KEPERAWATAN JIWA
“WAHAM”
OLEH
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia.
3. Klasifikasi
1) Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
2) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua
memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,
“Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada
semua orang.”
4) Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5) Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini
kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
4. Rentang Respons
Adaptif Maladaptif
5. Pohon Masalah
Resiko kerusakan komunikasi verbal
6. Diagnosa Keperawatan
Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
7. Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizoprenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock
(1998) antara lain :
1. Anti Psikotik
Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x
25mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tinggi 1000mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik
diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania,
dosis awal 3 x 0,5mg sampai 3mg.
2. Anti Parkinson
a) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 1-15mg/hari.
b) Difenhidramin
Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.
3. Anti Depresan
a) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatic. Dosis 75-300mg/hari.
b) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic.
Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-75mg/hari.
4. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan
somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan
sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-obat yang termasuk
anti ansietas antara lain :
- Fenobarbital 16-320mg/hari
- Meprobamat 200-2400mg/hari
- Klordiazepoksida 15-100mg/hari
2) Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus
menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur,
dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan
adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu
menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu
menghilangkan ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik
dapat dilakukan.
3) Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat
dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
PERENCANAAN
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
(Tuk/Tum) Evaluasi
TUM: 1. Ekspresi 1.1 bina hubungan saling Hubungan
Klien secara wajah percaya dengan saling percaya
bertahap bersahabat, mengemukakan prinsip merupakan
mampu menunjukka kamunikasi terapeutik: dasar untuk
berhubungan n rasa a. Mengucapkan memperlancar
dengan realitas senang, ada salam terapeutik. interaksi yang
atau kenyataan kontak Sapa klien dengan selajutnya
mata, mau ramah, baik verbal akan
TUK 1: berjabat ataupun non verbal dilakukan.
Klien dapat tangan, mau b. Berjabat tangan Tindakan akan
membina menyebutka dengan klien mambina klien
hubungan n nama, c. Perkenalkan diri dalam
saling percaya menjawab dengan sopan berinteraksi
salam, klien d. Tanyakan nama secara baik
mau duduk lengkap klien dan dan benar,
berdamping nama panggilan sehingga klien
an dengan yang disukai klien bersedia
perawat, e. Jelaskan tujuan mengungkapk
mau pertemuan an isi hatinya.
mengutarak f. Membuat kontrak
an masalah topik, waktu dan
yang tempt setiap klai
dihadapinya bertemu klien
, tidak g. Tunjukkan sikap
menunjukka empati dan
n tanda- menerima klien apa
tanda adanya
kesurigaan, h. Beri perhatian
mau kepada klien dan
menerima perhatian kebutuhan
bantuan dasar klien
dari
perawat. 1.2 Jangan membantah dan Meningkatkan
mendukung waham orientasi klien
klien terhadapp
a. Katakan bahwa realita serta
perawat menerima meningkatkan
keyakinan klien rasa percaya
b. Katakan bahwa klien pada
perawat tidak perawat.
mendukung
keyakinan klien
A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien :
Klien tampak menengok ke kanan dan ke kiri, Klien tampak waspada, Klien tampak
khawatir, Tidak ada kontak mata.
2) Diagnosa Keperawatan :
Waham Curiga
3) TujuanKhusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4) Tindakan Keperawatan :
Bina hubungan saling percaya
Salam terapeutik
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan interaksi
Observasi apakah isi waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri.
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien
B. Strategi Pelaksanaan
1) Fase Orientasi
a. Salam terapeutik :
- Memberi salam terapeutik
- Memperkenalkan diri dengan sopan
“Halo, selamat pagi ibu. Perkenalkan, saya Gracella mahasiswa keperawatan
UNIKA DLSU. Mulai hari ini saya bertugas untuk merawat bapak selama 1
minggu ke depan. Nama bapak siapa? nama lengkapnya? suka dipanggil
siapa? oh ya, baiklah. Saya panggil TN. A saja ya. Hari ini saya jaga pagi dari
jam 8 sampai jam 2 sore. Jadi, jika Tn.A ada keperluan, bisa mencari saya di
ruang perawat”
b. Evaluasi/ validasi :
- Menanyakan perasaan klien dan meminta klien untuk ceritakan perasaannya
saat ini.
“Bagaimana perasaan Tn.A hari ini? Bisa ceritakan seperti apa yang Tn. A
rasakan? Tadi sudahsarapan? Wah, sarapanapa?”
d. Tujuan :
- Menjelaskan tujuan dari tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
“Agar Tn.A bisa menceritakan keluh kesah yang Tn.A rasakan saat ini
termasuk menceritakan lebih lanjut mengapa Tn.A bisa sampai disini?”
2) Fase Kerja
Melakukan prosedur kerja sesuai dengan tindakan yang akan diberikan
“Bagaimana perasaan dan keadaan Tn.A hari ini? Apakah ada yang dikeluhkan atau
ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”
“Tn.A tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan
perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Tn.A”
“Tn.A, bisa saya bertanya tentang identitas Tn.A, baik alamat, keluarga, hobi atau
mungkin keinginan untuk saat ini?”
“Bagus sekali Tn.A sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil. Tn.A dulu
bekerja dimana? Tn.A suka dengan pekerjaan itu? Bagaimana dengan teman-teman di
sana?”
“Bagaimana dengan teman-teman sekamar Tn.A? Tn.A sudah kenal dengan mereka
semua? Ada berapa orang semuanya? bagus sekali Tn.A bisa menghafal semua nama
teman-temannya dengan baik”
“Wah terima kasih Tn.A karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya
akan memberitahu identitas saya, Tn.A mau mendengarnya?”
“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi Tn.A
tidak perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, Tn.A mau kan
berteman dengan saya?”
3) Fase Terminasi
a. Evaluasi :
1) Ev. Subjektif :
- Menanyakan perasaan klien setelah berbinbang-bincang apakah nyaman
dan senang.
“Bagaimana perasaan Tn.A setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Ev. Objektif :
- Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah perawat
- Meberikan pujian kembali karena sudah bercerita dengan saya
“Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah
perawat”.
b) Waktu :
- Mengontrak waktu berbincang-bincang selama berapa menit dan pada saat
jam berapa
“Tn.A mau kita melakukannya jam berapa?”
c) Tempat :
- Mengontrak tempat yang akan dilakukan perbincangan pada besok hari
“Tn.A mau kita melakukannya dimana? Baiklah, kita lakukan disini lagi”.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Pusdik Sdm Kesehatan.
Yusuf Ah, dkk. 2015. Buku Ajar. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salembah
medika.