B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami dan mengamati tahapan
mitosis.
C. PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan Amitosis, Mitosis, dan Meiosis
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Siklus Sel
3. Jelaskan dengan gambar tahapan dari Siklus Sel
4. Buat atau carilah gambar tentang Tahapan Mitosis
5. Jelaskan mekanisme / proses dari tahapan-tahapan Pembelahan Mitosis
yang ada pada gambar tersebut
D. PEMBAHASAN
AMITOSIS / Pembelahan Biner
Pembelahan Amitosis merupakan salah satu ccara reproduksi
aseksual pada organisme uniselular, misalnya bakteri dan protooza.
Pembelahan amitosis tidak diawali dengan pembentuka gelondong
pembelahan dan peleburan inti. Pada pembelahan ini setiap ssel membelah
menjadi dua (pembelahan biner). Pembelahan inti diikuti dengan
pembagian stoplasma. Sel-sel anakan mempunyai ukuran dan struktur
genetik setupa.
MITOSIS
Fase mitosis (M), adalah tahap pembelahan sel yang membutuhkan proses
yang jauh lebih singkat daripada interfase. Waktu yang diperlukan pada
fase M ini adalah sekitar 30 menit hingga 1 jam. Seperti yang telah
disampaikan sebelumnya, fase M terbagi kembali kedalam empat fase.
Keempat fase tersebut adalah profase, metafase, anafase, dan telofase.
MEIOSIS
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan
sel-sel kelamin (sel telur dan sperma). Berbeda dengan mitosis, jumlah
kromosom sel hasil pembelahan adalah setengah dari sel induknya (n =
haploid). Pembelahan meiosis ini memiliki tujuan untuk menghasilkan sel
telur maupun sel sperma yang matang. Meiosis melibatkan replikasi DNA
dalam sel serta diikuti dua kali pembelahan sel (meiosis I dan meiosis II).
Nantinya, akan terbentuk empat sel anakan yang masing-masing memiliki
23 kromosom.
Pada pria, keempat sel anak aan hidup dan berdiferensiasi menjadi
sperma matang. Sementara pada wanita, hanya akan ada satu sel anakan
yang hidup dan menjadi sel telur yang matang. Apabila sel sperma dan sel
telur bertemu, maka akan dihasilkan embrio dengan kromosom total 46
(23 pasang kromosom). Fase-fase meiosis adalah sebagai berikut:
interfase, meiosis I (profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I),
interkinase, dan yang terakhir adalah meiosi II (profase II, matafase II,
anafase II, dan telofase II). Fase-fase tersebut sedikit berbeda dari fase-
fase pada pembelahan mitosis (Corwin,2009).
TAHAPAN MITOSIS
a) Tahap Profase
Pada tahap awal profase, kromsom yang sebelumnya telah bereplikasi
akan berkondensasi (menjadi lebih pendek dan lebih tebal dengan cara
penggulungan serat DNA) menjadi dua kromatid yang bergabung pada
sentromer. Dengan menebalnya kromosom, maka kromosom menjadi pilinan
yang kuat dan besar serta menjadi mudah terlihat di mikroskop. Kemudian,
pasangan sentriol akan berpisah dan mulai bergerk ke sisi nukleus yang
berlawanan, dan apabila telah sampai di sisi nukleus, sentriol akan
membentuk benang-benang spindel (James J, 2011).
Selanjutnya adalah tahap akhir profase, dimana nukleolus melebur dan
membran nukleus menghilang, sehingga memungkinkan benang-benang
spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus yang muncul dari kinektokor (
bagian kromosom yang merupakan tempat pelekatan benang-benang
spindel selama pembelahan inti – struktur pada sentromer),
dapat berinteraksi dengan benang spindel (Sloane, 2004).
b) Tahap Metafase
Metafase adalah tahap dimana kromosom yang secara jelas tampak
menjadi dua set pasangan berada di tengah-tengah sel (bidang ekuator).
