili. Presiden 93 alam pembahasan rancangan undang/ndang bersama DPR dengan mengiiutsertakan DPD. (@) Pimpinan DPR setelah menerima rancangan undang: 0) mengirim surat kepada Pimpinan DPD untuk menunjuk ‘undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada lat Kelengkapan DPD yang ditugasi mewakili DPD ikut serta dalam pembahasan rancangan undang-undang oleh DPR bersama Presiden (6) DPR dan Presiden mula membahas rancangan undang- undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak surat Pimpinan DPR diterima Presiden, ‘Bagian Keenam Penyempurnaan Rancangan Undang-Undang Pasal 135, (1) Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 dipatuskan menjadi rancangan undang- tundang dari DPR dalam rapat paripurna DPR setelah terlebih dahulu Praksi memberikan pendapatny (2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa . persetujuan tanpa perubahan; >. persetujuan dengan perubahan; atau ¢. penolakan. (9) Rapat paripurna DPR dengan tegas_mengambil eputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dlilakukan sesuai dengan tata cara_pengambilan eputusan. (4) Dalam pendapat Fraksi harus dinyatakan secara tegas kkeputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (5) Dalam hal pendapat Fraksi menyataken persetujuan tanpa perubshan sebagsimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, rancangan undang-undang langsung isampaikan kepada Presiden, 94 (6) Dalam hal Frat perubahan sebagaimana dimaksud pada i menyatakan persotujuan dengan at (2) hurut b, usul perubahan tersebut dengan tegas dimuat dalam Pendapat Fraksi (7) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dimaksudkan untuk penyempuraan—rumussn rancangan undang-undang, (6) Dalam hal keputusan rapat paripura DPR tidak tegas ‘menyatakan persetujuan dengan perubahan, rancangan lundang-ndang dianggap disetujui tanpa perubahan dan langsung éisampaikan kepada Presiden. (9) Dalam hal keputusan rapat paripurna DPR: menolake raneangan undang-undang sebagaimana dimalesud pada 1. Q) huruf ¢, rancangan undang-undang. dimalesd ‘dak dapat diajukan kembali dalam persidangan DPR (10) Rantcangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada aayat (5) dan ayat (8) disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden dengan permintaan agar Presiden menunjuk menteri yang akan mewakili Presiden untuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang tersebut bersama DPR. Pasal 196, () Untuk penyempurnaan rumusan raneangan undang uundang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat (7, Badan Musyawarah menugaskan kepada komisi, ‘gabungan komisi, Badan Legislasi, atau panitia khusus, 2) Peayempurnaan rumusan rancangan undang-undang yang ditugaskan kepada komisi, gabungan komis Badan Legislasi, atau panitia Khusus dilalsulan dengan ‘memperhatikan pendapat Fraksi yang disampaikan alam capat paripuima DPR, Pasal 197, (0) Penugasan sebagsimana dimaksud dalam Pasal 196 ayat (1) didasarkan ates pertimbangan usu rancangan| 95 lundang-undang dan materi muatan rancangan undang. lundang dengan ruang lineup komisi (2) Penugasan penyempurnaan diserahkan kepada komisi ‘atau gabungan komisi sebagai pengusul rancangan ‘undang-undang. (9) Dalam by termasuk dalam ruang lingkup satu komisi, ‘materi muatan rancangan undang-undang penyempurnaan ditugaskan kepada komisi tersebut. (4) Dalam hal materi muatan rancangan undang-undang termasuk dalam ruang lingkup 2 (dua) komisi, penyempumann ditugaskean kepada gabungan komis (5) Dalam hal materi mustan rancangan undangundang termasuk dalam ruang lingkup lebih dari 2 (dua) komisi, penyempurnaan ditugaskan kepada Badan Legislas atau panitia khusus. Pasal 138 (2) Komisi, gabungan komisi, Badan Legisiasi, atau panitia kkhusus melakukan penyempurnaan rancangan undang- ‘undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari 2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidale dapat dipenuhi, Badan Musyawarah dapat ‘memperpanjang waktu penyempurnaanrancangan undangundang berdasarkan permintaan — tertulis pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Badan Legislas, atau pimpinan panitia khusus (9) Perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) Hari (4) Apat imaksud pada ayat (9) penyempurnaan rancangan undang-undang belum selesai, rancangan undang- undang bi setelah perpanjangan waktu sebagsimans il keputusan rapat paripurna DPR diangaap telah disempurnakan dan selanjutnya dikirimkan kepada Presiden 96 Pasal 139 Dalam hal diperlukan masukan untuk penyempurnaan rancangan undang-undang, komisi, gabungan komisi, Badan Legis ‘dengar pendapat umum, i, tau panitia Khusus dapat mengadakan rapat Pasal 140 () Komisi, gnbungan komisi, Badan Legislasi, atau panitia kkhusus menyampaikan rancangan undang-undang hasil penyempurnaan dengan surat kepada Pimpinan DPR. (@) Rancangsn undang-undang hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan ole Pimpinan DPR kepada Presiden dengan permintann agar Pre fen menunjuk menteri yang akan mewakili Presiden. dalam melakukan pembahasan rancangan undang: ‘undang tersebut dengan komisi, gabungan komisi, Badan Legislas, atau panitia ktnusus. Pasal 141 (0) Presiden menunjuk menteri yang ditugaskan mewakili Presiden untuk membahas rancangan undang-undang, bersama DPR dalam jangka waktw paling lambat 60 fenam pulub) Hari terhitung sejak diterimanya surat tentang penyampaian rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 ayat (2) (2) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) Hari sebagaimana dimaksud pada ayat (I) Presiden bela smenunjuk Menteri untuk membahas rancangan tndang- lundang berssama DPR, Pimpinan DPR melaporkan dalam ‘upat paripurna DPR untuk menentukan tindalk lanjut. Bagian Ketujuh Pembahasan Rancangan Undang-Undang Paragrat 1 Umum 7 Pasal 142 (1) Pembahasan rancangan undangundang dilakukan berdasarkan 2 (dua tingkat pembicaraan, (2) 2 (ua) tingkat pembicaraan sebagnimana dimaksud pada ayat (2) terri atas: ‘2. Tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, stat rapat panitia khusus bersama dengan menteri yang ‘mewakili Presiden; dan >. Tingkat It dalam rapat paripurna DPR. (@) Pembahasan rancangan undang-undang dengan status operan (carry over) dalam Prolegnas priortas tahunan | dilakukansetelah Prolegnas —prioritastabunan’ sitetapkan dalam rapat paripurna DPR, (4) Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hhuruf a membahas rancangan undang-undang mengenai APBN, rancangan undang-undang mengenai perubahan | APBN, dan rancangan undangundang mengenai Pertanggungiawaban Pelaksanaan APBN. Pasal 143, (1) Komisi, gabungan komisi, Badan Legis Ihusus, atau Badan Anggaran membahas rancangan undang-undang berdasarkan pentigasan Badan panitia Musyawarah, (2) Penugasan pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diputuskan setelah mempertimbanglan: ‘a. pengusul rancangan undang-undang; b.penugasan penyempurnaan rancangan undang- undangs ©, keterkaitan materi muatan rancangan undang-undang dengan ruang linglep tugas komisi; dan 4.jumlah rancangan undang-undang yang ditangani oleh kkomisi atau Badan Legislasi °8 Pasal 144 (2) Komisi atau gabungan komisi sebagai pengusul rancangan ‘undang-undang diprioritaslean untuk ditugaskan membahas rancangan tundang-undang, 2) Komisi, gabungan komisi, Badan Legislasi, atau panitia Khusus yang mendapat tuges penyempurnaan rancangan ‘undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 196 ayat (1) langsung bertugas membahas rancangan undang-undang. Pasal 145, (0) Rancangan undangundang yang materi mustanaya {ermasuk dalam ruang lingkup 1 (satu) komisi, penugasan pembahasannya diserahkean kepada komisi tersebut. (2) Pembshasan rancangan undang-undang ditugaskan kepada Badan Legislasi atau panitia khusus dengan ketentuan: ‘4, jumiah rancangan undang-undang yang ditangant komist telah melebihi jumlah maksimal; Komi! sedang menangani rancangan undang-undang yang mengandung materi muatan yang kompleks dan rmemerlukan waktu pembahasan yang lama; atau © sebagian besar anggota komisi menjadi anggota pada beberapa panitia khusus. (@) Rancangan undang-undang yang materi muatannya termasule im ruang lingkup 2 (ua) kom, pembehasannva ditugaskan kepada gabungan komisi (4) Ketentuan mengenai pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku secara mutatis mutandis terhadap penugasan pembahasan rancangan ‘undang-tundang kepada gabungan komisi (8) Rancangan undang-undang yang materi muatannya termasuk dalam ruang lingkup lebih dari 2 (dua) komisi, Pembahasannya ditugaskan kepada Badan Legislasi atau panitia khusus. Pasal 146 (1) Dalam hal penugasan pembahasan rancangan undang: ‘undang diserabkan kepada komisi, gabungan komisi, atau 99

Anda mungkin juga menyukai