Sentromer pada semua kromosom akan saling berikatan dengan benang
spindel untuk kemudian ditarik ke masing-masing kutub. Kinektokor
memisah dan kromatid mulai bergerak menjauh. Gambaran mengenai tahap
metafase dapat dilihat pada gambar berikut (Corwin, 2009).
c) Tahap Anafase
Anafase adalah tahap dimana mikrotubulus mulai menarik pasangan
kromosom agar terpisah (menuju salah satu kutub sentriol dan kutub sentriol
yang lainnya). Pergerakan ini dapat terjadi karena pemendekan dan
pemanjangan mikrotubulus yang membentuk spindel. Akhir anafase ditandai
dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kedua kutub
sel (Sloane,2004).
d) Tahap Telofase
Pada tahap telofase, pada ujung-unjung sel terdapat masing-masing satu
set kromosom lengkap. Kromosom mulai merenggang dan kembali menjadi
masa kromatin. Dengan demikian, dua nukleus kembali terbentuk, diikuti
dengan melebur dan terurainya kromosom serta terbentuknya membran
nukleus dan terbentuknya kembali nukleolus. Pada akhirnya, sel akan
mengalami sitokinesis yaitu pembelahan sitoplasma. Pembelahan sitoplasma
berada tepat di pertengah masa kromosom, lalu berlanjut di sekitar sel hingga
akhirnya membelah sel tersebut menjadi dua sel terpisah(Corwin,2009).
MEKANISME/ TAHAPAN PEMBELAHAN MEIOSIS
A) Interfase
Pada interfase, sel berada pada tahap persiapan untuk melakuan
pembelahan. Sama seperti pada interfase mitosis, persiapan yng dimaksud
adalah proses sintesis protein dan replikasi DNA. DNA akan direplikasi
dari satu salinan menjadi dua salinan. Sel yang akan membelah
mereplikasi DNA di setiap kromosomnya sehingga terbentuk dua kromatid
yang bergabung pada sentromer (kromosom homolog) (James, 2011).
B) Meiosis I
B.1) Profase I
Tahap profase I adalah tahap yang cukup panjang karena masih dibagi
menjadi lima sub tahapan, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan
diakinesis. Leptoten adalah tahap dimana kromatin menjadi kromosom yang
mengalami kondensasi dan terlihat sebagai benang tunggal yang panjang. Pada
tahap zigoten, kromosom homolog akan saling berdekatan dan berpasangan atau
sering disebut “melakukan sinapsis”. Di tahapan pakiten, tiap kromosom akan
melakukan replikasi menjadi dua kromati dengan sentromer yang masih tetap
menyatu. Tiap kromosom yang berpasangan mengandung empat kromatid disebut
dengan tetrad atau bivalen. Selanjutnya adalah tahap diploten dimana kromosom
homolog terlihat saling menjauhi. Saat kromosom homolog saing menjauh,
terjadi pelekatan berbentuk X di tempat tertetu pada kromosom yang disebut
kiasma (jamak: kiasmata). Kiasma adalah bentuk persilangan dua dari empat
kromatid suatu kromosom dengan pasangan kromosom homolognya. Selain itu,
kiasma juga merupakan tempat terjadinya peristiwa pindah silang (crossing over
). Melalui pindah silang itulah tercipta keanekaragaan makhluk hidup. Tahapan
terkahir adalah diakinesis. Pada tahapan ini akan terbentuk benang-benang spindel
dari pergerakan dua sentriol kearah kutub yang berlawanan. Tahapn diakinesis ini
diakhiri dengan menghilangnya nukleolus dan hancurnya selaput inti serta tetrad
yang mulai bergerak ke bidang ekuator (Aryulina, 2009).
B.2) Metafase I
B.3) Anafase I
B.4) Telofase I
Pada dasarnya tahapan ini sama seperti telofase mitosis. Seperti dalam
pembelahan itosis, tefase membalik peristiwa yang terjadi daam profase.
Kromosom akan melebur, membrane nukleus akan terbentuk begitu juga dengan
nucleolus, benang spindel pun akan terurai. Pada akhirnya sitokinesis akan terjadi
dan kedua sel akan terpisah (Sloane,2004).
C. Interkinesis
Interkinesis adalah tahap di antara dua pembelahan meiosis. Pada tahap ini
tetap terjadi sintesis protein namun tidak terjadi replikasi DNA. Perlu diingat
kembali bahwa hasil dari pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel anakan
yang haploid (n) namun masih berisi sepasang kromatid yang mengartikan
bahwa kandungan DNAnya masih rangkat (2c). oleh karena itu, akan dilakukan
pembelahan meiosis II yang bertujuan unuk membagi kedua salinan tersebut pada
sel anakan yang baru (Aryulina,2009).
3.4 Meiosis II
Pada meiosis II, terdapat empat tahap yang sama dengan meiosis I. Tahap
yang pertama adalah profase I. Pada tahap ini peristiwa yang terjadi sama dengan
peristiwa pada profase mitosis. Sentriol akan memisah dan bergerak ke kutub
yang berlawanan, dan mikrotubulus dari setiap sentromer melekat pada benang
dari sentriol di kutub berlawanan. Tahap yang kedua adalah metafase II. pada
tahap ini, kromatid berbaris ada bidang ekuator sel. Kromatid yang ada tersusun
berpasangan namun tidak lagi dalam bentuk tetrad melainkan disebut dengan
dyad. Tahap berikutnya adalah anafase II, pada tahap ini sentromer membelah dan
kromatid terpisah menjadi kromosom. Berbeda dengan pembelahan mitsis,
kromatid yang terpisah tidak identik secara genetic akibat persilangan atau
kombinasi ulang. Pada akhirnya, sel akan memasuki tahapan akhir yang disebut
telofase II. Di telofase II, membrane nukleus terbentuk kembali, kromosom
melebur, dan terjadi sitokinesis. Sel yang dihasilkan akan bersifat haploid (Sloane,
2004).
E. KESIMPULAN
Sel adalah unit kehidupan strukural dan fungsional terkecil dari tubuh. Pada
dasarnya, unit terkecil yang menyusun tubuh manusia adalah sel. Di dalam tubuh
manusia terdapat miliaran sel dengan jumlah yang diatur oleh pembelahan sel dan
kematian sel. Melaui proses pembelahan sel inilah, tubuh akan mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya saja, bertambah tinggi, kuku
dan rambut bertambah panjang, mencapai kematangan fungsi organisme, dsb.
Bukan hanya itu, pembelahan sel juga memiliki peran dalam memperbaiki
jaringan-jaringan yang rusak. Menurut sifat dan letak terjadinya pembelahan,
pembelahan sel dibagi menjadi dua, yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis dapat
diartikan sebagai pembelahan normal sel tubuh (sel somatis) untuk membentuk sel
anakan yang masing-masing mempunyai komplemen kromosom yang sama
dengan sel orangtua.
Jika sel induk yang membelah mengandung kromosom diploid (2n), sel
anakan yang dihasilkan dari pembelahan tersebut juga diploid (2n). Sementara itu
meiosis adalah pembelahan sel yang terjad dalam pembentukan sel-sel kelamin
(sel telur dan sperma). Berbeda dengan mitosis, jumlah kromosom sel
hasil pembelahan adalah setengah dari sel induknya (n = haploid). Pada mitosis
terdapat siklus sel yang terdiri dari empat fase. Tiga fase pertama merupakan
interfase (G1, S, G2 – G0) dan fase yang keempat adalah fase mitosis (profase,
metafase,anafase, dan telofase). Sementara itu, fase-fase meiosis adalah sebagai
berikut: interfase, meiosis I (profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I),
interkinase, dan yang terakhir adalah meiosi II (profase II, matafase II, anafase II,
dan telofase II).
F. DAFTAR PUSTAKA
Corwin JE. 2009. Buku saku patofisiologi Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; h 43-6.
Ayala FJ, Kiger J. 1984. Modern Genetics. Second Edition. Menlo Park
California: Benjamin Cummings Publishing Company Inc.